ORANG TALIABU DI PULAU TALIABU: MERETAS JALAN MENUJU KESEJAHTERAAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN PERIKANAN DI PULAU-PULAU KECIL PROVINSI MALUKU UTARA

MODAL SOSIAL: KEKUATAN DALAM HIDUP BERMASYARAKAT DISEKITAR HUTAN TAMAN NASIONAL MANUSELA, MALUKU TENGAH

MENCERMATI DETERMINAN SOSIAL DAN KENDALA ANGGARAN UNTUK MENINGKATKAN LAYANAN KESEHATAN PRIMER BAGI KAUM MISKIN DI KOTA AMBON

PENDAHULUAN. Latar Belakang

DESA - KOTA : 1. Wilayah meliputi tanah, letak, luas, batas, bentuk, dan topografi.

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN KHUSUS TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL

Persepsi dan Evaluasi Keberhasilan Penertiban. Di Kabupaten Manokwari

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI BERBASIS KURIKULUM 2013; RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR KOTA AMBON

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016

KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN WONOSOBO. Jakarta, 25 Pebruari 2015

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran. 1. Kondisi Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran

BAB I PENDAHULUAN. pedesaan telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil. Teori

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II GAMBARAN UMUM

TIPOLOGI WILAYAH PROVINSI MALUKU UTARA HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER

1. PENDAHULUAN. Latar Belakang

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program

- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI GORONTALO TAHUN 2009 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI GORONTALO TAHUN 2009

4. KARAKTERISTIK DESA. Pertemuan 5

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Alang-alang dan Manusia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN , Kelurahan Pammase terdiri dari 3 (tiga) lingkungan:

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

LAMPIRAN 4 Petunjuk untuk Rapid Rural Appraisal Sederhana

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

1 Universitas Indonesia

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam

BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. karantina, para penderita penyakit tersebut berangsur angsur sembuh. Mengingat banyaknya

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

BUPATI PASAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN

Disampaikan pada: SOSIALISASI PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO.6 TAHUN 2014 TENTANG DESA dan TRANSISI PNPM MANDIRI Jakarta, 30 April 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

Unsur - unsur potensi Fisik desa. Keterkaitan Perkembangan Desa & Kota

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai

BAB III KONDISI MASYRAKAT TERANTANG. dipimpin oleh seorang kepala suku. Suku Domo oleh Datuk Paduko, Suku

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian

PENDAHULUAN. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

BAB II GAMBARAN UMUM DESA ASAM JAWA KECAMATAN KOTA PINANG, KABUPATEN LABUHAN BATU

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur

BAB IV SELAYANG PANDANG DESA PARAKAN. Kecamatan Trenggalek. Desa ini berdekatan dengan alun-alun kota atau pusat

Transkripsi:

1 ORANG TALIABU DI PULAU TALIABU: MERETAS JALAN MENUJU KESEJAHTERAAN Andi Sumar Karman, S.Sos., MA. Antropolog Sosial, Universitas Khairun Ternate Anggota Peneliti JiKTI Provinsi Maluku Utara Dr. Frits Oscar Fanggidae, M.Si. Akademisi Universitas Kristen Artha Wacana Kupang Peneliti Senior JiKTI Provinsi Nusa Tenggara Timur PENGANTAR Kabupaten Pulau Taliabu terbentuk pada tahun 2013, setelah resmi memisahkan diri dari kabupaten Kepulauan Sula sebagai Kabupaten induk. Hingga tahun 2013, wilayah ini dihuni oleh 58.471 jiwa penduduk 1. Mereka terdiri dari orang-orang Buton, Bugis, Makassar, Menado, Sangir, dan orang Taliabu. Catatan kolonial (Belanda) menunjukkan bahwa orang Taliabu merupakan orang asli (indegenous people) pulau ini 2. Orang Taliabu yang dibicarakan dalam penelitian ini adalah kelompok etnik Mange 3. Komunitas ini selalu memilih wilayah perbukitan atau pegunungan sebagai pemukimannya. Untuk memenuhi kebutuhannya, mereka mengandalkan hasil pertanian yang dikelola sendiri. Berdasarkan hal ini, mereka dapat dikategorikan sebagai kaum tani pedesaan (peasant) 4. Secara sosial ekonomi, tingkat kesejahteraan kehidupan mereka lebih rendah dibanding pendatang. Karena itu, keprihatinan utama dibalik pembentukan Kabupaten Pulau Taliabu adalah, bagaimana mempercepat terwujudnya kesejahteraan bagi Orang Taliabu. Namun demikian, dalam praktiknya, setelah Kabupaten Pulau Taliabu terbentuk, Orang Taliabu masih tetap pada posisi marginal. Para pendatang dengan kesiapan yang lebih baik, mampu memanfaatkan dengan baik peluang ekonomi yang tercipta, menjadikan jarak kemajuan para pendatang dengan orang Taliabu semakin melebar. Kondisi demikian dapat menciptakan kondisi sosial yang tidak kondusif di waktu mendatang. Karena itu perlu segera dipikirkan, bagaimana tepatnya membawa Orang Taliabu keluar dari lingkaran kemiskinan, dapat tumbuh dan berkembang, bersaing secara wajar dengan para pendatang, sehingga pada akhirnya, Orang Taliabu menjadi bagian penting dari keberhasilan pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu. 1 Dinas Dukcapilnakertrans Kabupaten Pulau Taliabu, 2013. Paparan Laporan Lapangan (Interim Report) Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Transmigrasi (RTRKT) Kawasan Taliabu Kabupaten Pulau Taliabu Provinsi Maluku Utara T.A. 2013. 2 Biro Urusan Pemerintahan Penduduk Luar, 1918. Soela Eilanden. Aflevering XV (Terjemahan), Weltevreden N.V. Boekhandel Visser & Co. Catatan bahwa orang Taliabu merupakan orang asli di pulau ini diakui juga oleh banyak kalangan hingga sekarang ini, termasuk penduduk pendatang yang kini berdomisili di daerah itu. 3 Orang Taliabu terdiri dari beberapa kelompok suku-bangsa (etnik), yakni: Mange, Siboyo, Kadai, dan Panto. Pengelompokan etnik ini dibedakan terutama menurut bahasa, wilayah bermukim, orientasi mata pencaharian, dan berbagai karakter lainnya. 4 Wolf, Eric R. 1985. Petani, Suatu Tinjauan Antropologis (Terjemahan). Jakarta: CV. Rajawali.

