INVENTARISASI DAN SEBARAN ANGGREK HUTAN DI PATTUNUANG, KABUPATEN MAROS, SULAWESI SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kondisi hutan di Cagar Alam Gunung Ambang pada ketinggian 1500-

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Kekayaan Indonesia dalam keanekaragaman jenis tumbuhan merupakan hal

Keanekaragaman Jenis-Jenis Anggrek di Hutan Lamasi Desa Murnaten Kecamatan Taniwel Kabupaten Seram Bagian Barat Maluku

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Adnan Rivaldi, 2013

Keragaman jenis dan sebaran anggrek alam di Taman Wisata Alam Cani Sirenreng, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan

Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

INVENTARISASI JENIS-JENIS ANGGREK DI SAMOSIR UTARA KABUPATEN SAMOSIR, PROVINSI SUMATERA UTARA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o o 30 Bujur

TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid.

Inventarisasi Anggrek dan Inangnya di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

BAB IV METODE PENELITIAN

Inventarisasi dan Pemetaan Persebaran Orchidaceae di Area Wana Wisata Air Terjun Sumber Pitu Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang.

(INVENTORY OF TERRESTRIAL ORCHIDS REGION FOREST EDUCATION FOREST PARK BUKIT BARISAN TONGKOH KARO DISTRICT OF NORTH SUMATRA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

Keanekaragaman Anggrek Di Cagar Alam Dan Taman Wisata Alam Telaga Warna, Puncak, Bogor

KEANEKARAGAMAN ANGGREK DI KAWASAN CAGAR ALAM LEMBAH ANAI KABUPATEN TANAH DATARSUMATERA BARAT. Oleh. Mira Febriani¹, Nursyahra 1, Des 2

ORCHIDACEAE PULAU RUBIAH KOTA MADYA SABANG PROVINSI ACEH

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang subkawasan

ANALISIS VEGETASI DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN 50 KOTA SUMATERA BARAT

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU

Asrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

BAB II KAJIAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN di Hutan Pendidikan bagian Timur Taman Hutan Raya Bukit Barisan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Blok Perlindungan Tahura Wan Abdul

BAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai negara megabiodiversity. Sekitar 10 % jenis-jenis tumbuhan

I. PENDAHULUAN. lebih dari jenis tumbuhan terdistribusi di Indonesia, sehingga Indonesia

INVENTARISASI TANAMAN ANGGREK DI HUTAN IRENGGOLO DUSUN BESUKI, DESA JUGO, MOJO, KEDIRI

Universitas Gadjah Mada; Universitas Gadjah Mada ABSTRAK

ABSTRACT PENDAHULUAN METODE PENELITIAN STRUKTUR DAN KOMPOSISI POHON PADA BERBAGAI TINGKAT GANGGUAN HUTAN 01 GUNUNG SALAK, JAWA BARAT

2015 STRUKTUR VEGETASI DAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PANTAI DI HUTAN PANTAI LEUWEUNG SANCANG, KECAMATAN CIBALONG, KABUPATEN GARUT

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

INVENTARISASI JENIS BURUNG PADA KOMPOSISI TINGKAT SEMAI, PANCANG DAN POHON DI HUTAN MANGROVE PULAU SEMBILAN

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dan memiliki begitu banyak potensi alam. Potensi alam tersebut berupa

KAJIAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK Pinus merkusii Jungh et de Vries RAS KERINCI DI RESORT KSDA BUKIT TAPAN, KAWASAN TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT, JAMB1

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

Perubahan Luasan Mangrove dengan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

EKSPLORASI DAN KARAKTERISASI ANGGREK EPIFIT DI HUTAN COBAN TRISULA KAWASAN TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU

STRUKTUR VEGETASI. Boy Andreas Marpaung / DKK-002

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, baik flora

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

KEKERABATAN Bulbophyllum dan Vanda DI PEKANBARU BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI. Mahasiswa Program Studi S1 Biologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

