LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 3 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DI JAWA BARAT

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 3 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DI JAWA BARAT

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 7 TAHUN 2013

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALI KOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG ZONA BEBAS PEKERJA ANAK

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO. Jl. Lanto Dg Pasewang No. 34 Telp. (0411) Kode Pos PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO

4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on The Elimination of all Forms of

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

Institute for Criminal Justice Reform

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA UTARA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK BAGI ANAK

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

WALI KOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR... TAHUN... T E N T A N G

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK TERHADAP TINDAK KEKERASAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN PENGEMIS, GELANDANGAN, ORANG TERLANTAR DAN TUNA SUSILA

DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PERDAGANGAN ORANG TERUTAMA PEREMPUAN DAN ANAK. BAB I KETENTUAN UMUM

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 92 TAHUN 2009 TENTANG DATABASE PENCATATAN DAN PELAPORAN PENANGGANAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 30 TAHUN 2014

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PELARANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN ANAK JALANAN, GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA MATARAM

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2005

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 3 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 3 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DI JAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL

BUPATI BANGKA TENGAH

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

DBUPATI BATANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G PEMBERANTASAN PELACURAN DI WILAYAH KABUPATEN BATANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI POLEWALI MANDAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

KEPUTUSAN BUPATI MALANG NOMOR: 180/ 291 /KEP/421

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 65 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

WALIKOTA PALANGKA RAYA

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 04 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PERDAGANGAN ORANG TERUTAMA PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, Menimbang : a. bahwa perdagangan orang terutama perempuan dan anak merupakan pengingkaran terhadap kedudukan hakiki manusia sebagai subyek hukum, menimbulkan masalah kemanusian yang merendahkan harkat dan martabat manusia sebagai mahluk sosial; b. bahwa perdagangan orang terutama perempuan dan anak mempunyai jaringan yang luas sehingga merupakan ancaman terhadap masyarakat, bangsa dan negara serta norma-norma atau kaidah-kaidah kehidupan dan dilandasi penghormatan terhadap hak asasi manuisa; c. bahwa untuk menanggulangi akbiat perdagangan orang terutama perempuan dan anak Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur harus segera melakukan upaya-upaya penghapusan terhadap perdagangan orang terutama perempuan dan anak; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pencegahan dan Penanganan Perdagangan Orang terutama Perempuan dan Anak. 61

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah-daerah Otonom Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1106); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuanketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3021); 3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak (Lembaran Negara Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3143); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3277); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495); 6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 138 Concerning Minimum Age for Admission to Employment (Konvensi ILO mengenai Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja) (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3835); 7. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3886); 8. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 182 Concerning The Prohibition and Immediate Action for The Elimination of The Worst Forms of Child Labour (Konvensi ILO Nomor 182 Mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak) (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3941); 9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4235); 62

10. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4279); 11. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Mejelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4310); 12. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4419); 14. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125) sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4493); 15. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 16. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Diluar Negeri (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4445); 17. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4635); 18. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4720); 63

19. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Nomor 4416) sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4540); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2004 tentang Penyusunan Peraturan Tata Tertib DPRD (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4417) sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Tata Tertib DPRD (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4569); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 23. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on The Rights of The Child (Konvensi tentang Hak Anak) (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 57); 24. Keputusan Presiden Nomor 59 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak; 25. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak; 26. Keputusan Presiden Nomor 88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan (Traffiking) Perempuan dan Anak. 64

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR dan GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PERDAGANGAN ORANG TERUTAMA PEREMPUAN DAN ANAK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Kalimantan Timur; 2. Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur adalah Gubernur Kalimantan Timur dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah; 3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Timur yang disebut DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah; 4. Pemerintahan Daerah Provinsi Kalimantan Timur adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia; 5. Kepala Daerah adalah Gubernur Kalimantan Timur; 65

