Sarno, dkk Sistem Pengadaan.., SISTEM PENGADAAN PAKAN AYAM PETELUR DI PERUSAHAAN POPULER FARM DESA KUNCEN KEC. MIJEN KAB. SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian kombinasi tepung keong mas (Pomacea

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan alam semesta dengan sebaik-baik ciptaan. Langit

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur an surat Al-Mu minun ayat 21 yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

I. PENDAHULUAN. karena kondisi alamnya yang sangat mendukung. Tingkat produksi telur di

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian tepung keong mas (Pomacea

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 28 April 2016 di CV.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian rakyat Indonesia, namun dilain pihak dampak

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

MANAJEMEN PENGOLAHAN PAKAN RINGKASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

BAB III MATERI DAN METODE. Pertanian, Universitas Diponegoro pada tanggal 22 Oktober 31 Desember 2013.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

PROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS)

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April s/d Mei Bertempat di

I. PENDAHULUAN. juga meningkat, berdasarkan data dari BPS (2017), dari tahun terjadi

I. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah:

STUDI TEKNOLOGI PAKAN PADA USAHA TERNAK PUYUH PETELUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober sampai dengan 26

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN. konversi pakan ayam arab (Gallus turcicus) ini bersifat eksperimental dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

JURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

IMPLEMENTASI MESIN PRODUKSI PAKAN LELE DUMBO PADA PETERNAK DI DESA ARJOWINANGUN KOTA MALANG

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari April 2014, di peternakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB I PENDAHULUAN. peternakan ayam petelur dipengaruhi oleh faktor bibit dan pakan. Pakan

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari 02 April--23 April 2014, di

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

BAB I PENDAHULUAN. kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

I. PENDAHULUAN. Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

Metode Uji Kualitas Bahan Pakan Oleh : ATI SIHOMBING, SP Pembahasan

Analisis Profitabilitas Perusahaan Ayam Petelur PT Suni Tama Perdana Desa Kertosari Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal

PEMANFAATAN STARBIO TERHADAP KINERJA PRODUKSI PADA AYAM PEDAGING FASE STARTER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK PELET KONSENTRAT KELINCI FESES PUYUH. Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tercatat sebesar 237 juta jiwa dan diperkirakan bertambah 2 kali lipat jumlahnya. ayam sebagai salah satu sumber protein hewani.

SKRIPSI. Oleh SUNARTI

PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA. Materi 1 : Formulasi Pakan

Temu Tekrus Fungsional non Peneliti 2000 Tujuan penulisan makalah ini memberikan informasi bagaimana cara menentukan kualitas dari beberapa bahan baku

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

Penambahan Putih Telur Pada Mineral Blok Dengan Level Yang Berbeda Terhadap Performans Domba Lokal Jantan Lepas Sapih. Aziz Husein Rangkuti

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan dimana masing masing ulangan terdiri dari

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

Transkripsi:

SISTEM PENGADAAN PAKAN AYAM PETELUR DI PERUSAHAAN POPULER FARM DESA KUNCEN KEC. MIJEN KAB. SEMARANG Sarno 1, Dewi Hastuti 2 1. Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Wahid Haysim 2. Staf pengajar Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim Abstrack Ternak merupakan sumber gizi protein hewani yang tidak lepas dari faktor pakan baik kualitas maupun kuantitasnya. Pakan memegang peranan penting dalam usaha atau produksi peternakan yaitu meliputi 60-70 % dari total biaya produksi. laporan ini menggunakan metode deskriptif analisis dari data-data yang didapatkan melalui wawancara dan survey Pembahasan masalah dilakukan dengan study pustaka. %. Bahan diuji secara organoleptis dan fisis terutama untuk jagung harus berkadar air maksimal sebesar 17 %. Perusahaan peternakan Populer Farm menghasilkan produk ransum ayam petelur terdiri dari Sarter, Grower 1, Grower 2 dan Layer dengan jumlah produksi antara 25-30 ton perhari Pendahuluan Pembangunan sub sektor peternakan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat terhadap produk dari peternakan yang terus meningkat. Selain itu, juga untuk memperluas lapangan kerja, mendukung pembangunan daerah dan meningkatkan pendapatan dengan tetap mempertahankan sumber daya alam. Ternak merupakan sumber gizi protein hewani yang tidak lepas dari faktor pakan baik kualitas maupun kuantitasnya. Pakan memegang peranan penting dalam usaha atau produksi peternakan yaitu meliputi 60-70 % dari total biaya produksi. Pakan yang harus diberikan harus mempunyai kandungan zat makanan yang serasi. Pakan jadi atau konsentrat sebagai hasil industri pakan ternak dan pemeliharaan sepenuhnya bertujuan ekonomi dengan produksi dan pemasaran yang jelas. Salah satu usaha dalam menunjang sub sektor paternakan adalah usaha pembuatan ransum ternak. Proses pembuatan ransum ternak harus ditunjang dengan ilmu pengetahuan yang cukup. Ransum merupakan salah satu faktor penting dalam usaha pemeliharaan ternak. Keberhasilan maupun kegagalan usaha pemeliharaan ternak banyak ditentukan oleh MEDIAGRO 49 VOL. 3. NO. 1, 2007: HAL 49-58

faktor ransum yang diberikan. Banyak peternak yang memberikan ransum tanpa memperhatikan kualitas, kuantitas dan teknik pemberiannya. Akibatnya, pertumbuhan maupun produktifitas ternak yang dipelihara tidak tercapai sebagaimana mestinya. Permasalahan dalam suatu proses pembuatan ransum ternak yaitu bagaimana teknik pengelolaan pakan yang meliputi pengadaan bahan baku, proses pembuatan ransum dan menformulasikan bahan pakan sehingga menjadi ransum yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing fase ayam. Teknik pengelolaan pakan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pembuatan ransum sehingga tidak mengurangi nilai nutritif pada ransum yang dihasilkan. Maka dari itu sejauh mana teknik pengelolaan pakan yang meliputi pengadaan bahan baku, proses pembuatan ransum dan formulasi bahan pakan untuk masing-masing fase ayam di Perusahaan Populer Farm Desa Kuncen, Kecamatan Mijen, Kotamadya Semarang. Tujuan dari permasalahan di atas adalah untuk mengetahui teknik pengelolaan pakan di perusahaan peternakan Populer Farm dalam pemenuhan pakan ayam mulai dari pengadaan bahan baku, proses pembuatan ransum berdasarkan formulasi pakan untuk masing-masing fase ayam petelur sampai produk yang dihasilkan (pengemasan dan penyimpanan). Dan memiliki kegunaan sebagai sumber informasi ilmiah tentang pengadaan bahan baku, proses pembuatan ransum berdasarkan formulasi pakan, sehingga menjadi ransum yang sesuai dengan kebutuhan pada masing-masing fase ayam di perusahaan Populer Farm Desa Kuncen, Kecamatan Mijen, Kotamadya Semarang. Bahan dan Metode Penulisan laporan ini menggunakan metode deskriptif analisis dari data-data yang didapatkan melalui wawancara dan survey di perusahaan Populer Farm Desa Kuncen, Kecamatan Mijen, Kabupaten Semarang. Pembahasan masalah dilakukan dengan study pustaka. Pembahasan Perusahaan ayam petelur Populer Farm berlokasi di Desa Kuncen, Kecamatan Mijen, Kotamadya Semarang. Perusahaan ini menempati areal seluas 5.27 Ha yang berjarak kurang lebih 6 Km dari arah barat Pasar Gunung Pati, sedangkan jarak antara perusahaan dengan pemukiman penduduk 1 Km ke arah Selatan, ke arah Timur 2 Km, ke arah barat 1 Km dan ke arah Utara 0.5 Km. Antara perusahaan dengan Jurnal ilmu ilmu pertanian 50

perkampungan dibatasi oleh perkebunan dan persawahan. Sedang areal perusahaan terdiri dari kebun rumput, ruang bebas dan areal parkir. Perusahaan peternakan ayam petelur Populer Farm yang sekaligus memproduksi ransum sendiri secara resmi didirikan pada tanggal 27 Pebruari 1993 dengan ijin uasaha atas nama Bapak Ayen, nomor ijin 536/91/93; Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, Jawa Tengah. Perusahaan ayam petelur ini pada awalnya memelihara 20.000 ekor ayam periode layer ditambah 15.000 ekor periode starter. Empat setengah bulan kemudian, 15.000 ekor ayam periode starter tadi dipindahkan ke kandang layer. Selanjutnya dilakukan pengisisan empat bulan sekali. Pada saat ini perusahaan peternakan Populer Farm untuk memenuhi kebutuhan pakan dari ayam tersebut melakukan pembuatan ransum ayam sendiri. Pada awalnya peralatan yang dimiliki oleh perusahaan dalam pembuatan ransum meliputi: mixer vertical dengan kapasitas 1,6 ton, dua buah grinder tiga buah mesin disel kecil dan besar, dua buah timbangan dan tiga buah truk untuk mengangkut pakan dan telur. Kemudian seiring dengan bertambah berkembangnya perusahaan yang diikuti dengan meningkatnya kebutuhan pakan, pada tahun 1998 perusahaan menambah alat untuk membuat pakan yaitu: 1 buah mixer vertical dengan kapasitas 2 ton, 1 buah mesin diesel besar, 2 buah grinder, 2 buah timbangan dan 1 buah truk untuk mengangkut pakan serta alat-alat yang lain. Tenaga kerja yang kerja di Populer Farm khususnya pada bagian pembuatan pakan setiap mesin terdiri dari 3 orang pembuat pakan, 1 orang sopir dan 1 orang pengawas. Bagian pembuat ransum mendapatkan gaji berdasarkan jumlah kapasitas produksi pakan perhari. Pengadaan pakan di perusahaan peternakan Populer Farm didirikan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pakan ayam petelur milik perusahaan tersebut dan tidak dijual untuk umum, dan alasan pembutan ransum sendiri adalah mengurangi biaya pakan kurang lebih sebesar 20% dibandingkan dengan pakan yang membeli dari perusahaan lain, sedangkan ransum yang diproduksi hanya jenis ransum ayam jenis petelur. Perusahaan tersebut sekarang sudah berkembang cukup besar dengan populasi ayam sekitar 250.000 yang terdiri dari strain ayam petelur ISA Brown, Decalb dan Hy-sek Brown. Keadaan bangunan ditiap unit cukup terencana dengan baik, ukuran kandang yang memadai, jarak bangunan yang sudah memenuhi syarat yaitu dengan jarak 4 sampai 5 meter antar tiap bangunan dan tata Jurnal ilmu ilmu pertanian 51

letak bangunan yang rapi. Tempat pembuatan ransum harus bersih dari limbah maupun kotoran lainnya, untuk menjaga dari kontaminasi jamur maupun bakteri dan serangga yang bisa merusak kualitas pakan. Pengelolaan Pakan dan Pengadaan Bahan Baku Pengelolaan pakan meliputi pengadaan bahan baku, uji kualitas, proses pembuatan ransum, formulasi bahan pakan, pengemasan dan pergudangan. Penentuan bahan baku didasarkan atas pertimbangan kualitas dan harga bahan, bertujuan untuk mensubtitusi jenis bahan baku dengan harga yang paling ekonomis yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi pakan. Menurut Imdad dan Nawangsih (1999), bahwa pertimbangan jenis bahan baku tidak lepas dari pertimbangan kualitas bahan yang menentukan nilai nutrisi produk ransum. Bahan baku didapatkan dari berbagai wilayah di Jawa dan impor. Jenis dan asal bahan baku pada tabel 5. Tabel 1. Jenis dan Asal Bahan Baku yang digunakan dalam proses Pembuatan Ransum Ayam pada Populer Farm Bahan baku Jagung Bekatul Bungkil Kedelai Meat and bone meal Tepung ikan Premix Wheat pollard Grit Konsentrat Bahan feed additif - Biofos - Aking Asal bahan baku Solo, Purwodadi, Kendal, Boja Purwodadi, Kendal, Boja India Australia Lokal Semarang, Jakarta Amerika Klaten Semarang, Jakarta Amerika Lokal Bahan baku dari lokal didatangkan dari berbagai wilayah di Jawa meliputi daerah Klaten, Purwodadi, Boja, Kendal, Solo, Semarang dan Jakarta. Sedangkan bahan baku impor didatangkan dari Amerika, Australia dan India. Uji kualitas Uji kualitas bahan baku dilakukan secara organoleptis dan analisa alat bantu seperti tester. Secara organoleptis dengan menggunakan panca Jurnal ilmu ilmu pertanian 52

indra, misal untuk jagung dengan melihat dan meraba atau mengambil sampel sedikit dengan tangan, jagung terasa ringan berarti jagung itu kering dan berkualitas baik dan apabila jagung terasa lebih berat atau menjamur berarti jagung tersebut berkualitas jelek. Untuk menguji kadar air pada jagung menggunakan tester, batas maksimal kadar air pada jagung yang diterima oleh perusahaan adalah 17 %. Sedangkan bahan untuk jenis tepung seperti bekatul, tepung ikan, meat and bone meal dan yang lain dapat dilakukan dengan cara melihat dan meraba bahan tersebut halus atau kasar, bahan berkualitas baik apabila bahan halus, bahan jelek bila bahan kelihatan menggumpal dan tarasa kasar serta dengan mencium apabila bahan baunya harum berarti baik dan bahan berkualitas jelek apabila baunya tengik. Walaupun cara ini cukup sederhana namun ikut mambantu dalam menyeleksi kualitas bahan. Pengontrolan bahan pertama kali dilakukan diarea penerimaan. Truk yang membawa bahan berkarung-karung itu dikontrol dengan mengambil sampel bahan setiap karung dan ditimbang beratnya, dapatlah ditentukan apakah bahan diterima atau ditolak. Proses pembuatan ransum Proses pembuatan ransum ayam petelur Populer Farm terdiri atas bahan baku lokal 87,15% dan bahan baku impor 12,85 %. Peralatan yang dipergunakan dalam proses pencampuran hingga terbentuknya ransum antara lain : timbangan, mixer, grinder, generator dan alat jahit manual untuk menjahit karung-karung yang berisi ransum jadi. Semua peralatan di Populer Farm (grinder dan mixer) memanfaatkan tenaga listrik yang dihasilkan oleh generator. Proses pembuatan ransum terdiri atas: a. Proses penggilingan Proses penggilingan menggunakan mesin penggiling atau grinder. Tujuan utama penggilingan adalah merubah bentuk bahan kebentuk partikel yang lebih kecil. Bahan jagung dan aking di giling. Penggunaan aking sebagai bahan subtitusi. Penggunaan aking 10 % dari jumlah jagung yang sudah diformulasikan dengan tujuan untuk mengimbangi harga jagung yang lebih mahal. Feed additif yang digunakan adalah biofos, biofos adalah jenis obat lalat yang dicampurkan dalam ransum dengan tujuan agar ransum yang dihasilkan tidak mudah menjamur atau rusak yang disebabkan oleh lalat. Penggunaan biofos sebesar 0,05 kg per Jurnal ilmu ilmu pertanian 53

ton. Bahan yang sudah dihaluskan selanjutnya dipersiapkan menurut penggunaannya kemudian dipersipakan untuk pencampuran. b. Formulasi bahan pakan Formulasi ransum yang dibuat oleh perusahaan peternakan Populer Farm berdasarkan kandungan protein yang dibutuhkan oleh masing-masing fase hidup ayam. Formulasi bahan pakan berdasarkan kandungan protein dapat dilihat pada tabel 2, 3, 4 dan 5. Tabel 2. Formulasi Ransum Ayam Petelur Fase Starter Umur 3 4 minggu dengan Kadar Protein 20 % per ton. No Nama Bahan Jumlah (kg) 1 Jagung 603,45 2 Bekatul 96 3 Bungkil kedelai 187,5 4 Meat and bone meal 65,5 5 Tepung ikan 35 6 Premix 4345 12,5 7 Feed additif 0,05 Jumlah 1000 Tabel 3. Formulasi Ransum Ayam Petelur Fase Grower 1 Umur 9 12 minggu dengan Kadar Protein 19 % per ton. No Nama Bahan Jumlah (kg) 1 Jagung 550,5 2 Bekatul 183,45 3 Bungkil Kedelai 160,5 4 Maet and bone meal 60,5 5 Tepung ikan 35 6 Premix 4345 10 7 Feed additif 0.05 Jumlah 1000 Jurnal ilmu ilmu pertanian 54

Tabel 4. Formulasi Ransum Ayam Petelur Fase Grower 2 Umur 13 20 minggu dengan Kadar Protein 16 % per ton. No Nama Bahan Jumlah (kg) 1 Jagung 443,7 2 Bekatul 248,25 3 Wheat Pollard 139 4 Bungkil kedelai 97,75 5 Meat and bone meal 27,5 6 Tepung ikan 25 7 Grit 11,75 8 Premix 4347 7 9 Feed additif 0,05 Jumlah 1000 Tabel 5. Formulasi Ayam Petelur Fase Layer Umur 21 minggu Afkir dengan Kadar Protein 18 % per ton. No Nama Bahan Jumlah (kg) 1 Jagung 436,95 2 Bekatul 208,95 3 Bungkil kedelai 98 4 Meat and bone meal 63,5 5 Grit 58,25 6 Konsentrat 50 7 Tepung ikan 29,75 8 Premix 4349 6 9 Aking 97,1 10 Feed additif 0,05 Jumlah 1000 c. Proses pencampuran Semua bahan yang dipersipakan kemudian dimasukan kedalam mixer sesuai dengan formulasinya. Waktu yang dibutuhkan dalam sekali pencampuran 20 menit. Bahan pakan tercapur menjadi satu sampai tidak terciri lagi warna dari suatu bahan secara dominan dan aromanya juga sudah menyatu membentuk ransum yang berbentuk tepung. Setelah semua bahan tercampur secara merata, dilakukan pengepakan atau pengemasan. Jumlah produk ransum ayam petelur yang dihasilkan rata-rata perhari 25-30 ton. Dengan prosentase jumlah produk terdiri atas rata rata Jurnal ilmu ilmu pertanian 55

starter = 3,42 %, Grower 1 = 3.89 %, Grower 2 = 3,89 % dan Layer = 88,80 %. d. Pengemasan Ransum yang sudah jadi dikontrol kualitasnya dan siap dikemas dalam karung plastik yang berkapasitas 50 kg. Karung dijahit untuk menutup dan melindungi pakan supaya tidak tumpah dan tidak mudah terkontaminasi dengan air, udara, jamur dan benda asing lainnya. Kemasan menggunakan karung plastik karena tidak menyerap air, praktis, tidak terlalu berat, murah dan mudah didapat. e. Penyimpanan dan pergudangan Penampungan produk menggunakan karung palstik yang berfungsi juga sebagai pengemas yang sudah dijahit maka barang siap untuk disimpan di gudang pakan. Gudang dengan ventilasi yang cukup sehingga udara di dalamnya tidak lembab. Pintu cukup lebar sehingga memudahkan pengangkutan barang yang akan keluar masuk gudang. Letak gudang terbebas dari banjir. Bahan tidak dilatakan secara langsung di lantai gudang, tetapi diletakan diatas papan yang dibentuk sedemikian rupa sehingga udara dapat bergerak dengan bebas dan tidak lembab. Dinding dan atap dari seng dan asbes sedangkan lantainya diplester. Kesimpulan Pengadaan bahan baku didasarkan atas pertimbangan kualitas dan harga bahan yang berasal dari bahan lokal dan impor dengan perbandingan bahan lokal 87,15% dan bahan impor 12,85 %. Bahan diuji secara organoleptis dan fisis terutama untuk jagung harus berkadar air maksimal sebesar 17 %. Perusahaan peternakan Populer Farm menghasilkan produk ransum ayam petelur terdiri dari Sarter, Grower 1, Grower 2 dan Layer dengan jumlah produksi antara 25-30 ton perhari. Sedangkan untuk formulasi ransum yang sebagai dasar pembuatan yaitu dengan memperhatikan kebutuhan nutrisi terutama untuk protein untuk setiap fase hidup ayam yaitu dengan kandungan protein: Starter = 20 %, Grower 1 = 19 %, Grower 2 = 16 % dan Fase Layer = 18 %. Proses Pembuatan ransum meliputi penggilingan, menghitung formulasi ransum pakan, mencampur bahan, pengemasan serta penyimpanan dan penggudangan. Jurnal ilmu ilmu pertanian 56

Saran Kontinuitas ketersediaan bahan baku atau komponen dalam pembuatan ransum perlu diperhatikan, sebaiknya ada kerjasama atau kemitraan dengan penyuplai bahan baku. Sedangkan untuk uji kualitas tidak hanya dilakukan pada bahan baku saja tapi juga dilakukan pada produk jadi dan tidak hanya secara organoleptis akan tetapi diusahakan secara laboratorium khususnya untuk produk jadi agar kandungan nutrisi ransum dapat diketahui dengan jelas. Daftar Pustaka Aksi Agraris Kanisius. 1984. Pemeliharaan Ayam Ras. Cetakan ke-13. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Aksi Agraris Kanisius. 2000. Pemeliharaan Ayam Ras. Cetakan ke-19. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Aksi Agraris Kanisius. 2003. Beternak Ayam. Cetakan ke-21. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Anggorodi, R. 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta. Direktorat Jendral Peternakan. 1981. Kumpulan Peraturan Makanan Ternak. Direktorat Bina Produksi, Jakarta. Dinas Peternakan. 1997. Peternakan Jawa Tengah Dalam Angka 1997. Dinas Peternakan Jawa Tengah (Disadur dari Buku Saku Peternakan Tahun 1987). Harsono, E.K. 1984. Manajemen Pabrik. Cetakan ke-2. Penerbit BPFE Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Hartadi, H.S. Reksohadiprodjo, dan A.D. Tilman. 1990. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Imdad, H.P. dan A.A. Nawangsih. 1999. Menyimpan Bahan Pangan. Cetakan ke-2. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta. Kamal, M. 1998. Bahan Pakan dan Ransum Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mujiman, A. 1995. Makanan Ikan. Cetakan ke-vii. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta. Murtidjo, A.B. 1989. Pedoman Maramu Pakan Unggas. Cetakan ke-1. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Murtidjo, A.B. 1993. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Cetakan ke-5. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Jurnal ilmu ilmu pertanian 57

Rasidi. 1999. 302 Formulasi Pakan Lokal Alternatif Untuk Unggas. Cetakan ke-2. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta. Rasidi. 2000. 302 Formulasi Pakan Lokal Alternatif Untuk Unggas. Cetakan ke-3 Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta. Rasyaf, M. 1990. Metode Kuantitatif Industri Ransum Ternak. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Rasyaf, M. 1992a. Produksi dan Pemberian Ransum Unggas. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Rasyaf, M. 1992b. Seputar Makanan Ayam Kampung. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Rasyaf, M.1993. Bahan Makanan Unggas di Indonesia. Cetakan ke-2. Penerbit Kanisius,Yogyakarta. Rasyaf, M. 1994. Makanan Ayam Broiler. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Tilman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusuma, dan Lebdosukujo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wasis. 1992. Pengantar Ekonomi Perusahaan, Edisi Revisi. Cetakan ke- 5. Penerbit Alumni, Bandung. Wiharto. 1986. Petunjuk Beternak Ayam. Lembaga Penerbit Universitas Brawijaya, Malang. Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Jurnal ilmu ilmu pertanian 58