PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

PERBEDAAN ANGKA RATA-RATA KARIES GIGI ANTARA MASYARAKAT BALI VEGETARIAN DAN NONVEGETARIAN DI DESA BASARANG JAYA KABUPATEN KAPUAS

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah***

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter,

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001,

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Plak merupakan penyebab utama dari penyakit periodontal (Manson

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perawat gigi, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

PENGARUH METODE MENGGOSOK GIGI SEBELUM MAKAN TERHADAP KUANTITAS BAKTERI DAN Ph SALIVA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengambilan sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang perbedaan derajat keasaman ph saliva antara sebelum

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan suatu penyakit yang sering dijumpai. Menurut Dr. WD

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

PENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempengaruhi derajat keasaman saliva. Saliva memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN. (Garcinia Mangistan Linn.) terhadap penurunan indeks plak, yang menggunakan

Anneke A. Tahulending 1), Christy Velia Kosegeran 2) 1)3) Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. R. W. Mongisidi Malalayang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

BAB 2 SALIVA. Saliva merupakan salah satu dari cairan di rongga mulut yang diproduksi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menyerang jaringan keras gigi seperti , dentin dan sementum, ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

BAB II TINJAUAN PUSATAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh keseluruhan (Tambuwun et al., 2014). Kesehatan gigi dan mulut tidak

BAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mukosa, albumin, polipeptida dan oligopeptida yang berperan dalam kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kondisi ini dapat tercapai dengan melakukan perawatan gigi yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia memiliki organ pencernaan yang salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui mulut, dan pada kalangan usia lanjut. 2 Dry mouth berhubungan dengan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008),

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi gula adalah masalah utama yang berhubungan dengan. dan frekuensi mengkonsumsi gula. Makanan yang lengket dan makanan yang

Transkripsi:

PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK Nidia Alfianur 1, Budi Suryana 2 1, 2 Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Pontianak ABSTRAK Latar Belakang: Karies dan gingivitis merupakan dua kasus penyakit gigi dan mulut yang paling banyak diderita oleh masyarakat Indonesia. Salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies dan gingivitis ini adalah plak gigi. Plak tidak dapat dihindari pembentukannya dan yang mempengaruhi pembentukan plak ini salah satunya yaitu saliva. mempunyai peranan penting dalam meminimalisir pembentukan plak, namun struktur dan komposisi saliva juga berpengaruh dalam memainkan peranannya salah satunya adalah viskositas atau kekentalan. Tujuan: untuk melihat pengaruh viskositas saliva terhadap pembentukan plak gigi dan penelitian dilakukan di Asrama A Poltekkes Kemenkes Pontianak. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil sebanyak 51 orang dengan teknik random sampling. Validitas data diuji dengan product moment. Hasil: penelitian didapatkan p < 0,01 yang menunjukkan hubungan yang signifikan antara viskositas saliva dengan pembentukan plak. Disimpulkan bahwa semakin tinggi viskositas saliva akan diikuti dengan tingginya indeks plak. Kata Kunci: viskositas saliva, plak gigi Insidental, Vol. 1, No. 1, November 2014 1