6. Perdagangan orang adalah perekrutan, pengangkutan, transfer, penyembunyian dan penerimaan orang dengan ancaman atau menggunakan kekerasan atau bentuk pemaksaan lainnya, penculikan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau keuntungan untuk mendapatkan izin dari orang yang memegang kendali atas orang lain untuk tujuan eksploitasi; 7. Perempuan adalah orang yang secara alami berpotensi mengalami menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui; 8. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak dalam kandungan; 9. Orang tua adalah ayah dan/atau ibu kandung; 10. Wali adalah orang atau badan yang dalam kenyataannya menjalankan kuasa asuh sebagai orang tua; 11. Keluarga adalah satuan masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah dan/atau ibu dan anak; 12. Surat izin bekerja bagi perempuan dan anak keluar daerah atau dari luar daerah adalah surat izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah untuk mencegah terjadinya perdagangan pada perempuan dan/atau anak; 13. Surat izin pidah adalah surat izin yang dikeluarkan oleh Kepala Desa atau Lurah kepada seorang perempuan atau seorang anak penduduk desa atau Kelurahan untuk pindah tempat tinggal diluar wilayah Desa atau Kelurahan; 14. Pelaksanaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta yang selanjutnya disingkat PPTKIS adalah Badan Usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas yang mendapat izin dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk berusah dibidang jasa penempatan tenaga kerja diluar negeri; 15. Perantara adalah seorang atau sekelompok orang dan/atau suatu Badan Hukum yang melaksanakan kegiatan mencari tenaga kerja, untuk kepentingan seseorang atau suatu Badan Hukum untuk dipekerjakan kepadanya atau pada suatu Badan Hukum; 16. Korban adalah seorang yang mengalami penderitaan psikis, mental, fisik, ekonomi, seksual, sosial dan bentuk penderitaan lainnya yang diakibatkan perdagangan orang; 66

17. Eksploitasi adalah tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, alat reproduksi, atau secara melawan hukum memindahkan atan menstranplasi organ dan/atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik materil maupun immateril; 18. Perekrutan adalah tindakan yang meliputi mengajak, mengumpulkan, membawa, atau memisahkan seseorang dari keluarga dan komunitasny; 19. Pengiriman adalah tindakan memberangkatkan atau melabuhkan seseoorang dari suatu tempat ketempat yang lain; 20. Eksploitasi seksual adalah segala bentuk pemanfaatan organ tubuh seksual atau organ tubuh lain dari korban untuk mendapatkan keuntungan tidak hanya terbatas pada kegiatan pelacuran dan pencabulan juga tindakan lainnya yang dapat merugikan korban. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Maksud pencegahan dan penanganan perdagangan orang terutama perempuan dan anak adalah untuk memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak dari eksploitasi dan perbudakan yang mengingkari kedudukan hakiki manusia sebagai subyek hukum serta menimbulkan masalah kemanusiaan yang merendahkan harkat dan martabat manusia; (2) Tujuan pencegahan dan penanganan perdagangan orang terutama perempuan dan anak adalah untuk memberantas bentuk-bentuk trafficking baik untuk pekerjaan tertentu maupun untuk kegiatan seks komersil, menyelamatkan dan merehabilitasi korban trafficking serta memberikan tindakan terhadap pelaku maupun pihak-pihak yang mendukung perdagangan orang terutama perempuan dan anak. BAB III KEDUDUKAN 67