2 Peneliti berbincang dengan warga Desa Air Bulan, Taliabu. MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN Permasalahan utama Orang Taliabu saat ini adalah hidup dalam kondisi kemiskinan. Jika mereka tidak diberdayakan, kondisi kemiskinan mereka akan menciptakan jebakan bagi mereka, untuk terus hidup dalam lingkaran kemiskinan. Untuk memberdayakan mereka, diperlukan suatu kajian untuk memahami dengan baik berbagai segi kehidupan orang Taliabu, sehingga dapat didefinisikan secara tepat, apa yang sejatinya mereka butuhkan untuk menolong mereka keluar dari kondisi kemiskinan. Sehubungan dengan itu, dirumuskan beberapa per tanyaan penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimana kondisi objektif mereka dilihat dari aspek l ingkungan fisik, sosial, ekonomi dan budaya; (2) Bagaimana pandangan dan aspirasi mereka terkait kemiskinan dan keterpencilannya, dan (3) Bagaimana mo del pemberdayaan yang sesuai kondisi ob yektif me reka. Mengacu pada tiga pertanyaan penelitian tersebut, penelitian ini bertujuan: (1) Mendeskripsikan aspek lingkungan fisik, sosial, ekonomi, dan budaya Orang Taliabu, sehingga dapat diidentifikasi kekuatan dan kelemahannya; (2) Mendeskripsikan pandangan orang Taliabu tentang kondisi kemiskinan dan keterpencilannya, sehingga dapat diidentifikasi apa sejatinya kebutuhan mereka untuk menjalani suatu proses pemberdayaan di waktu mendatang; (3) Merumuskan model pemberdayaan yang tepat untuk membawa Orang Taliabu keluar dari kondisi kemiskinan mereka. LINGKUP DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini terfokus di Desa Air Bulan, Kecamatan Taliabu Utara, Kabupaten Pulau Taliabu, Provinsi Maluku Utara. Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja karena di sana terdapat kelompok etnis asli Taliabu yang tinggal di lokasi berbeda dengan karakter lingkungan alam yang berbeda. Informan penelitian ditentukan secara sengaja (purpossive sampling). Informan kunci penelitian mencakup: kepala dusun, sekretaris desa, tetua adat, pemimpin kelompok, dan masyarakat umum. Selain itu, informan ahli dalam penelitian ini adalah kalangan orang luar, tetapi memiliki pengetahuan yang luas, bahkan mendalam, tentang komunitas etnik Taliabu. Mereka meliputi Aparat Pemerintah: Aparat Desa, Staf Lapangan Dinas Sosial Kabupaten Pulau Taliabu, Akademisi, Tokoh Agama (Pendeta), Kepala Sekolah (SDN Air Bulan). Sebanyak 24 orang informan dalam penelitian ini masing-masing sebanyak 20 orang laki-laki dan empat orang perempuan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara; penelusuran dokumen, pengamatan (observasi), wawancara mendalam, dan diskusi kelompok terfokus (FGD). Dokumen berupa publikasi dari pemerintah setempat sesungguhnya sangat terbatas. Analisis data dilakukan secara deskriptif-analitis.

TEMUAN-TEMUAN POKOK 1 Lingkungan fisik Orang Taliabu di Desa Air Bulan mendiami lingkungan fisik dengan topografi berbukit, dengan ketinggian 400 500 meter dari permukaan laut (dpl). Kondisi geografis seperti ini sangat cocok untuk tanaman pangan, perkebunan dan kehutanan. Dengan musim hujan yang relatif lebih lama dari musim kemarau, persediaan air baku, baik untuk kepentingan konsumsi maupun pertanian relatif mencukupi. Namun demikian, infrastruktur yang tersedia, seperti jalan, sarana transportasi, komunikasi, dan saran air bersih sangatlah terbatas. Hal ini menjadikan orang Taliabu memiliki akses yang terbatas keluar wilayahnya. 2 Aspek Pendidikan dan Kesehatan Tingkat pendidikan orang Taliabu relatif rendah. Sebagian besar hanya berpendidikan sampai tingkat SD. Terdapat sekitar 10% penduduk Desa Air Bulan yang berpendidikan SMP dan SMA, tetapi pada umumnya mereka adalah para pendatang. Fasilitas SD sangat terbatas, s ementara itu tidak terdapat fasilitas SMP dan SMA. Kondisi demikian menjadikan orang Taliabu sulit mengakses layanan pendidikan formal. Layanan kesehatan dasar melalui Pustu atau Polindes tidak terdapat di desa ini. Puskesmas terdapat di Kota Kecamatan, yang jaraknya relatif jauh. Akibatnya, masyarakat hanya mengandalkan pengobatan tradisional untuk menyembuhkan berbagai penyakit. 3 3 Pranata Sosial dan Politik Seluruh pranata sosial yang terbangun di Desa Air Bulan bersifat informal. Terdapat b eberapa pranata sosial seperti: kerjasama di bidang pertanian (manga afu); gotong royong (rio nseing); baku bantu atau arisan tenaga. Keseluruhan pranata sosial yang terbentuk merupakan sarana bagi masyarakat di desa ini untuk memenuhi kebutuhan sosial mereka, baik yang bersifat temporer maupun permanen. Di dalam kehidupan sosialnya, orang Taliabu memiliki sifat keterbukaan. Hal ini terlihat dari kesediaan m ereka menerima para pendatang, bahkan merelakan sebagian tanahnya bagi pendatang. Sifat keterbukaan ini merupakan salah satu sisi positif orang Taliabu. Kehidupan politik di desa Air Bulan berlaku menurut sistem politik yang berlaku di Indonesia. Di desa ini tidak ditemukan lagi pranata politik tradisional, misalnya kekuasaan adat, dengan sistem kelembagaannya. Meskipun terdapat seorang ketua adat, terutama di Dusun Rumah Empat, keberadaannya tidak memiliki otoritas mengikat bagi kehidupan warga masyarakat di sana. Ketua adat hanya dimintai pertimba ngan atau nasihat dalam hal menyangkut tradisi mereka. Kepala Desa merupakan pemerintahan yang paling dekat dan dirasakan penting bagi masyarakat. Kepala desa yang memimpin sekarang ini (2014) dirasakan kurang aktif dalam memperjuangkan hak-hak warganya. Kepala desa yang berdomisili di luar wilayah desa dianggap menghambat komunikasi warga dengan pemimpinnya. Kondisi pemukiman warga di Dusun Rumah Empat, Air Bulan, Taliabu, tampak dari belakang kampung.

4 4 Budaya Sebelum agama Kristen masuk, di dalam sistem religi asli (agama asli) orang Taliabu, dikenal kekuatan adikodrati yang melampaui (menguasai) kemampuan dan kehidupan manusia. Kekuatan tertinggi dari keyakinan ini terletak pada Jou, yang bermakna sebagai Tuhan atau dewa tertingginya. Karena itu cara pandang mereka terhadap semua peristiwa dan benda kasat mata seperti tanah dan sebagainya, selalu dalam hierarki atas-bawah; bahwa kekuatan adikodrati (dunia atas) adalah penentu segala peristiwa dan pencipta segala benda. Manusia tunduk terhadap kehendak kekuatan adikodrati yang bermakna sebagai Tuhan, Sang Pencipta. Relasi manusia dengan Tuhan seperti ini, membentuk religiositas orang Taliabu, yang kemudian memilih agama Kristen sebagai keyakinannya. Pesan utamanya adalah, budaya orang Taliabu, yang antara lain tampak pada sistem kepercayaannya, menegaskan bahwa orang Taliabu memiliki religiositas yang kuat sebagai landasan kehidupannya. menjadikan orang Taliabu belum menikmati nilai tambah yang sangat berarti dari komoditas yang dihasilkan. Pada sisi lain, dilihat dari pranata ekonomi yang ada, telah terjadi beberapa perkembangan yang baik. Pranata kepemilikan tanah telah berkembang dengan adanya pengakuan terhadap kepemilikan tanah secara individu (pribadi), selain kepemilikan kelompok dan adat. Pranata ketenagakerjaan juga telah mengalami diferensiasi menjadi pekerja kerabat, kolektif dan upahan. Perkembangan lanjutan dari kepemilikan lahan individu dan pekerja upahan, dapat mendorong utilisasi lahan dan tenaga kerja secara ekonomis, yang berdampak pada peningkatan nilai tambah atau penghasilan. 6 Pandangan terhadap Kemiskinan Pandangan orang Taliabu tentang kemiskinan relatif sederhana. Seseorang dikatakan miskin bila tidak mampu memenuhi kebutuhan makannya dan kebutuhan sehari-harinya. Rumah bukan menjadi ukuran kemiskinan. Berkaitan dengan penyebab kemiskinan, menurut mereka disebabkan oleh tiga hal, yaitu rendahnya kemauan bekerja keras, lapangan kerja yang t erbatas dan hasil panen yang tidak memadai. Kedepan, mereka berharap bahwa kemiskinan yang dihadapi akan teratasi, bila pemerintah dapat menyediakan bagi me reka sarana air bersih, fasilitas penerangan (listrik), peningkatan infrastruktur jalan, sarana pendidikan, sarana kesehatan, bibit tanaman dan penyuluh pertanian. Gereja darurat bagi warga Protestan di Rumah Empat, Taliabu. 5 Kehidupan dan Pranata Ekonomi Kehidupan ekonomi orang Taliabu bertumpu pada kegiatan disektor pertanian. Hal ini sejalan dengan kondisi lingkungan fisiknya, yang memungkinkan berbagai tanaman bernilai ekonomis tinggi dapat d ibudidayakan. Sistem bertani (budidaya) yang diterapkan masih bercorak tradisional, karena itu belum menjamin produktivitas yang tinggi. P engolahan hasil pertanian belum dilakukan, menjadikan komoditas yang dihasilkan hanya dalam bentuk bahan mentah. Sistem pemasaran yang masih terbatas, menjadikan nilai tambah yang dihasilkan sangatlah kecil. Kondisi seperti ini Menadah air. Air hujan merupakan salah satu sumber air bersih utama di Dusun Rumah Empat, Desa Air Bulan, Taliabu.

Kondisi ruangan dapur rumah adat di Dusun Rumah Empat, Air Bulan, Taliabu. IMPLIKASI BAGI KEMAJUAN ORANG TALIABU Beberapa temuan pokok di atas menegaskan bahwa orang Taliabu sedang galau menghadapi perubahan yang terjadi disekitarnya. Kegalauan tersebut terjadi lantaran mereka menghadapi begitu banyak keterbatasan. Secara individual, mereka memiliki pendidikan yang terbatas, dan kurang mendapatkan layanan kesehatan yang memadai, menjadikan mereka tidak produktif. Diluar keterbatasan individual, mereka juga menghadapi keterbatasan yang bersifat kolektif, yaitu terbatasnya infrastruktur ekonomi, transportasi, serta infrastruktur sosial, politik dan budaya lainnya. 5 Dalam realitas seperti ini, sangat wajar bila persepsi mereka tentang kemiskinan terfokus pada kesulitan memenuhi kebutuhan makan dan kebutuhan sehari-hari, karena inilah persoalan pokok yang mereka hadapi dalam kesehariannya. Namun dilihat dari penyebab kemiskinan dan apa yang mereka butuhkan untuk mengatasi kemiskinan tersebut, sejatinya mereka sadar bahwa, mereka tidak butuh bantuan makan, tetapi mereka membutuhkan berbagai sarana yang dapat membuat mereka bekerja semakin produktif, sehingga dapat keluar dari kondisi kemiskinan. Modal dasar yang memadai telah dimiliki orang Taliabu untuk keluar dari kondisi kemiskinan. Pada tataran sosial, mereka memiliki sikap keterbukaan yang sangat diperlukan untuk menerima hal-hal baru. Dari segi budaya, sistem kepercayaan yang dianut dapat memberi disposisi mental yang kuat bagi mereka untuk bertanggungjawab dan bekerja keras. Mereka memahami pentingnya sistem pemerintahan desa yang baik, yang dipimpin Kepala Desa dan aparatnya yang berfungsi baik, dapat memimpin mereka untuk membangun dengan lebih baik. Pranata ekonomi telah menunjukkan perkembangan kearah yang lebih berorientasi pasar. Kesemua modal dasar ini harus d itempatkan dalam suatu m odel pemberdayaan yang tepat, sehingga dapat mendorong percepatan orang Taliabu k eluar dari kondisi kemiskinannya. Sementara mereka terhimpit dengan keterbatasan tersebut, diferensiasi dalam pranata kepemilikan lahan menjadikan nilai (harga) tanah mulai memiliki nilai ekonomi tinggi. Diferensiasi dalam pranata ketenagakerjaan, memberi kesempatan kepada mereka untuk mendapatkan upah sebagai tenaga upahan, tetapi realitasnya kesempatan kerja terbatas dan keterampilan mereka rendah, sehingga upah yang didapatkan relatif kecil. Saat musim kemarau, warga mengangkut air dari sungai ini untuk keperluan sehari-hari. Tebing curam sejauh sekitar 350 m dilintasi warga untuk mencapai sumber air ini.

