PENINGKATAN DURABILITAS BETON KONVENSIONAL DAN HVFA YANG MENGGUNAKAN METODE PERAWATAN STEAM CURING DENGAN COATING LARUTAN ALKALI DAN PASTA GEOPOLIMER

dokumen-dokumen yang mirip
KETAHANAN DI LINGKUNGAN ASAM, KUAT TEKAN DAN PENYUSUTAN BETON DENGAN 100% FLY ASH PADA JANGKA PANJANG

KARAKTERISTIK MORTAR DAN BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN LUMPUR SIDOARJO SECARA MAKSIMAL DENGAN CAMPURAN FLY ASH DALAM PEMBUATAN MORTAR GEOPOLIMER

PEMANFAATAN BOTTOM ASH SEBAGAI AGREGAT BUATAN

PENGGUNAAN BOTTOM ASH YANG TELAH DIOLAH UNTUK PEMBUATAN BETON HVFA MUTU MENENGAH

PENGARUH TREATMENT PADA BOTTOM ASH TERHADAP KUAT TEKAN BETON HIGH VOLUME FLY ASH

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, khususnya dalam proses produksi Semen Portland (SP).

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah membuat program untuk membangun pembangkit listrik dengan total

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DURABILITAS MORTAR GEOPOLYMER BERBASIS LUMPUR SIDOARJO

PENGARUH VARIASI KADAR SUPERPLASTICIZER TERHADAP NILAI SLUMP BETON GEOPOLYMER

Disusun oleh : Lintas Jalur - S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

STUDI AWAL PENGARUH PENAMBAHAN FOAM PADA PEMBUATAN BATA BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB PEMUAIAN DALAM PEMBUATAN AGREGAT RINGAN GEOPOLIMER BERBASIS LUMPUR SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Perkembangan yang. perkuatan untuk elemen struktur beton bertulang bangunan.

PENGARUH PERAWATAN DAN UMUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON GEOPOLIMER BERBASIS ABU TERBANG

PEMANFAATAN BOTTOM ASH DAN FLY ASH TIPE C SEBAGAI BAHAN PENGGANTI DALAM PEMBUATAN PAVING BLOCK

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN DENGAN ABU TERBANG TERHADAP KARAKTERISTIK TEKNIS BETON

PENGARUH MOLARITAS AKTIFATOR ALKALIN TERHADAP KUAT MEKANIK BETON GEOPOLIMER DENGAN TRAS SEBAGAI PENGISI

PEMBUATAN AGREGAT RINGAN GEOPOLIMER BERBASIS LUMPUR SIDOARJO DAN FLY ASH DENGAN MENGGUNAKAN FOAM AGENT

PEMBUATAN BATAKO DENGAN MEMANFAATKAN CAMPURAN FLY ASH DAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN KADAR YANG TINGGI

PENGARUH PENAMBAHAN BORAKS DAN KALSIUM OKSIDA TERHADAP SETTING TIME DAN KUAT TEKAN MORTAR GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR FLY ASH TIPE C

BAB I PENDAHULUAN. macam bangunan konstruksi. Beton memiliki berbagai kelebihan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia konstruksi modern saat ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGGUNAAN AKSELERATOR PADA BETON YANG MENGGUNAKAN PEREKAT BERUPA CAMPURAN SEMEN PORTLAND TIPE I DAN ABU TERBANG

PENGARUH PENAMBAHAN SUPERPLASTICIZER PADA KINERJA BETON GEOPOLIMER

BAB I PENDAHULUAN. portland atau semen hidrolik yang lain, dan air, kadang-kadang dengan bahan tambahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara membakar secara bersamaan campuran calcareous ( batu gamping )

V. HASIL PENELITIAN. Tabel V-1 Hasil analisa fly ash Analisis kimia Satuan Fly ash Pasaran

Perlu adanya suatu alternatif bahan yang bisa mengurangi kadar semen, tetapi tidak mengurangi kekuatan (strength) beton itu sendiri dan sifat-sifat

PENGARUH KOMBINASI SEMEN-FLY ASH DAN VARIASI WATER CONTENT DENGAN PENAMBAHAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP KEPADATAN PASTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI AWAL PEMBUATAN HIGH VOLUME LIGHT WEIGHT SIDOARJO MUD CONCRETE BRICK

KATA KUNCI : rheology, diameter, mortar, fly ash, silica fume, superplasticizer.

TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO UNTUK BETON RINGAN DENGAN CAMPURAN FLY ASH, FOAM, DAN SERAT KENAF

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Hipotesis. Penentuan Bahan Material. Pengujian Bahan Material. Sesuai. Mix Desain. Sesuai. Pembuatan Benda Uji

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

PENGARUH KADAR FLY ASH TERHADAP KINERJA BETON HVFA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

LAJU PENETRASI KLORIDA PADA BETON MENGGUNAKAN METODE RAPID MIGRATION TEST

PEMANFAATAN LUMPUR SIDOARJO PADA PEMBUATAN BATA RINGAN NON STRUKTURAL DENGAN METODE CELLULAR LIGHTWEIGHT CONCRETE (CLC)

KAJIAN KORELASI RASIO-AIR-POWDER DAN KADAR ABU TERBANG TERHADAP KINERJA BETON HVFA

BAB I PENDAHULUAN. Quality control yang kurang baik di lapangan telah menjadi masalah

KARAKTERISTIK BETON GEOPOLIMER BERDASARKAN VARIASI WAKTU PENGAMBILAN FLY ASH

BATAKO BERLUBANG GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

The 1 st INDONESIAN STRUCTURAL ENGINEERING AND MATERIALS SYMPOSIUM Department of Civil Engineering Parahyangan Catholic University

PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

PERBANDINGAN BEBERAPA PROSEDUR PEMBUATAN GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR FLY ASH TIPE C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

STUDI PENGEMBANGAN BETON 100% FLY ASH TIPE C: PENGARUH W/FA, SUPERPLASTICIZER, DAN KALSIUM TERHADAP KUAT TEKAN PASTA

KOMPOSISI CAMPURAN OPTIMUM BOTTOM ASH DAN FLY ASH SEBAGAI AGREGAT BUATAN

BAB IV DATA DAN ANALISIS

BAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat

PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON YANG DIPENGARUHI OLEH LINGKUNGAN ASAM SULFAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbawa selama proses pengendapan. Pasir kuarsa yang juga dikenal dengan nama

BAB I PENDAHULUAN. campuran tertentu. Beton merupakan satu kesatuan yang homogen. Beton

Deskripsi SEMEN CEPAT GEOPOLIMER DAN METODA PEMBUATANNYA

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

BAB IV HASIL DAN ANALISA PERCOBAAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

PENGGUNAAN BOTTOM ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS PADA MORTAR HVFA

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan bahan tambah yang bersifat mineral (additive) yang lebih banyak bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton sebagai salah satu bahan konstruksi banyak dikembangkan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

Pasta Geopolimer Ringan Berserat Berbahan Dasar Lumpur Sidoarjo Bakar Dan Fly Ash Perbandingan 1 : 3 Dengan Pengembang Foam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN PERMEABILITAS BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

MIX DESIGN METODE SKSNI MENGGUNAKAN MATERIAL AGREGAT KASAR DAN HALUS DENGAN BERAT JENIS RENDAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan pembangunan secara

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

ANALISIS SIFAT MEKANIS BETON MUTU TINGGI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia nesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Viscocrete Kadar 0 %