PENDAHULUAN Karies dan gingivitis adalah dua penyakit gigi dan mulut yang paling banyak diderita oleh masyarakat Indonesia. Prevalensi gingivitis di Indonesia berdasarkan indeks kalkulus mencapai 45,8 % di daerah rural, dan 38,4 % di daerah urban, serta meningkat sesuai bertambahnya umur 1. Sedangkan berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga, prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05% dan ini tergolong tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya 2. Plak gigi merupakan salah satu penyebab utama terjadinya karies, begitu pula dengan gingivitis. Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembangbiak dalam suatu matrik intraseluler jika seseorang melalaikan kebersihan gigi dan mulutnya 3. Mikroorganisme yang terdapat dalam plak inilah yang meremineralisasi gigi dan menginflamasi gusi. Lokasi dan laju pembentukan plak adalah bervariasi diantara individu. Faktor yang mempengaruhi laju pembentukan plak salah satunya antara lain adalah laju aliran saliva 4. atau ludah merupakan salah satu dari cairan di rongga mulut yang diproduksi dan diekskresikan oleh kelenjar saliva dan dialirkan ke dalam rongga mulut melalui suatu saluran. diekskresi hingga 0.5 1.5 liter oleh tiga kelenjar liur mayor dan minor yang berada di sekitar mulut dan tenggorokan untuk memastikan kestabilan di sekitar rongga mulut 5. merupakan cairan dalam rongga mulut yang sangat penting keberadaannya terutama berhubungan dengan pembentukan karies, karena peranannya yang mempengaruhi pertumbuhan plak didalam mulut. dapat menetralkan keadaan mulut yang terlalu asam dan membentuk lapisan tipis untuk menghalangi kontak antara bakteri mulut dengan gusi dan gigi. Sekresi saliva merupakan suatu proses alamiah yang membersihkan sisa-sisa makanan dari permukaan gigi dan melindungi jaringan mulut dari pengaruh buruk bakteri. Peningkatan viskositas saliva dan penurunan kecepatan sekresi saliva dapat mengakibatkan penambahan plak dan karies secara cepat dan akhirnya terjadi kerusakan gigi-geligi 6. mengandung molekul karbohidrat protein (glikoprotein) yang menyebabkan beberapa bakteri untuk mengelompok (aglutinasi) atau ditelan. juga mengandung urea dan buffer lain yang membantu melarutkan asam dalam plak. memilki peran antimikroba plak karena kandungan bermacam-macam protein dan antibodi yang dapat menghambat bahkan membunuh bakteri 3. Besarnya peranan saliva tentunya akan berbeda pada tiap individu, karena saliva memiliki komposisi dan konsentrasi yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi kondisi sekresi saliva sehingga lingkungan rongga mulut juga berbeda. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi dan konsentrasi saliva antara lain laju aliran saliva, viskositas, volume, ph dan kapasitas buffer saliva 7. Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi dan konsentrasi saliva. Penelitian ini melihat pengaruh viskositas atau kekentalan saliva secara khusus terhadap pembentukan plak gigi BAHAN DAN CARA PENELITIAN Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan studi cross sectional, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa di Asrama A Poltekkes Kemenkes Pontianak yang berjumlah 103 orang. untuk menentukan besarnya sampel untuk populasi kecil, dapat menggunakan rumus sehingga sampel yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah 51 orang. Dan sampel diambil menggunakan metode random sampling. Data akan dianalisis dengan menggunakan uji product moment. Melihat tingkat viskositas saliva kita dapat menghitung waktu dari saliva itu mengalir melalui sebuah pipet kapiler. Waktu yang dibutuhkan saliva mengalir diukur dengan pengukur waktu, kemudian dicatat sebagai nilai viskositasnya. Insidental, Vol. 1, No. 1, November 2014 2

Responden disarankan untuk tidak makan dan minum 1 jam sebelum dilakukan pengumpulan saliva. Merokok, mengunyah permen karet dan minum kopi juga dilarang selama jam ini. Subjek disarankan untuk berkumur-kumur beberapa kali dengan air dan kemudian beristirahat selama lima menit. Pengumpulan sampel saliva menggunakan draining method. Sampel saliva yang telah dikumpulkan dalam wadah kecil diambil sebanyak 1 ml dengan menggunakan pipet kapiler. Lalu karet hisap dari pipet kapiler dilepas dan saliva dibiarkan mengalir keluar dari skala 0 sampai skala 0,5. Waktu yang dibutuhkan saliva mengalir diukur dengan pengukur waktu, waktu ini kemudian dicatat sebagai nilai viskositasnya. Setiap pengukuran sampel saliva, pipet ukur 1 ml dibersihkan dengan aquadest dan alkohol 70% lalu keringkan. HASIL PENELITIAN Kategori Viskositas Data yang diperoleh pada penelitian dilakukan di Asrama A Poltekkes Kemenkes Pontianak salah satunya mengenai viskositas saliva yang ditunjukkan dalam tabel 1. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Viskositas Kategori Viskositas Kriteria Indeks Plak Baik Sedang Frekuensi Persen (%) Tinggi 20 39 Normal 11 22 Rendah 20 39 Total 51 100 Total Tinggi 1 19 20 Normal 5 6 11 Rendah 17 3 20 Total 23 28 51 Berdasarkan tabel 1, 20 orang responden (39%) berkategori viskositas saliva tinggi dan jumlah yang sama juga terdapat pada kategori viskositas saliva rendah, dan sisanya 11 orang responden (22%) viskositas salivanya normal. Skor indeks plak yang didapat dari 51 responden yang telah dikategorikan terdapat 2 kategori yaitu baik dan sedang, frekuensi masing-masing kategori pada tabel 2. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Indeks Plak Kriteria Indeks Plak Frekuensi Persen (%) Sangat Baik 0 0 Baik 23 45 Sedang 28 55 Buruk 0 0 Total 51 100 Kriteria indeks plak yang mendominasi dari keseluruhan sampel yaitu kriteria sedang sebanyak 28 responden (55%), namun tak jauh berbeda dengan kriteria baik yaitu sebanyak 23 responden (45%), dan tidak ada responden yang kriteria indeks plaknya buruk. Frekuensi viskositas saliva dilihat dengan frekuensi indeks plak ditunjukkan pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Viskositas dan Indeks Plak Dengan jumlah 51 responden terdapat 20 responden yang memiliki viskositas saliva yang tinggi (salivanya kental), 11 responden viskositas saliva normal, dan 20 responden viskositas salivanya rendah (saliva encer). Dari 20 responden yang viskositas salivanya tinggi terdapat 19 responden memiliki indeks plak sedang, dan hanya 1 responden yang indeks plaknya baik Sedangkan untuk viskositas saliva yang rendah, dari 20 responden 17 diantaranya memiliki indeks plak yang baik, dan 3 responden yang indeks plaknya sedang. Data dianalisis dengan uji product moment dan hasil analisis ditampilkan pada tabel 4. Insidental, Vol. 1, No. 1, November 2014 3

