PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting pembangunan. Sehingga pada tanggal 11 Juni 2005 pemerintah pusat

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Peternakan sapi potong merupakan salah satu sektor penyedia bahan

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Masih banyak warga negara Indonesia yang bermata

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan lain yang bersifat komplementer. Salah satu kegiatan itu adalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

I. PENDAHULUAN. maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan membangun

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk

PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran bidang peternakan.

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

I. PENDAHULUAN. berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

MINAT PETERNAK UNTUK MENGEMBANGKAN TERNAK SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus : Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani.

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

I PENDAHULUAN. sektor peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang perlu

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung. perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa sektor pertanian

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I PENDAHULUAN. pertanian tersebut antara lain menyediakan bahan pangan bagi seluruh penduduk,

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Peran dan fungsi pemerintah pada era otonomi daerah adalah. berupa pelayanan dan pengaturan (fasilitator, regulator dan dinamisator)

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PEDAHULUAN. sekitar 2-5 ekor ternak per rumah tangga peternak (RTP). Skala yang kecil

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi bagi pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. tambah, daya saing, dan ekspor serta (4) meningkatkan kesejahteraan petani (RKT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tantangan utama pembangunan peternakan sapi potong dewasa ini adalah permintaan kebutuhan daging terus meningkat sebagai akibat dari tuntutan masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan gizi yang bersumber dari protein hewani. Di lain pihak, kondisi pertambahan populasi ternak belum mampu mencukupi pemotongan yang cukup besar, sehingga pemerintah harus melakukan impor sapi bakalan dari luar. Guntoro (2006) mengungkapkan bahwa pada tahun 2005 konsumsi daging sapi masyarakat dinilai masih rendah yakni rata-rata 1,71 kg/kapita/tahun dari target yang dipersyaratkan Departemen Kesehatan dalam pemenuhan gizi masyarakat yakni rata-rata 3,5 kg/kapita/tahun. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah telah melakukan program pengembangan sapi potong pada beberapa wilayah yang tergolong sentra-sentra produksi, salah satu wilayahnya adalah Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pemilihan lokasi pengembangan dinilai strategis karena didukung oleh berbagai ketersediaan sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai basis ekologi budidaya seperti padang rumput (meadows) seluas 34.279 ha, lahan potensi/persawahan (wet rice field) seluas 34.077 ha, tegalan/kebun (dryland/ garden) seluas 24.886 ha (BPS Kabupaten Konawe 2008). Di samping itu masyarakatnya sudah akrab mengusahakan sapi potong dalam sistem usahatani yang dikelola secara majemuk dengan jumlah peternak pada tahun 2005 adalah 15.561 jiwa (Disnak Kabupaten Konawe 2008). Pembangunan peternakan Kabupaten Konawe pada hakekatnya dinilai belum optimal karena tingkat pendapatan masyarakat masih relatif rendah. Oleh karena itu, isu pokok pembangunan ke depan masih mengarah pada upaya peningkatan pendapatan, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Proses pembangunan merupakan upaya yang terus-menerus dilakukan dan kebijaksanaan dirumuskan sebagai suatu kegiatan pembinaan terhadap berbagai aktivitas usaha dalam memanfaatkan segala sumberdaya dan sumberdana yang dimiliki secara optimal untuk mencapai tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Soekartawi (1995) bahwa