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PENINGKATAN DURABILITAS BETON KONVENSIONAL DAN HVFA YANG MENGGUNAKAN METODE PERAWATAN STEAM CURING DENGAN COATING LARUTAN ALKALI DAN PASTA GEOPOLIMER Yoanes Maria Louis 1, Antoni 2 and Djwantoro Hardjito 3 ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan durabilitas beton dengan mengaplikasikan larutan alkali dan pasta geopolimer. Selain itu bagaimana pengaruh penggunaan metode perawatan steam curing pada beton, serta penggunaan variasi nilai molaritas dari coatings terhadap durabilitas beton. Pengujian durabilitas dibagi menjadi dua, yaitu pengujian penetrasi ion klorida dengan menggunakan Rapid Migration Test dan pengujian perendaman dalam larutan asam sulfat dengan kadar 10% dengan menggunakan metode Wet-dry cycle test. Dari pengujian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa dengan pengaplikasian larutan alkali dan pasta geopolimer durabilitas dari beton konvensional dan beton HVFA dapat meningkat. Selain itu dengan penggunaan metode perawatan steam curing dan peningkatan nilai molaritas pada larutan alkali dan pasta geopolimer juga dapat meningkatkan durabilitas dari beton terhadap pengujian perendaman asam sulfat. Namun dampak dari penggunaan metode perawatan steam curing dapat membuat beton mempunyai nilai penetrasi ion klorida yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak dirawat dengan metode perawatan steam curing. Kata Kunci: durabilitas, steam curing, asam sulfat, wet-dry cycle test, penetrasi ion klorida, larutan alkali, pasta geopolimer 1 1. PENDAHULUAN Beton masih merupakan material utama yang digunakan dalam proyek konstruksi, sehingga dituntut untuk mempunyai ketahanan yang tinggi (durable) terhadap segala kondisi pada tempat dan waktu yang direncanakan (serviceability). Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan berkurangnya durabilitas, salah satunya adalah serangan sulfat yang berada dalam tanah, ataupun serangan ion klorida yang terkandung pada air laut. Elemen utama pada beton yang langsung berhubungan dengan segala kondisi lingkungan adalah permukaan beton, sehingga kualitas ketahanan dan durabilitasnya perlu mendapat perhatian khusus. Dengan melakukan treatment pada permukaan beton, diharapkan serviceabilitity dan durability pada beton dapat meningkat. Treatment pada permukaan beton diklasifikasikan menjadi tiga kelompok oleh EN 1504-2:2004: hydrophobic impregnation (memproduksi permukaan yang menahan air), impregnation (mengurangi porositas permukaan), dan coatings (memberi lapisan pelindung secara kontinyu pada permukaan beton). 1 Mahasiswa Pascasarjana Universitas Kristen Petra, louisadhiprasetya@hotmail.com 2 Dosen Universitas Kristen Petra,antoni@petra.ac.id 3 Dosen Universitas Krsiten Petra, djwantoro.h@petra.ac.id 1

