Kaidah Fiqh SEMUA KERABAT HARAM DINIKAHI KECUALI EMPAT, SEDANGKAN SEMUA IPAR HALAL DINIKAHI KECUALI EMPAT. Publication: 1435 H_2014 M

dokumen-dokumen yang mirip
YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

Kaidah Fiqh. Seorang anak dinasabkan kepada bapaknya karena hubungan syar'i, sedangkan dinasabkan kepada ibunya karena sebab melahirkan

Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain

MAHRAM. Pertanyaan: Jawaban:

Kaidah Fiqh. Perbedaan agama memutus hubungan saling mewarisi juga waii pernikahan. Publication: 1434 H_2013 M KAIDAH FIQH: PERBEDAAN AGAMA

Kaidah Fiqh BERSUCI MENGGUNAKAN TAYAMMUM SEPERTI BERSUCI MENGGUNAKAN AIR. Publication in CHM: 1436 H_2015 M

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

SIAPAKAH MAHRAMMU? 1

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

PROSES AKAD NIKAH. Publication : 1437 H_2016 M. Disalin dar Majalah As-Sunnah_Baituna Ed.10 Thn.XIX_1437H/2016M

GHARAR Dalam Transaksi KOMERSIAL

KAIDAH FIQH. Yang Ikut Itu Hukumnya Sekedar Mengikuti. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Publication: 1437 H_2016 M

KAIDAH FIQH PENGGABUNGAN HUKUMAN DAN KAFFAROH. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Penggabungan HUKUMAN dan KAFFAROH

KAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

Qawa id Fiqhiyah. Pertengahan dalam ibadah termasuk sebesar-besar tujuan syariat. Publication: 1436 H_2014 M

TETANGGA Makna dan Batasannya حفظه هللا Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid al-halabi al-atsari

Kaidah Fiqh MENUTUP JALAN MENUJU KEMUNGKARAN. Publication: 1434 H_2013 M

KAIDAH FIQH. Pengakuan Adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Pengakuan adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas

Qasim bin Muhammad. Cucu Abu Bakar Ash-Shiddiq. Publication: 1435 H_2014 M. Oleh: Ustadz Abu Minhal, Lc

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

DOA dan DZIKIR. Publication in PDF : Sya'ban 1435 H_2015 M DOA DAN DZIKIR SEPUTAR PUASA

KAIDAH FIQH. Sesuatu yang Diperbolehkan Oleh Syar'i Meniadakan Kewajiban Mengganti. Publication 1438 H_2016 M

PETAKA BUNGA BANK. Publication: 1435 H_2014 M

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN PERKAWINAN JILU DI DESA DELING KECAMATAN SEKAR KABUPATEN BOJONEGORO

Kaidah Fiqh. Keadaan Darurat Tidak Menggugurkan Hak Orang Lain. Publication: 1435 H_2014 M DARURAT TIDAK MENGGUGURKAN HAK ORANG LAIN

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI

KAIDAH FIQH. Jual Beli Itu Berdasarkan Atas Rasa Suka Sama Suka. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Jual Beli Itu Berdasarkan Suka Sama Suka

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Oleh: Ustadz Sanusin Muhammad Yusuf حفظه هللا

Keutamaan Membaca dan Merenungkan AYAT AL-KURSI حفظه هللا Ustadz Abdullah Taslim al-buthoni, MA

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Mencium Kening Ibu

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

KAIDAH FIQH. Sama saja antara orang yang merusak milik orang lain baik dengan sengaja, tidak tahu, ataupun lupa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

Hadits yang Sangat Lemah Tentang Larangan Berpuasa Ketika Safar

YANG TIDAK PENYAYANG TIDAK DISAYANG

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

SUMPAH PALSU Sebab Masuk Neraka

KEWAJIBAN PUASA. Publication: 1435 H_2014 M. Tafsir Surat al-baqarah ayat

MENANGGUNG AMANAT KETIKA ADA KERUSAKAN

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

KAIDAH FIQH. Semua hukum ilmu dan amal tidak sempurna kecuali dengan dua perkara: Terpenuhi syarat dan rukunnya serta tidak ada penghalangnya

Tatkala Menjenguk Orang Sakit

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA. Publication: 1436 H_2014 M. Disalin dari Majalah al-sunnah, Edisi 08, Th.XVIII_1436/2014

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Memakai Pakaian WOL

Kaidah Fiqh PADA DASARNYA IBADAH ITU TERLARANG, SEDANGKAN ADAT ITU DIBOLEHKAN. Publication: 1434 H_2013 M

HOMOSEKS Dosa yang Lebih Besar Dari Zina

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Kaidah Fiqh. Nafkah wajib ditentukan dengan kecukupan dan sesuai standar. Publication: 1434 H_2013 M

Amalan-amalan Khusus KOTA MADINAH. خفظو هللا Ustadz Anas Burhanuddin,Lc,M.A. Publication: 1435 H_2014 M AMALAN-AMALAN KHUSUS KOTA MADINAH

Warisan Untuk Janin, Wanita, Huntsa Musykil dan Yang Mati Bersamaan

KAIDAH FIQH. Bagi Yang Menuntut Wajib Membawa Bukti Sedangkan Yang Mengingkari Cukup Bersumpah

TAFSIR SURAT ATH- THAARIQ

KEWAJIBAN SHALAT JUMAT

MAKANAN ACARA KEMATIAN

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Berdzikir Dengan BIJI TASBIH حفظه هللا Ustadz Abdullah Taslim al-buthoni, MA

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

APA PEDOMANMU DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH TA'ALA?

TAFSIR SURAT AL- ASHR

Fatawa Ar-Radha ah: Menyusu dengan Isteri Pertama Paman, Apakah Mahram dengan Anak Paman dari Isteri Kedua? (Asy- Syaikh Shalih Al-Fauzan)

M A H A R. Publication : 1437 H_2016 M M A H A R

Kaidah Fikih. Semua Benda Najis Yang Sudah Berubah Total Menjadi Benda Suci, Apakah Hukumnya Menjadi Suci? Publication: 1436 H_2015 M

Syarah Istighfar dan Taubat

ADAB AL-IJAARAH (Mempekerjakan Orang)

PETUNJUK NABI TENTANG MINUM

YAKIN TIDAK HILANG DENGAN KERAGUAN

Publication: 1434 H_2013 M. Benang Tipis K E M U D A H A N. Download > 600 ebook Islam di

Derajat Hadits Puasa TARWIYAH

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

ADAB DAN DOA SAFAR YANG SHAHIH

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

TAFSIR SURAT AL-BAYYINAH

Hadits Palsu Tentang Surga Di Bawah Telapak Kaki Ibu

TAFSIR SURAT اإلنفطار. (T e r b e l a h) Surat Makkiyah, Surat ke 82: 19 Ayat. Publication : 1437 H_2015 M. Tafsir Surat Al-Infithaar ( Terbelah )

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BOLEHKAH AIR MUSTA'MAL DIGUNAKAN UNTUK BERSUCI? Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB DAN TENTANG STATUS WALI DALAM PERKAWINAN

PUSAT DOWNLOAD E-BOOK ISLAM

Rahasia di Balik Uban Menurut

TAFSIR SURAT AL-QAARI AH

KESOMBONGAN Penghalang Masuk Surga

Adzan Awal, Shalawat dan Syafaatul Ujma ADZAN AWAL, MEMBACA SHALAWAT NABI SAW, DAN SYAFA ATUL- UZHMA

MASUK SURGA Karena MEMBUANG DURI

Jangan Mengikuti HAWA NAFSU. Publication : 1437 H_2016 M. Jangan Mengikuti Hawa Nafsu

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

SIAPAKAH MAHRAMMU? Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan1)

10 Renungan Bagi yang Ditimpa UJIAN/MUSIBAH

JUAL-BELI SISTEM DROPSHIPPING

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Transkripsi:

Kaidah Fiqh ك ل أ ق ار ب الر ج ل ح ر ام ع ل ي ه إ ال أ رب ع ة و ك ل األ ص ه ار ح ال ل إ ال أ ر ب ع ة SEMUA KERABAT HARAM DINIKAHI KECUALI EMPAT, SEDANGKAN SEMUA IPAR HALAL DINIKAHI KECUALI EMPAT Publication: 1435 H_2014 M KAIDAH FIQH: YANG HARAM DINIKAHI حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf Disalin dari Majalah al-furqon No. 135 Ed.10 Th.ke-12_1434/2013 Download ± 750 ebook Islam di www.ibnumajjah.com

MAKNA KAIDAH Kaidah ini berkaitan dengan salah satu hukum pernikahan, yaitu tentang wanita-wanita yang haram dinikahi. Ketahuilah bahwa wanita yang haram dinikahi selamanya itu ada tiga macam: 1. Haram dinikahi karena hubungan nasab (kekerabatan) 2. Haram dinikahi karena hubungan persusuan 3. Haram dinikahi karena hubungan pernikahan (ipar) Adapun tentang wanita yang haram dinikahi karena sebab nasab (kekerabatan) maka kaidahnya adalah semua wanita yang masih kerabat; baik kerabat jalur ke atas dalam artian semua wanita yang menjadi sebab Anda terlahir ke dunia ini, baik dia itu adalah ibu kandung, ataupun ibunya ibu atau ibunya bapak (nenek), atau ibu-ibunya mereka terus jalur ke atas; ataupun kerabat jalur ke bawah (keturunan), yaitu semua wanita yang mana Anda adalah sebab mereka terlahir ke dunia, baik anak perempuan, atau anak perempuannya anak perempuan atau anak perempuannya anak laki-laki (cucu perempuan) dan seluruh anak keturunan mereka; ataupun kerabat jalur menyamping, yaitu anak-anak keturunan kerabat jalur atas, dalam artian

anaknya bapak atau ibu, atau anaknya kakek atau nenek. Mereka adalah saudara atau paman dan bibi dan seluruh keturunan mereka. Semua kerabat tersebut adalah haram dinikahi selamanya, kecuali empat, yaitu: 1. Putri saudara laki-laki bapak atau kakek 2. Putri saudara wanita bapak atau kakek 3. Putri saudara laki-laki ibu atau nenek 4. Putri saudara wanita ibu atau nenek Kebalikan dari hal ini adalah wanita yang mempunyai hubungan dengan Anda karena sebab pernikahan (ipar/kerabat istri atau suami) maka semuanya halal untuk dinikahi, kecuali empat, yaitu: 1. Istrinya bapak atau kakek (ibu atau nenek tiri) 2. Istri anak kandung atau cucu (menantu) 3. Ibu atau nenek istri (mertua) 4. Putri atau cucu istri (anak atau cucu tiri) (Lihat al-qawa'id Kulliyah oleh Dr. Utsman Syabir hlm. 395)

DALIL KAIDAH Kaidah ini sangat jelas didasari oleh firman Allah Ta'ala: ك ا ن إ ن ه س ل ف ق د م ا إ ال الن س ا ء م ن آب اؤ ك م ن ك ح م ا ت ن ك ح وا و ال ف اح ش ة و م ق تا و س اء س ب يال. ح ر م ت ع ل ي ك م أ م ه ات ك م و ب ن ات ك م ت و أ م ه ات ك م و أ خ و ات ك م و ع م ات ك م و خ االت ك م و ب ن ا ت األ خ و ب ن ا ت األخ أ ر ض ع ن ك م الالت و ر ب ائ ب ك م ن س ائ ك م و أ م ه ا ت الر ض اع ة م ن و أ خ و ات ك م ف الالت ت ك ون وا ل ف إ ن ب ن د خ ل ت م الال ت ن س ائ ك م م ن ح ج ور ك م و ح الئ ل ع ل ي ك م ج ن ا ح ف ال ب ن د خ ل ت م و أ ن أ ص الب ك م م ن ال ذ ي ن أ ب ن ائ ك م. ر ح يما غ ف ور ا ك ا ن ا لل إ ن س ل ف ق د م ا إ ال األخ ت ي ب ي ت م ع وا و أ ح ل ع ل ي ك م ا لل ك ت ا ب أ ي ان ك م م ل ك ت م ا إ ال الن س ا ء م ن و ال م ح ص ن ات ي م س اف ح غ ي ر م ص ن ي ب أ م و ال ك م ت ب ت غ وا أ ن ذ ل ك م و ر اء م ا ل ك م Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan

dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh). Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anakanakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anakanak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anakanak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-nya atas kamu. Dan dihalal-kan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari istri-istri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. (QS an- Nisa' [4]: 22-24)

PENJABARAN MAKNA KAIDAH Dengan demikian maka perincian wanita yang haram dinikahi karena sebab kekerabatan/nasab ada tujuh orang: 1. Ibu Ibu seseorang adalah setiap wanita yang mempunyai andil dalam kelahirannya, maka termasuk kategori ibu adalah ibu yang langsung melahirkannya juga nenek baik dari jalur ibu maupun dari jalur bapak, begitu pula ibu-ibu mereka ke atas. 2. Anak perempuan Anak perempuan seseorang adalah setiap wanita yang bernasab kepadanya baik dekat maupun jauh. Atau dengan bahasa lain setiap wanita yang Anda adalah sebab dia terlahir ke dunia baik secara langsung ataupun tidak. Maka yang termasuk anak perempuan adalah putri kandungnya juga cucu perempuan baik dari anak perempuan maupun anak laki-laki serta keturunan mereka ke bawah. 3. Saudara perempuan Saudara perempuan ini mencakup saudara perempuan sekandung, sebapak saja, maupun seibu saja. 4. Saudara perempuan bapak (bibi)

Bibi yang dimaksud di sini adalah setiap saudara perempuan bapak juga kakek baik ka-kek dekat maupun jauh, baik saudara perempuan bapak sekandung atau sebapak saja maupun seibu saja. 5. Saudara perempuan ibu (bibi) Sebagaimana bibi dari jalur bapak, begitu pula bibi dari jalur ibu, yaitu setiap saudara perempuan ibu juga ibunya (nenek) baik nenek dekat maupun jauh, baik saudara perempuan ibu sekandung atau sebapak saja maupun seibu saja. 6. Anak perempuan saudara laki-laki (keponakan) 7. Anak perempuan saudara perempuan (keponakan) Yang dimaksud keponakan di sini adalah semua anak perempuan saudara baik anak mereka langsung maupun anak keturunan mereka, juga baik saudara tersebut sekandung atau seibu saja maupun sebapak saja. Ketujuh wanita tersebut haram dinikahi dengan kesepakatan seluruh para ulama. (Lihat Tafsir Ibnu Jarir ath- Thabari 8/143, Tafsir Qurthubi 5/70, al-umm oleh Imam Syafi'i 5/32, al-muhalla oleh Imam Ibnu Hazm 9/520.)

Faedah: Hukum ini pun berlaku bagi wanita yang mempunyai hubungan kekeluargaan karena sebab persusuan. Karena,,رضي هللا عنهما kaidah yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas "Rasulullah صلى هللا عليه وسلم bersabda: ي ر م م ن الر ض اع ة م ا ي ر م م ن الن س ب 'Diharamkan (untuk dinikahi) karena sebab sepersusuan sebagaimana yang diharamkan karena sebab nasab (hubungan kekeluargaan).'" (HR Bukhari: 2645, Muslim: 1447) Jika demikian maka mereka adalah: 1. Anak persusuan Yaitu anak yang disusui oleh istrinya dan anak keturunannya kebawah 2. Ibu yang menyusuinya 3. Nenek persusuan Yaitu ibunya ibu yang menyusuinya dan ibu-nya suami ibu susu serta ibu-ibu mereka ke atas. 4. Saudara perempuan sepersusuan baik dia saudara sekandung, seibu, ataupun sebapak saja

5. Anak perempuannya saudara sepersusuan baik saudara laki-laki maupun wanita serta anak keturunan mereka ke bawah 6. Saudara perempuan ibu susu (bibi), baik bibi sekandung, sebapak saja, ataupun seibu saja 7. Saudara perempuan suami ibu susu (bibi), baik bibi kandung, sebapak saja, ataupun seibu saja. (Lihat al-mughni 9/519, Fiqh Sunnah oleh Sayyid Sabiq 2/157) Adapun keluarga yang hubungan karena pernikahan, maka sebagaimana keterangan di atas, yang haram dinikahi hanya empat; perinciannya: 1. Ibu istri (mertua) Termasuk dalam kategori ibu istri adalah ibunya ibu istri maupun ibunya bapak istri dan ibu-ibu mereka seterusnya ke atas. Kalau seorang laki-laki sudah bercampur dengan istrinya maka diharamkan menikah dengan ibunya dengan kesepakatan para ulama. Adapun kalau belum bercampur dengan istrinya maka juga haram menikah dengan ibu istrinya menurut pendapat sebagian besar para ulama. Dan ini adalah pendapat yang benar karena larangan Allah untuk menikah dengan ibu istri bersifat mutlak (umum), sedangkan lafal yang mutlak harus dibawa pada kemutlakannya, kecuali kalau ada dalil yang mengkhususkan. (Lihat al-muhalla

9/529, al-mughni 6/569, Tafsir Ibnu Jarir 8/143, Tafsir Qurthubi 5/70, Tafsir Ibnu Katsir 1/470-) Oleh karena itu, seandainya seseorang melakukan akad nikah dengan seorang wanita lalu dia meninggal atau diceraikan sebelum sempat bercampur dengan istrinya maka haram baginya menikah dengan ibu istrinya (lihat Tafsir Ibnu,رضي هللا عنه Katsir 1/581). Hanya, dinukil dari Ali bin Abi Thalib Jabir bin Abdillah هللا عنهما,رضي dan Mujahid رمحه هللا bahwa beliau membolehkan menikah dengan ibu istri jika belum bercampur dengan istrinya (lihat Mushannaf Abdurrazzaq 108180, Jami' Ahkamin Nisa' oleh Syaikh Mushthafa al-adawi 3/89). Namun, yang rajih adalah pendapat jumhur ulama. 2. Anak perempuan istri (anak tiri) Termasuk dalam kategori anak perempuan istri adalah anak perempuan istri serta anak-anaknya dan seterusnya ke bawah, baik dari jalur anak laki-laki maupun anak perempuan. Dan diharamkannya menikah dengan anak tiri apabila memenuhi dua syarat menurut pendapat Zhahiriyah dan sebuah riwayat dari Imam Malik, yaitu: (1) sudah bercampur dengan istrinya, dan (2) anak tiri tersebut dalam pemeliharaannya 1, karena Allah mensyaratkan dua hal 1 Maksud Hijr adalah anak tersebut dipelihara dalam rumahnya. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 1/582.)

tersebut dalam pengharaman anak tiri (lihat al-muhalla 9/527, Jami' Ahkamin Nisa' 3/93). Madzhab ini juga diriwayatkan dari Umar bin Khaththab sebagaimana riwayat رضي هللا عنه dan Ali bin Abi Thalib رضي هللا عنه Abdurrazzaq dalam Mushannaf-nya (10834) dengan sanad shahih dari Malik bin Aus an Nashri berkata, "Saya mempunyai seorang istri yang sudah melahirkan anak dariku, lalu dia meninggal maka saya sangat sedih atasnya. Maka saya bertemu Ali bin Abi Thalib رضي هللا عنه dan beliau berkata, Apa yang terjadi padamu?' Saya jawab, Tstriku meninggal dunia.' Ali رضي هللا عنه berkata selanjutnya, Apakah dia mempunyai anak perempuan?' 'Ya,' jawabku. Apakah dia dalam pemeliharaanmu?' tanya Ali رضي هللا عنه selanjutnya. Saya jawab, 'Tidak, dia di Thaif.' Maka Ali رضي هللا عنه berkata, 'Menikahlah dengannya.' Saya balik bertanya, 'Lalu bagaimana dengan firman Allah Ta'ala: Dan istri anakanakmu yang dalam pemeliharaanmu Beliau menjawab, 'Anak perempuan istrimu itu bukan dalam pemeliharaanmu, yang diharamkan untuk dinikahi itu hanyalah yang dalam pemeliharaanmu."' Namun, jumhur para ulama mengatakan bahwa seseorang dilarang menikah dengan anak tirinya kalau sudah bercampur dengan istrinya baik anak tiri tersebut dalam pemeliharaannya ataupun tidak. Adapun lafal "yang dalam

pemeliharaanmu" yang terdapat dalam ayat tersebut bukan sebagai pengkhususan hukum karena beberapa sebab: 1) Imam Bukhari (7/6) dan Abu Dawud (1/474) meriwayatkan dari Ummu Habibah bahwasannya beliau berkata, "Ya Rasulullah, menikahlah dengan saudariku Azzah binti Abi Sufyan." Beliau menjawab, "Apakah engkau menginginkannya?" "Ya, karena tidak mungkin istrimu cuma saya sendiri, dan saya menginginkan bahwa orang yang menyertaiku dalam kebaikan (menjadi istrimu) adalah saudariku," tandasnya, Maka beliau bersabda, "Dia tidak halal bagiku." Berkata Ummu Habibah, "Kami mendengar kabar bahwa engkau akan menikah dengan putrinya Abu Salamah." Beliau balik bertanya, "Maksudmu putrinya Ummu Salamah?" "Ya," jawabnya. Maka beliau bersabda, "Seandainya dia itu bukan anak tiriku yang dalam pemeliharaanku, dia tetap tidak halal bagiku, karena dia adalah putri saudara sepersusuanku. Saya dan Abu Salamah sama-sama disusukan oleh Tsuwaibah. Maka janganlah kalian menawarkan putri-putri serta saudari-saudari kalian kepadaku." Dalam riwayat Bukhari, "Seandainya saya tidak menikah dengan Ummu Salamah, dia tetap tidak halal bagiku." Berkata Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya,(1/582) "Rasulullah صلى هللا عليه وسلم menjadikan sebab pengharaman tersebut sekadar menikahnya dengan Ummu Salamah هللا عنها ".رضي (Lihat juga al-mughni 9/516.)

