PENGARUH PENGGUNAAN KOSTUM DAN PROPERTI TERHADAP KEMAMPUAN BERMAIN PERAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 MALANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh Indah Fajrina

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume I Nomor 2, Juli 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu: keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mendeskripsikan Perilaku Manusia Melalui

ABSTRAK. Kata kunci: Memahami drama, menulis teks drama, model pembelajaran SAVI.

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Shadow Puppet Terhadap Kemampuan Bercerita Siswa Kelas VII SMP Negeri 1

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

PENGARUH PENGGUNAAN METODE KARYA WISATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG KAPAS KABUPATEN PESISIR SELATAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, pengalaman, kreatifitas imajinasi manusia, sampai pada penelaahan

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh Dian V. Sitompul Dra. Inayah Hanum, M.Pd.

KEEFEKTIFAN STRATEGI TRANSITION-ACTION-DETAILS (TAD) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PENGASIH KULON PROGO

KEEFEKTIFAN STRATEGI REVIEWING A FILM DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 KLATEN ARTIKEL E-JOURNAL

PENGARUH PENGGUNAAN METODE LATIHAN/DRILL TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII MTsN TAPAN KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah X X X Total 88

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kelompok Tes Awal Perlakuan Tes Akhir E O1 X1 O2 K O3 X2 04

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan

KEEFEKTIFAN STRATEGI PEMODELAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK PADA SISWA KELAS X SMA ARTIKEL E-JURNAL

PENGARUH PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA SWASTA BANDUNG TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

PENGARUH STRATEGI SQ3R TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 MALANG

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMPN 1 UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan, analisis data, dan pembahasan dapat diambil

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KEEFEKTIFAN MEDIA BERITA KEMANUSIAAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS DRAMA SATU BABAK SISWA KELAS VIII MTS MIFTAHUSSALAM 1 DEMAK ARTIKEL E-JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan utama

PENGARUH MODEL THINK PAIR SHARE TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPLANASI SISWA SMA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama sekolah : SD NEGERI CIPETE 1. Hari/Tanggal : Sabtu, 17 Mei 2014

TEKNIK BERMAIN PERAN DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN (Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas X SMA)

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh Yayan Antono

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA REALIA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA JURNAL. Oleh NUR INDAH KURNIAWATI NAZARUDDIN WAHAB RIYANTO M TARUNA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuasi eksperimen dipilih karena penelitian ini bukan dalam kondisi

PENERAPAN METODE EXAMPLES NONEXAMPLES DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PETUNJUK

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

PEMANFAATAN MEDIA BERITA PERISTIWA DALAM SURAT KABAR PADA PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA

LAMPIRAN RENCANA PROGRAM PENGAJARAN (RPP)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

KETERAMPILAN BERMAIN PERAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 23 PADANG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL ARTIKEL ILMIAH

GERAM (Gerakan Aktif Menulis) P-ISSN Volume 5, Nomor 1, Juni 2017 E-ISSN X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK DI SD

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV KOMPOSISI PENTAS. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui hakikat Komposisi Pentas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Oleh M. Zaenal Arifin NIM

Jurusan Bahasa dan Seni, STKIP-PGRI Lubuklinggau ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

PENERAPAN TEKNIK SILANG CERITA PADA PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA KARTIKA XIX-2 BANDUNG

Dwi Pratama Sari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh Rini Turnip Drs. H. Sigalingging, M.Pd.


B. Unsur-unsur pembangun drama Unsur dalam drama tidak jauh berbeda dengan unsur dalam cerpen, novel, maupun roman. Dialog menjadi ciri formal drama

PENGARUH MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI MAKNA PUISI OLEH SISWA KELAS X SMA SWASTA MEDAN PUTRI MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

PENGARUH PENGUNAAN METODE EVERYONE IS TEACHER HERE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SDN 1 MIDANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

O 1 X O 2. Keterangan: O 1 = nilai pretest O 2 = nilai posttest X = pembelajaran dengan menggunakan media audio visual ilustrasi tokoh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan metode eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian

KEEFEKTIFAN STRATEGI COLLABORATIVE LEARNING TERHADAP PEMBELAJARAN BERMAIN DRAMA SISWA KELAS XI SMAN 1 RONGKOP GUNUNGKIDUL

