BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kabupate Gayo Lues, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengawas sekolah melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan

PERANAN PENGAWAS SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENGELOLAAN SEKOLAH

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB VI P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Hal ini perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh dalam rangka memacu

BAB I PENDAHULUAN. dalam Bab I Pasal 1 ayat 1 disebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis data, maka dihasilkan beberapa kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu fungsi manajemen pendidikan yang harus diaktualisasikan.

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagai suatu pendekatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan formal. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 730 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME PENGANGKATAN DAN PENUGASAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN

! "## Pelayanan Administrasi Perkantoran Dinas Pendidikan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah

BAB V PENUTUP Kesimpulan

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan lembaga pendidikan madrasah khususnya di Kabupaten Lampung

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS SOSIAL DAN PEMUKIMAN PROVINSI PAPUA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

SOAL UKPS (UJI KOMPETENSI PENGAWAS SEKOLAH)

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

PELAKSANAAN SUPERVISI KLINIS KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN PADA SMA NEGERI 2 SAMBAS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN ON THE JOB LEARNING

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

KEPPRES 49/2001, PENATAAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN

Petunjuk Teknis Pelaksanaan OJL Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah Tahun 2013

BAB V PENUTUP. 1. Adapun hal-hal yang telah dilaksanakan oleh Badan Pelayanan Perijinan. dan cepat serta biaya ringan, meliputi:

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sekolompok orang (kepala sekolah guru-guru, staf, dan siswa) untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. baru memusatkan perhatianya kepada investasi sumber daya manusia yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang tidak dapat

BAB V PENUTUP. 1) Tidak terdapat pengaruh antara variabel akuntabilitas publik terhadap

Kata Kunci: Pelaksanaan supervisi akademik pengawas, perencanaan,pemantauan, penilaian, dan pembinaan dan pembimbingan Pengawas.

2 2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 6, Ta

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 13/IT3/PK/2012 Tentang KEBIJAKAN KEARSIPAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR REKTOR INSTITUT

PEDOMAN UMUM AKREDITASI DAN SERTIFIKASI KEARSIPAN BAB I PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut :

TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KECAMATAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan merupakan suatu proses transformasi nilai nilai budaya

PELAKSANAAN TATA KEARSIPAN PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA. Burhanudin DR

KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN POSIGADAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN. Irawan Kasiaradja¹, Abd.Kadim.Masaong 2, Arifin 3.

EVALUASI KEBIJAKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SMA NEGERI 1 AMPIBABO KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BAB I PENDAHULUAN. masa sentralisasi segala sesuatu seperti: bangunan sekolah, kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPALA DESA PASIRMADANG KECAMATAN SUKAJAYA KABUPATEN BOGOR PERATURAN DESA PASIRMADANG NOMOR: 10 TAHUN 2001 TENTANG

Annisa Restu Purwanti, 2015 MANAJEMEN PEMBINAAN PESERTA DIDIK FULL DAY SCHOOL

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan

KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK PAUD

Riyantini PUSDIKAV TNI AD.

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan gambaran pelaksanaan UU KIP oleh Pemkab Kediri selama

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2001 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN

STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PJOK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar,

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI DI KOTA PALANGKA RAYA. Oleh : Sogi Hermanto* ABSTRAK

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam Bab ini dirikan kesimpulan dan rekomendasi yang dirumuskan dari

PEMERINTAH KOTA PADANG

A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor sangat penting dalam pembangunan nasional dimana pembangunan itu sendiri membutuhkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Negeri di Kabupaten Aceh Selatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (1)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan temuan, analisis dan pembahasan hasil-hasil penelitian pada

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Rep

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Pada bab ini berisi (a) simpulan (b) implikasi penelitian dan (c) saran-saran

