BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

WALIKOTA YOGYAKAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

FORM INSPEKSI. f. Issue Lingkungan : Air/ Udara/ Bunyi/ Keterangan : g. Analisis Resiko : Banjir/ Kebakaran/ Longsor/ Keamanan/

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

Syarat Bangunan Gedung

TENTANG PEDOMAN DAN STÁNDAR TEKNIS UNTUK PELAYANAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

TINJAUAN HUKUM PENDIRIAN BANGUNAN PADA JALUR HIJAU

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

PROVINSI ACEH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA QANUN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA

4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 15 TAHUN 2004 TENTANG PENATAAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BUPATI SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 48 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 111 TAHUN 2008 TENTANG

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH YPCM

DRAFT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PINRANG,

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG,

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

W A L I K O T A P A D A N G PROVINSI SUMATERA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

TAHUN 2006 NOMOR 2 SERI E

PERATURAN TATA BANGUNAN

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

Apa saja Struktur Ruang dan Pola Ruang itu??? Menu pembangunan atau produk dokumen yang kita buat selama ini ada dibagian mana??

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

BUPATI TEBO PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEBO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEBO,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

WALIKOTA PALEMBANG PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Sistem Informasi Manajemen Bangunan Gedung Kantor Pusat Monitoring Dan Evaluasi Perda Bagunan Dan Gedung

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATENOGAN KOMERING ULU NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING ULU,

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTR Kawasan) Skala peta = 1: atau lebih Jangka waktu perencanaan = 20 tahun

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

BAB III TINJAUAN WILAYAH

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPAEN BANDUNG

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA LUBUKLINGGAU PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

BUPATI MAROS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS,

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

PENYUSUNAN STANDAR TEKNIS

TATA LAKSANA PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PERENCANAAN KOTA

BUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU

PENETAPAN LOKASI PENDATAAN ANALISIS KAWASAN DAN WILAYAH PERENCANAAN PENYUSUNAN KONSEP PENYUSUNAN RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROGRAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) DOKUMEN ATURAN BERSAMA

WALIKOTA BANJARMASIN

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 16 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 24 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

BAB VI DATA DAN ANALISIS

Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan BANGUNAN NON RUMAH TINGGAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Transkripsi:

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN 6.1. Struktur Peruntukan Lahan e t a P Gambar 6.1: Penggunaan lahan Desa Marabau 135

6.2. Intensitas Pemanfaatan Lahan a. Rencana Penataan Kawasan Perumahan Dalam Kawasan prioritas dalam hal ini di Dusun Hilir, kawasan permukiman diarahkan di sepanjang Jalan. Kawasan perumahan mempunyai fungsi utama sebagai tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana. Tujuan penetapan peruntukan lahan perumahan adalah: 1. Menyediakan lahan untuk pengembangan hunian dengan kepadatan yang telah ditentukan. 2. Mengakomodasi bermacam tipe hunian dalam rangka mendorong penyediaan hunian bagi semua lapisan masyarakat. 3. Merefleksikan pola-pola pengembangan yang diingini masyarakat pada lingkunganlingkungan hunian yang ada dan untuk masa yang akan datang. Arahan kepadatan penduduk di Kawasan Prioritas adalah < 50 150 jiwa/ha terkait dengan fungsi eksisting kelurahan yang didominasi oleh kawasan pertanian. Untuk dapat membentuk dan menjaga kawasan ini hingga 10 tahun mendatang maka pembangunan perumahan dan permukiman dibatasi dengan dengan penetapan KDB maksimal sebesar 25%. Gambar 6.2 : Konsep Rencana Perumahan Sebagian besar masyarakat di Dusun Hilir memiliki mata pencarian sebagai petani, sehingga dengan memaksimalkan pengolahan lahan untuk pertanian bisa meningkatkan 136

perekonomian masyarakat secaara tidak langsung. Selain di manfaatkan untuk pertanian, lahan disekitar sawah bisa dimanfaatkan untuk perkebunan seperti untuk menanam pohon kelapa. Gambar 6.3: Pohon kelapa disekitar sawah (dokumentasi pribadi) Gambar 6.4: rencana Pola jalan dari jalan raya menuju ke ruang terbuka hijau 137