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN

E-JURNAL. oleh Septi Haryani

Kata kunci: Learning Cycle 5 Fase, stoikiometri, prestasi belajar

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING TIPE MODELLING THE WAY

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat

Comparison of the effectiveness of CIRC and TTW methods to abilities in narrating interview text Indonesian subjects in grade 7 SMP 2 Banguntapan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

PENGARUH PENGGUNAAN KOSTUM DAN PROPERTI TERHADAP KEMAMPUAN BERMAIN PERAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 MALANG Eka Dian Wahyuni 1) Endah Tri Priyatni 2) Indra Suherjanto 3) E-mail: elgacho@rocketmail.com Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran siswa kelas XI SMA Negeri 2 Malang meliputi aspek vokal, gerak, dan ekspresi. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen semu dengan menggunakan instrumen berupa tes, deskriptor lakuan, rubrik penilaian, catatan lapangan, dan pedoman wawancara. Data penelitian berupa skor kemampuan bermain peran diolah dengan menggunakan analisis statistik untuk membuktikan hipotesis alternatif adanya pengaruh signifikan penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh sugnifikan penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran siswa aspek intonasi dan ekspresi. Kata kunci: penggunaan kostum, penggunaan properti, kemampuan bermain peran ABSTRACT: This research is used to describe the effect of the use of costumes and properties of the ability of acting of student grade XI SMA Negeri 2 Malang include aspects of vocal, movement and expression. This reseach use quasi-experimental design using a test instrument, descriptors of actions, rubric assessments, field notes, and interview guides. Data of this research is scores of ability of acting were processed using statistical analysis to prove the alternative hypothesis of the existence of significant influence of the use of costumes and properties of the students ability of acting. The result of this research shown that there is significant effect of the use of costumes and properties of the ability of acting at intonation and ekspression aspect. Keyword: the use of costumes, the use of properties, the ability of acting Pengajaran drama di sekolah terdiri dari dua macam, yaitu pengajaran teori drama dan pengajaran apresiasi drama (Waluyo, 2003: 153). Pengajaran teori drama di antaranya (1) cara menulis dialog sederhana antara dua atau tiga tokoh dengan memperhatikan isi serta perannya, (2) mengidentifikasi unsur intrinsik teks drama, (3) mengidentifikasi peristiwa, pelaku dan perwatakannya, dialog, dan konflik pada pementasan drama, dan (4) menganalisis pementasan drama berdasarkan teknik pementasan. Pengajaran apresiasi drama yang terdapat dalam beberapa KD, mulai 1 Eka Dian Wahyuni adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra UM. 2 Endah Tri Priyatni adalah Dosen Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra UM. 3 Indra Suherjanto adalah Dosen Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra UM. 1