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan hasil penelitian tentang pelaksanaan supervisi manajerial yang dilakukan oleh pengawas sekolah di SMA Negeri Seribu Bukit Kabupate Gayo Lues, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Pelaksanaan supervisi manajerial aspek manajemen kurikulum yang dilakukan oleh pengawas sekolah belum dapat memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan kualitas manajemen kurikulum karena (1) supervisi yang dilakukan tidak berdasarkan analisis hasil supervisi tahun sebelumnya yang dituangkan kedalam program supervisi manajerial, (2) evaluasi manajemen kurikulum yang dilakukan tidak berdasarkan analisis permasalahan sehingga hasilnya kurang mengenai sasaran, (3) kurangnya singkronisasi program antara pengawas sekolah, kepala sekolah dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam perencanaan program, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut. 2. Pelaksanaan supervisi manajerial aspek manajemen kesiswaan yang dilakukan oleh pengawas sekolah belum dapat memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan kualitas manajemen kesiswaan karena (1) supervisi yang dilakukan tidak berdasarkan analisis hasil supervisi tahun sebelumnya yang dituangkan kedalam program supervisi manajerial, (2) evaluasi manajemen kesiswaan yang dilakukan tidak berdasarkan analisis permasalahan sehingga hasilnyanya juga kurang mengenai sasaran, (3) kurangnya singkronisasi program antara pengawas sekolah, kepala sekolah dan Kepala Dinas 115

116 Pendidikan dan Kebudayaan dalam perencanaan program, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut tentang masalah manajemen kesiswaan, (4) Manajemen kesiswaan pada SMA Negeri Seribu Bukit memiliki beberapa permasalahan terutama menurunnya kualitas penerimaan siswa baru. Akan tetapi pengawas sekolah sekolah tidak dapat menjalankan peranannya karena tidak memiliki program kerja yang terrencana, terpola, dan terprogram sehingga tidak berpengaruh positif terhadap peningkatan kualitas manajemen kesiswaan. 3. Pelaksanaan supervisi manajerial aspek manajemen sarana dan prasarana yang dilakukan oleh pengawas sekolah belum dapat memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan kualitas manajemen sarana dan prasarana karena (1) supervisi yang dilakukan tidak berdasarkan analisis hasil supervisi tahun sebelumnya yang dituangkan kedalam program supervisi manajerial sarana dan prasarana, (2) evaluasi manajemen sarana dan prasarana yang dilakukan tidak berdasarkan analisis permasalahan sehingga hasilnyanya juga kurang mengenai sasaran, (3) kurangnya singkronisasi program antara pengawas sekolah, kepala sekolah dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam perencanaan program, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut tentang masalah manajemen sarana dan prasarana. 4. Pelaksanaan supervisi manajerial aspek manajemen ketenagaan yang dilakukan oleh pengawas sekolah belum dapat memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan kualitas manajemen ketenagaan karena (1) supervisi yang dilakukan tidak berdasarkan analisis hasil supervisi tahun sebelumnya yang dituangkan kedalam program supervisi manajerial ketenagaan, (2) evaluasi

117 manajemen ketenagaan yang dilakukan tidak berdasarkan analisis permasalahan sehingga hasilnyanya juga kurang mengenai sasaran, (3) kurangnya singkronisasi program antara pengawas sekolah, kepala sekolah dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam perencanaan program, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut tentang masalah manajemen ketenagaan, (4) Pelaksanaan supervisi manajemen ketenagaan oleh pengawas sekolah pada dasarnya sangat dibutuhkan oleh kepala sekolah karena kepala sekolah banyak menemukan kendala dalam hal ini, akan tetapi karena pengawas sekolah tidak melaksanakan supervisi manajerial aspek manajemen ketenagaan berdasarkan program kerja pengawasan yang dibuat berdasarkan analisis permasalahan, maka suspervisi manajerial yang diaksanakan tidak dapat memberi kontribusi yang besar kepada kepala sekolah dalam menghadapi persoalan ketenagaan di sekolah. Pengawas sekolah belum dapat menjalankan peranannya sebagai motivator, pasilitator, evaluator dan group leader. 5. Pelaksanaan supervisi manajerial aspek manajemen keuangan yang dilakukan oleh pengawas sekolah belum dapat memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan kualitas manajemen keuangan karena (1) supervisi yang dilakukan tidak berdasarkan analisis hasil supervisi tahun sebelumnya yang dituangkan kedalam program supervisi manajerial keuangan, (2) evaluasi manajemen keuangan yang dilakukan tidak berdasarkan analisis permasalahan sehingga hasilnyanya juga kurang mengenai sasaran, (3) kurangnya singkronisasi program antara pengawas sekolah, kepala sekolah dan Kepala