2 melalui peningkatan produksi hasil pertanian/peternakan dapat diupayakan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berbagai pendekatan telah dilakukan sebagai upaya menyelaraskan dengan kegiatan usaha yang digeluti para petani dan secara operasional keseluruhannya dituntut dapat memanfaatkan ketersediaan potensi sumberdaya alam secara optimal dalam menopang akselerasi dan sinkronisasi berbagai aspek program pembangunan yang telah dilakukan. Hal tersebut dipandang penting karena sektor pertanian masih merupakan salah satu sandaran utama perekonomian masyarakat dan penyumbang utama dalam pembangunan daerah. Peternakan sapi potong adalah bagian dari sektor pertanian dan merupakan sub-sektor penting dalam menunjang perekonomian masyarakat. Kontribusinya sangat penting dalam penyediaan kebutuhan akan protein hewani dan sumber pendapatan dalam peningkatan kesejahteraan peternak. Sapi potong dipandang sebagai salah satu mesin penggerak (engine of growth) perekonomian masyarakat desa. Salah satu faktor pendorong pengembangan peternakan sapi potong adalah permintaan produksi sapi potong semakin meningkat, dipicu oleh pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin besar serta tingkat kesadaran masyarakat akan produk pangan bergizi tinggi juga semakin meningkat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berdampak terhadap berbagai kemajuan dalam pengembangan teknologi peternakan sapi potong, kemajuan-kemajuan tersebut memungkinkan peternak dapat meningkatkan kapasitas usahanya. Di lain pihak, kenyataan menunjukkan bahwa tingkat kemampuan dan partisipasi masyarakat dalam berusaha masih sangat rendah bahkan cenderung menurun khususnya dalam dekade terakhir. Jumlah dan jenis permasalahan yang dihadapi bukan semakin berkurang, melainkan bertambah terus sesuai dengan perkembangan dan kemajuan sistem peternakan itu sendiri. Perkembangan teknologi dan kemajuan sistem berusaha ternak semakin membutuhkan cara-cara penanganan dengan keterampilanketerampilan khusus yang lebih rumit dan membutuhkan banyak pemikiran karena sifat teknologinya cenderung mempergunakan peralatan dan sarana yang spesifik, sehingga dalam mengoperasionalkan membutuhkan persyaratan kondisional peternak yakni berbagai kompetensi harus dimiliki peternak.

3 Menurut Suparno (2001) kompetensi adalah kecakapan yang memadai dalam melakukan suatu tugas atau memiliki keterampilan yang disyaratkan. Kompetensi merupakan perbuatan rasional dan memuaskan dalam memenuhi tujuan yang diinginkan. Kecakapan tersebut dapat dicapai jika peternak memiliki kemampuan dalam mengkombinasikan pengetahuan, sikap, keterampilan dan berbagai faktor yang dibutuhkan untuk berperan secara efektif. Oleh karena itu peternak hanya akan melakukan perubahan ke arah pembaharuan kalau memiliki kompetensi untuk melakukan perubahan. Hal tersebut dapat terjadi bila peternak memperoleh pengetahuan yang cukup dan mampu mendukung terciptanya semangat untuk melakukan pembaharuan. Masalah Penelitian Sapi bali merupakan jenis sapi potong yang umum diusahakan oleh masyarakat Kabupaten Konawe dengan sistem pemeliharaan masih bertumpuh pada sistem pemeliharaan ekstensif dan semi intensif serta dikelola secara turuntemurun. Usaha peternakan sapi potong pada umumnya masih ditempatkan sebagai cabang usaha dalam sistem usahatani yang dikelola secara majemuk. Terdapat dua kategori utama basis ekologi budidaya yaitu lahan kering dan lahan persawahan. Penyebaran ternak di lahan kering terdapat pada 12 wilayah Kecamatan, sedangkan di lahan persawahan penyebarannya terdapat pada 13 Kecamatan. Lahan persawahan merupakan basis budidaya yang paling umum dimanfaatkan oleh peternak. Tahun 2007 jumlah populasi sapi potong yang diusahakan pada basis lahan persawahan adalah 27.174 ekor dengan jumlah peternak sebanyak 9.280 jiwa, sedangkan pada lahan kering jumlah populasi sebesar 9.312 ekor dengan jumlah peternak sebanyak 2.446 jiwa, sehingga total populasi yang diusahakan sebanyak 36.486 ekor (Disnak Kabupaten Konawe 2008). Dekade terakhir, kinerja pengembangan sapi potong belum menunjukkan kinerja yang menggembirakan, bahkan dalam dua tahun terakhir, seiring dengan gencarnya program percetakan lahan persawahan, kinerja usaha sapi potong mengalami penurunan yang sangat tajam. Gencarnya pelaksanaan program perluasan areal persawahan, trend jumlah rumah tangga yang mengusahakan sapi potong dan kinerja pengembangannya mengalami penurunan. Tahun 2005