Pasal 3 Peraturan Daerah ini berkedudukan sebagai pedoman bagi Kabupaten/Kota dalam penetapan kebijakan mengenai pencegahan dan penanganan perdagangan orang terutama perempuan dan anak. BAB IV PENCEGAHAN Bagian Petama Pencegahan Pasal 4 Tidak ada seorangpun perempuan dan anak yang dapat diperdagangkan melalui cara direkut, dikumpulkan, ditransportasikan atau diperjakan dengan tujuan eksploitasi untuk suatu pekerjaan tertentu maupun untuk suatu pekerjaan dalam seks komersial. Bagian Kedua Izin Bekerja Pasal 5 (1) Seorang perempuan yang akan bekerja kedalam/keluar daerah atau keluar negeri wajib memiliki Surat Izin Bekerja yang dikeluarkan oleh Kepala desa atau Lurah dan telah diketahui dan disahkan oleh camat setempat; (2) Untuk mendapatkan Surat Ijin Bekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemohon harus mengajukan permohonan kepada Kepala Desa atau Lurah setempat dengan melengkapi syarat-syarat : a. Permohonan tertulis yang ditulis sendiri bagi anak yang berusia 15 sampai dengan 18 tahun disertakan surat izin dari orang tua atau wali, dilengkapi dengan surat bukti kelahiran; b. Bila melalui jasa dari suatu PPTKIS atau perantara yang datang langsung ke desa atau kelurahan, PPTKIS atau perantara tersebut telah melapor secara resmi kepada Kepala Desa atau Lurah, lengkap dengan jati diri serta pesan tertuli dari perusahaan yang memerlukan tenaga kerja dari tempat kerja yang akan dituju. 68

Pasal 6 Surat Ijin Bekerja kedalam/keluar daerah atau keluar negeri dikeluarkan oleh Kepala Desa atau Lurah tanpa memungut biaya dan baru sah berlaku apabila telah diketahui dan disahkan oleh Camat setempat. Bagian Ketiga Surat Jalan dan Surat Pindah Pasal 7 (1) Seorang perempuan atau anak yang akan kedalam/keluar daerah atau keluar negeri dengan maksud mencari pekerjaan, wajib meminta Surat Jalan kepada Kepala Desa atau Lurah setempat dengan melampirkan keterangan tertulis tentang nama dan alamat serta jenis pekerjaan yang dicari; (2) Seorang perempuan atau anak yang belum dewasa yang akan pindah tempat tinggal kedalam/keluar daerah atau keluar negeri, wajib meminta Surat Pindah kepada Kepala Desa atau Lurah setempat dan didampingi oleh orang dewasa yang bertanggung jawab yang membawanya dan jelas identitas diri serta wajib memberikan keterangan tertulis tentang maksud dan tujuan perjalanan atau pindah tempat tinggal kedalam/keluar daerah atau keluar negeri, alamat dan nama keluarga yang dituju. Pasal 8 (1) Setiap Surat Ijin Bekerja yang dikeluarkan oleh Kepala Desa atau Lurah, wajib disampaikan kepada Camat untuk mendapatkan pengesahannya dengan dilampirkan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (2); (2) Setiap Surat Ijin bekerja dikeluarkan oleh Kepala Desa atau Lurah yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (2) ditolak untuk disahkan oleh Camat; (3) Camat wajib mengadministrasikan dalam buku agenda tersendiri segenap Surat Ijin Bekerja yang disampaikan oleh Kepala Desa atau Lurah yang telah disetujui atau yang ditolak pengesahannya; (4) Camat wajib melaporkan pelaksanaan administrasi sebagaimana paa ayat (3) kepada Bupati/Walikota setempat setiap bulan 69

Pasal 9 (1) Bupati/Walikota melalui Dinas yang menangani ketenagakerjaan memonitor setiap Surat Ijin Bekerja yang dilaporkan oleh masing-masing Camat untuk ditindak lanjuti guna pengawasan; (2) Dinas yang menangani ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkewajiban memonitor, mengawasi dan mengambil langkah penegakan hukum terhadap adanya dugaan kegiatan rekruitmen, pengumpulan, pengiriman dan eksploitasi untuk maksud perdagangan orang terutama perempuan dan anak. Pasal 10 (1) PPTKIS berkewajiban melaporkan kepada Bupati/Walikota melalui Dinas yang menangani ketenagakerjaan setiap pengiriman tenaga kerja perempuan baik yang bekerja didalam negeri maupun diluar negeri; (2) Bupati/Walikota melalui Dinas yang menangani ketenagakerjaan membina mengawasi setiap PPTKIS yang berada di wailayahnya; (3) Bupati/Walikota melaporkan kepada Gubernur setiap tenaga kerja perempuan dan anak yang telah mendapat Surat Ijin Bekerja kedalam/keluar daerah atau keluar negeri untuk bekerja atau yang akan bekerja dari luar daerah. Pasal 11 Gubernur memonitor setiap pengiriman tenaga kerja perempuan dan anak keluar daerah/dari luar daerah yang dalam pelaksanaannya dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan transmigrasi. BAB V PEMBANGUNAN Pasal 12 (1) Bahwa gugus tugas pencegahan dan penanganan perdagangan orang terutama perempuan dan anak dipimpin oleh seorang pejabat setingkat Eselon 2 berdasarkan Peraturan Gubernur; 70

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan, susunan organisasi, keanggotaan, anggaran dan mekanisme kerja gugus akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (3) Wilayah kerja gugus tugas pencegahan dan penanganan perdagangan orang terutama perempuan dan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Kabupaten/Kota dalam Provinsi Kalimantan Timur, hubungan antar provinsi dan hubungan dengan negara lain; (4) Gugus tugas pencegahan dan penanganan perdagangan orang terutama perempuan dan anak menyusun Rencana Tugas Daerah Pencegahan dan Penanganan Perdagangan Orang terutama Perempuan dan Anak setiap 3 (tiga) tahun. Pasal 13 Gugus tugas ditingat Kabupaten/Kota dibentuk berdasarkan Peraturan Bupati/Walikota menyesuaikan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 14 (1) Kepala Desa, Lurah dan Camat berkewajiban memonitor setiap perusahaan atau tempat kerja yang berada diwilayahnya dari kemungkinan adanya praktek perdagangan orang terutama perempuan dan anak dengan berkoordinasi dengan Kepolisian setempat; (2) Kepala Desa, Lurah dan Camat segera menindaklanjuti setiap laporan dari masyarakat bahwa terdapat dugaan praktek perdagangan orang terutama perempuan dan anak yang dilakukan oleh perusahaan atau tempat kerja yang berada diwilayahnya berkoordinasi dengan Kepolisian setempat. BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT 71

Pasal 15 Setiap orang, kelompok, organisasi politik, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat atau lembaga kemasyarakatan lainnya, mempunyai hak berpartisipasi dalam pencegahan dan penanganan perdagangan orang terutama perempuan dan anak serta merehabilitasi korban perdagangan orang terutama perempuan dan anak. Pasal 16 Setiap orang, kelompok, organisasi politik, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat atau lembaga kemasyarakatan lainnya, Perguruan Tinggi, Lembaga Studi, baik sendiri-sendiri maupun bekerjasama dengan gugus tugas pencegahan dan penanganan perdagangan terutama perempuan dan anak dapat melakukan penelitian, pendidikan dan penyebarluasan informasi mengenai perdagangan orang terutama perempuan dan anak. BAB VII REHABILITASI DAN REINTEGRASI Pasal 17 (1) Untuk membantu memulihkan kesehatan fisik, psikis, seksual dan sosial para korban perdagangan terutama perempuan dan anak, Pemerintah Daerah menyediakan Rumah Perlindungan Pusat Pelayanan Terpadu dan/atau mengkoordinasikan penggunaan sarana dan prasarana yang ada, dengan mengembangkan pola kemitraan antara Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat; (2) Pemerintah Daerah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat baik perorangan maupun kelompok yanga akan menyediakan dan/atau menyelenggarakan Rumah Perlindungan Pusat Pelayanan Terpadu; (3) Ketentuan mengenai penyediaan Rumah Perlindungan Pusat Pelayanan Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleg Gubernur; (4) Biaya penyediaan dan operasional Rumah Perlindungan Pusat Pelayanan Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kalimantan Timur, bantuan Pemerintah Pusat, bantuan Pemerintah Kabupaten/Kota, pengusaha/swasta, bantuan LSM dalam dan luar negeri serta bantuan masyarakat umum yang peduli terhadap korban perdagangan orang terutama perempuan dan anak; 72

(5) Setiap korban trafficking diberikan pelayanan atau rehabilitasi yang meliputi konseling psikologis medis dan pendampingan hukum serta pendidikan keterampilan/keahlian dan alternatif; (6) Layanan dan fasilitasi reintegrasi meliputi pemulangan ke daerah asal dan bantuan stimulan. Pasal 18 Untuk menangani permasalahan perdagangan orang terutama perempuan dan anak yang terjadi diluar negeri dan/atau dalam negeri, dikembangkan kerjasama antar daerah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VIII PERLINDUNGAN KORBAN DAN SAKSI Pasal 19 (1) Perlindungan korban dan saksi kasus perdagangan orang terutama perempuan dan anak disesuaikan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku; (2) Setiap korban atau saksi memperoleh perlindungan hukum, fisik dan psikis. BAB IX PEMBIAYAAN Pasal 20 Pemerintah Daerah berkewajiban untuk mengalokasikan anggaran untuk pencegahan, penanggulangan dan rehabilitasi korban perdagangan terutama perempuan dan anak, termasuk anggaran penyidikan. BAB X SANKSI ADMINISTRASI 73

Pasal 21 Kepala Desa atau Lurah yang mengeluarkan Surat Ijin Bekerja, Surat Jalan dan/atau Surat Pindah kepada perempuan dan/atau anak dengan tidak memperhatikan syaratsyarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dapat dikenakan sanksi administrasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 22 Camat yang mengesahkan Surat Ijin Bekerja dari seorang perempuan dan/atau anak yang dikeluarkan oleh Kepala Desa atau Lurah yang tidak memperhatikan syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dikenakan sanksi administrasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 23 Setiap penyelenggara negara yang membantu memudahkan terjadinya perdagangan orang terutama perempuan dan anak dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 24 (1) Setiap PPTKIS atau perantara yang merekrut dan/atau mengirimkan tenaga kerja perempuan dan anak yang tidak memiliki Surat Ijin Bekerja pada perusahaan dan/atau tempat kerja, dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan izin usaha dan/atau larangan beroperasi; (2) Setiap PPTKIS atau perantara yang menyalurkan tenaga kerja perempuan dan anak pada perusahaan dan/atau tempat kerja yang mempraktekkan perdagangan orang terutama perempuan dan anak, dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan izin usaha dan larangan beroperasi di daerah; Pasal 25 (1) Setiap orang atau badan/perusahaan yang mempraktekkan perdagangan orang terutama perempuan dan anak, selain dikenakan sanksi administrasi pencabutan ijin usaha dan larangan beroperasi, juga dikenakan sanksi pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (2) Penetapan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati/Walikota; 74

BAB XI KETENTUAN PIDANA Pasal 26 Setiap orang dan/atau badan hukum yang melakukan pelanggaran terhadap ketebtuan Pasal 4, 5, 6, 7, 8, dan 10 diancam pidana kurungan sebagaimana ketentuan hukum yang berlaku. BAB XII PENYIDIKAN Pasal 27 (1) Selain Pejabat Penyidik POLRI yang bertugas menyelidiki tindak pidana, penyidikan atas tindak pidana dapat dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dilingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, para Pejabat Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadiaan dan melakukan pemeriksaan; c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. Melakukan penyitaan benda dan/atau surat; e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. Mendatangkan seseorang yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Pejabat Penyidik POLRI bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik POLRI memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya; i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. 75

BAB XIII PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN Pasal 28 Gugus tugas pencegahan dan penanganan perdagangan orang terutama perempuan dan anak bertugas melaksanakan pembinaan, pemantauan dan pengawasan kegiatan gugus tugas di daerah. BAB XIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Timur. Ditetapkan di Samarinda pada tanggal 22 Oktober 2007 Plt. GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, ttd YURNALIS NGAYOH 76

Diundangkan di Samarinda pada tanggal 22 Oktober 2007 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR, ttd H. SYAIFUL TETENG LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2007 NOMOR 04 Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM Setda Provinsi Kalimantan Timur, ttd H. Sofyan Helmi, SH, M.Si Pembina Tk. I NIP. 550 011 071 77