dari tingkat SD hingga SMA, lebih cenderung pada penikmatan dan penghargaan terhadap sebuah naskah maupun pementasan drama. Penikmatan tersebut berupa memberi tanggapan, membahas dan mendiskusikan, memberi penilaian, hingga pada taraf membuat atau mencipta. Kenyataannya, pembelajaran drama di sekolah masih cenderung berpusat pada aspek teoretis. Waluyo (2003: 154) menyatakan bahwa selama ini guru sastra masih terpaku pada penilaian dan tujuan mengajar dalam aspek kognitif. Khusus untuk aspek berbicara, faktor utama yang menjadi penghambat pencapaian kompetensi drama adalah alokasi waktu yang disediakan. Terkadang, beberapa sekolah hanya memberikan alokasi waktu kurang dari enam jam pertemuan untuk menyelesaikan kompetensi tersebut. Penggunaan kostum dan properti merupakan bagian dari pementasan drama. Kostum dan properti merupakan bagian dari pementasan drama yang sangat lazim dibutuhkan keberadaannya. Seorang aktor atau pelaku, selain harus memperhatikan bagaimana membaca teksnya (berdialog), harus juga memperhatikan bagaimana penampilannya (Harymawan, 1988: 127). Dengan kata lain, keberadaan kostum dan properti bisa menjadi pendukung permainan seorang aktor, dan memperkuat penyampaian ide melalui dialog dengan adanya visualisasi yang tampak oleh penonton. Pementasan drama dalam lingkup pembelajaran drama di sekolah juga membutuhkan adanya kelengkapan pentas seperti yang disebutkan sebelumnya, meskipun pemenuhan atas perlengkapan tersebut tidak wajib ada. Penggunaan kostum dan properti dalam pementasan drama memiliki tujuan. Kostum memiliki dua tujuan, yaitu (1) membantu penonton agar mendapatkan suatu ciri atas pribadi tokoh, (2) membantu memperlihatkan adanya hubungan peranan yang satu dengan peranan yang lain (Harymawan, 1988: 131). Sedangkan properti merupakan benda-benda yang digunakan untuk mendukung sebuah pementasan baik berupa benda-benda yang ada terletak pada panggung, benda-benda yang dibawa oleh aktor, maupun perlatan yang digunakan sebagai dekor pentas. Kemampuan bermain peran dapat ditinjau dari berbagai aspek. Dalam drama, seorang aktor sebagai pengemban cerita yang ingin disampaikan oleh pengarang naskah drama diharapkan dapat mengungkapkan dirinya dengan gerak, suara, bahasa penciptaan dan penyampaian watak dengan bantuan perbuatan-perbuatan yang dilaksanakan dan yang tidak dilaksanakan. Dari keterangan tersebut, dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa penyampaian isi dari naskah drama bisa dilakuakan dalam wujud dialog yang menuntut adanya kemampuan vokal (intonasi dan volume), gerak (gesture, business, dan movement), serta ekspresi atau mimik sesuai dengan tokoh yang diemban. Studi pendahuluan terhadap pembelajaran bermain drama dilakukan di SMA Negeri 2 Malang tahun ajaran 2010/2012, pada kompetensi dasar (1) mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama, dan (2) menggunakan gerak-gerik, mimik, dan intonasi, sesuai dengan watak tokoh dalam pementasan drama. Peneliti memperoleh data bahwa pementasan drama sebagai evaluasi pembelajaran tampak kurang memunculkan greget dan terkesan hambar tanpa adanya penggunaan kostum dan properti yang sesuai dengan tuntutan pentas. 2

3 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran siswa kelas XI SMA Negeri 2 Malang pada aspek (1) vokal (intonasi dan volume), (2) gerak (gesture, business, dan movement), dan (3) ekspresi (mimik). METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan model penelitian posttest-only control group design. Dengan demikian, peneliti hanya ingin melihat hasil dari perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol tanpa melalui pretes untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki oleh subjek penelitian. Kemampuan awal subjek penelitian dianggap sama. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Malang, dengan kelas XI E-1 (Program IS) sebagai kelas eksperimen dan kelas XI E-2 (Program IS) sebagai kelas kontrol. Penelitian dilakukan dalam jangka waktu satu bulan, dimulai pada tanggal 12 Maret- 11 April 2012. Instrumen penelitian berupa tes kemampuan bermain peran, deskriptor lakuan, rubrik penilaian, catatan lapangan, dan pedoman wawancara. Tes kemampuan bermain peran dilakukan untuk memperoleh skor kemampuan bermain peran siswa. deskriptor lakuan dan rubrik penilaian digunakan sebagai acuan pemberian skor tes kemampuan bermain peran. Catatan lapangan digunakan untuk mengetahui aktivitas kegiatan siswa di kelas selama pembelajaran berlangsung. Pedoman wawancara merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh data kegiatan pembelajaran drama di sekolah kepada guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Sebagai langkah validasi instrumen, peneliti melakukan konsultasi dan revisi berulang kali kepada pembimbing untuk menyempurnakan isi dan bentuk instrumen. Revisi instrumen berdasarkan catatan-catatan yang diberikan oleh pembimbing. Data penelitian berupa skor kemampuan bermain peran. Skor diperoleh dari tes pementasan drama kelas. Pemberian skor berdasarkan lakuan siswa ketika tes pementasan disesuaikan dengan deskriptor lakuan. Penghitungan skor dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Skor= skor yang diperoleh x 100 Skor maksimal Skor tersebut kemudian diolah dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical Package for the Scientist)16.0 for Windows dengan taraf signifikansi 0,05. Jumlah sampel sebanyak 56, dan t tabel untuk df 56 dengan α 0,05 adalah 2,021 (Sugiyono, 2006: 287). Langkah analisis yang dilakukan adalah (1) uji normalitas, digunakan untuk menguji data tersebut berdsistribusi normal atau tidak, (2) uji homogenitas, digunakan menguji varian data yang diperoleh homogen atau tidak, dan (3) uji t dua variabel independen, digunakan untuk menguji hipotesis dan melihat signifikansi pengaruh perlakuan terhadap subjek penelitian. Pedoman dalam mengambil keputusan untuk data hasil belajar siswa berdasarkan uji t dua pihak dilakukan berdasarkan uji hipotesis sebagai berikut.