4 populasi sapi potong masih mencapai 44.554 ekor dan diusahakan oleh peternak sebanyak 14.588 jiwa. Selanjutnya pada tahun 2006 populasi mengalami penurununan menjadi 42.530 ekor dan hanya diusahakan oleh peternak sebanyak 12.518 jiwa. Penurunan masih terus berlanjut pada tahun 2007 yakni populasinya tinggal 36.486 ekor dan hanya diusahakan oleh peternak sebanyak 11.726 jiwa (Disnak Kabupaten Konawe 2008). Alih fungsi lahan tampaknya membawa implikasi terhadap berkurangnya basis ekologi budidaya yang selama ini dimanfaatkan peternak sebagai padang penggembalaan pola pemeliharaan ekstensif dan semi intensif. Luas areal persawahan pada tahun 2006 sebesar 20.672,8 ha dan mengalami peningkatan yang cukup drastis pada tahun 2007 menjadi 22.126,4 ha (Distan Kabupaten Konawe 2008). Hal tersebut mengindikasikan bahwa perubahan basis ekologi budidaya, tidak diikuti dengan perubahan kompetensi pengelolaan dalam memanfaatkan sumberdaya alam baru yang tersedia di sekitarnya. Secara ideal dengan dukungan teknologi, pengembangan sapi potong pada wilayah tersebut seharusnya dapat ditingkatkan karena pertambahan luas areal persawahan secara otomatis akan menghasilkan limbah pertanian berupa jerami yang melimpah dan dapat dimanfaatkan sebagai pakan sapi potong. Namun dukungan atau pemanfaatan teknologi membutuhkan cara penanganan yang lebih spesifik serta membutuhkan keterampilan-keterampilan khusus, sehingga memerlukan persyaratan kondisional peternak dalam memanfaatkan potensi sumberdaya yang tersedia dalam mengembangkan usahanya. Salah satu persyaratan kondisional yang mutlak diperlukan adalah kompetensi dalam pengelolaan usaha sapi potong. Berdasarkan rumusan tersebut di atas, perlu diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi peternak dalam pengembangan usaha sapi potong di Kabupaten Konawe dengan beberapa pertanyaan penelitian berikut ini: 1. Sejauh mana tingkat kompetensi peternak sapi potong pada basis ekologi budidaya lahan persawahan dan lahan kering? 2. Variabel-variabel apa saja yang berhubungan dengan kompetensi peternak sapi potong pada basis ekologi budidaya lahan persawahan dan lahan kering?

