LEMBAR DATA PENGAMANAN TERPADU TAHAP KONSEP

dokumen-dokumen yang mirip
DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP

DANA INVESTASI IKLIM

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

GLossary. Badan Pembangunan Perancis (French Development Agency) Penilaian Dampak Lingkungan (Environmental Impact Assessment)

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

Inisiatif Accountability Framework

LEMBAR DATA SAFEGUARDS TERPADU TAHAP KONSEP

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

Lembar Data Proyek. Pembiayaan. Tanggal Pembuatan PDS. PDS Diperbarui 2 Apr 14. Nama Proyek

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

DANA INVESTASI IKLIM. 7 Juli 2009 DOKUMEN RANCANG UNTUK PROGRAM INVESTASI HUTAN, PROGRAM YANG DITARGETKAN BERDASARKAN DANA PERWALIAN SCF

Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan. Center for International Forestry Research

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Masalah untuk Konsultasi Tahap 3 Pendahuluan CODE

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

Tahap Konsultasi untuk Mekanisme Akuntabilitas

Pendanaan Iklim dan Kehutanan Gubernur

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

Latar Belakang Gambar 1. Kriteria Pinjaman Daerah

STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Deklarasi Rio Branco. Membangun Kemitraan dan Mendapatkan Dukungan untuk Hutan, Iklim dan Mata Pencaharian

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

CATATAN IDE PROGRAM PENGEMBANGAN PENGURANGAN EMISI DI REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH PROGRAM PEMBANGUNAN PARIWISATA INDONESIA

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Risalah Konsep. 31 Juli 2013

- 1 - LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 17 TAHUN 2010

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth

Catatan Informasi mengenai Proses Multi-Stakeholder

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 1/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 01 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

MEMBANGUN INKLUSIVITAS DALAM TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pedoman Penyusunan Rencana Aksi yang Transparan dan Partisipatif

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat

DEDICATED GRANT MECHANISM INDONESIA Environmental and Social Management Framework (ESMF) Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

Peningkatan kapasitas Pertumbuhan ekonomi Kelestarian lingkungan Perubahan iklim

1. Membangun kemitraan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

Dialog Nasional Program Investasi Kehutanan di Indonesia

Mengawal Komitmen Pemerintah dalam Implementasi SDGs

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

FOREST INVESTMENT PROGRAM (FIP): The largest publicly- funded threat to Indonesia s forests and forest- dependent

PERATURAN DESA GIRIPANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG. RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKPDes)TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

Kajian Tengah Waktu Strategi Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik

TINJAUAN PUSTAKA. A. Penetapan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 050/200/II/BANGDA/2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Climate and Land Use Alliance (CLUA) Evaluasi independen atas hibah kepada. Satuan Tugas Hutan dan Iklim Gubernur (GCF) Michael P. Wells & Associates

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Belajar dari redd Studi komparatif global

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Transkripsi:

Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized. Tanggal ISDS disusun/ diperbaharui: I. INFORMASI DASAR A. Data Proyek Dasar LEMBAR DATA PENGAMANAN TERPADU 08-Mei-2012 TAHAP KONSEP Negara: Dunia ID Proyek: P128748 Nama Proyek: Pimpinan Gugus Tugas: Mekanisme Hibah Program Investasi Hutan untuk Masyarakat Pribumi dan Masyarakat Lokal (P128748) Gerhard Dieterle Perkiraan Tanggal Penilaian: 26-Nov-2012 Perkiraan Tanggal Dewan: 24-Jan-2013 Unit Pengelola: ARD Instrumen Pinjaman: Pinjaman Program yang Disesuaikan (Adaptable Program Loan) Sektor: Kehutanan (100%) Tema: Pembiayaan (Dalam Juta USD) Sumber Pembiayaan Partisipasi dan Keterlibatan Masyarakat (45%), pembangunan pedesaan lainnya (30%), Masyarakat Pribumi (25%) Jumlah Debitur 0,00 Hibah Dana Iklim Strategis 25,50 Total 25,50 Kategori Lingkungan Apakah ini adalah Proyek Ulangan (Repeater)? B. Tujuan Proyek FI Penilaian Perantara Pembiayaan 1. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kapasitas serta mendukung inisiatif khusus Masyarakat Pribumi dan Masyarakat Lokal (IPLC) di negara percontohan Program Investasi Hutan (FIP) agar memperkuat partisipasi Masyarakat Pribumi dan Lokal tersebut pada FIP dan proses REDD+ lainnya, baik di tingkat lokal, nasional maupun global. C. Penjelasan Awal Proyek 70293 A. Prinsip-prinsip Dasar 2. Program yang diusulkan didasarkan pada Proposal Rancangan Mekanisme Hibah Terdedikasi (PGD) (lihat Lampiran A & B untuk informasi latar belakang mengenai FIP dan PGD) yang dikembangkan oleh Kelompok Kerja Masyarakat Pribumi Global dan Masyarakat Lokal untuk memberikan akses kepada program tersebut dalam melaksanakan hibah. Sejalan dengan dasar-dasar konseptual dari DGM tersebut, prinsip-prinsip berikut akan