4 Ha : ada pengaruh yang signifikan penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol H0 : tidak ada pengaruh yang signifikan penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Nilai t hitung < t tabel, maka H0 diterima atau Ha ditolak. Nilai t hitung > t tabel, maka H0 ditolak atau Ha diterima. (Rukmigarsari, 2011: 2) HASIL Hasil penelitian ini berupa pengaruh penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran aspek (1) vokal (intonasi dan volume), (2) gerak (gesutre, business, dan movement), dan (3) ekspresi (mimik). Pengaruh Penggunaan Kostum dan Properti terhadap Kemampuan Bermain Peran Aspek Vokal (Intonasi dan Volume) Penggunaan kostum dan properti memiliki pengaruh terhadap kemampuan bermain peran aspek intonasi, namun tidak berpengaruh terhadap aspek volume. Hal ini terbukti dari hasil uji t sebagai berikut. Pada aspek intonasi, diketahui mean postes kelompok eksperimen sebesar 82,24, sedangkan kelompok kontrol memperoleh mean sebesar 69,56. Dengan lebih tinggi daripada kelas kontrol. Apek Intonasi memperoleh t hitung lebih besar dari pada t tabel (3,225>2,021). Hasil ini menunjukkan terdapat pengaruh signifikan penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran aspek intonasi. Pada aspek volume, diketahui mean postes kelompok eksperimen sebesar 82,24, sedangkan kelompok kontrol memperoleh mean sebesar 73,07. Dengan lebih tinggi daripada kelas kontrol. Aspek volume memperoleh t hitung lebih kecil dari pada t tabel (0,776<2,021). Hasil ini menunjukkan tidak terdapat pengaruh signifikan penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermian peran aspek volume. Pengaruh Penggunaan Kostum dan Properti terhadap Kemampuan Bermain Peran Aspek Gerak (Gesture, Business, dan Movement) Penggunaan kostum dan properti tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan bermian peran aspek gerak, baik gesture, business, dan movement. Hal ini terbukti dari hasil uji t sebagai berikut. Pada aspek gesture, diketahui mean postes kelompok eksperimen sebesar 71,56, sedangkan kelompok kontrol memperoleh mean sebesar 68,74. Dengan lebih tinggi daripada kelas kontrol. Aspek gesture memperoleh t hitung lebih kecil daripada t tabel (0,413<2,021). Hasil ini menunjukkan tidak terdapat pengaruh

5 signifikan penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran aspek gesture. Pada aspek business, diketahui mean postes kelompok eksperimen sebesar 59,79, sedangkan kelompok kontrol memperoleh mean sebesar 67,11. Dengan lebih rendah daripada kelas kontrol. Aspek business memperoleh t hitung lebih kecil daripada t tabel (-0,769<2,021). Hasil ini menunjukkan tidak terdapat pengaruh signifikan penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran aspek business. Pada aspek movement, diketahui mean postes kelompok eksperimen sebesar 75,79, sedangkan kelompok kontrol memperoleh mean sebesar 78,37. Dengan lebih rendah daripada kelas kontrol. Aspek movement memperoleh t hitung lebih kecil daripada t tabel (-0,426<2,021). Hasil ini menunjukkan tidak terdapat pengaruh signifikan penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran aspek movement. Pengaruh Penggunaan Kostum dan Properti terhadap Kemampuan Bermain Peran Aspek Ekspresi (Mimik) Pada aspek ekspresi, diketahui mean postes kelompok eksperimen sebesar 82,41, sedangkan kelompok kontrol memperoleh mean sebesar 69,48. Dengan lebih tinggi daripada kelas kontrol.penggunaan kostum dan properti memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan bermain peran aspek ekspresi. hal ini terbukti dari hasil uji t sebagai berikut. Diperoleh t hitung aspek ekspresi lebih besar daripada t tabel (3,179>2,021). Hasil ini menunjukkan terdapat pengaruh signifikan penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran aspek ekspresi. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, pada bagian ini akan dibahas mengenai kemampuan bermain peran pada kelas kontrol dan eksperimen, meliuti aspek (1) vokal (intonasi dan volume), (2) gerak (gesture, business, dan movement), dan (3) ekspresi (mimik). Kemampuan Bermain Peran Aspek Vokal (Intonasi dan Volume) pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kostum berfungsi membantu menghidupkan perwatakan pelaku (Harymawan, 1988: 131). Dengan kata lain, sebelum seorang aktor berdialog, kostum sudah menunjukkan siapa dia (peran) sesungguhnya, umurnya, kebangsaannya, status sosialnya, kepribadiannya, suka dan tidak sukanya, dan sebagainya. Dengan demikian, dengan menggunakan kostum yang sesuai dengan karakter tokoh, maka aktor (dalam hal ini siswa), diharapkan bertutur kata sesuai dengan pribadi peran tersebut. Nada bicara, tempo, tekanan, dan pemberian jeda seorang komandan polisi akan sangat jauh berbeda dengan pengangguran. Cara berbicara ibu rumah tangga di