6.3. Recana Tata Bangunan Dan Lingkungan A. Rencana Kepadatan Penduduk (KDB) Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Blok Peruntukan adalah rasio perbandingan luas lahan terbangun (land coverage) denganluas lahan keseluruhan blok peruntukan. Batasan KDB dinyatakandalam persen (%). Perhitungan KDB berdasarkan pada luas wilayah terbangun yang diperkenankan adalah jumlah luas seluruh petak yang digunakan untuk kegiatan utama. Rencana pengaturan KDB ditujukan untuk mengatur proporsi antara daerah terbangun dengan non terbangun serta untuk mengatur intensitas kepadatan bangunan. Secara sistematis, KDB dapat dinyatakan dalam persamaan: KDB = Luas Lantai Dasar X 100 % Luas Kapling Selain memperhatikan kondisi alam tersebut, ketentuan pengaturan KDB bertujuan untuk: 1. Menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan. 2. Menciptakan keserasian antara lingkungan baru dengan lingkungan lama yang sudah terbentuk. 3. Menjaga keseimbangan antara bangkitan kendaraan yang ditimbulkan oleh bangunan dengan rencana jaringan jalan dan pengoperasian sistem transportasi kota. B. Rencana Garis Sempadan Bangunan (GSB) Secara umum GSB (Garis Sempadan Bangunan) adalah batas persil yang tidak boleh didirikan bangunan dan diukur dari dinding terluar bangunan terhadap batas tepi rencana jalan, batas rencana sungai, rencana saluran infrastruktur, batas jaringan listrik tegangan tinggi, batas tepi rel KA, garis sempadan mata air, garis, garis sempadan telekomunikasi. 138

Pertimbangan Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan Jarak Bebas Bangunan GSB minimum ditetapkan dengan mempertimbangkan keselamatan, risiko kebakaran, kesehatan,kenyamanan dan estetika. Mengingat kondisi sebagian kawasan perencanaan telah menjadi lahan terbangun, maka ketentuan garis sempadan bangunan untuk kawasan ini diupayakan agar jarak GSB dipertimbangkan terhadap bidang terluar dari bangunan yang saat ini telah berdiri, luas persil bangunan tersebut, kondisi (konstruksi) bangunan, status lahan dan perijinan tersebut,serta kesesuaian fungsi bangunan dengan, arahan rencana tata ruang. bangunan Berdasarkan hal tersebut maka GSB untuk kawasan prioritas ditetapkan sesuai dengan kaidah yang berlaku yaitu ½ rumija + 1 yaitu 3.5 m + 1 m = 4.5 m. Rencana Sempadan Bangunan di Dusun Hilir desa Marabau secara tidak langsung sudah terpenuhi, karena jarak rumah dari jalan cukup jauh. Walaupun ada beberapa rumah yang sudah permanen yang memiliki garis sempadan bangunan tidak sesuai dengan standar yang ada. Gambar 6.5: salah satu rumah yang garis sempadan bangunannya sudah sesuai standar (dokumentasi Pribadi) 139

Gambar 6.6 : jarak rumah yang ada di Dusun Hilir Di Dusun Hilir Desa Marabau koefisien dasar bangunan (KDB) tidak terlalu diperhatikan. Umumnya rumah yang ada di dusun ini memiliki pekarangan yang sangat luas dan jarak dari jalan raya lumayan jauh. Pada umumnya Koefisien dasar bangunan akn terpenuhi secara tidak langsung dan alamiah. C. Rencana Ketinggian Bangunan (KLB) Yang dimaksud dengan Koefisien Luas Bangunan (KLB) adalah angka besaran jumlah luas lantai bangunan (berbagai tingkat la ntai bila ada) dibagi luas kapling (petak lahan tempat bangunan tersebut) dalam angka rasio desimal. Secara sistematis, KLB dapat dinyatakan dalam persamaan : KLB = Total Luas Lantai Bangunan X 100 % Luas Kapling Perhitungan luas lantai dasar bangunan ditentukan sebagai berikut: 1. Luas lantai dasar bangunan dihitung sampai batas terluar. 2. Luas lantai ruangan beratap yang mempunyai dindingdinding lebih dari 1,2 meter di atas ruangan tersebut dihitung 100 %. 3. Luas lantai bangunan yang bersifat terbuka atau mempunyai dinding tidak lebih dari 1,2 140

meter di atas lantai ruangan tersebut dihitung 50% selama tidak melebihi 10% dari luas denah yang diperhitungkan sesuai dengan KDB yang ditetapkan. 4. Untuk Oversteak atap yang melebihi lebar 1,5 meter, luas mendatar kelebihannya dianggap sebagai luas lantai denah. 5. Luas lantai ruangan dihitung 50% selama tidak melebihi 10% dari KDB yang ditetapkan, sedangkan luas lantai ruangan selebihnya dihitung 100%. 6. Teras tidak beratap yang mempunyai tinggi dinding tidak lebih dari 1,2 diatas lantai teras tidak diperhitungkan. Tabel 6.1 : Klasifikasi Klb Blok Peruntukan Ketentuan KLB adalah sebagai berikut: KLB sangat rendah untuk bangunan tidak bertingkat dan bertingkat maksimum 2 lantai. KLB rendah untuk bangunan bertingkat maksimum 4 lantai KLB sedang untuk bangunan bertingkat maksimum 8 lantai KLB tinggi untuk bangunan bertingkat maksimum 9 lantai KLB sangat tinggi untuk bangunan bertingkat minimum 20 lantai Pada dasarnya bangunan di dusun Hilir memiliki ketinggian bangunan sangat rendah, yaitu tidak bertingkat. Hal ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 141

gambar 6.7: rumah warga 6.4 System Sirkulasi Dan Jalur Penghubung System sirkulasi dan jalur penghubung di Dusun Hilir desa Marabau sudah tergolong lancar, hanya saja ada beberapa ruas jalan yang mengalami kerusakan. Jalan di Dusun Hilir ini ada yang sudah di beton tetapi banyak jalan yang masih berupa jalan yang di aspal kasar dan bahkan masih ada yang jalan tanah. 142

Gambar 6.8 : salah satu jalan yang ada di dusun hilir 6.5 System Ruang Terbuka Dan Tata Hijau Di dusun hilir desa Marabau memiliki ruang terbuka hijau dan tata hijau yang sangat luas. Hampir setiap rumah warga di Dusun Hilir Desa Marabau memiliki taman atau pekarangan yang ditanami tanaman. 143

Gambar 6.9 : Pekarangan Warga (dokumnetasi Pribadi) Pada Dusun Hilir Desa Marabau tidak ada system khusus mengenai ruang terbuka dan tata hijau. Di Dusun Hilir ini merupakan salah satu paru-paru oksigen bagi kota pariaman karena memiliki banyak pepohonan. 144

Gambar 6.10: Rencana Ruang terbuka hijau sebagai tempat untuk bersantai dan duduk-duduk 6.6 System Sarana Dan Prasarana Lingkungan System sarana dan prasarana lingkungan pada Dusun Hilir Desa Marabau tidak memiliki system yang khusus. Seperti sarana untuk kegiatan keagamaan. Dengan adanya mesjid di Dusun Hilir ini maka akan terbentuk sebuah system sarana dan prasarana lingkungan secara tidak langsung. 145

Gambar 6.11: Mesjid (dokumentasi Pribadi) Gambar 6.12: Karang taruna (dokumentasi pribadi) Dalam mewadahi kreativitas masyarakat dibentuk karang taruna di Dusun Hilir. System dalam karang taruna ini di bentuk dari hasil musyawarah, sehingga tidak ada system khusus yang menjadi patokan. 146

6.7 Rencana Tapak Kawasan Prioritas Dari peta kawasan Dusun Hilir, Desa Marabau ini dapat dilihat bahwa tapak dari kawasan ini direncanakan untuk kawasan pertanian dan penghijauan. Hal ini di dasari dari kawasan ini memiliki banyak tanaman yang memberikan sumbangan oksigen yang besar terhadap kota pariaman. Gambar 6.13 :Peta Pariaman 147