I. PENDAHULUAN. suatu masyarakat adil dan makmur yang materiil dan spirituil berdasarkan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan suatu

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

ABSTRAK ANALISIS KONTRIBUSI LABA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII TERHADAP PENERIMAAN NEGARA. Oleh YOLANDA AGUSTINA GINTING

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pemerintahan suatu negara, pemerintah mempunyai peran dalam. perekonomiannya. Menurut Adam Smith peranan pemerintah dapat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Batubara merupakan bahan galian yang strategis dan salah satu bahan baku energi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 130, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4442)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dibandingkan dengan sumber penerimaan lain (non pajak).

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/1996

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2001

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/96

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. APBN Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4848)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 8

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan. Krisis ekonomi tersebut membuat pemerintah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2003 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2004

NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I P E N D A H U L U A N. dan dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

UU No.19 Tahun 2001 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara TA 2002

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance ini diharapkan ada regulasi serta aturan mengenai

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2001 TENTANG TIM KEBIJAKAN PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV. Analisis dan Pembahasan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

REALISASI SEMENTARA APBNP

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang bertugas untuk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan cara pembangunan infrastruktur sebagai pendorong

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109/PMK. 011/2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

Restrukturisasi dan privatisasi BUMN. Sistem Ekonomi Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

SALINAN MENTERI NOMOR DENGAN. Pembuatan. elektronika. barang. terhadap. impor. c. bahwa. telah memenuhi. Komponen. dan bahan. Bea Masuk.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah mencapai laba yang sebesar-besarnya dan memakmurkan pemilik

BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2017 T E N T A N G DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES,

UU 14/2003, PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2001

SISTEM PENGANGGARAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN-P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia

SAMBUTAN MENTERI KEUANGAN PADA UPACARA PERINGATAN HARI OEANG KE-71 DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN. Jakarta, 30 Oktober 2017

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000

2013, No makro yang disertai dengan perubahan kebijakan fiskal yang berdampak cukup signifikan terhadap besaran APBN Tahun Anggaran 2013 sehingg

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9

Ekonomi Bisnis dan Financial

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2001 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEREKONOMIAN INDONESIA

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

Keuangan Negara dan Perpajakan. Avni Prasetia Putri Fadhil Aryo Bimo Nurul Salsabila Roma Shendry Agatha Tasya Joesiwara

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

UU 2/2000, ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000

Perekonomian Indonesia

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

DATA POKOK APBN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran dari pembangunan nasional pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang 1945 seperti tercantum dalam perencanaan pembangunan jangka panjang sehingga peran serta dari berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta sangat diharapkan demi terjaganya kesinambungan pembangunan. Proses pembangunan diwujudkan dalam sasaran pembangunan nasional jangka panjang yang dilaksanakan secara bertahap, bertumpu dan bertujuan untuk mencapai Trilogi Pembangunan, yaitu a) Pemerataan pembangunan dan hasilhasilnya yang menuju pada tercapainya keadilan sosial bagi seluruh rakyat, b) Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, c) Stabilitas nasional dan dinamis. Ketiga unsur dari pembangunan itu saling berkaitan dan saling memperkuat/mendukung satu sama lainnya. Unsur pemerataan dari pembangunan itu tercermin dalam delapan jalur pemerataan yaitu : (1) Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan, sandang dan perumahan, (2) Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan, (3) Pemerataan pembagian pendapatan, (4) Pemerataan kesempatan kerja, (5)

2 Pemerataan kesempatan berusaha, (6) Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita, (7) Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air dan pemerataan kesempatan memperoleh keadilan. Rangkaian di dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) adalah sebagai manipestasi dari instrumen kebijaksanaan fiskal merupakan rincian rencana kegiatan operasional pemerintah dan pembangunan. Upaya penyusunan anggaran dilakukan dengan cermat agar mencapai sasaran yang diharapkan dalam aspek keuangan dan dalam struktur APBN terdapat pos-pos penerimaan negara yang antara lain terdiri dari : I. Penerimaan Dalam Negeri (Domestic Revenue) yaitu : 1. Penerimaan Pajak (Tax Revenue) : 1.1 Pajak Dalam Negeri ( Domestic Taxes) seperti : 1.1.1 Pajak Penghasilan (Income Tax) 1.1.2 Pajak Pertambahan Nilai (Value Added Tax) 1.1.3 PBB (Land and Building Tax) 1.1.4 Cukai (Excisses) 1.1.5 Pajak Lainnya (Other Tax) 1.1 Pajak Perdagangan Internasional ( International Trade Tax) seperti 1.1.1 Bea Masuk (Import Duties) 1.1.2 Pajak Ekspor (Exsport Tax) 2. Penerimaan Bukan Pajak (Non Tax Revenue) : 2.1 Penerimaan Sumber Daya Alam (Natural Resources) 2.2 Bagian Laba BUMN (Profit Transfer from SOE e)

3 2.3 Penerimaan Bukan Pajak Lainnya (Other Non Tax Revenue) II. Penerimaan Pembangunan 1. Bantuan Program 2. Bantuan Proyek Untuk mencapai sasaran yang ditetapkan pada pos penerimaan negara dalam APBN kebijaksanaan fiskal yang mendasar yaitu : 1. Melakukan revisi atas APBN seperti pada APBN tahun 1998/1999 dalam mendukung stabilisasi kegiatan bidang ekonomi dan upaya pengendalian kepercayaan masyarakat dalam dan luar negeri terhadap perekonomian nasional. 2.Kebijaksanaan tingkat suku bunga deposito dan SBI yang cukup tinggi untuk menarik minat masyarakat menyimpan dananya di sektor perbankan. 3. Perubahan tarif pajak. 4. Peningkatan disiplin dalam pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sejalan dengan Undang-Undang No.20/1997. 5. Upaya privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) agar dapat memberikan kontribusi yang besar bagi penerimaan negara.

4 Tabel 1.1 Perkembangan Kontribusi Laba BUMN Terhadap Penerimaan Negara Periode 2003-2011 (dalam ratus ribuan rupiah). Tahun Anggaran Kontribusi Laba BUMN Penerimaan Dalam Negeri Kontribusi (%) 2003 957.000 66.418.000 1,4 2004 2.290.000 73.013.000 3,1 2005 2.785.000 87.630.000 3,2 2006 4.118.000 108.183.800 3,8 2007 4.614.000 149.302.000 3,0 2008 4.000.000 129.204.800 3,1 2009 5.281.000 152.896.500 3,5 2010 10.500.000 263.227.000 4,0 2011 10.351.000 301.874.000 3,4 Rata-rata 3,2 Sumber : Statistik Indonesia 2012 Dari Tabel 1.1 dapat diketahui kontribusi laba BUMN terhadap penerimaan negara. Perkembangan kontribusi laba BUMN dari tahun 2003 hingga 2011 bersifat fluktuatif. Tahun 2003 kontribusi laba BUMN sebesar Rp 95.700.000.000,00 atau 1,4 persen. Sedangkan tahun 2011 kontribusi laba BUMN yang diberikan kepada negara Rp 1.0.35.100.000.000,00 atau 3,4 persen. Dari keseluruhan kontribusi laba BUMN terhadap penerimaan negara rata-rata setiap tahunnya sebesar 3,2 persen. Sebagai salah satu BUMN yang merupakan wujud dari kebijakan pemerintah khususnya pada pemerataan pelayanan kesehatan yaitu PT. Bukit Asam merupakan perusahaan negara yang memiliki kedudukan strategis dalam rangka mensukseskan pelaksanaan pembangunan di bidang pertambangan batubara dan pembangkit listrik. PT. Bukit Asam ditunjuk pemerintah untuk menjadi penyelenggara program penyuplai bahan baku berupa batu bara dari Bukit Asam di Provinsi Sumatra