6 lingkungan kelarga kurang mampu juga akan bisa berbeda dengan seorang putri kerajaan, baik berkenaan dengan keras lemahnya volume suara ketika berbicara maupun intonasi yang digunakan setiap aktor dalam menunjukkan perannya dalam masyarakat di dalam cerita. Properti secara garis besar tidak berpengaruh terhadap individual pemain namun berpengaruh terhadap keseluruhan permainan. Harymawan (1988: 108) menyatakan bahwa properti di atas panggung yang berupa dekorasi melingkupi perabot rumah, meja-kursi dan sebagainya, lukisan dan segala anasir yang memungkinkan memberikan perwatakan yang terdapat pada suatu lakon. Akan tetapi, pemilihan dekorasi atau properti yang digunakan di atas pentas pun bisa memiliki pengaruh terhadap permainan vokal seorang aktor. Penggunaan kostum dan properti mampu meningkatkan kemampuan bermain peran aspek intonasi, namun tidak pada aspek volume. Penggunaan kostum dan properti pada dasarnya tidak banyak berpengaruh pada aspek vokal seorang aktor ketika berdialog, dengan syarat tidak ada kostum dan properti yang mengganggu alat ucap (mulut) seorang aktor. Ganggunan tersebut bisa berupa pengguaan pakaian kepala yang menutupi mulut sehingga aktor sulit berbicara, penggunaan properti dari bahan-bahan yang menyerap bunyi sehingga volume suara aktor akan tenggelam, dan sebagainya. Pencapaian siswa baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen, sebagian besar sudah bisa menggunakan intonasi sesuai dengan deskriptor. Penggunaan kostum dan properti dalam pementasan drama pada kelas eksperimen tidak menjadi penghambat ketika siswa (aktor) berdialog, demikian pula dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan kostum dan properti ketika pementasan drama berlangsung. Latar belakang emosi menjadi titik tumpu bagaimana dialog diucapkan. Benda-benda yang ada di sekeliling pun bisa menjadi sesuatu yang sanggup meningkatkan timbulnya emosi tersebut. Dengan demikian, adanya properti yang mendukung dan dibantu dengan kostum yang sesuai karakter bisa menguatkan pemunculan emosi sehingga berpengaruh terhadap seberapa kuat satu dialog diucapkan. Beberapa faktor di luar penggunaan kostum dan properti seperti kelelahan, demam panggung, kurangnya latihan vokal, serta kurangnya pemahaman terhadap dialog yang diucapkan ternyata mampu memberikan pengauh negatif terhadap aspek vokal, terutama volume. Dialog yang seharusnya diucapkan dengan keras, tetapi justru diucapkan dengan lemah karena kelelahan. Dialog sedih yang seharusnya diucapkan dengan lemah, justru diucapkan dengan kuat dan keras karena kurangnya pemahaman terhadap isi dari dialog yang diucapkan. Kemampuan Bermain Peran Aspek Gerak (Gesture, Business, dan Movement) pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kostum memiliki fungsi memberi fasilitas dan membantu gerak pelaku (Harymawan, 1988: 132). Kostum yang baik adalah kostum yang mampu membantu aktor melaksanakan lakuan di atas pentas sesuai dengan kebutuhan tanpa menjadi perintang. Maksudnya, dengan penggunaan kostum yang sesuai dengan tuntutan karakter, seorang aktor diharapkan lebih mampu menghidupkan karakternya dan tidak menjadi lebih buruk. Harymawan (1988: 132) juga mengungkapkan bahwa