memberikan panduan untuk penyusunan dan pelaksanaan program tersebut: Kepemilikan dan pengambilan keputusan bersama Masyarakat Pribumi dan Masyarakat Lokal: Sebagai pemangku kepentingan utama, kepemilikan dan partisipasi Masyarakat Pribumi dan Lokal tersebut atas keputusan-keputusan kunci selama persiapan dan pela. Transparansi dan akuntabilitas: Pemilihan mitra pelaksana, anggota badan pelaksana dan penerima manfaat akan dilakukan secara partisipatif dan transparan, dan mekanisme untuk memastikan akuntabilitas akan dikembangkan. Fleksibilitas, efisiensi dan kemudahan administrasi: Proses akses hibah oleh penerima manfaat akan dilaksanakan dengan mempertimbangkan kemudahan dan kesederhanaan, dan semua upaya akan dilakukan untuk memastikan bahwa prosedur permintaan hibah dan persetujuan bersifat fleksibel, efisien dan sederhana. B. Bagian Program 3. Uraian berikut ini didasarkan pada Rancangan Proposal (Lampiran B). Uraian tersebut akan dijabarkan dan disesuaikan lebih lanjut selama persiapan, berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan oleh Kelompok Kerja Global IPLC. Program ini memiliki dua bagian. Bagian 1 akan difokuskan pada pembangunan kapasitas REDD+ masyarakat dan inisiatif pendukung yang dapat meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap perubahan iklim. Bagian ini akan dilaksanakan oleh Bank Dunia di empat negara percontohan, yakni Republik Rakyat Demokratis Laos, Burkina Faso, Ghana dan Republik Demokratik Kongo. Dalam kasus Brasil, Meksiko dan Peru, pelaksanaan akan ditetapkan baik melalui Bank Dunia maupun Inter-American Development Bank (IADB), sementara dalam kasus Indonesia, akan lebih baik apabila pelaksanaan dilakukan melalui Bank Dunia atau Bank Pembangunan Asia (ADB). Bagian 2 akan difokuskan pada pertukaran pengetahuan global sehubungan dengan REDD+ antara IPLC negara-negara percontohan dan seterusnya, dan meningkatkan partisipasi negara-negara tersebutdalam forum-forum iklim regional dan global, dan hal ini akan dilaksanakan oleh Bank Dunia. Bagian 1: Pengembangan Kapasitas Masyarakat dan sub-proyek di negara-negara percontohan (FIP) [$20.5 juta]. 4. Sub-bagian 1a: Komunikasi dan Koordinasi. Komunikasi dan koordinasi di setiap negara percontohan antara para pemangku kepentingan akan ditingkatkan sehingga: (i) menjangkau kelompok sasaran, serta memberikan mereka informasi yang diperlukan pada DGM tersebut, (ii) memudahkan proses pemilihan dari-bawah-ke-atas untuk mengidentifikasi masyarakat penerima manfaat; dan (iii) mengidentifikasi prioritas dan kegiatan sebagai pelengkap bagi investasi FIP dan proses REDD+ nasional, dan sesuai dengan kerangka program. 5. Sub-bagian 1b: sub-proyek Masyarakat. IPLC yang memenuhi syarat akan menerima sejumlah kecil hibah untuk menjalankan kegiatan berskala kecil sesuai pilihan mereka dalam kerangka program. Berdasarkan Rancangan Proposal DGM (Lampiran B), daftar awal kegiatan termasuk bantuan teknis untuk memperkuat hak kepemilikan tanah adat dan hak-hak sumber daya serta sistem pengelolaan hutan rakyat dari masyarakat pribumi dan masyarakat lokal; bantuan peningkatan kapasitas sebagaimana diperlukan untuk pengembangan proposal proyek percontohan oleh masyarakat pribumi dan masyarakat lokal serta pelaksanaannya, dan dukungan teknis untuk keterlibatan IPLC dalam pemantauan dan evaluasi kegiatan hutan, sesuai dengan peraturan dan perundangan nasional yang bersangkutan dan kebijakan operasional Bank Dunia. Bidang-bidang tematik lain yang berpotensi mendapatkan biaya termasuk: (a) aktivitas pencarian nafkah dan ketahanan yang terkait REDD+ serta keterampilan manajemen usaha yang telah ditingkatkan; (b) pengintegrasian pengetahuan pribumi dan praktik kebudayaan dengan teknologi modem untuk meningkatkan adaptasi dan penanggulangan terhadap perubahan iklim; (c) keterampilan pemetaan dan teknis untuk REDD+; dan (d) peningkatan pelayanan masyarakat dan manajemen hutan. Daftar indikatif ini akan diubah dan disesuaikan dengan konteks khusus negara yang dibahas dengan Kelompok Kerja Global IPLC selama tahap penyusunan program berikutnya. Sub-bagian akan dilaksanakan berdasarkan serangkaian Pedoman Operasional yang berlaku umum di negara pelaksanaan, setelah pedoman tersebut disetujui IPLC dan selaras dengan kondisi perpolitikan yang ada serta konteks pemerintahaan desentralisasi. Prosedur ini akan ditetapkan dalam Pedoman Operasional program. Panduan ini akan mencakup: (i) kriteria penerimaan, (ii) kegiatan yang memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat, (iii) peraturan manajemen tingkat sub-proyek; dan (iv) pemantauan dan pelaporan, termasuk digunakannya

