STUDI KOMPARASI KUALITAS HASIL PENGELASAN PADUAN ALUMINIUM DENGAN SPOT WELDING KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN SPOT WELDING PADA ALUMINIUM DENGAN PENAMBAHAN GAS ARGON

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

STUDI METALOGRAFI HASIL PENGELASAN SPOT WELDING TIPE KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X

KAJIAN METALOGRAFI HASIL PENGELASAN TITIK (SPOT WELDING) ALUMINIUM PADUAN DENGAN PENAMBAHAN GAS ARGON

STUDI KOMPARASI KUALITAS PRODUK PENGELASAN SPOT WELDING DENGAN PENDINGIN DAN NON-PENDINGIN ELEKTRODA

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

PENGARUH VARIASI DEBIT GAS ARGON DAN PARAMETER PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN GESER SAMBUNGAN ALUMINIUM PADUAN PADA LAS TITIK

Pengaruh Variasi Arus dan Tebal Plat pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

TUGAS AKHIR STUDI METALOGRAFI HASIL PENGELASAN TITIK (SPOT WELDING) PADA PENGELASAN DI LINGKUNGAN UDARA DAN DI LINGKUNGAN GAS ARGON

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan dari tahanan arus listrik. Spot welding banyak

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

STUDI KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN SPOT WELDING PADA ALUMINIUM DENGAN PENAMBAHAN GAS ARGON

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis

STUDI KARAKTERISTIK PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP HASIL SAMBUNGAN LAS SPOT WELDING PADA MATERIAL ALUMINIUM PADUAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB I PENDAHULUAN. semakin dibutuhkan. Semakin luas penggunaan las mempengaruhi. mudah penggunaannya juga dapat menekan biaya sehingga lebih

STUDI PENGARUH ARUS DAN WAKTU PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS TITIK (SPOT WELDING) LOGAM TAK SEJENIS

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

NASKAH PUBLIKASI STUDI METALOGRAFI PENGARUH ARUS DAN HOLDING TIME PADA PENGELASAN SPOT WELDING MATERIAL STAINLESS STEEL

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

Jurnal Teknik Mesin UNISKA Vol. 02 No.02 Mei 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined.

BAB IV DATA DAN ANALISA

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

Dosen Pembimbing: Ir. Subowo, MSc Oleh : M. Fathur Rohman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KERANGKA TEORI

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

PENGARUH HEAT TREATMENT

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kebutuhan teknologi maupun kebutuhan rumah. berpengaruh pada penurunan kualitas barang produksi seperti

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

BAB I PENDAHULUAN. teknologi las memegang peranan penting dalam masyarakat industri. modern. Terbukti dengan terwujudnya standar-standar teknik dalam

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

PENGARUH ARUS, KANDUNGAN SULFUR, DAN GAS PELINDUNG TERHADAP MORFOLOGI LASAN PADA PENGELASAN GTAW DENGAN BUSUR DIAM.

ANALISA PENGARUH VARIASI TREATMENT PADA PROSES PENGELASAN SMAW TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS BAJA

PENGARUH WAKTU TEKAN DAN HASIL GUMPALAN TERHADAP KEKUATAN GESER PADA LAS TITIK. Abstract

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

Persentasi Tugas Akhir

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. waktu pengelasan dan pengaruh penambahan filler serbuk pada

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

I. PENDAHULUAN. terjadinya oksidasi lebih lanjut (Amanto & Daryanto, 2006). Selain sifatnya

III. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP SAMBUNGAN HASIL LAS TITIK PADA MATERIAL BAJA KARBON RENDAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH ANNEALING TERHADAP LAS MIG DENGAN GAS PELINDUNG CO2 (100%) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO DAN MAKRO PADA BAJA STAM 390 G

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

PENGARUH ARUS PENGELASAN LAS TIG TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS STAINLESS STEEL TYPE 304 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Pemilihan Bahan. Proses Pengelasan. Pembuatan Spesimen. Pengujian Spesimen pengujian tarik Spesimen struktur mikro

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

PENGGUNAN LAS TAHANAN LISTRIK PADA PROSES PERAKITAN SHADOW MASK PADA INDUSTRI TABUNG TELEVISI

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMUNIUM DENGAN METODE SMAW

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. (Q.S.Al Insyirah : 5-6)

RANGKUMAN LAS TIG DAN MIG GUNA MEMENUHI TUGAS TEORI PENGELASAN

PENGARUH KECEPATAN PUTAR TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN ALUMINIUM 1XXX DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING. Tri Angga Prasetyo ( )

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dengan pesat. Ditemukannya metode-metode baru untuk mengatasi

Transkripsi:

STUDI KOMPARASI KUALITAS HASIL PENGELASAN PADUAN ALUMINIUM DENGAN SPOT WELDING KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON Muh Alfatih Hendrawan 1 1 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Pabelan Kartasura Surakarta E-mail: muh.alfatih@gmail.com ABSTRAK Paduan Aluminium merupakan material yang banyak digunakan untuk pembuatan alat transportasi udara. Material ini mempunyai keistimewaan ringan dan tahan terhadap korosi, tetapi mempunyai tingkat kesulitan dalam perlakuan penyambungan las termasuk spot welding. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh parameter pengelasan terhadap hasil pengelasan dan membandingkan kualitas sambungan antara spot welding tipe konvensional dan dengan perlakuan tambahan yaitu dengan gas Argon. Metode yang digunakan adalah dengan menvariasikan parameter pengelasan diantaranya waktu dan arus listrik pada kedua tipe pengelasan. Adapun pengujian kekuatan pengelasan berdasarkan standar American Society of Mechanical Engineers (ASME) IX. Dari eksperimen yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kekuatan sambungan hasil pengelasan spot welding dengan gas Argon lebih besar dibandingkan dengan metode konvensional. Sedangkan parameter pengelasan yaitu arus listrik dan waktu pengelasan terlihat mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pengelasan pada kedua tipe yang digunakan. Kata kunci: spot welding, arus, waktu, argon PENDAHULUAN Pengelasan adalah suatu proses penggabungan logam dimana logam menjadi satu akibat adanya energi panas.seiring dengan berkembangnya teknologi pengelasan maka setiap perusahaan dituntut untuk meningkatkan mutu dan kualitasnya agar dapat bersaing dengan perusahaan yang lain.salah satu bentuk cara pengelasan resistansi listrik yaitu las titik atau spot welding. Las titik merupakansalah satu cara pengelasan resistansi listrik dimana dua logam atau lebih dijepit diantara dua elektroda logam. Arus yang kuat dialirkan melalui elektroda yang terbuat dari tembaga, karena aliran listrik yang harus melalui kedua logam yang dijepit maka pada tempat jepitan akan timbul panas karena adanya resistansi listrik yang menyebabkan logam ditempat tersebut mencair dan kemudian tersambung. (Wiryosumarto, H. 2004). Penggunaan las titik pada Aluminium untuk saat ini masih jarang dilakukan. Hal ini dikarenakan material jenis aluminium tergolong kurang baik bila dibandingkan dengan baja sebab panas jenis dan daya hantar panasnya tinggi dan sukar sekali untuk memanaskan dan mencairkan sebagian kecil saja. Bentuk pengelasan pada aluminium lebih sering dengan menggunakan las MIG dan TIG dimana kedua proses pengelasan tersebut memerlukan gas pelindung (gas argon). (Wiryosumarto, H. 2004). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian seberapa besar pengaruh parameter pengelasan titik dengan penambahan gas argon pada material aluminium. Adapun tujuan pada penelitian ini adalah mengetahui pengaruh arus dan waktu pengelasan pada pengelasan spot welding tipe konvensional dan dengan penambahan gas Argon. Membandingkan kualitas hasil pengelasan spot welding tipe konvensional dan penambahan gas Argon. Kahraman, N (2005), dalam penelitiannya tentang pengaruh parameter las titik pada titanium. Tebal titanium 1,5 mm dengan parameter pengelasan: untuk arus konstan yaitu 10.000 A, gaya elektroda 2000 N, 4000 N, 6000 N dan waktu pengelasan 5 cycle, 15 cycle, 25 cycle serta suasana pengelasan pada udara terbuka dan menggunakan gas argon. Pengujian mekanik yang dilakukan meliputi pengujian kekuatan sambungan dengan metode pengujian tarik dan pengujian kekerasan dengan metode Vickers. Dari hasil uji tarik didapatkan bahwa hasil dari kekuatan tarik-geser dengan menggunakan gas argon lebih tinggi daripada di udara terbuka. Hasil uji kekerasan memperlihatkan bahwa daerah nugget (manik) adalah daerah yang paling keras diikuti dengan daerah HAZ dan logam las. Ardiyanto Eko (2010), meneliti tentang pengaruh pendinginan elektroda pada spot weldingterhadap kualiatas produk. Material yang digunakan yaitu baja karbon rendah dengan A-355

ketebalan 1 mm, parameter yang digunakan yaitu untuk arus 6956 A, 7920 A, dan 8938 A. Untuk waktu 2,5 detik, 3 detik dan 3,5 detik serta diameter elektroda menggunakan 5 mm, 7 mm dan 9 mm. Pengujian yang dilakukan hanya uji tarik-geser. Dari hasil disimpulkan bahwa variasi arus, waktu dan diameter ujung elektroda berpengaruh terhadap kekuatan gesernya. Didapatkan tegangan geser tertinggi terjadi pada arus 8938 A, waktu 3,5 detik dan diameter ujung elektroda 5 mm. Harnudin, F.A (2007), meneliti tentang pengaruh ketebalan dan jumlah las titik terhadap kekuatan geser. Material yang digunakan yaitu baja ST 37, pengujian mekanik yang dilakukan yaitu pengujian kekerasan Vikers dan pengujian tarik. Dari hasil. Pengujian kekerasan didapatkan harga kekerasan logam induk tertinggi sebesar 121,3 HV pada ketebalan 1,5 mm. Uji tarik didapatkan harga kekuatan tarik tertinggi sebesar 829,6 N/mm 2 pada ketebalan 1,5 mm. Ketebalan dan jumlah titik sangat berpengaruh terhadap kekuatan tarik. Aluminium Aluminium ditemukan oleh Sir Humphrey Davy pada tahun 1809 sebagai suatu unsur, dan pertama kali direduksi sebagai logam oleh H.C Oersted pada tahun 1825. Aluminium merupakan unsur logam terbanyak dimuka bumi, dimana hampir 8% dari kerak bumi adalah aluminium. Bijih bauksit adalah bahan utama untuk pembuatan aluminium yang terdapat di dalam batu-batu dalam kerak bumi. Aluminium termasuk logam ringanyang memiliki kekuatan tinggi, tahan terhadap korosi, dan merupakan konduktor listrik yang baik. Untuk saat ini penggunaan las titik pada aluminium masih jarang dilakukan karena material jenis aluminium tegolong kurang baik bila dibandingkan dengan baja karena panas jenis dan daya hantar panasnya tinggi maka sukar sekali untuk memanaskan sebagian kecil saja. Selain itu aluminium mudah sekali teroksidasi, karena peristiwa ini aluminium akan membentuk suatu lapisan yang bernama Aluminium Oksida (Al 2 O 3 ) yang memiliki sifat tahan panas. Karena sifat tersebut maka peleburan antara logam dasar dan logam lasan menjadi terhalang sehingga sulit untuk dilakukan pengelasan. (Wiryosumarto, H. 2004). Las titik merupakan salah satu pengelasan resistansi listrik dimana dua logam atau lebih dijepit menggunakan elektroda. Pada proses ini arus yang cukup kuat dialirkan melalui elektroda yang terbuat dari tembaga sehingga menimbulkan panas di daerah logam yang dijepit yaitu batas permukaan kedua logam. Akibatnya logam akan meleleh kemudian tersambung. Pada mesin las terdapat transformator yang fungsinya merubah tegangan arus bolak balik, arus yang besar inilah yang dipakai untuk mengelas sehingga menghasilkan panas yang tinggi dan cukup mencairkan logam. Selain arus faktor waktu juga dapat mempengaruhi hasil pengelasan dimana semakin lama waktu pengelasan maka semakin tinggi pula panas yang dihasilkan. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut(amsted, B.H, 1995): H = I 2. R. T (1) dimana: H = Panas (Joule) I = Arus (Ampere) R = Hambatan (Ohm) T = Waktu (detik) Standar yang digunakan dalam pengujian geser adalah ASME IX. Besarnya tegangan yang terjadi dapat dihitung dengan rumus(dieter, E.G., 1988): F m A 0 (2) Dimana: = Tegangan geser (N/mm 2 ) F m = Gaya maksimum (N) = Luasan (mm) A 0 METODE Diagram alir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. A-356

Gambar 1. Diagaram alir penelitian Material yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan Aluminium, sebenarnya pada saat awal penelitian material yang akan digunakan adalah paduan Aluminium. Akan tetapi ketika telah memperoleh material dan diuji komposisi kimianya diperoleh tipe Aluminium murni. Sampel yang dipotong sesuai dengan standar pengujian ASME IX. Keterangan: L = panjang specimen = 101,6 mm W = lebar specimen = 25,4 mm Gambar 2. Specimen percobaan dengan standar ASME IX Komponen dirancang dengan mengikuti bentuk specimen material percobaan yang mengikuti standar ASME IX. Fixture ini berfungsi untuk menempatkan specimen ketika proses pengelasan dan berfungsi sebagai locator bagi pipa yang digunakan untuk mengalirkan gas Argon. A-357