Penelitian mengenai durabilitas beton pernah dilakukan oleh Setyawan & Wiratmoko (2007) dengan mencampurkan larutan alkali sebesar 40% dari total pengikat pada saat pembuatan beton fly ash. Hasil yang didapatkan pada penelitian itu adalah beton yang dicampur dengan larutan alkali mempunyai durabilitas yang lebih baik, namun mempunyai kuat tekan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan beton yang tidak dicampur larutan alkali. Penelitian mengenai durabilitas beton juga dilakukan oleh Yang, Wang, Xiong (2012) dimana metode yang digunakan untuk mengurangi penetrasi ion klorida adalah dengan mencampurkan silane pada lapisan permukaan beton. Penelitian lain dilakukan oleh Eliza, Barbara, & Carlo (2013) dengan mengaplikasi etil silikat pada permukaan beton, sehingga masuknya air ke dalam beton dapat dibatasi dan beton beton mempunyai ketahanan terhadap paparan klorida dan karbon dioksida lebih baik. Wattimena, et al (2013) melakukan penelitian dengan mengaplikasikan larutan alkali pada permukaan beton yang telah mengeras. Beton yang digunakan oleh Wattimena et al. mempunyai mutu yang rendah, yaitu 24 MPa pada hari ke-28 dan 26 MPa pada hari ke-56. Dengan rendahnya mutu beton yang dipakai pada penelitian ini, nilai efektifitas dari pengaplikasian larutan alkali pada beton HVFA akan sulit untuk diteliti karena penurunan kuat tekan saat dilakukan pengujian durabilitas juga relatif rendah. Dari penelitian tersebut didapatkan kesimpulan bahwa beton yang telah dilapisi dengan larutan alkali mempunyai durabilitas yang lebih baik dibandingkan beton yang tidak dilapisi oleh larutan alkali. Penelitian mengenai peningkatan durabilitas beton dengan pengaplikasian larutan alkali dan pasta geopolimer juga dilakukan oleh Wiyono (2015). Dari hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dengan pengaplikasian larutan alkali 8M dan pasta geopolimer 10M, durabilitas beton terhadap perendaman asam sulfat dan penetrasi ion klorida menjadi lebih baik bila dibandingkan dengan beton yang tidak diaplikasi dengan larutan alkali dan pasta geopolimer. Namun masih belum diketahui bagaimana dampak dari penggunaan molaritas yang lebih tinggi pada larutan alkali dan pasta geopolimer sebagai coating pada beton konvensional dan HVFA. Selain itu Wiyono. belum membahas mengenai dampak pengaplikasian larutan alkali dan pasta geopolimer pada beton yang menggunakan metode steam curing. Steam curing merupakan proses curing yang banyak digunakan pada industri beton precast untuk mempercepat setting beton dan meningkatkan kuat tekan awalnya. Penggunaan steam curing dalam industri beton juga lebih hemat dari segi biaya, karena hanya menggunakan air yang dipanaskan. 2. MATERIAL YANG DIGUNAKAN Beton yang digunakan dalam penelitian ini adalah beton konvensional dan beton HVFA dengan persentase 50% dari massa total cementitious material. Semen yang digunakan adalah semen gresik dengan tipe PPC (Portland Pozzolan Cement) kemasan 40kg. Untuk agregat halus, digunakan pasir Lumajang dengan berat jenis (Gs) = 2.79, kadar air dalam pasir (Wc) = 1.582%, serta modulus kehalusan (FM) = 2.41. Sedangkan untuk agregat kasar digunakan ukuran maksimum 1 2 cm, berat jenis (Gs) = 2.62, dan kadar air (Wc) = 2.95. Untuk pembuatan larutan alkali dan pasta geopolimer digunakan padatan Sodium Hidroksida (NaOH) dan larutan Sodium Silikat (Na 2SiO 3) dengan spesifikasi Na 2O=17.14% dan SiO 2=36.71% yang didapatkan dari PT. Brataco, serta fly ash tipe F yang didapatkan dari sisa pembakaran batu bara PLTU Paiton dengan komposisi oksida seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Oksida Fly Ash Senyawa SiO 2 Al 2O 3 Fe 2O 3 CaO K 2O MgO SO 3 Kandun gan (%) Ti 2O 3 Cr 2O 3 Na 2 O Mn 3O 4 51.12 18.9 17.71 5.54 0.82 3.17 0.63 0.98 0.01 0.47 0.14 2

Air menggunakan air PDAM yang didapatkan dari lab beton UK.Petra Surabaya. Untuk admixture menggunakan tipe High Range Water Redurcer Admixture atau superplasticizer Glenium ACE 8590 yang didapatkan dari PT. BASF. Admixture ini digunakan pada pembuatan beton konvensional dengan w/c=0.3 agar didapatkan flow diameter 16cm. 3. METODE PENELITIAN Beton yang digunakan pada penelitian ini adalah beton konvensional dan beton HVFA dengan mix design yang sama dengan yang dilakukan oleh Wiyono (2015). Mix design beton konvensional dan HVFA dapat dilihat pada Tabel 2.Benda uji yang digunakan terbagi menjadi 2 macam, yaitu benda uji silinder dengan ukuran diameter 10cm dan tinggi 20cm, dan benda uji kubus 10cm x 10cm x 10cm. Benda uji silinder digunakan untuk pengujian penetrasi ion klorida. Sedangkan benda uji kubus digunakan untuk pengujian beton terhadap perendaman asam sulfat. Jenis Beton Tabel 2. Mix Design Beton Konvensional dan Beton HVFA Fly Agregat Semen Pasir Air (kg/m 3 Ash Kasar ) (kg/m 3 ) (liter/m 3 ) (kg/m 3 ) (kg/m 3 ) Konvensional 423-910 986 169.2 HVFA 211.5 211.5 910 986 169.2 Super plasticizer 0,1% dari berat (semen+pozzolan) 0% dari berat (semen+pozzolan) Pembuatan dan pengaplikasian lapisan coating dilakukan pada permukaan beton yang telah mengeras. Pembuatan lapisan coating dilakukan sesuai dengan pembagian kadar yang ditunjukkan pada Tabel 3. dan Tabel 4. Sedangkan pengaplikasian lapisan coating dilakukan dengan bantuan kuas secara vertikal dan dikuas kembali secara horizontal. Tabel 3.Pembuatan Larutan Alkali Konsentrasi Massa Air Massa NaOH padat Massa larutan Na 2SiO 3 Massa Larutan 8M 100gr 32gr 64gr 196gr 14M 100gr 56gr 112gr 268gr Massa Fly Ash Massa Pasta Tabel 4. Pembuatan Pasta Geopolimer Konsentrasi Massa Massa NaOH Massa Larutan Air Padat Na 2SiO 3 10M 100gr 40gr 350gr 350gr 840gr 14M 100gr 56gr 390gr 390gr 936gr Gambar 1. Alat Steam Curing 3