pendekatan akuntabilitas sosial dan masyarakat dalam rangka pemantauan dan evaluasi (M & E). 6. Sub-bagian 1c: Bantuan teknis, pemantauan & pembelajaran. Bantuan teknis akan diberikan untuk memperkuat kapasitas kesiapan berinvestasi, termasuk dukungan untuk mendaftarkan dan menyusun proposal, keterampilan manajemen keuangan untuk investasi hutan rakyat dan Pembayaran Jasa Lingkungan dan pembayaran untuk karbon, dan meningkatkan akses untuk pendanaan hutan dan investasi. Pemantauan dan pembelajaran akan dilaksanakan melalui tinjauan sejawat (peer review) untuk mendorong pertukaran lintas negara dan berbagi informasi dan pengalaman, dan untuk mendokumentasikan pengalaman belajar dan pelaksanaan. Terakhir, sub bagian akan memastikan bahwa sub-proyek tetap berada di jalur sesuai dengan hasil dan jangka waktu yang telah disepakati. Bagian 2: berbagi pengetahuan global dan jaringan tentang REDD+ [$ 5 juta] 7. Tujuan dari bagian ini adalah untuk mengatur dan memberikan kemudahan dalam pertukaran pengetahuan dan pengalaman antara masyarakat lokal dengan masyarakat pribumi mengenai masalah REDD+, antar negara percontohan FIP dan negara-negara berkembang non-fip. Hal ini akan dilakukan dengan mengembangkan pembelajaran dan pengalaman yang muncul dari 8 negara percontohan tersebut. Dukungan tersebut akan memungkinkan bersatunya segala ide dan inisiatif yang diperoleh dari program-program REDD+ lainnya, termasuk FCPF dan UNREDD, dan membantu memberikan 'suara' IPLC di forum-forum kebijakan Perubahan Iklim dan REDD+. 8. Sub-bagian 2a: Berbagi Pengetahuan & Pengalaman Mengenai FIP dan REDD+. Hal ini akan meliputi kunjungan pertukaran, lokakarya dan program pelatihan untuk peserta dari FIP dan negara-negara percontohan FIP dan non- FIP mengenai keberhasilan pengalaman FIP lokal dan REDD+. 9. Sub-bagian 2b: Membangun dan Memperkuat Jaringan dan Aliansi. (a) memberikan dukungan untuk memperkuat integrasi vertikal kemitraan dan aliansi dari organisasi lokal dan sub-nasional masyarakat pribumi dan masyarakat hutan, serta memfasilitasi representasi mereka di forum nasional dan sub-nasional sehubungan dengan kehutanan dan keanekaragaman hayati, perubahan iklim dan REDD+; (b) dukungan untuk memperkuat aliansi horizontal (regional dan internasional) kehutanan dari masyarakat berbasis kehutanan dan masyarakat pribumi, dan untuk partisipasi langsung masyarakat tersebut dalam proses internasional tentang perubahan iklim dan REDD+. 10. Sub-Bagian 2c: Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan. Pemberian Dukungan untuk menelusuri, mendokumentasikan, dan mengkonsolidasikan pelajaran dan pengalaman dari Bagian 1 dan 2 akan dilakukan. Semua hasil pelajaran ini pada akhirnya akan dikumpulkan menjadi sebuah laporan DGM secara keseluruhan yang akan disampaikan kepada Sub-komite FIP setiap tahunnya. Pemantauan dan evaluasi mandiri juga akan menjadi bagian dari sub-bagian ini. Kerangka Kerja Hasil FIP akan memandu seluruh kegiatan pemantauan dan pelaporan hasil. C. Pembiayaan Program 11. Sub-komite FIP telah menyetujui amplop keseluruhan senilai $ 50 juta dalam bentuk sumber daya dana bantuan untuk DGM yang akan disalurkan melalui satu atau lebih Bank Pembangunan multi-lateral (MDB). Bank Dunia akan menyalurkan sumber dayanya untuk Komponen Global maupun untuk Burkina Faso, Republik Demokratik Kongo, Ghana dan Laos sebesar $ 25.5 juta. Baik Bank Dunia maupun Bank Pembangunan Inter Amerika (IADB) dapat menyalurkan sumber keuangan mereka kepada Brasil, Meksiko dan Peru. Masalah ini masih dalam pembahasan antara IADB, Bank Dunia, dan IPLC. Demikian pula halnya, baik Bank Pembangunan Asia (ADB) maupun Bank Dunia akan melaksanakan program tersebut di Indonesia, tergantung dari hasil pertemuan negara awal di negara-negara ini. Distribusi sumber daya di antara delapan daerah percontohan ini akan diberikan sebagai berikut, sesuai dengan pilihan yang ditetapkan oleh IPLC: Brazil danindonesia: Republik Demokrasi Kongo dan Meksiko: Peru dan Ghana: Masing-masing sebesar 13% atau $6.5j Masing-masing sebesar 12% atau $6.0j Masing-masing sebesar 11% atau $5.5j

Burkina Faso dan Republik Rakyat Demokrasi Laos: Masing-masing sebesar 9% atau $4.5j Bagian Global: 10% atau $5j 12. Tim ini juga menjajaki kemungkinan pelaksanaan koordinasi dan sinergi dengan Program Pengembangan Kapasitas FCPF untuk Masyarakat Pribumi yang Bergantung pada Hutan dan Penghuni Hutan dengan komponen Global PGD tersebut. Ada kesamaan antara keduanya, sehingga menyatukan program-program ini bawah satu payung, sehingga akan menjadikan program tersebut koheren secara operasional serta memperluas jangkauan bagi kelompok sasaran yang dimaksud. FCPF saat ini memiliki amplop pendanaan kurang lebih sebesar 4 juta dolar AS, yang disediakan untuk Program Pembangunan Kapasitas meliputi Masyarakat Pribumi yang Bergantung pada Hutan dan Penghuni Hutan serta CSO Selatan. 13. Biaya administrasi yang dikenakan oleh Bank Dunia dan MDB lainnya untuk persiapan dan pengawasan program ini akan dibiayai dari sumber terpisah dana cadangan sesuai FIP. Program ini akan mendanai biaya persiapan dan pengawasan Bank Dunia sesuai dengan tolok ukur CIF untuk persiapan dan pengawasan proyek. D. Cakupan Geografis 14. Sebagaimana dinyatakan di atas, program ini akan dilaksanakan oleh Bank Dunia di Burkina Faso, Ghana, RD Kongo dan RRD Laos. Keputusan mengenai negara-negara percontohan sisanya akan diberikan selama tahun 2012, dan sejalan dengan hal tersebut, baik Bank Dunia maupun Inter-American Development Bank (IADB) (di tiga negara percontohan Amerika Latin) atau Bank Pembangunan Asia (di Indonesia) dapat melaksanakan program di negaranegara tersebut. Identifikasi lokasi Proyek dan pihak penerima dalam setiap negara akan ditentukan melalui proses konsultasi dan perencanaan yang dirancang untuk memberikan tanggapan terhadap konteks politik dan budaya dan untuk membangun rasa kepemilikan terhadap program tersebut. E. Peran Bank Pembangunan Multilateral lain (MDB) dalam Pelaksanaan 15. Prosedur FIP mempersyaratkan MDB untuk bermitra satu sama lain, sementara mendukung negara-negara dalam perencanaan dan pelaksanaan investasi FIP. Selama pelaksanaan proyek investasi FIP, petunjuk yang melaksanakan kebijakan dan prosedur operasional MDB akan diberlakukan. Model yang sama akan diikuti untuk DGM yang diusulkan. Kebijakan dan prosedur operasional Bank Dunia berlaku di negara-negara dimana Bank Dunia melaksanakan program tersebut (yaitu Burkina Faso, Kongo, Ghana & Laos). Bank Dunia dan MDB lainnya akan bekerja sama dalam aspek teknis dari program seperti petunjuk pelaksanaan, dan tetap saling berkolaborasi untuk memastikan konsistensi pada program di delapan negara percontohan sebagaimana dimaksud. F. Instrumen Pinjaman 16. Program ini akan dikembangkan seperti Pinjaman Program yang Dapat Disesuaikan (Adaptable Program Loan (APL)) secara horizontal, dimana kerangka kerja umum digunakan dalam rangka pelaksanaan di beberapa negara. Selama tahap pertama, seluruh Petunjuk Dokumen Penilaian dan Operasional Proyek akan dikembangkan. Program negara individu akan disiapkan dan selanjutnya disetujui berdasarkan sistem siapa yang pertama kali data maka akan memperoleh pelayanan pertama (first-come first-served) 1. APL horizontal ini tidak akan memicu terjadinya pencairan untuk program negara, karena masing-masing negara hanya akan menerima satu tahap dari sumber daya hibah. Meskipun demikian, program di setiap negara perlu memenuhi syarat yang telah disepakati agar dapat memperoleh persetujuan. 17. Pendekatan ini memberikan program fleksibilitas yang diperlukan untuk mengakomodasi perbedaan kapasitas dan ekonomi politik antara 8 negara percontohan, dan memungkinkan masing-masing IPLC untuk melangkah dengan kecepatan mereka masing-masing. Kedua, mengingat bahwa semua 8 negara contoh akan menggunakan kerangka keseluruhan dan pedoman operasional yang sama untuk program tersebut, kebutuhan untuk duplikasi aturan umum, kriteria, prosedur, dll. akan berkurang. Ketiga, akan ada fleksibilitas untuk memungkinkan lebih banyak negara 1

mengikuti program, apabila lebih banyak negara contoh bergabung di FIP. Terakhir, pendekatan ini akan sesuai mengingat IADB dan/atau ADB dapat mengimplementasikan program di satu atau lebih negara. D. Lokasi Proyek dan Karakteristik Fisik Penting terkait dengan analisa pengamanan (apabila diketahui) II. KEBIJAKAN PERLINDUNGAN YANG BERLAKU Kebijakan Pengamanan Environmental Assessment OP/BP 4.01 (Pengkajian Lingkungan) Natural Habitats OP/BP 4.04 (Habitat Alam) Ada Pemicu? Penjelasan (opsional) Dalam rangka untuk memperjelas parameter di mana proyekproyek DGM di tingkat negara akan dilakukan, Kerangka Manajemen Lingkungan dan Sosial (ESMF) secara Generik akan dipersiapkan untuk memberikan suatu cetakan dan model terhadap ESMF tingkat Proyek, di mana lembaga pelaksana diminta untuk melaksanakan persiapan di tingkat masing-masing negara. Program setingkat ESMF ini akan disiapkan sebelum penilaian Program dilakukan dan akan dimasukkan dalam Petunjuk Manual Operasi tingkat Program bersama dengan peraturan penerima manfaat yang juga akan diberlakukan. Selama persiapan di setiap proyek PGD tingkat negara, akan dibuat dan juga apakah Rencana Manajemen Habitat Alam Khusus harus dipersiapkan sebelum disetujuinya proyek tingkat negara tersebut. Forests OP/BP 4.36 (Hutan) Selama persiapan untuk setiap proyek PGD tingkat negara, akan dibuat dan juga apakah Rencana Manajemen Hutan khusus akan dipersiapkan sebelum menyetujui proyek tingkat negara tersebut. Pest Management OP 4.09 (Manajemen Hama) Physical Cultural Resources OP/BP 4.11 (Sumber Daya Budaya Fisik) Indigenous Peoples OP/BP 4.10 (Masyarakat Pribumi) Selama persiapan untuk Proyek DGM tingkat negara, akan dibuat dan juga apakah Rencana Manajemen Rencana Hama khusus akan dipersiapkan sebelum disetujuinya proyek setingkat negara tersebut. Selama persiapan untuk setiap Proyek DGM tingkat negara, akan dibuat dan juga apakah Rencana Manajemen Sumber Daya Fisik dan Budaya Khusus akan dipersiapkan sebelum disetujuinya proyek setingkat negara tersebut. Dikarenakan proyek secara khusus meliputi masyarakat pribumi dan akan dilaksanakan di lokasi pribumi yang telah diketahui di lahan hutan, maka OP4.10 akan diberlakukan. Namun, karena masyarakat pribumi tertentu belum diidentifikasi, maka program ini akan mengembangkan Kerangka Perencanaan Masyarakat Pribumi (IPPF) yang akan diselesaikan setelah proses musyawarah mufakat.