Gambar 3. Fixture penempatan benda kerja pada pengelasan spot welding dengan gas Argon PEMBAHASAN Data pengujian tarik hasil pengelasan dengan menggunakan gas Argon dan menggunakan pengelasan konvensional diperoleh sebagai berikut, Spesimen Arus (A) Waktu (dt) Teg.geser rata-rata hasil pengelasan konvensional (N/mm 2 ) Teg. Geser rata-rata hasil pengelasan dengan gas Argon (N/mm 2 ) 1 2,5 0,744 1,571 2 3608 3,5 0,901 1,865 3 4,5 1,255 2,079 4 2,5 1,384 2,537 5 4441 3,5 1,488 2,961 6 4,5 2,052 4,399 7 2,5 3,383 4,749 8 5021 3,5 3,786 6,004 9 4,5 4,426 7,949 Dari table diatas dapat dilihat bahwa parameter arus pengelasan dan lamanya waktu penempelan elektroda ke benda kerja akan mempengaruhi kekuatan geser dari hasil penyambungan pengelasan. Hal ini dapat terlihat lebih jelas pada grafik berikut ini, Gambar 4. Pengaruh arus terhadap kekuatan geser sambungan las Pada garis kontinyu ditunjukkan bahwa ketika arus pengelasan semakin besar, maka kekuatan geser sambungan las semakin meningkat, demikian pula yang terjadi pada pengelasan dengan menggunakan gas Argon yang ditunjukkan oleh garis putus-putus. Fenomena ini sesuai dengan perumusan bahwa semakin besar arus yang diberikan pada pengelasan mengakibatkan semakin besar panas yang masuk kedalam logam lasan, sehingga benda kerja akan semakin lunak, maka pada saat diberikan penekanan, penyatuan dua benda kerja akan semakin kuat. Sedangkan pada gambar 2, terlihat semakin besar waktu pengelasan baik pada pengelasan konvensional maupun dengan gas Argon, semakin besar pula kekuatan geser sambungan las. Hal ini dikarenakan waktu merupakan salah satu factor yang memperbesar panas yang masuk ke dalam logam las. A-358

Gambar 5. Pengaruh variasi waktu pengelasan terhadap kekuatan geser sambungan las Apabila dibandingkan antara pengelasan konvensional dengan pengelasan dengan gas Argon, terlihat bahwa dengan penambahan gas Argon dapat meningkatkan kualitas hasil pengelasan. Hal ini disebabkan bahwa adanya gas Argon dapat melindungi proses pengelasan titik dari kondisi lingkungan di sekitarnya, sehingga adanya perlindungan ini menyebabkan panas yang ditimbulkan tidak keluar dari lingkungan sekitarnya. Selain itu tidak terhubungnya logas las dengan atmosfer disekitarnya setidaknya akan dapat menghalangi dari pembentukan aluminium oksida (Al 2 O 3 ) yang dapat menurunkan kemampuan las dari benda kerja. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. adanya variasi arus pengelasan berpengaruh terhadap kekuatan geser logam las, baik pada pengelasan konvensional maupun dengan penambahan gas Argon. 2. Waktu pengelasan juga berpengaruh terhadap kekuatan logam las. 3. Adanya gas Argon pada pengelasan titik dapat meningkatkan kekuatan geser aluminium benda kerja. DAFTAR PUSTAKA Amsted, B.H.,1995, Teknologi Mekanik, terj. Sriati Djapri, Edisi ke-7 jilid 1, Erlangga, Jakarta. Annual Book of ASME IX Standard, 2001, Qualification Standard for Welding and Brazing Prosedures, Welder, Brazers, and Welding and Brazing Operations, p.152-185, The American Society of Mechanical Engineers, New York. Annual Book of ASME IX Standard, 2001, Qualification Standard for Welding and Brazing Prosedures, Welder, Brazers, and Welding and Brazing Operations, p.152-185, The American Society of Mechanical Engineers, New York. Ardiyanto, Eko., 2011, Studi Pengaruh Pendinginan Elektroda Pada Proses Spot Welding Terhadap Kualitas Produk, Tugas Akhir S-1, Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Dieter, G.E., 1988, Mechanical Metallurgy, McGraw-hill, Singapore. Harnudin, F. A (2007), Penelitian Pengaruh Ketebalan Dan Jumlah Las Titik Terhadap Kekuatan Tarik Las Titik (Spot Welding) Pada Baja St.37, Tugas Akhir S-1, Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Hartoyo, E., 2011, Gas Lindung Dalam Proses Pengelasan, diakses 20 Februari 2012 jam 13.15 WIB dari wordpress. http://www.eryhartoyo.wordpress.com/2011/05/11/gas-lindung-(shielding-gas)- dalam-proses-pengelasan/ Kahraman, N., 2005, The Influence of Welding Parameter on the Joint Strenght of Resistance Spot- Welded Titanium Sheet, Journal. Diakses 25 Mei 2011 jam 09.00 WIB dari Sciencedirect. http://www.sciencedirect.com Wiryosumarto, H., 2004, Teknologi Pengelasan Logam, PT. Pradya Paramita, Jakarta. A-359