Proses steam curing dilakukan setelah beton mengalami setting dan suhu yang digunakan adalah 60ºC hingga 80ºC. Tahapan dalam pelaksanaan steam curing ini dibagi menjadi 3 tahap, yaitu 3 jam pertama beton ditempatkan pada suhu ruang setelah proses casting, lalu beton di tempatkan pada alat steam selama 6 jam dengan kenaikan suhu tiap jam ±10ºC dengan suhu maksimal adalah 80ºC. Setelah itu beton didinginkan pada suhu ruang. Alat yang dipakai untuk melakukan steam curing pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1. Pengujian durabilitas beton terhadap penetrasi ion klorida dilakukan dengan metode Rapid Migration Test seperti pada Gambar 2 sesuai dengan standar NordTest NT Build 492. Pengujian dilakukan pada saat beton berumur 28 hari. Secara umum pengujian ini dilakukan untuk mempercepat penetrasi ion klorida ke dalam beton dengan bantuan arus listrik searah. Larutan silver nitrat (AgNO 3) disemprotkan pada permukaan beton tersebut untuk mengukur seberapa dalam penetrasi ion klorida yang masuk ke dalam beton. 10 CM TIDAK DIPAKAI 10 CM 20 CM SAMPEL SAMPEL SAMPEL 5 CM SAMPEL TIDAK DIPAKAI Gambar 2. Ilustrasi Pengujian Penetrasi Ion Klorida Asam sulfat yang digunakan pada pengujian durabilitas beton terhadap perendaman asam sulfat adalah asam sulfat pekat 98% yang diencerkan hingga menjadi asam sulfat 10%. Metode pengujian ketahanan sulfat menggunakan metode wet-dry cycle dimana beton direndam dalam larutan asam sulfat selama 4 hari, lalu dikeluarkan dan didiamkan pada suhu ruang selama 3 hari. Cycle ini diulang terus menerus hingga pengujian kuat tekan. Sebelum direndam dalam larutan sulfat, beton ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui massa awalnya. Data yang diambil adalah massa yang hilang, penurunan kuat tekan, dan proses kerusakan beton secara visual yang diamati selama 28, 56, dan 90 hari. Pengujian ini dapat dilihat pada gambar 3. Gambar 3. Ilustrasi Perendaman Beton Dalam Larutan Asam Sulfat 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan dimulai dengan dampak pengaplikasian larutan alkali dan pasta geopolimer untuk meningkatkan durabilitas beton terhadap penetrasi ion klorida, lalu dilanjutkan dengan penurunan massa karena perendaman asam sulfat, dan diakhiri dengan hasil kuat tekan dari beton setelah direndam terhadap asam sulfat disertai dengan pengamatan visual dari perendaman asam sulfat terhadap fisik beton. Untuk memudahkan penulisan data, dibuatlah singkatan untuk jenis beton dan metode aplikasi serta metode curing yang dipakai pada Tabel 5. Ion klorida merupakan salah satu unsur pada air yang memiliki sifat korosif dan mempengaruhi kuat tekan pada beton. Beton yang mempunyai permeabilitas yang lebih kecil akan mempunyai penetrasi ion klorida yang lebih rendah karena beton tersebut mempunyai 4