118 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam perencanaan program, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut tentang masalah manajemen keuangan. 6. Pelaksanaan supervisi manajerial aspek manajemen hubungan dengan masyarakat yang dilakukan oleh pengawas sekolah belum dapat memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan kualitas manajemen hubungan dengan masyarakat karena (1) supervisi yang dilakukan tidak berdasarkan analisis hasil supervisi tahun sebelumnya yang dituangkan kedalam program supervisi manajerial keuangan, (2) evaluasi manajemen hubungan dengan masyarakat yang dilakukan tidak berdasarkan analisis permasalahan sehingga hasilnyanya juga kurang mengenai sasaran, (3) kurangnya singkronisasi program antara pengawas sekolah, kepala sekolah dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam perencanaan program, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut tentang masalah manajemen hubungan dengan masyarakat, (4) pengawas sekolah belum dapat melakukan perannya sebagai mediator dan pasilitator dalam pembinaan hubungan kepala sekolah dengan pihak lain maupun hubungan kepala sekolah dengan sesama warga sekolah 7. Pelaksanaan supervisi manajerial aspek manajemen layanan khusus yang dilakukan oleh pengawas sekolah belum dapat memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan kualitas manajemen layanan kusus karena (1) supervisi yang dilakukan tidak berdasarkan analisis hasil supervisi tahun sebelumnya yang dituangkan kedalam program supervisi manajerial keuangan, (2) evaluasi manajemen layanan khusus yang dilakukan tidak berdasarkan analisis permasalahan sehingga hasilny juga kurang mengenai sasaran, (3) kurangnya singkronisasi program antara pengawas sekolah, kepala sekolah dan

119 Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam perencanaan program, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut tentang masalah manajemen layanan khusus. 5.2. IMPLIKASI PENELITIAN Pelaksanaan supervisi manajerial aspek manajemen kurikulum yang dilakukan oleh pengawas sekolah bertujuan untuk meningkatkan kualitas manajemen kurikulum di SMA Negeri Seribu Bukit. Akan tetapi tujuan tersebut belum tercapai karena pengawas sekolah melakukan supervisi tidak terpola, tidak terprogram, dan tidak terrencana sehingga tidak membawa manfaat yang besar bagi kepala sekolah, bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan secara umum, bahkan tidak membawa manfaat besar bagi pengawas sekolah itu sendiri. Salah satu sebabnya adalah hasil supervisi tidak disampaikan kepada sekolah yang disupervisi, juga tidak disampaikan kepada Kepala Dinas sebagai pemberi tugas kepada pengawas sekolah untuk melaksanakan supervisi tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini disebabkan pada tahun-tahun pelajaran sebelumnya laporan yang diberikan oleh pengawas sekolah belum dijadikan bahan kajian dalam menetapkan kebijakan pendidikan. Sehingga pihak sekolah belum merasa keberadaan pengawas sekolah sebagai bagian penting dari peningkatan kualitas pengelolaan sekolah. Sehubungan dengan itu perlu dilakukan penetapan kedudukan Pengawas Sekolah dalam surat keputusan sebagai tindak lanjut Permenegpan Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. Disamping itu pengawas sekolah dapat berpartisipasi dan mengaktifkan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS)