2) Bahwasanya pemeliharaan terhadap seseorang tidak mempunyai pengaruh atas halal dan haramnya menikah dengan semua wanita yang diharamkan menikah dengannya. (Lihat al-mughni 9/516.) 3) Adapun lafal "yang dalam pemeliharaanmu" dalam ayat di atas hanya berarti bahwasanya biasanya anak tiri dalam pemeliharaan ayah tirinya, bukan sebagai pengkhususan hukum. Karena Allah Ta'ala tidak menyebutkan kebalikan dari lafal tersebut, berbeda dengan lafal "dari istri-istri yang telah kalian campuri" Allah telah menyebutkan kebalikan hukumnya dalam firman-nya: "tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan) maka tidak berdosa kamu mengawininya." Yang mana hal ini menunjukkan bahwa lafal "yang dalam pemeliharaanmu" bukan dimaksudkan sebagai pengkhususan hukum. (Lihat al-mughni 9/517, Tafsir al- Qurthubi 5/74, Fatwa Syaikh al-utsaimin dalam Fatawa Islamiyyah kumpulan Muhammad al-musnid 3/132.) Wallahu A'lam. 3. Istri anak kandung (menantu) Yang termasuk dalam menantu adalah istri anak kandung, istri cucu baik cucu dari jalur anak laki-laki maupun perempuan juga istri-istri keturunan mereka ke bawah. Menantu ini haram dinikahi dengan sekadar adanya akad pernikahan antara anaknya dengannya meskipun belum

bercampur. Jadi, seandainya si anak menceraikan istrinya atau mati sebelum sempat bercampur dengan istrinya maka haram bagi ayahnya untuk menikah dengannya dengan kesepakatan seluruh para ulama. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 1/583, Bidayatul Mujtahid oleh Imam Ibnu Rusyd 2/40.) 4. Istri ayah (ibu tiri) Yang termasuk ibu tiri adalah istri ayah atau kakek baik kakek dari jalur ayah ataupun dari jalur ibu juga ayah mereka ke atas. Ibu tiri ini haram dinikahi dengan sekadar adanya akad nikah antara ayahnya dengannya dengan kesepakatan seluruh para ulama. (Lihat Tafsir Adhwa'ul Bayan oleh Imam Syinqithi 1/468, Tafsir Qurthubi 5/67, Bidayatul Mujtahid 2/40.) Berkata Imam Ibnu Katsir هللا,رمحه "Allah mengharamkan menikahi ibu tiri untuk menghormati dan menghargai sang ayah agar jangan sampai dia mencampuri wanita yang pernah dicampuri ayahnya, karena itu diharamkan menikah dengannya hanya dengan sekadar adanya akad nikah dengan kesepakatan seluruh para ulama." (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 1/578.) Faedah: Apakah diharamkan juga menikahi ibu tiri, anak tiri, mertua dan menantu karena sebab persusuan? Jumhur ulama mengharamkannya, bahkan sebagian ulama

menyatakan bahwa pengharaman ini adalah ijma' ulama (lihat al-mughni 9/515-519, Tafsir Ibnu Katsir 1/583, Tafsir Ibnu Jarir 8/149). Namun, Imam Ibnu Taimiyyah meragukan ijma' tersebut, beliau berkata, "Kalau ada seseorang yang pernah mengatakan bahwa hal tersebut tidak haram maka pendapat ini yang lebih kuat." Bahkan Imam Ibnul Qayyim menegaskan bahwa ini bukan ijma' (lihat Zadul Ma'ad 5/557-564). صلى هللا عليه Dalil jumhur adalah keumuman sabda Rasulullah "Diharamkan (untuk dinikahi) karena sebab,وسلم sepersusuan sebagaimana yang diharamkan karena sebab nasab (hubungan kekeluargaan)." Karena itu, kalau menikah dengan ibu tiri, anak tiri, menantu, dan mertua dari nasab haram maka begitu pulalah diharamkan menikah dengan mereka karena sebab persusuan. Wallahu A'lam.[]