Dnssm x10-12 m2/s pori pori yang lebih rapat sehingga air semakin sedikit yang dapat masuk ke dalam beton. Beton geopolimer merupakan beton yang mempunyai durabilitas yang paling baik bila dibandingkan dengan beton konvensional dan beton HVFA.. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Wiyono (2015), nilai D nssm pada beton geopolimer yang menggunakan material fly ash adalah 2.5x10-12 m²/s. Tabel 5. Penamaan Benda Uji No Kode Keterangan No Kode Keterangan 1 KC Konvensional Control Rendam Air 13 KCS Steam Konvensional Control Rendam Air 2 KCR Konvensional Control Rendam Sulfat 14 KCRS Steam Konvensional Control Rendam Sulfat 3 KA8 Konvensional Coating 15 KA8S Steam Konvensional Coating Alkali 8M Alkali 8M 4 KA14 Konvensional Coating Alkali 14M 16 KA14S Steam Konvensional Coating Alkali 14M 5 KG10 Konvensional 17 KG10S Steam Konvensional Geopolimer 10M Geopolimer 10M 6 KG14 Konvensional 18 KG14S Steam Konvensional Geopolimer 14M Geopolimer 14M 7 HC HVFA Control 19 HCS Steam HVFA Control 8 HCR HVFA Control Rendam 20 HCRS Steam HVFA Control Rendam 9 HA8 HVFA Alkali 8M 21 HA8S Steam HVFA Alkali 8M 10 HA14 HVFA Alkali 14M 22 HA14S Steam HVFA Alkali 14M 11 HG10 HVFA Geopolimer 10M 23 HG10S Steam HVFA Geopolimer 10M 12 HG14 HVFA Geopolimer 14M 24 HG14S Steam HVFA Geopolimer 14M KC KA8 KA14 KG10 KG14 KCS KA8S KA14S Gambar 4. Pengujian Penetrasi Ion Klorida Beton Konvensional Dari Gambar 4. penggunaan metode steam curing pada beton konvensional pada uji penetrasi ion klorida tidak berdampak signifikan, karena hampir semua beton konvensional yang menggunakan metode steam curing mempunyai penetrasi ion klorida lebih besar dibandingkan dengan beton yang tidak menggunakan metode steam curing. Penggunaan nilai molaritas yang lebih tinggi dapat menurunkan penetrasi ion klorida yang lebih baik. D nssm x10-12 m 2 /s HC HA8 HA14 HG10 HG14 Gambar 5. Pengujian Penetrasi Ion Klorida Beton HVFA Dari Gambar 5. Dapat dilihat bahwa dengan meningkatkan molaritas pada larutan alkali 8M dan 14M serta pasta geopolimer dari 10M ke 14M maka penurunan penetrasi ion klorida 5

Rasio (%) Rasio (%) semakin besar. Sedangkan untuk beton HVFA yang melalui metode perawatan steam curing dengan aplikasi larutan alkali 14M dan pasta geopolimer 14M dapat meningkatkan durabilitas beton terhadap penetrasi ion klorida hingga 40%. Gambar 6. dan Gambar 7. merupakan nilai rasio dari penurunan massa beton konvensional dan HVFA karena direndam dalam larutan asam sulfat. Nilai rasio didapatkan dengan pembagian antara beton sampel yang ingin diketahui penurunan massa setelah diaplikasi dengan larutan alkali dan pasta geopolimer dan direndam dalam larutan asam sulfat, dengan penurunan massa beton kontrol yang tidak diaplikasi dengan larutan alkali dan pasta geopolimer yang direndam dalam larutan asam sulfat, dikalikan dengan 100%. Semakin rendah nilai rasio yang didapatkan, maka durabilitas dari beton setelah diaplikasi dengan larutan alkali dan pasta geopolimer menjadi semakin baik. Pada beton konvensional yang melalui proses steam curing, penurunan massa akibat direndam pada asam sulfat mempunyai hasil secara umum yang lebih baik bila dibandingkan dengan beton konvensional yang tidak melalui proses steam curing. Pengaplikasian larutan alkali dan pasta geopolimer pada beton konvensional yang melalui proses steam curing tidak berdampak signifikan, karena nilai rasio yang didapatkan lebih besar bila dibandingkan dengan beton konvensional yang tidak diaplikasi oleh larutan alkali dan pasta geopolimer. 28 56 90 Gambar 6. Rasio Perubahan Massa Beton Konvensional Pada Gambar 7. didapatkan hasil bahwa pengaplikasian larutan alkali dan pasta geopolimer tidak berdampak signifikan, karena penurunan massa terbesar yang dapat dicapai hanya sebesar 16%. Penggunaan metode steam curing pada beton HVFA dapat menurunkan nilai rasio perubahan massa beton terhadap perendaman asam sulfat. Dengan menggunakan molaritas yang lebih tinggi pada larutan alkali dan pasta geopolimer, maka nilai rasio perubahan massa beton HVFA juga ikut menurun. 28 56 90 Gambar 7. Rasio Perubahan Massa Beton HVFA Pengamatan secara visual digunakan untuk mengetahui dampak kerusakan fisik dari beton dan seberapa besar dampak fisik dari pengaplikasian larutan alkali dan pasta geopolimer pada durabilitas beton. Pada penelitian yang dilakukan oleh Wiyono et al. (2015) didapatkan hasil bahwa bentuk fisik beton geopolimer yang berbahan dasar fly ash tidak mengalami kerusakan setelah proses perendaman larutan asam sulfat selama 90 hari dengan metode wet-dry cycle test. Dari Gambar 8. dapat dilihat bahwa kerusakan paling parah terjadi pada 6

Kuat Tekan (Mpa) Kuat Tekan (MPa) beton konvensional yang tidak dilapisi oleh larutan alkali dan pasta geopolimer, dan diikuti oleh beton yang dilapis oleh larutan alkali 8M. Sedangkan beton HVFA yang tidak dilapis oleh larutan alkali dan pasta geopolimer masih mempunyai ketahanan terhadap asam sulfat lebih baik bila dibandingkan dengan beton konvensional yang dilapis oleh larutan alkali 8M. Pada beton yang telah mengalami proses steam curing perubahan bentuk visual tidak berubah signifikan. Kerusakan paling besar terjadi pada beton konvensional yang telah dilapis dengan larutan alkali 8M dengan indikasi agregat kasar pada beton mulai terlihat setelah perendaman pada hari ke-90. KC KCR KA8 KA14 KG10 KG14 HCS KG14S HC HCR HA8 HA14 HG10 HG14 KCS KG10S HCRS HA8S HA14S HG10S HG14S KCRS KA8S KA14S Gambar 8. Fisik Beton setelah Direndam dalam Larutan Sulfat 90 Hari Gambar 9 dan Gambar 10. merupakan hasil kuat tekan beton konvensional dan HVFA dengan aplikasi larutan alkali dan pasta geopolimer, serta efek dari pemanfaatan metode steam curing untuk meningkatkan durabilitas beton terhadap uji kuat tekan pada proses perendaman beton dalam larutan asam sulfat. Dengan menggunakan molaritas yang lebih tinggi untuk larutan alkali dan pasta geopolimer, hasil kuat tekan yang dapat dicapai juga menjadi lebih tinggi. Secara umum dengan penggunaan metode steam curing dapat meningkatkan durabilitas beton, namun pengaplikasian larutan alkali dan pasta geopolimer untuk beton konvensional yang melalui metode perawatan steam curing tidak berdampak signifikan bila dibandingkan dengan beton konvensional yang tidak melalui proses steam curing, karena hasil kuat tekan yang dapat dicapai oleh beton konvensional dengan metode perawatan steam curing tanpa diaplikasi oleh larutan alkali dan pasta geopolimer lebih tinggi bila dibandingkan dengan beton lain yang telah diaplikasi dengan larutan alkali dan pasta geopolimer. 28 hari 56 hari 90 hari 28 hari 56 hari 90 hari Gambar 9. Kuat Tekan Beton Konvensional Gambar 10. Merupakan hasil kuat tekan beton HVFA dengan aplikasi larutan alkali dan pasta geopolimer, serta efek dari pemanfaatan metode steam curing untuk meningkatkan durabilitas beton HVFA terhadap uji kuat tekan pada proses perendaman beton dalam larutan asam sulfat. Untuk beton HVFA, penggunaan larutan alkali dan pasta geopolimer serta penggunaan metode steam curing dapat meningkatkan durabilitas beton terhadap perendaman dalam 7

Kuat Tekan (MPa) Kuat Tekan (MPa) larutan asam sulfat. Pada beton HVFA yang tidak melalui proses steam curing kadar molaritas yang digunakan tidak berbanding lurus dengan hasil kuat tekan yang dicapai. Penggunaan larutan alkali 8M mempunyai kuat tekan 2.97 MPa lebih besar dibandingkan dengan penggunaan larutan alkali 14M. Sedangkan dengan penggunaan pasta geopolimer 14M hanya meningkatkan 0.02 MPa saja bila dibandingkan dengan penggunaan pasta geopolimer 10M. 28 hari 56 hari 90 hari 28 hari 56 hari 90 hari Gambar 10. Kuat Tekan Beton HVFA 5. KESIMPULAN Dari data yang ada pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Rasio pengaplikasian larutan alkali dan pasta geopolimer mempunyai hasil yang beragam, bergantung kepada pengujian yang dilakukan, jenis beton yang akan diaplikasi, metode curing yang dilakukan, molaritas yang digunakan pada coating. Namun dengan menggunakan coating pada beton, secara umum durabilitas beton tersebut meningkat. 2. Penggunaan lapisan coating geopolimer pada beton konvensional dan beton HVFA hanya bersifat sementara saja. Setelah lapisan tersebut rusak (terkelupas), maka beton itu akan sama seperti beton tanpa coating. 3. Metode steam curing pada beton dapat meningkatkan durabilitas beton terhadap serangan asam sulfat. Proses kerusakan lapisan ini terjadi pada saat beton telah dikeluarkan dalam larutan asam sulfat pada siklus pertama dari wet-dry cycle test dengan tingkat kerusakan yang berbeda pada tiap sampelnya. 4. Beton yang menggunakan metode steam curing mempunyai penetrasi terhadap ion klorida yang lebih besar bila dibandingkan dengan beton yang tidak menggunakan steam curing. Hal ini disebabkan karena pori-pori pada beton terbuka pada saat proses steam curing dan memudahkan ion klorida untuk masuk ke dalam beton. 6. DAFTAR REFERENSI Eliza F., Barbara P., & Carlo P. Ethyl Silicate for Surface Protection of Concrete (2013). Performance in comparison with other inorganic surface treatments. Cement and Concrete Composites, 44, 69-79. Setyawan, R., & Wiratmoko, T. (2007). Durabilitas beton fly ash yang diaktivasi dengan larutan alkali. Unpublished undergraduate thesis, Universitas Kristen Petra, Surabaya, Indonesia. Wattimena, O. K., Antoni, Hardjito, D. (2013). Improving Surface Durability of High Volume Fly Ash Concrete with Application of Alkali Solution. Advanced Materials Research Vol. 626 (2013) pp 636-640. Wiyono, D. (2015). Peningkatan Durabilitas pada Beton Pozzolan dengan Coating Larutan Alkali dan Lapisan Geopolimer. Unpublished Thesis, Universitas Kristen Petra, Surabaya, Indonesia. Yang H., Wang Z., & Xiong J. The effect of surface hydrophobation silane treatment on chloride ion penetration resistance for concrete structures in marine environment. Advanced Materials Research Vol. 598 (2012) pp 524-530 8