5 3. Sejauh mana tingkat kinerja peternak sapi potong pada basis ekologi budidaya lahan persawahan dan lahan kering? 4. Sejauh mana hubungan variabel internal dan eksternal peternak dengan kompetensi pengelolaan usaha sapi potong pada basis ekologi budidaya lahan persawahan dan lahan kering? 5. Sejauh mana hubungan kompetensi dengan kinerja peternak sapi potong pada basis ekologi budidaya lahan persawahan dan lahan kering? Tujuan Penelitian Keberhasilan pengembangan sapi potong pada dasarnya adalah karya peternak, yang berarti bahwa secara filosofis peternak sebagai subyek pembangunan. Karena itu pengembangan kompetensi peternak menjadi fokus perhatian dalam mempersiapkan masyarakat menjadi mandiri dan mampu menentukan nasibnya sendiri. Berbagai model pengembangan usaha sapi potong telah dilakukan, namun masih dinilai belum mampu meningkatkan kompetensi peternak dalam berusaha sapi potong yang lebih efisien. Hal tersebut diduga akibat dari proses penyuluhan yang bertujuan memberi penyadaran kepada petani dan penentu kebijakan belum efektif. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan: 1. Menganalisis tingkat kompetensi peternak sapi potong pada basis ekologi budidaya lahan persawahan dan lahan kering. 2. Menentukan variabel-variabel yang berhubungan dengan kompetensi peternak sapi potong pada basis ekologi budidaya lahan persawahan dan lahan kering. 3. Menganalisis tingkat kinerja peternak sapi potong pada basis ekologi budidaya lahan persawahan dan lahan kering. 4. Menganalisis hubungan variabel internal dan eksternal peternak dengan kompetensi pengelolaan usaha sapi potong pada basis ekologi budidaya lahan persawahan dan lahan kering. 5. Menganalisis hubungan kompetensi dengan kinerja peternak sapi potong pada basis ekologi budidaya lahan persawahan dan lahan kering. Kegunaan Penelitian Keberhasilan pembangunan peternakan sapi potong ditentukan oleh efektivitas tiga sub-sistem yang saling terkait yaitu generating system (rantai

6 pemasok teknologi/inovasi), delivery system (penyebarluasan inovasi teknologi) dan receiving system (pengadopsi inovasi teknologi). Kegiatan penyuluhan merupakan delivery system yang memberi dukungan terhadap penyebarluasan informasi teknologi dalam bentuk pendidikan nonformal. Kegiatan penyuluhan semula hanya ditujukan kepada petani/peternak agar dapat melibatkan diri dalam berbagai kegiatan sektor produksi pertanian/peternakan. Dalam perkembangannya penyuluhan tidak hanya sebatas peningkatan produksi, tetapi harus dapat mengembangkan teknik-teknik baru guna meningkatkan efisiensi produksi dan pendapatan serta dapat memperoleh tingkat kehidupan yang lebih tinggi bagi diri dan keluarganya. Oleh karena itu kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Sebagai bahan informasi dan penyadaran bagi peternak tentang perlunya memiliki kemampuan cerdas (kompetensi) dalam pemecahan masalah pengembangan sapi potong di Kabupaten Konawe. 2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan metode penelitian ilmu penyuluhan pembangunan dalam mengintegrasikan pendekatan deskriptif kuantitatif. 3. Sebagai bahan masukan bagi pihak terkait (pemerintah) dalam merumuskan kebijakan dan strategi pembangunan peternakan sapi potong, khususnya strategi peningkatan kompetensi peternak dalam mewujudkan kinerja pengelolaan sapi potong yang lebih baik. 4. Secara akademis diharapkan akan memberikan perluasan wawasan bagi penelitian-penelitian serupa di kemudian hari. Kerangka Pemikiran Pembangunan peternakan sapi potong merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan pertanian. Sapi potong memberi sumbangan yang cukup besar terhadap perekonomian masyarakat dalam hal peningkatan pendapatan, memberi lapangan kerja dan penyumbang pendapatan daerah. Pada hakekatnya, keberhasilan pengembangan sapi potong ditentukan oleh kemampuan atau kompetensi sumberdaya manusia dalam mengelola sistem usaha sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Oleh karena itu, peningkatan kemampuan petani/peternak perlu terus ditingkatkan melalui proses pendidikan (Rogers 1983).