Involuntary Resettlement OP/BP 4.12 (Transmigrasi Sukarela) Safety of Dams OP/BP 4.37 (Keselamatan dan Keamanan Bendungan) Projects on International Waterways OP/BP 7.50 (Proyek Jalur Air Internasional) Proses ini akan menjamin konsultasi bebas, terlebih dahulu dan diberitahukan, sebelum IPPF diungkapkan. Secara umum, IPPF akan membentuk bagian penting dari proses membangun kemitraan dan jaringan, program peningkatan kapasitas, dan dukungan untuk memperkuat hak pelayanan dan wilayah hutan rakyat dan sistem manajemen sebagaimana diuraikan dalam rancangan FIP untuk mekanisme hibah terdedikasi. Keseluruhan proyek, jika sesuai, akan merupakan Rencana Masyarakat Pribumi (IPP) untuk setiap daerah tertentu dan kelompok Masyarakat Pribumi. Salah satu prinsip yang tercakup dalam mekanisme hibah adalah menghindari terjadinya relokasi dan pemindahan Masyarakat Pribumi dan masyarakat yang menduduki lahan hutan. Hal ini juga diwujudkan dalam IPPF untuk mana kriteria pemilihan kegiatan memastikan bahwa tidak akan terjadi relokasi atau pembatasan akses terhadap sumber daya. Projects in Disputed Areas OP/BP 7.60 (Proyek di Lahan Sengketa) Bank Dunia akan bertindak sebagai badan pelaksana dalam hal empat negara percontohan FIP berikut ini Burkina Faso, Republik Demokratik Kongo, Ghana dan RRD Laos. Pada negara-negara tersebut, lokasi geografis tertentu dari sub-proyek (hibah) akan ditentukan selama persiapan yang dilakukan di masing-masing program negara. Apabila perlu, dan diminta oleh Masyarakat Pribumi dan Masyarakat Lokal, Bank juga akan menerapkan program ini di Brazil, Peru, Indonesia dan Meksiko, dengan menggunakan pendekatan yang dijelaskan di sini. Berdasarkan prosedur yang diberlakukan untuk semua proyek yang dibiayai oleh Dana Iklim Strategis, yang juga membiayai DGM, peraturan pihak penerima dan perlindungan khusus yang akan diberlakukan untuk proyek-proyek DGM adalah peraturan dari masingmasing MDB yang akan menyalurkan dana DGM. Lembaga-lembaga/badan-badan khusus yang akan melaksanakan program di setiap negara percontohan belum dipilih pada tahap ini. Lembaga ini akan bertindak sebagai perantara keuangan mengingat mereka akan menyalurkan dana DGM kepada IPLC. Tanggung jawab atas pelaksanaan akan mencakup aspek pihak penerima manfaat dan perlindungan, seperti yang didefinisikan dalam aturan yang ditetapkan dalam Pedoman dan Petunjuk Manual Operasional. Akan ada laporan kemajuan secara teratur dengan penerapan kerangka kebijakan perlindungan Bank di negara-negara dimana Bank merupakan badan pelaksana, serta dokumentasi dari aplikasi yang sesuai untuk sub-proyek (hibah) dari kegiatan yang berbeda selama persiapan serta pelaksanaan berlangsung. E. Kapasitas Kelembagaan Debitur terhadap Kebijakan Pengamanan Investasi fisik terutama akan diberikan dalam skala kecil, dan tidak diharapkan menimbulkan masalah besar dalam hal lingkungan atau pengamanan sosial. Bentuk investasi ini akan menentukan pilihan lokasi untuk investasi fisik. Kriteria pemilihan untuk kegiatan sub-proyek akan memastikan bahwa tidak akan ada alih kepemilikan lahan ataupun pembatasan akses terhadap sumber daya. Demikian pula kegiatan tidak akan dilakukan di area yang bersifat penting bagi lingkungan (mis. area yang dilindungi). Namun, mengingat variabilitas dalam kualitas dan kapasitas di delapan