Tabel 4. Hasil Uji Viskositas Terhadap Indeks Plak Variabel Viskositas Terhadap Indeks Plak r hitung ρ value Ket -0,697 0,000 Signifikan dengan tingkat signifikansi α 0,01 Setelah dilakukan analisis data didapatkan bahwa hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh antara viskositas saliva dengan indeks plak ditandai dengan p < 0.01. Adapun hasil r hitung = -0.697 menunjukkan kolerasi negatif yang kuat dan bermakna (Ha diterima), korelasi negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi viskositas saliva seseorang maka indeks plaknya akan semakin rendah atau buruk. PEMBAHASAN Plak gigi memang tidak dapat dihindari pertumbuhannya di permukaan gigi, namun tingkat pertumbuhan itu berbeda pula masingmasing individu. Perbedaan tersebut dapat terjadi oleh berbagai faktor, dan salah satu yang mempengaruhi pertumbuhan tersebut adalah keadaan lingkungan di dalam rongga mulut seseorang dalam hal ini yaitu keadaan salivanya 4. Salah satu keadaan saliva yang mempengaruhi pertumbuhan plak gigi ini adalah viskositas saliva tersebut. Pengaruh viskositas saliva terhadap pembentukan plak pada mahasiswa Poltekkes Kemenkes Pontianak yang menetap di Asrama A Poltekkes Kemenkes Pontianak. Hasil analisis data menggunakan uji product moment didapatkan hasil ρ < 0,01 yang menunjukkan bahwa hasil penelitian ini signifikan dan terdapat pengaruh yang kuat dan bermakna antara viskositas saliva dengan pembentukan plak gigi. Hasil analisis data juga menunjukkan sebanyak 20 responden yang memiliki viskositas saliva tinggi 19 diantaranya memiliki indeks plak dengan kriteria sedang. Sedangkan dari 20 responden yang memiliki viskositas rendah 17 diantaranya memiliki indeks plak dengan kriteria baik. Viskositas saliva dinyatakan tinggi apabila saliva tersebut kental dan lambat mengalir, dan viskositas saliva dinyatakan rendah apabila saliva tersebut encer dan cepat mengalir, dan dari penelitian ini menunjukkan semakin rendah viskositas saliva seseorang indeks plaknya akan semakin baik. Menurut Ratnasari penelitian yang dilakukan untuk melihat pengaruh fase pengobatan tuberkulosis paru terhadap laju aliran saliva dan pertumbuhan plak ini didapatkan hasil bahwa fase pengobatan tuberkulosis paru berpengaruh menurunkan laju aliran saliva yang diikuti dengan meningkatnya pertumbuhan plak 8. Laju aliran saliva erat kaitannya dengan viskositas saliva sebagaimana yang diungkapkan Affianti, semakin rendah viskositas saliva maka akan semakin cepat laju aliran salivanya. Maka dapat disimpulkan bahwa menurunnya laju aliran saliva atau dengan kata lain meningkatnya viskositas saliva akan meningkatkan pertumbuhan plak 9. Penelitian ini juga diperkuat dengan teori yang dikemukakan Prihartati, bahwa kandungan protein dalam saliva memilki banyak fungsi diantaranya lisozim mampu membunuh bakteri tertentu sehingga berperan dalam sistem penolakan bakterial., laktoperosidase mengkatalisis oksidasi CNS (thiosianat) menjadi OSCN (hypothio) yang mampu menghambat pertukaran zat bakteri dan pertumbuhannya 10. Dengan adanya fungsi dari protein saliva inilah sebenarnya yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga pertumbuhan plak dapat diminimalisir. Namun apabila produksi protein ini berkurang maka aksi proteksi ini juga berkurang. Menurut Affianti kelenjar saliva terdiri dari sel serus dan sel mukus. Sel yang menghasilkan protein, glikoprotein, sejumlah enzim, anti mikoba, ikatan kalsium, dan lainnya adalah sel serus. Sedangkan sel mukus menghasilkan mucin. Walaupun mucin juga merupakan glikoprotein tetapi berbeda dari glikoprotein sel serus dalam struktur proteinnya 9. Insidental, Vol. 1, No. 1, November 2014 4