6 Seorang mangkawaka (dukun kampung) mempraktikkan cara menerawang penyebab penyakit.

7 REKOMENDASI Kondisi riil orang Taliabu sebagaimana telah disampaikan, sejatinya memberi t eladan kepada kita, bahwa orang Taliabu m e mbutuhkan kebijakan pemberdayaan yang mempertimbangkan secara seksama tahapan-tahapan pemberdayaan yang harus dilewati, dan apa yang dibutuhkan pada setiap tahapannya. Berdasarkan hasil a nalisis di atas, dapat dipetakan pembangunan bagi orang Taliabu dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu tahap konsolidasi; tahap pengembangan; tahapan pemberdayaan. Sementara itu, dari segi kebutuhannya, dapat diidentifikasi 3 (tiga) jenis kebutuhan pokok, yaitu: 1. Infrastruktur fisik, yang mencakup: jalan yang menghubungkan dengan p usat-pusat pertumbuhan; sarana pendidikan formal, sarana kesehatan yang baik, sarana air bersih dan pasar; 2. Pelatihan untuk pengembangan SDM, yang meliputi: keterampilan teknis dan manajemen/kewirausahaan; 3. Penguatan ekonomi berupa bantuan modal, teknologi, sarana produksi, kelembagaan dan pendampingan usaha. Skenario implementasi ketiga tahapan pembangunan bagi orang Taliabu berda sarkan kebutuhan pokok pada setiap tahapan dapat digambarkan sebagai berikut: PROPORSI KONSOLIDASI TAHAPAN PENGEMBANGAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR FISIK PEMBERDAYAAN PENGEMBANGAN SDM DAN PENGUATAN EKONOMI (1) Tahap Konsolidasi, bertujuan mendorong peningkatan partisipasi orang T aliabu dalam proses pemberdayaan. Pemenuhan kebutuhan penyediaan infrastruktur fisik mendapat porsi terbesar; dibanding kebutuhan pengembangan SDM dan penguatan ekonomi. (2) Tahap Pengembangan, bertujuan m empercepat proses kemandirian orang Taliabu. Pada tahap ini, proporsi penyediaan infrastruktur fisik berimbang dengan pengembangan SDM dan penguatan ekonomi. (3) Tahap Pemberdayaan, bertujuan m emantapkan kemandirian orang Taliabu. Pada tahap ini, proporsi pe ngembangan SDM dan penguatan ekonomi lebih besar dibanding pen yediaan infrastruktur fisik. Policy Briefs JiKTI 2015 adalah luaran akhir dari rangkaian Hibah Penelitian JiKTI 2014. Hibah Penelitian JiKTI dilaksanakan guna membangun tradisi penyusunan kebijakan berdasarkan penelitian (evidence-based policy) di KTI untuk menjawab tantangan pembangunan. Hibah Penelitian JiKTI adalah proses kolaboratif antara JiKTI-BaKTI, peneliti penerima hibah dan Dewan Panel Hibah Penelitian yang beranggotakan 4 orang peneliti senior JiKTI. Sekretariat Forum KTI JiKTI Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI) Jl. H.A. Mappanyukki No. 32, Makassar 90125 Telepon: +62 411 832228 / 833383 Fax. +62 411 852146 Email: info@bakti.or.id Website: www.bakti.or.id www.batukarinfo.com Stock of Knowledge JiKTI: http://jikti.bakti.or.id

8 Jalan di pusat desa menuju Dusun Rumah Empat, Air Bulan, Taliabu.