7 Pengembangan sapi potong menuntut dukungan ketersediaan sumberdaya manusia yang berkompeten dan berkemampuan tinggi agar dapat mengatur kebiasaan berusaha dan memecahkan masalah secara mandiri. Peningkatan kemampuan individu dalam konteks aktualisasi berkaitan erat dengan pengembangan diri sebagai suatu proses memperkuat ketahanan diri, agar dapat berinteraksi dengan lingkungan dalam rangka melaksanakan fungsi dan peranannya. Peternak yang berkemampuan dan memiliki kompetensi tinggi, memiliki kecakapan atau keterampilan yang memadai untuk melakukan suatu tugas yang disyaratkan. Kinerja yang dapat ditampilkan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan tidak lepas dari faktor masyarakat itu sendiri. Menurut Kusai (1996) kemampuan untuk menentukan sikap menerima atau mengadopsi teknologi erat hubungannya dengan faktor internal peternak dan adanya dukungan faktor eksternal berupa lingkungan usaha yang memadai. Oleh karena itu kinerja pengembangan sapi potong tidak dapat dipisahkan dari kemampuan atau keahlian peternak berupa kompetensi dalam menerapkan teknologi: (1) pemilihan bibit, (2) perkandangan, (3) pemberian pakan, (4) mengawinkan ternak, (5) penanganan kesehatan ternak dan (6) pemasaran hasil secara efektif dan efisien. Kompetensi peternak dibentuk oleh pengetahuan, keterampilan, sikap mental dan manajerial dalam melaksanakan sistem usaha secara optimal dalam kondisi normal ataupun situasi berbeda sesuai ukuran atau tujuan yang ditentukan. Secara teoritis, berkembang atau tidaknya kompetensi peternak dalam mengelola usaha sapi potong dipengaruhi oleh bayak hal dan dalam penelitian ini dikelompokkan dalam dua variabel yakni variabel internal dan eksternal. Variabel internal yang mempengaruhi meliputi: umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman berusaha, skala usaha, ketersediaan tenaga kerja, motivasi berusaha dan kekosmopolitan. Sedangkan variabel eksternal yang mempengaruhi meliputi: ketersediaan sarana produksi, layanan penyuluhan, keterlibatan peternak dalam kelompok dan akses kredit. Variabel internal dan eksternal sebagai peubah antecedent, sedangkan kompetensi yang tinggi berkorelasi dengan terciptanya kinerja peternak yang semakin meningkat merupakan konsekuensi. Keterkaitan

8 antara peubah kunci pada penelitian kompetensi peternak dalam pengelolaan usaha ternak sapi potong di Kabupaten Konawe, tersaji pada Gambar 1. Variabel Internal: X1 Umur peternak X2 Tingkat pendidikan X3 Pengalaman berusaha X4 Skala usaha X5 Ketersediaan tenaga kerja X6 Motivasi berusaha X7 Kekosmopolitan H 1 H 2 Variabel Eksternal: X8 Ketersediaan sarana produksi X9 Layanan penyuluhan X10 Keterlibatan dalam kelompok X11Akses kredit Kompetensi Peternak dalam Pengelolaan Usaha Sapi Potong (Y1) 1. Pengetahuan dalam hal: (a) pemilihan bibit (b) perkandangan (c) pemberian pakan (d) penanganan kesehatan (e) perkawinan (f) pemasaran hasil, 2. Sikap dalam hal: (a) pemilihan bibit (b) perkandangan (c) pemberian pakan (d) penanganan kesehatan (e) perkawinan (f) pemasaran hasil 3. Keterampilan dalam hal: (a) pemilihan bibit (b) perkandangan (c) pemberian pakan (d) penanganan kesehatan (e) perkawinan (f) pemasaran hasil 4. Manajerial dalam hal: (a) perencanaan usaha (b) evaluasi usaha H 3 Kinerja Peternak (Y2): Produktivitas Keuntungan Gambar 1 Kerangka konseptual kompetensi peternak dalam pengelolaan usaha sapi potong. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, dapat diturunkan hipotesis yang diuji kebenarannya dalam penelitian ini adalah : H 1 H 2 H 3 = Terdapat hubungan nyata antara variabel internal peternak dengan kompetensi pengelolaan usaha sapi potong di Kabupaten Konawe. = Terdapat hubungan nyata antara variabel eksternal peternak dengan kompetensi pengelolaan usaha sapi potong di Kabupaten Konawe. = Terdapat hubungan nyata antara kompetensi peternak dengan kinerja pengelolaan usaha sapi potong di Kabupaten Konawe.