Dalam menghambat pertumbuhan plak gigi tentunya saliva harus mensekresikan lebih banyak protein mengingat fungsinya sebagai penghambat pertumbuhan bakteri, dengan kata lain sel serus harus medominasi pengeluaran saliva dibandingkan dengan sel mukus, karena sel mukus hanya menghasilkan mucin. Jika seseorang memiliki viskositas saliva yang tinggi (kental) ini menunjukkan dominasi sel mukus yang memproduksi mucin dan menyebabkan kurangnya produksi protein saliva sehingga berkurang juga fungsi penghambat pertumbuhan plaknya 9. Dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa responden yang viskositas salivanya tinggi indeks plaknya lebih rendah (kriteria sedang) dibandingkan dengan viskositas salivanya rendah (encer) yang indeks plaknya lebih baik (kriteria baik).. Meskipun terdapat beberapa responden yang berbeda seperti pada tabel 3, terdapat 1 orang responden dengan viskositas saliva yang tinggi namun indeks plaknya baik, dan 3 orang responden yang viskositas salivanya rendah namun indeks plaknya sedang, dimungkinkan ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan tersebut seperti kondisi permukaan gigi geligi responden yang berbeda satu sama lain, dan kondisi responden pada saat penelitian. KESIMPULAN Terdapat pengaruh antara viskositas saliva dengan pembentukan plak, Jika viskositas saliva meningkat (kental) maka akan terjadi peningkatan plak atau indeks plak akan semakin buruk. vikositas saliva dengan kategori tinggi dan rendah mendominasi dan hanya sedikit viskositas saliva dengan kategori normal. terdapat indeks plak yang berkategori baik dan sedang, serta tidak terdapat indeks plak untuk kategori sangat baik dan buruk. SARAN Melihat risiko tingkat pembentukan plak sehingga dapat disarankan untuk lebih memperhatikan kebersihan gigi dan mulut atau oral hygine dengan itu risiko terjadinya penyakit gigi dan mulut dapat dicegah. Orang yang memiliki viskositas saliva yang tinggi dapat meminimalisir tingginya pembentukan plak dengan mengkonsumsi makanan berserat, berair, dan banyak mengandung vitamin dan mineral serta menghindari makanan dan minuman kariogenik sehingga pembentukan plak dapat diminimalisir. KEPUSTAKAAN 1. Depkes RI. 1999. Survei Sosial Ekonomi Nasional. (www.depkes.go.id. diakses 6 Desember 2012) 2. Depkes RI. 2004. Survei Kesehatan Rumah Tangga. (www.depkes.go.id,diakses 6 Desember 2012) 3. Putri, Megananda H,. 2009. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. EGC. Jakarta 4. Rifki, Ayudia. 2010. Perbedaan Efektifitas Menyikat Gigi dengan Metode Roll dan Horizontal pada Anak Usia 8 dan 10 di Medan. (www.repository.usu.ac.id, diakses tanggal 22 Januari 2013) 5. Azmi. 2010. Sebagai Media Diagnosa (www.repository.usu.ac.id, diakses 4 Desember 2012) 6. Pardede, Ratna D. 2008. Peranan Dalam Melindungi Gigi Terhadap Karies. (www.repository. usu.ac.id, diakses 4 Desember 2012) 7. Simanjuntak, Caroline. 2011. Hubungan Keadaan dengan Risiko Karies pada Siswa Kelas X SMK Negeri 9 Medan (www.repository.usu.ac.id, diakses tanggal 09 Desember 2012) 8. Ratnasari, H. 2011. Pengaruh Fase Pengobatan Tuberkulosis Paru Pada Anak Perempuan Berusia 7-10 Tahun Terhadap Laju Aliran Dan Pertumbuhan Plak. (www.etd.ugm.ac.id, diakses tanggal 20 Juli 2013) 9. Affianti, Hilda Sari. 2010. Viskositas Sebelum Dan Setelah Mengunyah Buah Apel Dan Minum Jus Apel Pada Mahasiswa FKG USU Angkatan 2006- Insidental, Vol. 1, No. 1, November 2014 5

2007 (www.repository.usu.ac.id, diakses 4 Desember 2012) 10. Prihartati, Vera. 2008. Peranan Sebagai Media Diagnosa. (www.repository.usu.ac.id, diakses tanggal 14 Februari 2013) Insidental, Vol. 1, No. 1, November 2014 6