5 Selatan untuk kepentingan produksi energi pembangkit tenaga uap di wilayah Banten atau di Suralaya untuk diolah menjadi energi listrik tenaga uap (PLTU) kepentingan wilayah pulau Jawa dan sekitarnta.. Selain sebagai badan usaha dan institusi bisnis, PT. Bukit Asam juga berfungsi sebagai agen pembangunan (Agent of Development). Sebagai agen pembangunan dibidang energi pembangkit tenaga listrik yang digunakan untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan akan energi bagi industri, perkantoran serta rumah tangga dengan prinsip memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada seluruh masyarakat dan konsumen pengguna jasa listrik ini, dengan demikian usaha dan upaya dari keberadaan PT. Bukit Asam mmpu memberikan kontribusi pada kemajuan perekonomian nasional yang terus berkembanmg yang juga terus membutuhkan energi listrik ini. Pada sisi lain sebagai institusi bisnis, PT. Bukit Asam diharapkan dapat berorientasi laba dalam kegiatannya sehingga akan dapat menghasilkan keuntungan dengan layanan pemberian jasa energi listrik kepada masyarakat umum dan konsumen lainnya demi tetap terjaganya kelangsungan hidup perusahaan. Sebagai perusahaan negara PT. Bukit Asam juga melaksanakan kewajibannya kepada negara dengan memberikan sebagian laba perusahaannya kepada negara. Jumlah kontribusi PT. Bukit Asam pada penerimaan negara terlihat pada Tabel 1.2.

6 Tabel 1.2 Perkembangan Kontribusi Laba PT. Bukit Asam terhadap Laba Usaha Negara Periode 2003-2011 (dalam ratusan ribu rupiah). Tahun Anggaran Kontribusi Laba PT. TBA Laba Usaha Negara (BUMN) Kontribusi (%) 2003 14.000 957.000 1,46 2004 16.000 2.290.000 0,69 2005 31.000 2.785.000 1,11 2006 44.800 4.118.000 1,08 2007 72.576 4.614.000 1,57 2008 58.304 4.000.000 1,50 2019 58.304 5.283.000 1,10 2010 65.082 10.500.000 0,62 2011 78.638 10.351.000 0,76 Rata-rata 1,10 Sumber : Annual Report PT Bukit Asam 2012 Besarnya kontribusi laba PT. Bukit Asam terhadap BUMN selama tahun 2003hingga tahun 2011 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2003 kontribusi yang diberikan sebesar Rp 1.400.000.000,00. Perkembangan selanjutnya yaitu pada tahun 2004 mengalami penurunan menjadi 0,69 persen, pada tahun 2005 naik kembali menjadi 1,11 persen. Pada tahun 2006 kontribusinya kembali turun menjadi 1,08 persen dan pada tahun 2011 hanya 0,76 persen. Dari keseluruhan kontribusi laba PT.Bukit Asam laba Usaha rata-rata setiap tahunnya sebesar 1,10 persen. Dalam rangka meningkatkan kegiatan perusahaan dan mengantisipasi bidang usaha yang makin komplek, upaya yang dilakukan PT. Bukit Asam yaitu 1. Merumuskan dan menyiapkan metode dan analisis data yang komprehensif mengenai posisi kinerja. 2. Melakukan perluasan usaha yang dinilai prospektif. 3. Melakukan studi banding dalam rangka mencari masukan dan keperluan pengembangan sistem informasi perusahaan.

7 4. Melaksanakan kebijakan investasi pada pengelolaan keuangan perusahaan yang diarahkan pada pola atau prinsip hasil/return yang optimal. Bentuk investasinya seperti obligasi, saham pasar modal, penyertaan langsung reksadana dan promes. 5. Melakukan penempatan pegawai yang disesuaikan dengan keahliannya pegawai struktural maupun fungsional. PT. Bukit Asam juga terus mengembangkan implementasi Good Corporate Governance dengan keempat aspeknya yakni keterbukaan (transparancy), pertanggungjawaban (responsibility), keadilan (fairness), dan akuntabilitas (accountability). Prinsip ini adalah tuntutan dan sudah menjadi kebutuhan universal dalam perkembangan global dan implementasinya akan menjadi dasar bagi pengelolaan perusahaan secara berkelanjutan termasuk untuk peningkatan pendapatan, ekspansi usaha yang akan menentukan besarnya total laba perusahaan. Tabel 1.3 Perkembangan Total Laba PT. Bukit Asam Periode 2004-2011 (dalam ratus ribuan rupiah). Tahun Laba Usaha Pendapatan (biaya) lainlain Pajak Penghasilan Total Laba Total Laba (%) 2004 56.804 17.858 18.834 55.828-2005 72.339 15.653 21.067 66.925 19,8 2006 87.195 7.860 21.864 73.192 9,3 2007 128.540 7.409 23.942 112.007 53,0 2008 158.635 5.209 18.693 145.151 29,5 2009 138.102 6.738 23.821 121.020-16,6 2010 170.637 1.736 42.209 130.164 7,5 2011 242.344 5.661 55.218 192.787 48,1 Sumber : Annual Report PT Bukit Asam 2012. Perolehan laba PT. Bukit Asam dari tahun 2004 sampai 2008 total laba yang diperoleh PT.Tambang Bukit Asam mengalami peningkatan. Pada tahun 2009

8 total laba yang diperolaeh menurun menjadi Rp 121.020.177,099 atau 16,6 persen dibanding tahun 2008 sebesar Rp145.151.176,625. Tetapi dari tahun 2010 sampai 2011 jumlah laba yang diperoleh PT. Bukit Asam kembali meningkat yaitu Rp 130.164.047,805 pada tahun 2010 dan Rp192.787.397,309 tahun 2011. Keadaan ini sebagai akibat dari adanya perubahan jumlah pendapatan usaha, pendapatan investasi dan pendapatan lain-lain yang cenderung mengalami peningkatan, walupun terdapat biaya yang dibebankan perusahaan, seperti biaya overhead, dan biaya usaha. Lainnya dan adanya corporate social responseability. Pembagian total laba ditetapkan sebagai berikut : - Deviden Pemegang Saham - Gratifisasi yang ditetapkan - Tintiem yang ditetapkan - Cadangan Teknis - Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi - Pembinaan Keluarga Prasejahtera dan Sejahtera. - Deviden Pemegang Saham - Corporate Sosial Responseability (CSR). - Deviden merupakan bagi hasil atas laba yang diperoleh perusahaan. Besarnya deviden tergantung dari kepemilikan saham yang ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) - Gratifikasi yang ditetapkan

9 Pembagian laba juga digunakan untuk gratifikasi yang merupakan biaya jasa produksi yang ditetapkan. - Tintiem yang ditetapkan Penetapan tintiem ditujukan bagi pegawai PT. Bukit Asam berupa pemberian bonus kepada pegawainya. - Cadangan Teknis Cadangan teknis terdiri dari cadangan umum dan cadangan tujuan. Penggunaan laba pada cadangan umum lebih diarahkan kepada pencapaian tujuan perusahaan. - Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi Sebagian dari laba perusahaan juga disalurkan kepada Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) dan mitra binaan sesuai dengan Keputusan Mentreri Keuangan No.60/KMK 016/96 sebesar 1-3 persen. - Pembinaan Keluarga Prasejahtera dan Sejahtera Salah satu kegiatan PT. Bukit Asam yaitu dengan melakukan pembinaan Keluarga Prasejahtera dan Sejahtera dengan sebagian laba bersih perusahaan. - Corporate Social Responseability Adalah rasa tanggung jawab social perusahaan yang diberikan kepada fihak-fihak yang dianggap layak untuk menerimanya, ini diperlukan sebagai imbalan perusahaan yang diberikan kepada masyarakat yang didasarkan rasa sosial dari perusahaan dan dana ini disisihkan dari sebagian keuntungan perusahaan. Dengan latar belakang di atas penulis tertarik untuk membuat judul penelitian, yaitu Analisis Efisiensi Profit Sharing pada PT. Bukit Asam Dengan Tinjauan Kebijakan Publik pada Penerimaan Negara tahun 2003 2011

10 B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut permasalahan yang diangkat adalah : 1. Bagaimanakah efisiensi dan pengaruh Profit Sharing/kontribusi laba pada PT. Bukit Asam sebagai salah satu BUMN terhadap penerimaan negara? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan P.T. Bukit Asam? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui kontribusi laba PT Bukit Asam sebagai salah satu BUMN terhadap pos penerimaan negara. 2. Untuk mengetahui mengetahui alokasi CSR di PT. Bukit Asam