negara percontohan tersebut, program ini akan mencakup kegiatan pembangunan kapasitas yang kurang, yang merupakan bagian dari masalah-masalah perlindungan selama persiapan sub-program di setiap negara.. F. Ahli Lingkungan dan Perlindungan Masyarakat dalam Tim Maria Concepcion J. Cruz (AFTCS) Hocine Chalal (AFTEN) III. RENCANA PERSIAPAN PERLINDUNGAN. A. Tanggal target sementara untuk Persiapan ISDS Tahap PAD: 26-Nov-2012 B. Kerangka Waktu untuk Peluncuran dan Penyelesaian penelitian terkait dengan Perlindungan yang diperlukan. Penelitian Khusus dan waktu sebaiknya dijelaskan pada ISDS Tahap PAD. Pengkajian Lingkungan dan Sosial, serta hasil kerangka kerja manajemen lingkungan dan sosial, IPPF serta instrumen perlindungan yang sesuai yang dihasilkannya, akan dikembangkan tepat waktu dalam rangka penilaian proyek. IV. PERSETUJUAN Pimpinan Tim yang Bertugas: Gerhard Dieterle Tanggal: 05 Mei 2012 Disetujui oleh: Penasehat Senior, Pelayanan Operasional (Jaminan dan Kepatuhan Kualitas) Pimpinan Dewan, Undang-undang Lingkungan Hidup & Internasional Stephen F. Lintner Tanggal: 05 Mei 2012 Charles Di Leva Tanggal: 05 Mei 2012 1 Catatan: Kebijakan Pengungkapan Bank mensyaratkan agar dokumen yang terkait dengan perlindungan diungkapkan sebelum penilaian dilakukan (i) di InfoShop dan (ii) di negara yang bersangkutan, pada lokasi yang dapat diakses oleh umum dan dalam bentuk dan bahasa yang dapat diakses oleh orang yang berpotensi terpengaruh program tersebut.