Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Universitas Brawijaya 3

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PABRIK TAHU 3 SAUDARA MALANG DENGAN KOMBINASI BIOFILTER ANAEROBIK AEROBIK

STUDI PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PABRIK TAHU FIT MALANG DENGAN DIGESTER ANAEROBIK DAN BIOFILTER ANAEROBIK-AEROBIK

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

DESAIN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BIOFILTER UNTUK MENGOLAH AIR LIMBAH POLIKLINIK UNIPA SURABAYA

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.

BAB II UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)

BAB 11 CONTOH PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN IPAL DOMESTIK KAPASITAS 150 M 3 PER HARI

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) INDUSTRI KERUPUK KULIT DI KELURAHAN SEMBUNG KABUPATEN TULUNGAGUNG

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : IPAL Pusat pertokoan, proses aerobik, proses anaerobik, kombinasi proses aerobik dan anaerobik

4.1. Baku Mutu Limbah Domestik

BAB IV PILOT PLANT PENGOLAHAN AIR LIMBAH PENCUCIAN JEAN MENGGUNAKAN KOMBINASI PROSES PENGENDAPAN KIMIA DENGAN PROSES BIOFILTER TERCELUP ANAEROB-AEROB

UJI KINERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PARTIKEL BOARD SECARA AEROBIK

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENGOLAHAN AIR LIMBAH PABRIK TEMPE DENGAN BIOFILTER. Indah Nurhayati, Pungut AS, dan Sugito *)

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

BAB 4 PAKET INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT KAPASITAS 30 M 3 PER HARI. 4.1 Lokasi dan Kapasitas IPAL

PERENCANAAN IPAL BIOFILTER DI UPTD KESEHATAN PUSKESMAS GONDANGWETAN KABUPATEN PASURUAN. Siti Komariyah **) dan Sugito*)

MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL

PENYEMPURNAAN IPAL & DAUR ULANG AIR GEDUNG BPPT

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Desain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Pusat Pertokoan Dengan Proses Anaerobik, Aerobik Dan Kombinasi Aanaerobik Dan Aerobik

PERENCANAAN TEKNIS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT PROSES BIOFILTER ANAEROB-AEROB KAPASITAS 200 M 3 PER HARI

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

59 Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri Tahu di Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

I. PENDAHULUAN. kandungan nilai gizi yang cukup tinggi. Bahan baku pembuatan tahu adalah

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

Anis Artiyani Dosen Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat

BAB IV ANALISA DAN HASIL 4.2 SPESIFIKASI SUBMERSIBLE VENTURI AERATOR. Gambar 4.1 Submersible Venturi Aerator. : 0.05 m 3 /s

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB 10 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL ATAU SEMI KOMUNAL

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

Universitas PGRI Adi Buana Surabaya Abstrak. Abstract

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PABRIK PENYAMAKAN KULIT DI DESA MOJOPURNO KECAMATAN NGARIBOYO KABUPATEN MAGETAN

EVALUASI DIMENSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAHDOKTER RUBINI MEMPAWAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

[Type text] BAB I PENDAHULUAN

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR)

RANCANG BANGUN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN (RPH) AYAM DENGAN PROSES BIOFILTER

Sewage Treatment Plant

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Portable untuk Kegiatan Usaha Pencucian Mobil di Kota Surabaya

ANALISIS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK STUDI KASUS PT. UNITED CAN Co. Ltd.

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

PEMBANGUNAN IPAL & FASILITAS DAUR ULANG AIR GEDUNG GEOSTECH

PERANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR KAWASAN PASAR ANGGREK KOTA PONTIANAK Astari Dwi Putri (1), Isna Apriani 1), Winardi Yusuf (1) 1

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PT. INDESSO AROMA BATURRADEN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

BAB 13 UJI COBA IPAL DOMESTIK INDIVIDUAL BIOFILTER ANAEROB -AEROB DENGAN MEDIA BATU SPLIT

APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

Perencanaan Peningkatan Pelayanan Sanitasi di Kelurahan Pegirian Surabaya

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Kegiatan Peternakan Sapi Perah dan Industri Tahu

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU MENJADI ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DENGAN PROSES BIODEGESTER

STUDI PENURUNAN KADAR COD DAN TSS PADA LIMBAH CAIR RUMAH MAKAN DENGAN TEKNOLOGI BIOFILM ANAEROB - AEROB MENGGUNAKAN MEDIA BIORING SUSUNAN RANDOM

KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU PADA INDUSTRI KECIL DI DUSUN CURAH REJO DESA CANGKRING KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER

Studi Evaluasi dan Efektifitas Instalasi Pengolahan Air Limbah pada Rumah Potong Hewan di Kabupaten Nganjuk

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan permukiman, perdagangan, perkantoran, perindustrian dan lainnya.