120 sebagai wadah pembinaan kepala sekolah dimana kepala sekolah dapat menjadi pembinanya. Oleh karena aspek manajemen kurikulum dan pengajaran satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan aspek manajemen kesiswaan, aspek manajemen ketenagaan, aspek manajemen sarana dan prasarana, aspek manajemen keuangan, aspek manajemen hubungan dengan masyarakat, dan aspek manajemen layanan khusus, maka implikasi dari penelitin ini adalah sama. 5.3. SARAN Dengan memperhatikan hasil pembahasan pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah dalam rangka membantu kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah, disampaikan beberapa rekomendasi sebagai berikut: 1. Kepada Kepala Sekolah yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sebagai sekolah binaan bagi seorang seorang pengawas sekolah disampaikan rekomendasi sebagai berikut: a. Dalam menyusun rencana kerja program sekolah, agar melibatkan peran pengawas sekolah, melakukan konsultasi dengan pengawas sekolah, sebagai pembina sekolah pengawas sekolah memiliki catatan-catatan pada setiap sekolah binaannya. b. Dalam pembinaan ketenagaan agar kepala sekolah melibatkan peran pengawas sekolah baik secara formal maupun non formal mengingat hubungan kepala sekolah dengan guru dan staf adalah hubungan antara atasan dan bawahan sehingga sering terjadi hambatan komunikasi,

121 sedangkan pengawas sekolah memiliki hubungan kemitraan dengan kepala sekolah dan guru sehingga dapat melaksanakan peran mediasi. c. Menjadikan pengawas sekolah sebagai mitra kerja dan berkonsultasi dalam rangka peningkatan kualitas pengelolaan sekolah, sehingga sekolah tidak hanya dalam pasif dalam pelaksanaan supervisi manajerial akan tetapi sebaliknya aktif dalam pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah. 2. Kepada pengawas sekolah pembina disampaikan rekomendasi sebagai berikut. a. Dalam melaksanakan supervisi manajerial agar mengacu kepada peraturan, petunjuk pelaksanaan supervisi manajerial yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, penyusunan program pengawasan dan tahaptahap pelaksanaannya b. Agar hasil pelaksanaan supervisi manajerial disampaikan dalam bentuk laporan kepada kepala sekolah dan dimasukkan kedalam sistem manajemen informasi sekolah. Disamping itu juga menyampaikan laporan pelaksanaan supervisi manajerial kepala Kepala Dinas sebagai pemberi tugas sebagai bentuk pertanggungjawaban, terlepas dari ditanggapi atau tidaknya laporan tersebut. c. Pengawas sekolah menciptakan situasi hubungan kemitraan dengan kepala sekolah sehingga kehadirannya ke sekolah dapat menjadi bagian dari kegiatan sekolah dari pada menekankan kepada inspeksi atau pemeriksaan. 3. Kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan disampaikan rekomendasi sebagai berikut.

122 a. Pengawas sekolah telah ditetapkan sekolah binaannya, sehingga pengawas sekolah dapat mengetahui lebih baik kompetensi kepala sekolah binaannya. Dengan demikian laporan supervisinya dapat dijadikan sebagai bagian dari pertimbangan dalam mengambil kebijakan tentang pembinaan pendidikan di daerah b. Agar dapat memberdayakan pengawas sekolah sebagai mitra Kepala Dinas sebagai mediator antara Kepala Dinas dan sekolah. Hal ini mengingat secara struktur pengawas berada dalam srtuktur Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan dalam melaksanakan tugas kepengawasan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas Pendidikan. Sedangkan hubungan pengawas sekolah dengan kepala sekolah ditetapkan sebagai pembina kepala sekolah tertentu berdasarkan surat keputusan Kepala Dinas. c. Memberdayakan MKKS sebagai salah satu wadah pembinaan kepala sekolah oleh pengawas sekolah. d. Menetapkan dalam surat keputusan tentang kedudukan, tugas pokok, kewajiban, tanggung jawab, dan wewenang pengawas sekolah sesuai dengan amanat Permenegpan dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun, dan dapat disosialisakan kepada sekolah-sekolah dan pemerhati pendidikan.