III. METODE PENELITIAN

METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian

Seminar Nasional HUT Kebun Raya Cibodas Ke-159 ISBN

SMP NEGERI 3 MENGGALA

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

ANALISIS VEGETASI STRATA SEEDLING PADA BERBAGAI TIPE EKOSISTEM DI KAWASAN PT. TANI SWADAYA PERDANA DESA TANJUNG PERANAP BENGKALIS, RIAU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

KEANEKARAGAMAN JENIS ANGGREK DI HUTAN WISATA LINDUNG DANAU LINDU

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DI HUTAN KOTA KELURAHAN BUNUT KABUPATEN SANGGAU Bamboo Species Diversity In The Forest City Bunut Sanggau District

KEANEKARAGAMAN JENIS ANGGREK DI KAWASAN TAMAN NASIONAL LORE INDU ( Studi Kasus Desa Mataue, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah)

PENELITIAN EKOLOGI NEPENTHES DI LABORATORIUM ALAM HUTAN GAMBUT SABANGAU KERENG BANGKIRAI KALIMANTAN TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

SEBARAN POHON PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii. Lesson,1827.) MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

EKSPLORASI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU DI KAWASAN HUTAN GIRIMANIK KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN KORIDOR EKOSISTEM PENTING DI SUMATERA. Herwasono Soedjito Pusat Penelitian Biologi - LIPI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

Transkripsi:

INVENTARISASI DAN SEBARAN ANGGREK HUTAN DI PATTUNUANG, KABUPATEN MAROS, SULAWESI SELATAN Sartika S. Pasimbong*, Sri Suhadyah a, Muh. Ruslan Umar b *Alamat korespondensi e-mail: spasimbong@gmail.com a,b Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar ABSTRAK Penelitian inventarisasi dan sebaran anggrek hutan di Pattunuang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, telah dilakukan dari bulan Oktober sampai November 2012, yang bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis dan sebaran anggrek serta pohon inangnya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode jelajah. Pengambilan sampel dilakukan pada 5 titik sampling, dengan jarak antar titik sampling ± 200 m, pada setiap titik sampling dibuat plot berukuran 50 x 50 meter. Hasil penelitian diperoleh 12 genus yang terdiri dari 15 jenis anggrek, yang tumbuh pada 10 jenis pohon inang anggrek, yaitu Mangifera indica, Syzigium sp., Ficus fistulosa, Mallotus sp., pohon lapuk, Barringtonia sp., Ficus sp., Bauhinia purpurea, Breynia sp., dan Pometia sp.. Jenis anggrek yang terbanyak ditemukan adalah dari genus Dendrobium yang diikuti Cleisostoma dan Flickingeria, sedangkan yang terendah adalah dari genus Luisia, Eria, Phalaenopsis, dan Brachypeza. Jenis anggrek yang dominan adalah Dendrobium sp., Cleisostoma subulata, dan Flickingeria fimbricata. Jenis anggrek yang memiliki kerapatan tertinggi adalah Dendrobium sp. dan yang terendah adalah Luisia sp., Eria javanica, Phalaenopsis amabilis, Brachypeza indusiana, dan Dendrobium acinaciforme, sedangkan jenis anggrek yang relatif tersebar merata di ke lima titik sampling adalah Aerides infexum dan Pholidota imbricata, dan sebaran terendah dari jenis Luisia sp., Eria javanica, Phalaenopsis amabilis, Brachypeza indusiana, dan Dendrobium acinaciforme. Tingkat keragaman jenis anggrek di Hutan Konservasi dan Wisata tergolong rendah hal ini didasarkan pada jumlah jenis dan jumlah individu per spesies yang relatif sedikit atau rendah. Kata kunci : inventarisasi, inang, anggrek, Pattunuang ABSTRACT Research about the inventory and distribution of forest orchids Pattunuang, Maros regency, South Sulawesi, was conducted from October until November 2012, which aims to determine the diversity and distribution of orchids and host trees. The research was using the explore method, sampling was taking 5 sampling points, the distance between the sampling point ± 200 m, at each sampling point was made plot measuring 50 x 50 meters. The result showed 12 genus consists of 15 species of orchids, which grow at 10 host tree species of orchids, which Mangifera indica, Syzigium sp., Ficus fistulosa, Mallotus sp., Weathered tree, Barringtonia sp., Ficus sp., Bauhinia purpurea, Breynia sp., and Pometia sp.. The species that most found are from genus Dendrobium that follow Cleisostoma and Flickingeria, while the lowest is genus 1

Luisia, Eria, Phalaenopsis, and Brachypeza. The dominant orchid are Dendrobium sp., Cleisostoma subulata, and Flickingeria fimbricata. Dendrobium sp. is the dominant orchid with the highest density and the lowest is Luisia sp., Eria javanica, Phalaenopsis amabilis, Brachypeza indusiana, and Dendrobium acinaciforme, while the orchid species that average relatively spread invite point sampling is Aerides infexum and Pholidota imbricata, and the lowest spread from Luisia sp., Eria javanica, Phalaenopsis amabilis, Brachypeza indusiana, and Dendrobium acinaciforme. The level of diversity of orchids in Forest Conservation and Tourism is low it is based on the number of species and number of individuals per species were relatively small or low. Key words: inventory, host, orchid, Pattunuang PENDAHULUAN Sulawesi merupakan pulau terbesar yang berada di tengah kawasan Wallace, sehingga Sulawesi memiliki tingkat keragaman yang tinggi, baik flora maupun faunanya. Kawasan Wallace mengacu pada perubahan khas kehidupan margasatwa yang terjadi di timur dari suatu garis yang ditarik antara Lombok dan Bali serta antara Kalimantan dan Sulawesi. Keunikan flora dan fauna Sulawesi telah lama menjadi pusat perhatian para ahli dari seluruh dunia. Penelitian telah banyak dilakukan di kawasan hutan Sulawesi tetapi pada umumnya lebih banyak difokuskan kepada penelitian fauna dibandingkan dengan kekayaan floranya, sehingga informasi tentang kekayaan flora di pulau ini masih terbatas. Di Sulawesi sendiri, menurut para ahli terdapat sekitar 5000 jenis tumbuhan yang kurang diketahui secara pasti penyebaran dan kelimpahannya. Selain itu, telah diperkirakan kurang lebih 253 jenis anggrek endemik, sekitar 80% dari seluruh jumlah anggrek, terdapat di Sulawesi (Schlechter, 1925 dalam Dyan Siswoyo Putri) (1). Anggrek merupakan salah satu jenis tumbuhan yang memiliki keanekaragaman sangat tinggi. Namun sampai saat ini, informasi pasti mengenai distribusi dan karakter ekologis khususnya di beberapa daerah konservasi masih sangat terbatas. Berdasarkan hasil inventarisasi jenis-jenis anggrek di Sulawesi diperkirakan terdapat sekitar kurang lebih 161 jenis anggrek. Publikasi terakhir yang merupakan penelitian yang dilakukan oleh Thomas & Schuiteman (2002), dalam jurnal Destario Metusala (2), melaporkan bahwa anggrek yang ada di Sulawesi dan Maluku sekitar 820 jenis, 60 % (548 jenis) diantaranya dijumpai di Sulawesi. Salah satu kawasan di Sulawesi Selatan yang diharapkan masih banyak menyimpan potensi tumbuhan anggrek adalah Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, khususnya di wilayah hutan konservasi dan wisata Pattunuang. Hutan konservasi ini terletak kurang lebih 15 km dari kota Maros, dan dilalui jalan raya antar kabupaten dan bahkan pada beberapa titik terdapat engclave (pemukiman penduduk). Karena letak wilayah ini dekat dari pusat perkotaan dan aktifitas masyarakat, maka tidak menutup kemungkinan habitat dan jenis-jenis anggrek sudah mengalami degradasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengetahui kekayaan jenis-jenis anggrek di suatu kawasan adalah dengan menginventarisasi jenis anggrek tersebut di habitat alamnya. Dengan demikian data yang diperoleh dapat dipakai sebagai dokumentasi kekayaan anggrek dan acuan dalam rangka pengelolaan dan pelestariannya. Berdasarkan uraian di atas, maka penting untuk melakukan penelitian mengenai inventarisasi dan sebaran anggrek di hutan konservasi dan wisata Pattunuang, Kabupaten Maros. 2

METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah eksploratif, dan teknik sampling dengan metode plot, adapun tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Observasi Observasi dilakukan agar dapat diperoleh gambaran umum mengenai lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian, dan pengumpulan data sekunder yang dapat menunjang penelitian, seperti peta, status hutan konservasi dan lain-lain. 2. Pengumpulan Data dan Sampel Pengumpulan data dan sampel dilakukan dengan mengamati jenis-jenis anggrek yang terdapat di wilayah hutan Pattunuang dan juga pohon inang dari anggrek tersebut sesuai jalur yang sudah ditentukan, lalu mendatanya. Pengambilan sampel atau anggrek dilakukan dengan menggunakan metode petak (plot). Metode petak (plot) menggunakan ukuran plot 50 m x 50 m, dengan jumlah sebanyak 5 plot. Titik awal pembuatan plot pada daerah tertentu dengan ukuran plot 50 m x 50 m, kemudian plot selanjutnya dibuat berjarak minimal 200 meter dari plot sebelumnya. Pada setiap plot dilakukan pengambilan sampel, jika terdapat sampel yang sudah dikenali pada plot sebelumnya maka sampel tidak di ambil lagi tapi cukup dicacat saja, hal ini dilakukan sampai plot terakhir. Sedangkan jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa data primer dan data sekunder. a. Data primer : merupakan data yang dikumpulkan dan diperoleh secara langsung, yang mencakup : jenis dan jumlah anggrek, jenis inang dan tinggi pohon, suhu harian, kelembaban, dan ketinggian tempat. b. Data sekunder : merupakan data yang berkedudukan sebagai penunjang dari data primer, yaitu peta lokasi penelitian, status hutan konservasi dan lain-lain. 3. Identifikasi Identifikasi tingkat marga dilakukan dengan pengamatan morfologi tumbuhan yang meliputi daun, batang, akar, dan bunga.untuk identifikasi sampai tingkat jenis diperlukan pengamatan morfologi bunganya.jenis yang tidak dijumpai berbunga hanya dapat diidentifikasi pada tingkat marganya. Metode identifikasi dilakukan berdasarkan pada buku The Orchids of The Philippines, Koleksi Anggrek Kebun Raya Bogor Vol. 1 No. 2, dan Orchid Portraits. HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Anggrek Pada tabel dibawah dapat dilihat jumlah genus anggrek yang ditemukan sebanyak 12 genus yang terdiri dari 15 jenis anggrek yang kesemuanya bersifat epifit, sedangkan anggrek terrestrial belum didapatkan selama penelitian. Anggrek epifit yang ditemukan pada hutan konservasi dan wisata Pattunuang mencakup marga Dendrobium (4 jenis); Luisia sp., Aerides infexum, Pholidota imbricata, Cymbidium finlaysianum, Flickingeria fimbricata, Eria javanica, Cleisostoma subulata, Phalaenopsis amabilis, Coelogyne rumphii, Pomatocalpha spicata, dan Brachypeza indusiana. Spesimen terbanyak yang ditemukan adalah dari jenis anggrek Dendrobium sp. sebanyak 13 spesimen dan yang terendah pada jenis anggrek Luisia sp., Eria javanica, Phalaenopsis amabilis, Brachypeza indusiana, dan Dendrobium acinaciforme masing-masing hanya 1 spesimen. Kerapatan dan Frekuensi Kerapatan merupakan banyaknya individu yang berada dalam suatu luasan tertentu, sedangkan frekuensi merupakan nilai yang menggambarkan perbandingan antara jumlah plot tempat suatu individu berada dengan total seluruh plot yang dibuat. Hasil analisis kerapatan (mutlak dan relatif) dan frekuensi (mutlak dan relatif) dari ke 15 jenis anggrek yang di temukan dalam penelitian ini, diperoleh sampel sebanyak 235 individu dalam total luasan plot 1 hektar. Spesies yang memiliki kerapatan mutlak (KM) tertinggi adalah Dendrobium sp. yaitu 0,0052 ind/m 2 (52 ind /ha) dengan persentase kerapatan relatif (KR%) 22,13%. Sedangkan kerapatan mutlak terendah di jumpai pada Luisia sp., Eria javanica, Phalaenopsis 3

amabilis, Brachypeza indusiana, Dendrobium ind/m 2 (4 ind / ha), dengan persentase kerapatan acinaciforme, masing-masing hanya 0,0004 relatif masing-masing adalah 1,70%. Tabel Jenis- jenis anggrek yang di temukan di hutan konservasi dan wisata Pattunuang No. Genus Jenis Anggrek Jumlah Sampel 1. Dendrobium a. Dendrobium sp. b. Dendrobium crumenatum c. Dendrobium reflexixepalum d. Dendrobium acinaciforme 2. Luisia Luisia sp. 1 3. Aerides Aerides infexum 5 4. Pholidota Pholidota imbricata 5 5. Cymbidium Cymbidium finlaysianum 3 6. Flickingeria Flickingeria fimbricata 9 7. Eria Eria javanica 1 8. Cleisostoma Cleisostoma subulata 11 9. Phalaenopsis Phalaenopsis amabilis 1 10. Coelogyne Coelogyne rumphii 5 11. Pomatocalpa Pomatocalpa spicata 2 12. Brachypeza Brachypeza indusiana 1 13 6 3 1 Spesies yang memiliki frekuensi mutlak tertinggi adalah Aerides infexum dan Pholidota imbricata masing-masing 0,8 dengan frekuensi relatif (FR%)11,76%. Hal ini berarti bahwa untuk peluang dijumpainya spesies Aerides infexum dan Pholidota imbricata di dalam satu plot seluas 2500 m 2 (50 m x 50 m) hanya 0,8 atau 11,76%. Tinggi dan rendahnya nilai frekuensi mutlak dan frekuensi relatif mencerminkan tingkat ketersebaran suatu spesies di habitatnya. Jenis anggrek dan Tumbuhan Inangnya Jenis pohon yang ditemukan pada penelitian ini sebagai inang anggrek berjumlah 10 jenis. Syzigium sp. merupakan jenis pohon yang menjadi inang terbanyak dari anggrek (13 jenis anggrek), sementara jenis pohon inang yang lain hanya menjadi inang anggrek antara 1-6 jenis saja. Parameter lingkungan tumbuh anggrek di hutan konservasi dan wisata Pattunuang Data parameter lingkungan dari habitat anggrek di hutan konservasi dan wisata Pattunuang menunjukkan bahwa ada dua plot yang di dalamnya terdapat jenis anggrek terbanyak yaitu plot 4 dan plot 5 dengan jumlah jenis anggrek 10 jenis, dengan ketinggian pohon inang berkisar 7,9 m-35 m, suhu berkisar 28 o -31 o C, dan kelembaban berkisar 75-82%. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan pada plot 4 dan plot 5, tingkat kerapatan pohon relatif padat sehingga struktur kanopi atau tajuk relatif lebih rimbun, yang menciptakan tingkat pencahayaan yang agak teduh dengan kelembaban yang tinggi, kondisi demikian sangat mendukung pertumbuhan anggrek epifit. Deskripsi Jenis Anggrek a. Morfologi daun anggrek Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang dan lebar daun serta bentuk daun anggrek beranekaragam. Panjang daun anggrek berkisar 1,3 cm-38 cm, sedangkan lebar daun berkisar 0,3 cm-4,2 cm. Bentuk daun pada anggrek yang ditemukan juga sangat bervariasi. Umumnya yang ditemukan adalah daun dengan bentuk oblanceolate ( lanset sungsang ) 4

yang terdapat pada Pholidota imbricata dan Brachypeza indusiana, daun dengan bentuk lanset yang terdapat pada Flickingeria fimbricata dan Eria javanica, dan daun dengan bentuk triangular yang terdapat pada Dendrobium reflexixepalum dan Dendrobium acinaciforme. Warna daun anggreknya berkisar hijau muda atau hijau tua. b. Morfologi batang anggrek Deskripsi morfologi batang anggrek yang ditemukan di hutan Wisata Pattunuang menunjukkan bahwa Dendrobium crumenatum, Pholidota imbricata, Flickingeria fimbricata, Eria javanica, Coelogyne rumphii memiliki batang bersifat sympodial, sedangkan Luisia sp., Aerides infexum, Cymbidium finlaysianum, Dendrobium sp., Cleisostoma subulata, Phalaenopsis amabilis, Pomatocalpa spicata, Brachypeza indusiana, Dendrobium reflexixepalum dan Dendrobium acinaciforme memiliki batang bersifat monopodial. Panjang batang berkisar 1,2 cm-50 cm dengan warna batang antara hijau, hijau kecoklatan, hijau muda dan hijau tua. c. Morfologi sampel akar dan bunga anggrek Deskripsi morfologi akar dan bunga anggrek yang ditemukan menunjukkan bahwa semua jenis anggrek yang ditemukan memiliki akar lekat. Sedangkan untuk warna bunga sendiri, hanya beberapa jenis anggrek yang berbunga pada saat didata. Diantaranya yaitu Dendrobium crumenatum memiliki warna bunga putih dengan labelum berwarna kuning, Coelogyne rumphii memiliki warna bunga putih kekuningan dengan labelum putih dan coklat, dan Pomatocalpa spicata memiliki warna bunga kuning dengan labelum berwarna putih. Dendrobium crumenatum Sw. Luisia sp. Aerides infexum Lindley Pholidota imbricata Lindl. Cymbidium finlaysianum Flickingeria fimbricata Eria javanica (Swartz) Dendrobium sp. Cleisostoma subulata 5

Phalaenopsis amablilis Coelogyne rumphii Lindl. Pomatocalpa spicata Brachypeza indusiana Dendrobium reflexixepalum Dendrobium acinaciforme KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dalam Hutan Wisata dan Konservasi Pattunuang, ditemukan 12 genus anggrek yang terdiri dari 15 jenis anggrek yang bersifat epifit. Jenis anggrek yang dominan di kawasan ini adalah Dendrobium sp., Cleisostoma subulata, dan Flickingeria fimbricata, dan yang memiliki tingkat kerapatan tertinggi adalah Dendrobium sp.. Jenis anggrek dengan penyebaran tertinggi adalah Aerides infexum dan Pholidota imbricata, walaupun jumlah individunya relative sedikit. Inang anggrek yang ditemukan terdiri dari 10 jenis, yaitu Mangifera indica, Syzigium sp., Ficus fistulosa, Mallotus sp., pohon lapuk, Barringtonia sp., Ficus sp., Bauhinia purpurea, Breynia sp., dan Pometia sp.. DAFTAR PUSTAKA (1) Putri, D.S., 2005. Inventarisasi Anggrek di Cagar Alam Gunung Tinombola, Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah. Biodiversitas, Vol. 7, No. 1. Universitas 11 Maret Surakarta. (2) Metusala, D., 2008. Studi Keragaman Jenis Anggrek Berdasarkan Tipe Tempat Tumbuh dan Tipe Habitat di TWA Cani Sirenreng, Sulawesi Selatan. UPT BKT KR PurwodadiLIPI. Comber, J.B., 2001. Orhid of Sumatera. Singapore: Singapore Botanic Gardens. Gunadi, T., 1985. Kenal Anggrek. Angkasa. Bandung. Puspitaningtyas, D.M., dan Mursidawati, S., 1999. Koleksi Anggrek Kebun Raya Bogor. Vol. 1, No. 2 Bogor: UPT Balai Pengembangan Kebun Raya-LIPI. 6

Soeryowinoto, M., 1988. Anggrek Indonesia. Bogor: LBN LIPI. Syahbudin, 1987. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan. Padang: Universitas Andalas Press. 7