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB 5 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES FILM MIKROBIOLOGIS (BIOFILM)

PERENCANAAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM TERPUSAT (STUDI KASUS DI PERUMAHAN PT. PERTAMINA UNIT PELAYANAN III PLAJU SUMATERA SELATAN)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya. Jl. Mayjen Haryono, Malang 1) 2)

Transkripsi:

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI SISTEM ANAEROBIK AEROBIK PADA PABRIK TAHU DUTA MALANG Diana Khusna Mufida 1, Moh. Sholichin 2, Chandrawati Cahyani 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Universitas Brawijaya 3 Dosen Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Universitas Brawijaya Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, Indonesia Jln. MT Haryono 167 Malang 65145 Indonesia e-mail: didyde13@gmail.com ABSTRAK Pabrik Tahu DUTA Malang yang berkapasitas produksi 900 kg kedelai perhari menghasilkan limbah cair sebesar 17,745 m 3 dengan kualitas BOD 5, COD, TSS, dan ph berturut turut adalah 1.340 mg/l, 1.852 mg/l, 1.520 mg/l, dan 4,09. Berdasarkan baku mutu limbah cair yang telah ditentukan oleh pemerintah, maka dibutuhkan perencanaan instalasi pengolahan limbah cair pabrik tahu tersebut. Untuk mengolah limbah cair pabrik tahu dapat menggunakan kombinasi sistem anaerobik aerobik dengan biofilter karena limbah cair pabrik tahu dapat terurai secara biologis dengan peranan mikroorganisme. Instalasi yang dibutuhkan yaitu bak pemisah minyak, bak ekualisasi, bak anaerobik dan bak aerobik yang dilengkapi biofilter, serta bak penjernih. pemisah minyak multifungsi untuk saponifikasi, bak ekualisasi dapat menurunkan kadar TSS, bak anaerobik memiliki efisiensi sebesar 75 % dan efisiensi bak aerobik 95 %, serta bak penjernih yang dilengkapi dengan pompa sirkulasi lumpur. Dari pengolahan tersebut tidak didapatkan lumpur dan diperkirakan BOD 5, COD, TSS berturut turut sebesar 15,9 mg/l, 22,0 mg/l, 1,5 mg/l, dan ph 6,50. Kata kunci: limbah cair pabrik tahu, IPAL, pemisah minyak, ekualisasi, anaerobik, aerobik, biofilter, penjernih. ABSTRACT DUTA tofu factory Malang has production capacity of 900 kg soybean per day relase 17.745 m 3 wastewater with quality BOD 5, COD, TSS, and ph respectively are 1.340 mg / L, 1.852 mg / L, 1.520 mg / L, and 4,09. Based on effluent quality standards set by the government, there should be need a planning about water treatment plant for the factory. For tofu factory wastewater can use a combination of anaerobic - aerobic systems with biofilter because the tofu wastewater is biodegradable with the action from microorganisms. The installations that needed are skimmer, equalization basin, anaerobic and aerobic basin completed with biofilter, also clarifier. Skimmer is multifunctional for saponification, equalization basin can reduce TSS, anaerobic basin has an efficiency of 75% and aerobic has an efficiency of 95 %, clarifier is completed with sludge circulation pump. The treatment is not relase any sludge and estimated BOD 5, COD, TSS respectively are 15,9 mg / L, 22,0 mg / L, 1,5 mg / L, and ph 6,50. Keywords: tofu wastewater, IPAL, skimmer, equalization, anaerobic, aerobic, biofilter, clarifier

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tahu merupakan salah satu industri pangan yang berpotensi dalam pencemaran air dari limbah cair yang dihasilkannya. Tahu dibuat dengan bahan baku utama berupa kedelai dan membutuhkan banyak air dalam setiap tahapan proses pembuatannya. Dari hasil proses produksi tahu tersebut didapatkan tahu untuk dikonsumsi, ampas tahu untuk pakan ternak atau pemanfaatan lainnya serta limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan dari setiap proses pembuatan tahu mempunyai debit yang cukup besar. Untuk setiap 1 kg bahan baku kedelai dibutuhkan rata-rata 45 liter air dan akan dihasilkan limbah cair berupa whey tahu sebanyak 43,5 liter (Nuraida dalam Amir Husin 2008:1). Whey mengandung bahan-bahan organik berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak yang tinggi (Nurhasan dan Pramudyanto, 1987 dalam Amir Husin 2008:1). Limbah cair tahu dengan karakteristik mengandung bahan organik tinggi, suhu mencapai 40 o C - 46 o C, kadar BOD 5 (6.000-8.000 mg/l), COD (7.500-14.000 mg/l), TSS dan ph yang cukup tinggi pula (Herlambang, 2002:15). Pabrik Tahu DUTA merupakan salah satu industri tahu yang berada di kota Malang. Pabrik tahu DUTA berkapasitas produksi 900 kg kedelai/hari. Namun, Pabrik Tahu DUTA belum melakukan pengolahan terhadap limbah cair tahu yang dihasilkannya. Limbah cair dari proses produksi tahu tersebut merupakan limbah cair organik biodegradable yang berpotensi untuk mencemari lingkungan air pada sungai Sumpil. Oleh karena itu, Pabrik Tahu DUTA membutuhkan sebuah instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang ekonomis dalam hal pengadaan dan pengoperasian ketika sudah dibangun. Banyak teknologi untuk mengolah limbah cair organik, salah satu cara untuk mengatasi masalah limbah cair industri tahu adalah dengan kombinasi pengolahan anaerobik dan aerobik. 1.2. Identifikasi Masalah Pokok permasalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Tidak adanya usaha pengelolahan limbah cair dari proses produksi tahu. 2. KualitasBOD, COD, TSS dan ph belum memenuhi Keputusan Gurbernur Jatim Nomor 72 Tahun 2013 tentang u Mutu Air Limbah Bagi Industri dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya. 3. Limbah cair tahu berpotensi untuk mencemari lingkungan air. 4. Pabrik Tahu DUTA memiliki modal yang terbatas dan luas lahan yang terbatas untuk pembangunan (IPAL). 1.3. Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah mendapatkan desain IPAL yang sesuai untuk memberi masukan kepada Pabrik Tahu DUTA Malang maupun pihak yang terkait agar melakukan pengolahan terhadap limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi tahu. Dengan adanya pengolahan air limbah tahu, maka kesehatan dan estetika lingkungan sekitar bisa ditingkatkan.. 2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Lokasi Studi Lokasi penelitian berada di Pabrik Tahu DUTA pada Jalan Sumpil I, Kel. Purwodadi, Kec.Blimbing, Kota Malang. Gambar 1. Lokasi penelitian U

2.2. Tahap Tahap Penelitian Tahap tahap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Pengukuran Lahan Mulai Data Data Perusahaan Identifikasi Masalah Kajian Pustaka Pengumpulan Data Pengukuran Debit - Data Debit Limbah Cair Pabrik Tahu - Data BOD, COD, TSS dan ph Limbah Cair Tahu Sampling dan Analisa d. Konsumsi energi, baik listrik maupun energi yang lain diharapkan rendah. e. Mampu menguraikan air limbah dengan beban BOD yang cukup besar. f. Dapat meminimalkan padatan tersuspensi (TSS). g. Biaya pembangunan instalasi dan biaya perawatan harus sesuai dengan skala industri kecil atau rumahan. 2.4. Perencanaan dan Perhitungan Desain IPAL Dalam perencanaan dan perhitungan desain IPAL kombinasi sistem anaerobik dan aerobik akan dihitung desain standar yaitu bak pemisah minyak, bak ekualisasi, bak anaerobik dan bak aerobik, dan bak penjernih. Berikut ini merupakan bagan proses pengolahan limbah sederhana kombinasi sistem anaerobik aerobik: Membandingkan Data Kualitas Limbah Cair Tahu terhadap Keputusan Gurbernur Jatim Nomor 72 Tahun 2013 Industri tahu pemisah minyak Influent (Limbah cair) Tahu Ampas tahu Pemanfaatan lain Penentuan Model IPAL dengan Kombinasi Sistem Anaerobik Aerobik Perencanaan dan Perhitungan Desain IPAL Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 2. Diagram alir penelitian 2.3. Penentuan Model IPAL Beberapa kriteria dalam penentuan model IPAL untuk pabrik tahu DUTA adalah sebagai berikut: a. Sistem pengoperasian dan pengolahannya harus mudah. b. Efisiensi dari pengolahan limbah harus mampu memnghasilkan buangan yang memenuhi baku mutu air yang telah ditentukan. c. Lahan yang diperlukan untuk pembangunan instalasi tidak terlalu besar. ekualisasi anaerobik aerobik penjernih Effluent Gambar3. Gambar bagan proses pengolahan limbah sederhana kombinasi sistem anaerobikaerobik 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Pengukuran Debit Limbah Cair Pabrik Tahu Pengukuran debit limbah tahu dilakukan dengan cara menghitung volume air yang dibutuhkan dalam setiap proses pembuatan tahu pada Pabrik Tahu DUTA Malang. Air yang ditambahkan dalam setiap proses tersebut ditakar dengan menggunakan kaleng yang mempunyai volume 5,25 liter. Berikut ini merupakan tabel perkiraan kebutuhan air dan limbah cair yang dihasilkan pada proses

pemasakan kedelai hingga menjadi tahu pada pabrik tersebut: Tabel 1. Hasil pengukuran debit 9 Kg Kedelai Proses Kebutuhan Air (liter) Hasil Limbah Cair (liter) Pencucian 21 21 Perendaman 33,6 33,6 Penggilingan 10 - Pemasakan 63 - Penyaringan 52,5 - Penggumpalan 8 74,88 Pengepresan 5,25 16,97 Perendaman 21 21 Lain-lain 10 10 Total 224,35 177,45 900 Kg Kedelai 22.435 17.745 Sumber: Hasil perhitungan Tabel 2. Neraca Keseimbangan Bahan untuk 9 kg Kedelai Air Air Kedelai Tahu Ampas Limbah Cuka (L) (kg) (kg) (kg) (L) (L) 224,35 9 23,62 10,00 22,28 177,45 233,35 233,35 Sumber: Hasil perhitungan 3.2. Sampling dan Analisa Kualitas Limbah Cair Pabrik Tahu 3.2.1. Pengambilan Sampel Pengambilan sampel limbah cair tahu dilakukan dengan metode grab sampling. Tabel 3. Volume Sampel Limbah Cair Tahu Air Proses limbah Sample (liter) (liter) Pencucian 21,00 0,18 Perendaman 33,60 0,28 Sisa penggumpalan (bersifat asam) 70,13 0,59 Pengepresan 18,60 0,15 Perendaman tahu 24,80 0,21 Lain-lain 10,00 0,08 Total 177,45 1,50 Sumber: Hasil perhitungan 3.2.2. Analisa Kualitas Limbah Cair Pabrik Tahu Analisa kualitas limbah cair pabrik pabrik tahu disajikan pada tabel dibawah ini: Tabel 4. Hasil Analisa Kualitas Limbah Cair Pabrik Tahu Parameter u mutu* Kadar Limbah cair Pabrik Tahu DUTA** (mg/l) (mg/l) ph 6,0-9,0 4,09 BOD 150 1.340 COD 300 1.852 TSS 100 1.520 Vol.air limbah maks 20 19,72 (m 3 /ton kedelai) *) Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013, Lamp. 1:17 **) Hasil analisa Laboratorium Dari hasil analisa pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa kualitas limbah cair pabrik tahu belum memenuhi baku mutu yang ditentukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengolahan terhadap limbah cair tersebut. 3.3. Perencanaan dan Perhitungan Desain IPAL 3.3.1. Desain Proses IPAL untuk Limbah Cair Pabrik Tahu Desain proses IPAL untuk limbah cair pabrik tahu didasarkan pada kriteria kebutuhan pada lokasi studi. Menurut kajian teori pada bab sebelumnya dan beberapa penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan desain proses sebagai berikut: a. Seluruh limbah cair yang dihasilkan akan dialirkan melalui saluran limbah menuju ke bak pemisah lemak atau minyak. b. Setelah dari bak pemisah minyak dialirkan menuju ke bak ekualisasi yang berfungsi sebagai penampung limbah dan kontrol aliran air limbah. c. Limpasan limbah cair dari bak ekualisasi dialirkan ke bak anaerob dengan aliran dari atas kebawah dilengkapi biakan melekat aliran turun (downflow attached growth). anaerob tersebut dapat menggunakan media biofilter berupa susunan plastik yang dapat berbentuk silang (crossflow) maupun tubular.

Jumlah dari bak anerobik adalah dua ruangan berisi mikroorganisme yang mampu membentuk lapisan biofilm pada beberapa hari operasi. Lapisan biofilm tersebut akan berfungsi untuk menguraikan bahan organik yang belum larut pada bak pengendap awal. d. Setelah diolah didalam bak anaerobik, limbah cair dialirkan ke bak aerobik. Proses yang digunakan dalam bak aerobik adalah proses biakan melekat tercelup aliran turun (downflow submerged attached growth processes). Biofilter pada bak aerobik ini juga menggunakan media dari susunan plastik berbentuk silang (crossflow) maupun tubular. Gambar 4. Desain pengolahan limbah cair pabrik tahu Gambar 5. Desain IPAL Pabrik Tahu DUTA Malang e. Pengolahan dilakukan dengan diaerasi menggunakan blower sehingga mikroorganisme akan menguraikan zat organik dan berkem-bangbiak menempel pada media biofilter. Oleh karena itu, pada proses penguraian secara aerobik ini limbah cair akan kontak dengan biakan mikroorganisme yang melekat pada media biofilter dan mikroorganisme yang tersuspensi. f. Limbah cair yang telah diolah dalam bak aerobik akan dialirkan menuju ke bak penjernih. Lumpur yang masih terdapat di bak penjernih akan disirkulasi dengan cara dipompa kembali menuju bak aerobik. Proses tersebut akan berlangsung terus menerus selama pengolahan. 3.3.2. Perhitungan Desain 3.3.2.1. Desain Pemisah Lemak/ Minyak Desain bak pemisah minyak direncanakan dengan dua alternatif, yaitu: a. Alternatif 1 pemisah minyak/skimmer direncanakan untuk mengurangi beban organik berupa lemak. pemi-

sah minyak didesain dengan inlet yang diletakkan didasar bak agar minyak mudah mengapung keatas. Minyak/lemak yang telah mengapung ke permukaan akan discrap/dikikis menggunakan scraper dengan jangka waktu 1 2 minggu sekali tergantung dari jumlah minyak/lemak yang dihasilkan. Scraper dapat menggunakan serok, stainless pipih panjang, kayu, maupun alat bantu lainnya. Pengikisan akan dilakukan secara manual mengingat lemak/minyak dari limbah cair pabrik tahu hanya berjumlah sedikit. Lemak/minyak yang telah dikikis oleh scraper akan dikumpulkan dan dibuang ke petugas kebersihan yang ada di kampung/ dinas kebersihan terkait. Tidak terdapat penampung minyak dan overflow weir. Outlet limbah cair selanjutnya akan dialirkan menuju bak ekualisasi melalui pipa. b. Alternatif 2 Pada dasarnya perencanaan alternatif 2 sama dengan alternatif 1, perbedaannya adalah sebagai berikut: Minyak/ lemak yang telah mengapung dikikis dengan scraper dan didorong keluar dari skimmer menuju bak penampung minyak dengan melewati overflow weir. Pada bak penampung minyak akan dilakukan saponifikasi atau penyabunan terhadap minyak yang terkumpul. Saponifikasi dapat menggunakan basa kuat NaOH dan KOH. Untuk menghasilkan sabun yang keras dapat digunakan NaOH, dan untuk menghasilkan sabun yang lunak/ sabun cair digunakan KOH. Bahan baku dan bahan pendukung untuk saponifikasi adalah lemak/ minyak dan senyawa alkali (bersifat basa), umumnya yaitu NaCl, Na 2 CO 3, NH 4 OH dan ethanol. Produk dari saponifikasi dapat disertakan menuju bak ekualisasi. Sabun yang dihasilkan tersebut sangat mudah larut didalam air, dan mudah berbusa. Sifat basa dari produk sabun tersebut dapat membantu menaikkan ph limbah cair pabrik tahu. Jumlah basa kuat yang ditambahkan untuk saponifikasi sebanding dengan jumlah limbah yang dihasilkan. c. Perhitungan dimensi Data: Debit limbah cair = 17,745 m 3 /hari Waktu produksi limbah (t) = 10 jam Perhitungan: Flow rate = Q (m 3 /hari) / t (jam) = 17,745 / 10 = 1,775 m 3 /jam Gambar 6. Desain bak pemisah minyak / skimmer) (Alternatif 2) Volume bak yang diperlukan Waktu tinggal direncanakan selama 2 jam Volume bak = Flow rate x waktu tinggal = 1,775 m 3 /jam x 2 jam = 3,55 m 3 ~ 3,60 m 3

Perencanaan dimensi bak P x L x t = 2,50 x 1,20 x 1,20 m Volume = 2,50 X 1,20 X 1,20 m = 3,60 m 3 Kadar minyak limbah cair adalah 26 mg/l (Bapeda Medan, 1993 dalam Nurhamaswaty, 2008:14) Vol. minyak = 17.745 L/hr x 26 mg/l = 461.370 mg/hr = 0,461 L/hari 3.3.2.2.Desain Ekualisasi ( Penampung Limbah Cair) Perencanaan bak ekualisasi dilakukan dengan memanfaatkan sisa ruangan dari kolam penampungan yang telah digunakan sebagian untuk bak pemisah lemak. ekualisasi akan dilengkapi dengan pompa submersible yang kan memompa limbah cair dari bak ekualisasi menuju bak anaerobik. Desain bak ekualisasi/ bak penampung limbah cair adalah sebagai berikut: a. Perhitungan dimensi Dari kolam penampungan yang telah tersedia, maka didapatkan dimensi bak ekualisasi yaitu: Panjang = 9,00 m 1,20 m 0,15 m = 7,65 m Lebar a = 3,65 m Lebar b = 4,50 m Volume tampunganmaksimum = 0,5 x (3,65 +4,50) x 7,65 x 3 = 93,52 m 3 Syarat: Vol. tampungan maksimum > Q limbah 93,02 m 3 > 17,745 m 3.memenuhi b. Penentuan inlet dan outlet Inlet bak ekualisasi direncanakan berdiameter 4 inch sesuai dengan outlet dari skimmer dan untuk outletnya direncanakan menggunakan pipa PVC dengan diameter yang disesuaikan dengan outlet dari pompa submersible. c. Sludge removal Sludge removal direncanakan membuat saluran di dasar bak ekualisasi dengan slope 0,02 agar lumpur mudah terkumpul. Lumpur yang telah terkumpul kemudian dapat ikut dipompa menuju bak ekualisasi. Gambar 7. Desain bak pemisah minyak / skimmer dan bak ekualisasi 3.3.2.3. Pompa Limbah Cair pada Ekualisasi Pompa limbah cair yang dibutuhkan harus disesuaikan dengan besarnya debit limbah cair yang dipompa tiap hari. Pompa digunakan untuk memompa limbah cair dari bak ekualisasi ke bak anaerobik. Perencanaan pompa pada bak ekualisasi yakni sebagai berikut: a. Perhitungan flow rate Debit limbah cair = 17,745 m 3 /hari Dengan 10 jam kerja, sehingga:

Flow rate = 1,775 m 3 /jam = 29,6 liter/menit b. Penentuan pompa Dengan debit limbah cair 29,6 liter/menit dibutuhkan spesifikasi pompa sebagai berikut: Kapasitas : 20-140 liter/menit Tipe : Submersible pump Total head : 1 6 m Daya listrik : 250 watt Rekomendasi : Pompa Pedrollo TOP 1 (atau setara) 3.3.2.4. anaerobik anaerobik akan dilengkapi dengan media biofilter berupa media sarang tawon/ honey comb yang bertipe crossflow. Perencanaan bak anaerobik yaitu sebagai berikut: a. Data perencanaan: Debit limbah cair = 17,745 m 3 /hari Perkiraan suhu in = 35 o C 37 o C BOD in = 1.340 mg/l COD in = 1.852 mg/l Efisiensi = 60 % - 90 % (Metcalf & Eddy, 2003:893) Diasumsikan efisiensi sebesar 75%, sehingga: BOD out = 25 % x BOD in = 335 mg/l COD out = 25 % x COD in = 463 mg/l b. Beban BOD dan COD didalam limbah cair (kg/hari) BOD = Q limbah cair x kadar BOD = 17,745 (m 3 /hari) x 1.340 (g/m 3 ) = 23.778,3 g/hari = 23,78 kg/hari COD = Q limbah cair x kadar COD = 17,745 (m 3 /hari) x 1.852 (g/m 3 ) = 32.863,7 g/hari = 32,86 kg/hari c. Besar BOD dan COD yang dihilangkan dalam bak anaerobik BOD = Efisiensi x Beban BOD (kg/hr) = 75% x 23,78 = 17,84 kg/hr COD = Efisiensi x Beban COD (kg/hr) = 75% x 32,86 = 24,65 kg/hr d. Volume media biofilter yang diperlukan Standar beban BOD untuk high rate dengan packing material berupa plastik adalah 0,6 3,2 kg BOD/m 3.hari (Metcalf & Eddy, 2003:893). Direncanakan standar beban BOD yang digunakan sebesar 2,5 kg BOD/m 3.hari. Vol. = Beban BOD / Standar beban BOD =17,84 (kg/hari) / 2,5 (kg/m 3.hari) = 7,13 m 3 e. Volume bak anaerobik Volume media biofilter adalah 60% dari jumlah volume efektif (Dept. PU,Pd-T-04-2005-C), sehingga volume bak yang diperlukan adalah: Vol. = 100/60 x vol.media biofilter = 100/60 x 7,13 m 3 = 11,89 m 3 ~ 12,00 m 3 Direncanakan kolam anaerobik dengan 2 ruang sehingga: Vol.reaktor anaerobik rerata =12,00 m 3 : 2 = 6,00 m 3 f. Waktu tinggal dalam reaktor atau bak anaerobik rata-rata Untuk beban COD 12 30 kg/m 3.hari dan suhu rata-rata 36 o C, waktu tinggalnya adalah 3 8 jam (Metcalf & Eddy, 2003:1022). Waktu tinggal : = volume reaktor (m 3 ) x 24 jam/hari Q(m 3 hari ) = 6,00 (m 3 ) 17,745 (m 3 hari ) = 8,10 jam x 24 jam/hari g. Dimensi reaktor anaerobik P x L x H = 3,0 x 2,0 x 2,0 m Ruang bebas = 0,5 m Vol.efektif total = 3,0 x 2,0 x 2,0 = 12,0 m 3 Jumlah ruang = 2 ruang Tebal dinding = 15 cm Konstruksi = Beton K275 Perlindungan = Water proofing 3.3.2.5. aerobik aerobik akan dilengkapi dengan media biofilter yang sama pada kolam anaerobik dan akan dilengkapi dengan blower udara yang berguna sebagai aerator. Perencanaan bak aerobik adalah sebagai berikut: a. Data: Q limbah cair = 17,745 m 3 /hari

BOD in = 335 mg/l COD in = 463 mg/l Efisiensi = 95 % BOD out = 5 % x BOD in = 16,75 mg/l COD out = 5 % x COD in = 23,15 mg/l Perkiraan suhu in = 28 o C 30 o C b. Beban BOD dan COD didalam limbah cair (kg/hari) BOD = Q x BOD dari anaerobik (g/m 3 ) = 17,745 (m 3 /hari) x 335 (g/m 3 ) = 5944,58 g/hari = 5,94 kg/ hari COD = Q x COD dari anaerobik (g/m 3 ) = 17,745 (m 3 /hari) x 463 (g/m 3 ) = 8215,94 g/hari = 8,22 kg/ hari c. Jumlah BOD dan COD yang dihilangkan BOD = 95% x beban BOD didalam limbah cair (kg/hari) = 95% x 5,94 kg/ hari = 5,64 kg/ hari COD = 95% x beban COD didalam limbah cair (kg/hari) = 95% x 8,22 kg/ hari = 7,81 kg/ hari d. Volume media yang diperlukan Volume media yang diperlukan yaitu: = beban BOD dalam limbah cair (kg/hari) / beban BOD per vol.media = 5,64 / 2,5 = 2,26 m 3 e. Volume reaktor Volume media 55 % dari volume efektif reaktor (Dept. Pekerjaan Umum, Pd-T-04-2005-C, 2005:6), sehingga: Volume reaktor = 100/55 x vol.media = 100/55 x 2,26 m 3 = 4,11 m 3 ~ 5,00 m 3 f. Waktu tinggal dalam reaktor atau bak aerobik rata-rata = volume reaktor (m 3 ) Q(m 3 x 24 jam/hari hari ) 5,00 (m = 3 ) 17,745 (m 3 x 24 jam/hari hari ) = 6,76 jam g. Dimensi aerobik direncanakan memiliki dua ruangan, sehingga direncanakan: Gambar 8. Desain bak anaerobik dan bak aerobik Ruang media biofilter P x L x h = 1,80 x 1,50 x 1,20 m Ruang bebas = 0,50 m Volume efektif = 1,80 x 1,50 x 1,20 = 3,24 m 3 Konstruksi = Beton K275 Ruang aerasi P x L x h = 0,80 m Ruang bebas = 0,50 m Volume efektif = 0,80 x 1,50 x 2,00 = 2,40 m 3

Total volume efektif bak aerobik Vol. total: = Vol. efektif media+vol. efektif aerasi = 3,24 + 2,40 = 5,64 m 3 h. Cek Beban BOD per volume media biofilter (kg/m 3.hari) beban BOD pada limbah cair (kg /hari ) = Volume media 5,64(kg /hari ) = = 2,5 kg BOD/m 3. hari 2,26 (m) i. Cek waktu tinggal 5,64 (m = 3 ) 17,745 (m 3 x 24 jam/hari hari ) = 7,62 jam 3.3.2.6.Blower Udara Penentuan blower udara didasarkan dari kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk menghilangkan beban BOD. Kebutuhan oksigen dalam reaktor atau bak biofilter aerobik adalah sebanding dengan jumlah BOD yang dihilangkan, sehingga kebutuhan oksigen yaitu: a. Keb. oksigen = Jml. BOD yang dihilangkan (kg/hari) = 5,64 kg/hari b. Untuk faktor keamanan (FS), maka digunakan: FS = 1,6 untuk packing plastik cross flow (Metcalf & Eddy, 2003:905) Sehingga, kebutuhan oksigen: = FS x beban BOD = 1,6 x 5,64 = 9,02 kg/hari c. Kebutuhan udara teoritis untuk menentukan kapasitas blower: (Appendix B,Metcalf & Eddy, 2003:1738) Presentase oksigen dalam udara= 23,18 % Suhu udara rerata bak aerobik = 30 o C Massa jenis udara pada suhu 30 o C, yaitu: ρa = P.M R.T P =Tekanan atmosfer = 1,01325.10 5 N/m 2 M =Mol udara= 28,97 kg/kg-mol R = Konstanta gas universal = 8314 N.m/kg-mol.K Sehingga, ρa = 1,01325 x 105 N m 2 x (28,97 kg kg mol) 8314 N. m/kg mol. K x 273,15 + 30 K) = 1,165 kg/m 3 Jumlah kebutuhan udara: 9,02 kg ari = = 1,165 kg m 3 x 23,18 % 33,40 m3 /hari d. Kebutuhan udara aktual Efisiensi blower udara = 9-12 % tipe rigid porous plastic tubes, single spiral roll (Metcalf & Eddy, 2003: 437). Efisiensi blower yang dipakai adalah 10 %, sehingga: Kebutuhan udara aktual: = Jml keb. udara teoritis / Ef. blower (%) = 33,40 / 0,1 = 334 m 3 /hari = 0,23 m 3 /menit = 230 ltr/menit e. Perencanaan blower Direncanakan blower udara yang diperlukan yaitu dengan spesifikasi: Kapasitas = 200 250 ltr/menit Head Jumlah = 2 m = 2 unit (pemakaian secara bergantian) Rekomendasi = Blower GF 180 Output = 300 ltr/menit Daya = 180 watt 3.3.2.4.1. penjernih Perencanaan bak penjernih / clarifier yaitu sebagai berikut: a. Data: Debit limbah cair = 17,745 m 3 /hari = 16,75 mg/l BOD masuk COD masuk = 23,15 mg/l Waktu tinggal = penjernih memiliki standar waktu tinggal 2 4 jam (Nusa Idaman, 1999:249) Standar perencanaan untuk rectangular dan circular clarifiers (Ronald L. Droste, 1997:323) adalah: H maks = 4,90 m Panjang maks = 75,0 m Diameter maks= 38,0 m Overflow rate = 16 29 m 3 / m 2.hr Floor slope = mendekati datar/ 1:12 b. Volume bak yang diperlukan adalah: Direncanakan waktu tinggal bak penjernih adalah 3,5 jam waktu tinggal (jam ) = x Q (m 3 /hari = 3,5 24 24 x 17,745 = 2,59 m3

c. Dimensi bak penjernih / clarifier penjernih direncanakan berbentuk silinder dengan dasar berbentuk kerucut/ runcing agar endapan mudah terkumpul dan dipompa kembali ke bak aerobik. Dimensi bak penjernih: Diameter = 1,50 m Tinggi silinder = 1,20 m Tinggi kerucut = 0,30 m Tinggi jagaan = 0,50 m Volume silinder = ¼ x π x d 2 x t = ¼ x π x 1,50 2 x 1,20 = 2,12 m 3 Volume kerucut = 1/3 x π x 1,50 2 x 0,30 = 0,71 m 3 Volume total = 2,12 m 3 + 0,71 m 3 = 2,83 m 3 Tebal dinding = 15 cm Konstruksi = Beton K275 Perlindungan = Water proofing Gambar 9. Desain bak aerobik dan bak penjernih d. Cek waktu tinggal rata-rata Volume efektif = x 24 jam Q limba = 2,83 x 24 jam = 3,83 jam 17,745 e. Beban permukaan (surface loading) rata-rata Q limba = = 17,745 m 3 r 1 p x l x π x d2 4 = 10,05 m 3 / m 2. hr f. Cek waktu tinggal pada saat beban puncak Diasumsikan beban puncak adalah 2 x Q limbah, sehingga: Waktu tinggal = 3,83 jam / 2 = 1,91 jam g. Beban permukaan (surface loading) pada saat beban puncak Beban permukaan puncak: = 10,05 m 3 / m 2. hr x 2 = 20,10 m 3 / m 2. Hr 3.4. Effluent / Hasil Pengolahan Effluent yang dihasilkan dari proses pengolahan limbah cair pabrik tahu tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 5. Perkiraan Kualitas Effluent dari Proses Pengolahan Section BOD 5 (mg/l) COD (mg/l) Parameter TSS (mg/l) ph Suhu ( o C) Influent 1.340 1.852 1.520 4,09 40 45 Skimmer Ekualisasi Anaerobik Aerobik Penjernih 0% 0% 5% 1.340,0 1.852,0 1.444,0 0% 0% 15% 1.340,0 1.852,0 1.227,4 75% 75% 75% 335,0 463,0 306,9 95% 95% 95% 16,8 23,2 15,3 5% 5% 90% 15,9 22,0 1,5 4,5 40 45 5,0 37 39 5,5 35 37 6,0 28 30 6,5 27 28 Effluent 15,9 22,0 1,5 6,5 27 28 Sumber: Hasil perhitungan

Tabel 6. Perbandingan Kualitas Effluent dengan u Mutu Air Limbah Parameter u mutu* (mg/l) Kadar Limbah cair Pabrik Tahu DUTA (mg/l) ph 6,0-9,0 6,50 BOD 5 150 15,90 COD 300 21,99 TSS 100 18,05 Volume air limbah maks 20 19,72 (m 3 /ton kedelai) *) Peraturan Gubernur Jatim No. 72 Thn. 2013 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: a. Besar debit limbah cair pabrik tahu DUTA Malang adalah 17,745 m 3 /hari dengan kandungan BOD 5, COD, TSS dan ph belum memenuhi baku mutu air limbah yang telah ditetapkan. b. Dari pengolahan yang dilakukan dengan kombinasi sistem anaerobik aerobik menggunakan biofilter didapatkan perkiraan effluent yang mampu memenuhi baku mutu air limbah untuk BOD 5, COD, TSS dan ph berturut turut yaitu 15,9; 22,0; 1,5 mg/l dan ph 6,50. 4.2. Saran Penulis selaku perencana pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dari Pabrik Tahu DUTA Malang menyarankan agar pihak pabrik / pihak terkait dapat mengkaji pengadaan atau pelaksanaan pembangunan IPAL untuk menangani limbah cair yang tiap hari dihasilkan dari proses produksi tahu tersebut. Dengan dilakukannya pengolahan limbah cair tahu, maka diharapkan dapat mengurangi potensi pencemaran terhadap badan air yaitu Sungai Sumpil yang merupakan anak Sungai Brantas. DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Tata cara perencanaan dan pemasangan tangki biofilter pengolahan air limbah rumah tangga dengan tangki biofilter. Pd-T-04-2005-C. Jakarta : Badan Litbang PU. 2. Droste, Ronald L.. 1997. Theory and practice of Water and Wastewater Treatment. New York : John Wiley & Sons, Inc. 3. Gubernur Jawa Timur. 2013. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 Tentang u Muttu Air Limbah Bagi Industri dan Kegiatan Industri Lainnya. Surabaya : Gubernur Jawa Timur. 4. Husin, Amir. 2008. Pengolahan Limbah Cair Tahu dengan Biofiltrasi Anaerob dalam Reaktor Fixed- Bed. Tesis dipublikasikan. Medan: Universitas Sumatera Utara. 5. Herlambang, A. 2002. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri. Cetakan Pertama. Jakarta Pusat: BPPT. 6. Metcalf, dan Eddy. 2003. Wastewater Engineering Treatment and Reuse. Fourth Edition. International edition. New York : McGraw-Hill. 7. Nuraida. 1985. Analisi Kebutuhan Air Pada Industri Pengolahan Tahu dan Kedelai, dalam Amir Husin 2008. Pengolahan Limbah Cair Tahu dengan Biofiltrasi Anaerob dalam Reaktor Fixed- Bed. Tesis dipublikasikan. Medan: Universitas Sumatera Utara. 8. Nurhasan, dan Pramudyanto.1991. Penanganan Air Limbah Tahu, dalam Amir Husin 2008. Pengolahan Limbah Cair Tahu dengan Biofiltrasi Anaerob dalam Reaktor Fixed- Bed. Tesis dipublikasikan. Medan: Universitas Sumatera Utara. 9. Pohan, Nurhasmawaty. 2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu dengan Biofilter Aerobik. Tesis dipublikasikan. Medan: Universitas Sumatera Utara