7 kostum tidak hanya harus menjadi bantu bagi pelaku, tetapi juga harus menambah efek visual gerak, menambah indah, dan menyenangkan setiap posisi yang diambil pelaku setiap saat. Stage business akan sangat mudah tercapai jika kelengkapan kostum mendukung, seperti seorang aktor yang dilengkapi dengan kipas akan otomatis sering mengipasi wajah atau menunjuk-nunjuk, tas tangan yang mudah jatuh atau tas tangan yang mahal akan membuat aktor sering mengelus dan memamerkannya, dan sebagainya. Gesture berhubungan dengan posisi tubuh dalam mengungkap ide, sedangkan movement berkaitan dengan perpindahan aktor di atas pentas. Kostum yang berlebihan akan menghambat seorang aktor dalam bergerak, menyulitkan, bahkan bisa jadi menyakitkan gerak aktor. Sebaliknya, penggunaan kostum yang belum memenuhi kebutuhan karakter bisa juga menghambat seorang aktor dalam mewujudkan ide dalam dialog dengan bantuan posisi keindahan tubuh melalui gesture. Properti yang ada di atas pentas maupun properti yang digunakan oleh aktor juga diharapkan mampu membantu kinerja aktor tanpa harus menjadi penghalang. Gerak aktor di sekitar ruangan di atas panggung (pentas) dan hubungannya dengan aktor-aktor lain harus mengekspresikan arti dan logika tersendiri (Sitorus, 2003: 113). Dengan kata lain, jika seorang aktor menyadari properti yang ada di sekitarnya dan properti yang ada pada tubuhnya, maka aktor akan melakukan interaksi dengan benda-benda tersebut untuk mendukung penyampaian ide. Sebaliknya, jika aktor tidak segera menyadari arti keberadaan benda-benda di sekitarnya, maka keberadaan benda-benda tersebut tidak memiliki arti dan hanya menjadi sesuatu yang sia-sia. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan kostum dan properti terhadap kemampuan bermain peran siswa aspek gerak tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan. Hal ini karena kostum dan properti yang digunakan belum bisa membantu siswa dalam mencapai sebuah lakuan, namun lebih menjadi perintang yang membuat siswa bingung harus berbuat apa dengan kostum terutama properti yang mereka gunakan. Kesalahan penggunaan kostum yang sempit seperti rok panjang, menghambat movement aktor yang dituntut untuk berlari, penggunaan alas kaki yang menyakitkan seperti kelompen kayu bergerigi mengakibatkan posisi tubuh atau gesture aktor menjadi tidak wajar karena menahan rasa sakit di kaki. Demikian pula dengan penataan properti panggung yang terlalu banyak menjadikan ruang gerak aktor menjadi terbatas, sehingga tidak bisa mencapai movement yang diharapkan. Serta kurangnya adaptasi dengan properti panggung juga berakibat memunculkan satu kesibukan atau stage business yang canggung. Kemampuan Bermain Peran Aspek Ekspresi (Mimik) pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Ekspresi berkaitan dengan emosi. Waluyo (2003: 122) menyatakan bahwa emosi yang harus diekspresikan harus hidup dan meyakinkan. Menghadirkan emosi hingga muncul satu ekspresi bukan hal yang mudah. Seorang aktor bisa saja membutuhkan bantuan suara atau benda-benda di atas pentas untuk bisa menghadirkan emosi tersebut.

8 Fungsi pertama dan paling penting dari kostum ialah membantu menghidupkan perwatakan pelaku (Harymawan, 1988: 131). Kostum juga bisa menunjukkan hubungan psikologis dan mampu memperlihatkan adanya hubungan peranan yang satu dengan yang lain. Demikian pula dengan properti yang digunakan. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, seorang aktor yang kesulitan memunculkan emosi sebagai dasar adanya ekspresi memerlukan bantuan bendabenda disekitarnya. Sentuhan terhadap benda terkadang mampu membangkitkan ingatan pada suatu peristiwa. Kenangan terhadap segala kesan emosi terhadap orang, alam, dan benda-benda sekitar kita, juga sumber ingatan emosi bagi kita (aktor) (Waluyo, 2003: 127). Terdapat pengaruh signifikan penggunaan kostum dan properti dalam pembelajaran bermain peran siswa terhadap kemampuan bermain peran aspek ekspresi. Memunculkan ekspresi sesuai dengan latar belakang emosi merupakan salah satu pencapaian siswa sesuai dengan deskriptor aspek ekspresi. Seorang putri bisa bersikap anggung dan memunculkan eksprei berwibawa dengan bantuan visualisasi kostum putri yang melekat pada badannya. Adanya endabenda yang mengingatkan satu kejadian, membantu aktor untuk lebih mudah memunculkan ekspresi yang sesuai. Emosi ibu rumah tangga yang memuncak karena kebutuhan dapur belum terpenuhi, bisa dengan mudah dimunculkan dengan bantuan properti panggung yang di sesuaikan dengan keadaan rumah kumuh yang berantakan dan tampak usang di mana-mana. PENUTUP Simpulan Penggunaan kostum dan properti memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan bermain peran siswa pada aspek intonasi dan ekspresi. penggunaan kostum dan peroperti mampu memambantu siswa (aktor) dalam mewujudkan emosi yang sesuai sehingga dengan mudah mengucapkan dialog sesuai dengan keadaan dan meunculkan ekspresi yang juga sesuai dengan suasana batin tokoh. Penggunaan kostum dan proerti tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan bermain peran aspek volume dan gerak. Hal ini menunjukkan bahwa, penggunaan kostum dan properti lebih menjadi sebagai penghambat gerak dan fisik aktor. Pembiasann terhadap penggunaan kostum dan properti sebelum pementasan drama kelas sangat diperlukan, dengan tujuan aktor lebih terbiasa dengan lingkungan sekitar dan terbiasa bergerak dengan kostum sesuai tuntutan naskah. Saran Berdasarkan hasli penelitian, menunjukkan bahwa penggunaan kostum dan properti dapat memengaruhi kemampuan siswa aspek vokal terutama pada intonasi ketika berbicara, serta membantu siswa dalam mewujudkan ekspresi sesuai dengan tuntutan naskah. Dengan demikian, disarankan kepada guru Bahasa dan Sastra Indonesia untuk menggunakan kostum dan properti sebagai media atau alat peraga ketika menjelaskan materi tentang drama maupun ketika guru meminta siswa untuk praktek bermain peran.

9 Penggunaan kostum dan properti tidak memiliki pengaruh yang signifikan terutama pada aspek gerak, hal ini dikarenakan kurangnya latihan dengan menggunakan kostum dan properti yang digunakan selama pentas. Dengan demikian, disarankan kepada siswa untuk melakukan tahap latihan dengan menggunakan kostum dan properti sebagai proses adaptasi. Penggunaan kostum dan properti sebagai perlengkapan pementasan mampu memberikan pengaruh terhadap beberapa kemampuan bermain peran siswa, dan juga membantu guru dalam memberikan penjelasan materi. Dengan demikian, disarankan kepada peneliti lanjut yang akan melakukan penelitian mengenai pembelajaran drama untuk meneliti penggunaan perlengkapan pementasan drama yang lain (tata rias, tata suara, dan sebagainya) terhadap proses pembelajaran drama itu sendiri maupun terhadap kemampuan bermain peran siswa, sesuai dengan aspek yang akan diukur. Hasil analisis data pada penelitian ini berupa deskriptor lakuan yang menjadi acuan penilaian siswa bisa dijadikan bahan penyusunan buku latihan bermain drama. Disarankan kepada penulis buku ajar baik buku ajar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, mata pelajaran Seni Teater, dan mata pelajaran yang sejenis untuk menggunakan deskriptor dalam penelitian ini sebagai dasar penyusunan prosedur latihan bermain drama atau contoh-contoh sebagai penjelas latihan bermain drama. DAFTAR RUJUKAN Harymawan, R.M.A. 1988. Dramaturgi.Bandung: CV Rosda. Rukmigarsari, E. 2011. Analisis Data dengan Program SPSS (Komputer 4). Malang: Universitas Islam Malang. Sitorus, Eka D. 2003. The Art of Acting Seni Peran untuk Teater, Film & TV. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono. 2006. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Waluyo, Herman J. 2003. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia.