BAB I I PROFIL SANITASI SAAT INI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Profil Kabupaten Aceh Besar

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KEADAAN UMUM KOTA BANDA ACEH. Tabel 4. Luas dan Persentase Wilayah Kecamatan di Kota Banda Aceh NO KECAMATAN LUAS (Km 2 )

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

Format. Kabupaten Aceh Besar. Mukhlis Basyah 2012 s.d Drs. Syamsulrizal, M.Kes 2012 s.d 2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 5 RTRW KABUPATEN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PROFIL KABUPATEN / KOTA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL SANITASI SAAT INI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PROFIL KABUPATEN / KOTA

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

KONDISI UMUM BANJARMASIN

BAB IV GAMBARAN UMUM

RENCANA TATA RUANG WI LAYAH KABUPATEN MAGELANG

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PROFIL KABUPATEN / KOTA

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROFIL KABUPATEN / KOTA

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

PROFIL KABUPATEN / KOTA

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.

Definisi dan Jenis Bencana

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

Transkripsi:

2.1 Gambaran Wilayah BAB I I PROFIL SANITASI SAAT INI Secara geografis Kabupaten Aceh Besar terletak pada 5 0 3 1,2-5 0 45 9,007 Lintang Utara dan 95 0 55 43,6-94 0 59 50,13 Bujur Timur. Sedangkan secara administrasi Kabupaten Aceh Besar memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : berbatasan dengan Selat Malaka, dan Kota Banda Aceh; Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya; Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Pidie; dan Sebelah Barat : Berbatasan dengan Samudera Hindia. Kabupaten Aceh Besar memiliki luas wilayah seluas 290.350,73 Ha. Sebagian besar wilayahnya berada di daratan dan sebagian kecil berada di kepulauan. Secara administratif Kabupaten Aceh Besar memiliki 23 kecamatan. Keberadaan Kabupaten Aceh Besar sebagai pintu gerbang utama telah ditunjang sarana transportasi yang cukup memadai seperti: Jalan Nasional Arteri Primer Banda Aceh Medan serta Jalan Kolektor Primer Banda Aceh Meulaboh. Disamping itu, ditunjang pula prasarana transportasi Bandar Udara Internasional Iskandar Muda di Blang Bintang, Pelabuhan Malahayati di Krueng Raya. Disisi lain Kabupaten Aceh Besar berbatasan langsung dengan Kota Banda Aceh, yang menyebabkan Kabupaten Aceh Besar sebagai penyangga dari Kota Banda Aceh, diantaranya dalam kebutuhan perumahan. Sejalan dengan potensi letak dan posisi Kabupaten Aceh Besar yang demikian strategis, menjadikan Kabupaten Aceh Besar berpeluang tumbuh dan berkembang cepat. Lebih jelasnya mengenai wilayah administrasi Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada tabel 2.1, dan Gambar 2.1. Tabel 2.1 Nama Kecamatan dan Luas Wilayah Kabupaten Aceh Besar Luas Wilayah Nama Kecamatan Jumlah Administrasi Terbangun Kelurahan/desa (%) terhadap (%) terhadap (Ha) total (Ha) Luas administrasi administrasi Baitussalam 13 2.084,17 0,72% 1.174,23 56,34% Blang Bintang 26 4.175,51 1,44% 641,02 15,35% Darul Imarah 32 2.434,69 0,84% 1.329,98 54,63% II-1

Luas Wilayah Nama Kecamatan Jumlah Administrasi Terbangun Kelurahan/desa (%) terhadap (%) terhadap (Ha) total (Ha) Luas administrasi administrasi Darul Kamal 14 2.304,93 0,79% 292,61 12,70% Darussalam 29 3.843,05 1,32% 1.387,21 36,10% Indrapuri 52 19.703,87 6,79% 905,89 4,60% Ingin Jaya 50 2.433,51 0,84% 979,01 40,23% Kota Jantho 13 59.300,16 20,42% 2.369,21 4,00% Krueng Barona Jaya 12 696,13 0,24% 388,45 55,80% Kuta Baro 47 6.107,06 2,10% 1.009,55 16,53% Kuta Cot Glie 32 33.225,43 11,44% 299,83 0,90% Kuta Malaka 15 2.281,66 0,79% 326,73 14,32% Lembah Seulawah 12 31.960,06 11,01% 1.526,04 4,77% Leupung 6 16.915,40 5,83% 125,58 0,74% Lhoknga 28 8.794,62 3,03% 728,33 8,28% Lhoong 28 14.902,67 5,13% 525,51 3,53% Mesjid Raya 13 12.993,32 4,48% 1.198,87 9,23% Montasik 39 5.973,33 2,06% 450,37 7,54% Peukan Bada 26 3.625,04 1,25% 573,05 15,81% Seulimeum 47 40.435,45 13,93% 907,55 2,24% Simpang Tiga 18 2.759,80 0,95% 245,52 8,90% Suka Makmur 35 4.345,31 1,50% 567,46 13,06% Pulo Aceh 17 9.055,56 3,12% 163,36 1,80% Total 604 290.350,75 100,00% 18.115,36 Sumber: RTRW Aceh Besar 2013 II-2

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Aceh Besar (Pada Ukuran A1) Panjang pantai wilayah Kabupaten Aceh Besar pasca tsunami berdasarkan pada Peta Dasar Bakosurtanal Kabupaten Aceh Besar adalah 292,16 km. Pada wilayah perairan Kabupaten Aceh Besar terdapat kawasan lindung laut berupa Taman Wisata Laut Lhoknga seluas ± 14,06 ha. Kawasan pesisir, perairan dan pulau yang harus dilindungi selain taman laut adalah kawasan mangrove (bakau) di Kecamatan Lembah Seulawah, Baitussalam, Mesjid Raya, Peukan Bada, Pulo Aceh, Lhoknga, Leupung dan Lhoong seluruhnya seluas 253 Ha. Pulau-pulau kecil yang terdapat di Kabupaten Aceh Besar yang berpotensi untuk kegiatan perikanan laut, diantaranya pulau-pulau yang berpenghuni (ada penduduk). Pulaupulau tersebut adalah: Pulau Breuh (Kec. Pulo Aceh); Pulau Nasi (Kec. Pulo Aceh); Pulau Teunom (Kec. Pulo Aceh); Pulau Bunta (Kec. Peukan Bada). II-3

Dominasi pekerjaan penduduk pada pulau-pulau kecil tersebut di atas adalah nelayan. Berdasarkan data dari Badan Informasi Geospasial, jumlah keseluruhan pulau yang ada di Kabupaten Aceh Besar adalah 37 pulau. 2.1.1. Kondisi Fisik A. Ketinggian Kondisi ketinggian Kabupaten Aceh Besar dapat diklasifikasikan pada beberapa kelas antara 0 800 meter dpl hingga > 800 meter dpl. Berdasarkan kelas ketinggian tersebut terlihat didominasi oleh ketinggian 200 400 meter dpl atau sebesar 20,67% dari total luas wilayah kabupaten. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 2.2. Tabel 2.2 Kondisi Ketinggian Kabupaten Aceh Besar No Klasifikasi Ketinggian (m dpl) Luas (Ha) Persentase (%) 1 0 50 58.065,75 20,00 2 50 100 31.949,42 11,00 3 100 200 43.223,79 14,89 4 200 400 60.021,12 20,67 5 400 800 54.965,55 18,93 6 > 800 42.125,10 14,51 Jumlah 290.350,73 100,00 Sumber: RTRW Aceh Besar 2013 B. Topografi Kabupaten Aceh Besar memiliki klasifikasi kelerengan yang terbagi atas kelas kelerengan yaitu : < 2%, 2-8%, 9-15%, 16-25%, 26-40%, 41-60% dan >60%. Berdasarkan gambaran klasifikasi kelerengan tersebut, tampak didominasi oleh lahan berkelerengan >60% dengan luasan yang mencapai 118.520,71 Ha atau sebesar 40,82% dari total luas wilayah kabupaten. Tabel 2.3 Kondisi Kelerengan Kabupaten Aceh Besar No. Klasifikasi Kelerengan Luas (Ha) Persentase (%) 1 < 2% 30.103,15 10,37 2 2 8% 3.957,47 1,36 3 9 15% 13.362,51 4,60 4 16 25% 17.485,60 6,02 5 26 40% 4.205,81 1,45 6 41 60% 102.715,42 35,38 7 > 60% 118.520,71 40,82 Jumlah 290.350,73 100,00 Sumber: RTRW Aceh Besar 2013 II-4

C. Geologi Indonesia terletak diantara pertemuan 4 lempeng bumi besar, yaitu: Lempeng Hindia dan Australia, Lempeng Eurasia, serta Lempeng Pacific. Lempeng Hindia dan Australia bergerak ke utara menumbuk Lempeng Eurasia dengan kecepatan 50 70 mm/ tahun. Lempeng Eurasia bergerak sangat lambat ke arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0,4 cm/tahun. Zona tumbukan dua lempeng ini adalah di sepanjang palung laut Sumatra Jawa Bali Lombok. Lempeng Pasific bergerak dengan kecepatan 120 mm/ tahun kearah barat-barat daya menabrak tepian utara dari Pulau Papua New Guinea Irian Jaya, dan terus ke arah barat sampai ke daerah tepian timur Sulawesi. Pulau Sumatera merupakan bagian tepi barat daya-selatan dari lempeng benua Eurasia yang berinteraksi dengan lempeng Samudera Hindia-Australia. Gerakan lempeng tersebut telah menghasilkan bentuk-bentuk gabungan penunjaman (subduction) dan sesar mendatar dekstral. Berdasarkan struktur geologi Sumatera, daerah bagian barat mulai dari daerah sekitar Teluk Semangka (Lampung) sepanjang Pegunungan Bukit Barisan ke arah Barat Laut dan Utara sampai ke Aceh, merupakan daerah labil atau rawan gempa dan di duga dapat menimbulkan gempa-gempa tektonik yang cukup membahayakan. Pada jalur tersebut dijumpai banyak patahan-patahan. Salah satu diantaranya yang dapat dilihat di Kabupaten Aceh Besar adalah patahan turun (slenk) lembah Krueng Aceh, yang secara fisik (struktural), menandakan bahwa wilayah ini mungkin belum sepenuhnya stabil, sehingga sewaktu-waktu dapat terjadi gempa. Struktur geologi ini berkelanjutan ke dasar laut dan di ujung yang lain terlihat sampai ke Kota Jantho. Berdasarkan struktur geologi, bahan induk tanah di wilayah kabupaten Aceh Besar cukup bervariasi, mulai dari yang bersifat masam sampai basa. Bahan induk tersebut terdiri dari bahan endapan, batuan sedimen, batu kapur, batu vulkanis (gunung api), bahan metamorf (malihan) dan batuan beku dalam (intrusi). Menurut umurnya, batuan-batuan tersebut terbentuk pada zaman Pra-tersier, Tersier dan zaman Kuarter. D. Fisiografi/Geomorfologi Geomorfologi di Kabupaten Aceh Besar cukup bervariasi, hal ini terlihat dari bentuk permukaan wilayah ini yang meliputi datar hingga bergunung. Kondisi wilayah ini didominasi oleh wilayah berbukit dan bergunung. II-5

E. Bathimetri Bathimetri menunjukkan tingkat kedalaman perairan laut. Batimetri di wilayah Kabupaten Aceh Besar memiliki kedalaman mencapai 1.000 1.500 meter di sebelah barat yaitu pada Samudera Hindia, dan maksimum kedalaman 1.000 meter di perairan sebelah timur yaitu Selat Malaka. F. Jenis Tanah Terdapat 8 jenis tanah di Aceh Besar, yaitu : (1) Aluvial, (2) Andosol, (3) Komplek Podsolik Coklat, Podsol, dan Litosol, (4) Komplek PMK dan Litosol, (5) Komplek Renzina dan Litosol, (6) Latosol, (7) Podsolik Merah Kuning (PMK), dan (8) Regosol. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 1.8. G. Hidrologi Potensi sumber daya air di wilayah Kabupaten Aceh Besar relatif cukup memadai, dimana terdapat sejumlah aliran sungai. Beberapa daerah aliran sungai berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah di Indonesia. Salah satu sungai yang relatif memiliki potensi sumber daya air yang cukup besar adalah Krueng Aceh, dengan debit air rata-rata per tahun 30,86 m³/detik. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Aceh ini ± 172.328,07 Ha, dimana bahagian DAS ini terdapat anak-anak sungai, diantaranya Krueng Jreu, Krueng Indrapuri, Krueng Pangoh dan Krueng Seulimeum. Anak-anak sungai tersebut mengalirkan kelebihan air hujan ke Krueng Aceh yang hulunya berasal dari pegunungan Bukit Barisan. Hanya Krueng Seulimeum yang hulunya berasal dari Gunung Seulawah. 1. Wilayah Sungai Arah dan pola aliran sungai yang terdapat dan melintasi wilayah Aceh dapat dikelompokkan atas 2 pola utama, yaitu: - Sungai-sungai yang mengalir ke Samudera Hindia atau ke arah barat; - Sungai-sungai yang mengalir ke Selat Malaka atau ke arah timur. Beberapa Daerah Aliran Sungai dikelompokkan menjadi satu Wilayah Sungai berdasarkan wilayah strategis nasional dan lintas kabupaten. Pengelompokan ini didasari oleh Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah di Indonesia. Sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah di Indonesia, Kabupaten Aceh Besar terdapat 2 (dua) wilayah sungai yang masuk dalam kewenangan nasional II-6

yaitu Wilayah Sungai Aceh Meureudu dan Wilayah Sungai Teunom Lambeuso. Pembagian Wilayah Sungai yang terdapat di Kabupaten Aceh Besar, meliputi: 1) Wilayah Sungai Aceh Meureudu seluas 274.858,70 Ha, terdiri atas: a. DAS Krueng Aceh seluas 172.328,07 Ha, meliputi Kecamatan Kota Jantho, Lembah Seulawah, Seulimeum, Kuta Cotglie, Indrapuri, Montasik, Kuta Malaka, Sukamakmur, Blang Bintang, Peukan Bada, Simpang Tiga, Darul Kamal, Darul Imarah, Ingin Jaya, Kuta Baro, sebagian Kecamatan Krueng Barona Jaya dan sebagian Kecamatan Baitussalam; b. DAS Krueng Batee seluas 4.216,31 Ha, meliputi sebagian Kecamatan Lembah Seulawah; c. DAS Krueng Laweueng seluas 2.007,38 Ha, meliputi sebagian Kecamatan lembah Seulawah; d. DAS Krueng Babeue seluas 5.051,20 Ha, meliputi sebagian Kecamatan Lembah Seulawah dan sebagian Kecamatan Seulimeum; e. DAS Krueng Leungah seluas 4.898,18 Ha, meliputi sebagian Kecamatan Seulimeum; f. DAS Krueng Lampanah seluas 3.521,77 Ha, meliputi Kecamatan Seulimeum; g. DAS Krueng Ie Masin seluas 3236,09 Ha, meliputi Kecamatan Seulimeum; h. DAS Krueng Areu seluas 11.576,86 Ha, meliputi Kecamatan Seulimeum dan sebagian Kecamatan Mesjid Raya i. DAS Krueng Lambok seluas 3.821,35 Ha, meliputi Kecamatan Mesjid Raya dan sebagian Kecamatan Seulimeum; j. DAS Krueng Raya seluas 10.090,18 Ha, meliputi Kecamatan Mesjid Raya, Seulimeum dan Kecamatan Indrapuri; k. DAS Krueng Sibayang seluas 9.777,14 Ha, meliputi Kecamatan Baitussalam, Darussalam, sebagian Kecamatan Kuta Baro dan Kecamatan Krueng Barona Jaya; l. DAS Krueng Pincung seluas 11.058,98 Ha, meliputi Kecamatan Lhoknga, Sebagian Kecamatan Peukan Bada dan Kecamatan Leupung; m. DAS Krueng Geupe seluas 18.106,04 Ha meliputi Kecamatan Leupung dan sebagian Kecamatan Lhoknga dan Kecamatan Lhoong; n. DAS Krueng Lamih seluas 2.808,23 Ha, meliputi Kecamatan Lhoong; o. DAS Krueng Seulenggoh seluas 17,60 Ha, meliputi Kecamatan Lembah Seulawah; p. DAS Krueng Baro seluas 3.287,60 Ha, meliputi Kecamatan Kota Jantho; q. DAS Krueng Reundrah seluas 3.076,87 Ha, meliputi Kecamatan Pulo Aceh; r. DAS Krueng Teunom seluas 461,61 Ha, meliputi Kecamatan Pulo Aceh; s. DAS Krueng Same seluas 2.735,16 Ha meliputi Kecamatan Pulo Aceh;dan II-7

t. DAS Krueng Sotoy seluas 2.782,08 Ha, meliputi Kecamatan Pulo Aceh. 2) Wilayah Sungai Teunom-Lambeuso seluas 15.492,07 Ha, terdiri atas : a. DAS Krueng Teunom seluas 4.573,69 Ha meliputi Kecamatan Kota Jantho; b. DAS Krueng Geunteut seluas 2.173,87 Ha meliputi Kecamatan Lhoong; c. DAS Krueng Bentaro seluas 7.294,77 Ha, meliputi Kecamatan Lhoong; d. DAS Krueng Tunong seluas 422,64 Ha, meliputi Kecamatan Lhoong; dan e. DAS Krueng Lambeuso seluas 1.027,11 Ha, meliputi Kecamatan Kuta Cot Glie dan Kecamatan Kota Jantho. H. Cekungan Air Tanah (CAT) Berdasarkan Peta Hidrogeologi Indonesia dapat diidentifikasikan jenis litologi batuan (lithological rock types) serta potensi dan prospek air tanah (groundwater potential and prospects). Pada Peta Hidrogeologi Indonesia ditunjukkan adanya indikasi sesar/patahan yang relatif memanjang mengikuti pola pegunungan yang ada di wilayah Aceh (relatif berarah barat laut tenggara). Terkait dengan aspek hidrogeologi di atas, selanjutnya dikemukakan juga mengenai cekungan air tanah (CAT) yang ada di wilayah Aceh Besar. Dengan mengacu kepada Atlas Cekungan Air Tanah Indonesia yang diterbitkan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2009, pada halaman lembar Aceh, dapat diidentifikasikan ada 1 (satu) Cekungan Air Tanah (CAT) di wilayah Aceh Besar dengan luasan mencapai sekitar 125.200 Ha, yaitu jumlah Imbuhan Air Tanah bebas sebesar 375 m3/tahun dan jumlah Air Tertekan sebesar 72 juta m3/tahun. I. Curah Hujan Tingkat curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari 2013 yaitu mencapai 283,3 mm dengan jumlah hari hujan 16 hari. Untuk lebih jelasnya mengenai curah hujan dan hari hujan di Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2010 2013 Bulan Curah Hujan (millimeter) Hari Hujan 2010 2011 2012 2013 2010 2011 2012 2013 Januari 149,4 152,5 91,7 283,3 12 15 9 16 Februari 112,9 82,3 78,4 136,1 9 14 11 15 Maret 105,4 223,5 99,5 89,7 16 17 10 8 April 219,5 142,3 78,6 106,2 16 13 9 12 Mei 53,5 58,8 98,4 131,1 8 11 15 13 Juni 190,1 19,8 41,0 167,2 17 5 5 13 Juli 89,1 55,6 28,0 83,8 19 8 9 9 juta II-8

Bulan Curah Hujan (millimeter) Hari Hujan 2010 2011 2012 2013 2010 2011 2012 2013 Agustus 73,5 68,1 38,0 40,4 12 7 6 11 September 75,6 136,8 77,6 164,6 15 13 6 7 Oktober 116,5 41,8 177,2 56,6 9 16 15 11 November 461,0 164,4 199,1 149,8 25 12 12 16 Desember 334,0 123,4 150,2 214,8 18 20 18 20 Sumber : Aceh Besar Dalam Angka Tahun 2014 2.1.2 Potensi Rawan Bencana Alam A. Rawan Gempa bumi Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi dalam bentuk gelombang. Komponen merusak gempa bumi dapat berbentuk getaran dan amblasan. Tingkat daya rusak gempa bumi tergantung dari intensitas gempa bumi, lama kejadian, jarak pusat gempa, kondisi geologi setempat, serta kondisi bangunan setempat. Penyebab terjadinya gempa bumi merupakan proses tektonik akibat pergerakan lempeng bumi, aktivitas sesar dipermukaan bumi, pergerakan geomorfologi secara lokal (tanah longsor), aktivitas gunung api, dan ledakan nuklir. Gempa Bumi adalah akibat dari lepasnya energi secara tiba-tiba dalam kerak bumi yang menimbulkan gelombang seismik. Klasifikasi potensi gempa bumi menurut Mangnitudo (skala richter) di Kabupaten Aceh Besar sebagai berikut: 0,3 0,4 : Kecamatan Leupung dan Kecamatan Lhoong. 0,4 0,5 : Kecamatan Mesjid Raya, Kecamatan Seulimeum, dan Kecamatan Seulawah. 0,5 0,6 : Seluruh kecamatan. B. Tsunami Tsunami adalah gelombang air yang sangat besar yang disebabkan oleh pergeseran badan air dalam volume yang amat besar, misalnya lautan. Istilah Tsunami berasal dari Bahasa Jepang yang bisa diartikan sebagai "ombak besar di pelabuhan. Kejadian tsunami di Aceh pernah terjadi tahun 1797, 1891,1907 dan 2004. Kejadian tsunami 26 Desember 2004 meliputi kawasan pesisir radius 5 km dari garis pantai dengan ketinggian di bawah 50 meter dari permukaan laut Gempa ini berkekuatan 9,3 skala Richter. Wilayah yang cukup luas rawan gelombang pasang adalah Kecamatan Peukan Bada, Baitussalam, Mesjid Raya, Lhoknga, Pulo Aceh, Lhoong dan Leupung. II-9

C. Gunung Api Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah erupsi. Setiap gunung api memiliki karakteristik erupsi yang berbeda-beda dan berpotensi sebagai ancaman serta memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari jenis muntahan atau material yang dihasilkannya. Ada 1 (satu) gunung api aktif tipe A di Aceh Besar, yakni Gunung Seulawah Agam di Aceh Besar. Klasifikasi lahar dan abu di Kabupaten Aceh Besar berada di kecamatan: Hazard Zone 1: Kecamatan Seulimun dan Kecamatan Lembah Seulawah. Hazard Zone 2: Kecamatan Seulimun dan Kecamatan Lembah Seulawah. Hazard Zone 3: Kecamatan Seulimun dan Kecamatan Lembah Seulawah. D. Tanah Longsor / Gerakan Tanah Tanah Longsor adalah fenomena geologis yaitu pergerakan tanah, misalnya jatuhnya bebatuan, aliran reruntuhan, yang bisa terjadi di lepas pantai, pinggir pantai dan di daratan. Walaupun penyebab utama tanah longsor adalah gravitasi, ada faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap stabilitas lereng. Secara khusus, faktor-faktor pre-conditional membangun kondisi sub-permukaan khusus yang menyebabkan areal/lereng tersebut menjadii rawan, sedangkan tanah longsor yang sebenarnya sering membutuhkan pemicu (misalnya hujan lebat atau gempa bumi) sebelum terjadi longsor. Klasifikasi gerakan tanah di Kabupaten Aceh Besar antara lain: Rendah : semua kecamatan kecuali Kecamatan Peukan Bada. Menengah: semua kecamatan kecuali Kecamatan Ingin Jaya dan Kecamatan Kr. Barona Jaya. Tinggi : Kecamatan Kota Jantho, Kecamatan Lhoknga, Kecamatan Leupung, Kecamatan Lhoong, Kecamatan Indrapuri, dan Kecamatan Kuta Cot Glie. E. Rawan Banjir Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air. Peristiwa banjir timbul jika air menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir pada umumnya disebabkan oleh air sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan yang tinggi. Air yang tergenang berkumpul di daerah-daerah dengan permukaan rendah dan mengalir dengan cepat ke daerah yang lebih rendah. Klasifikasi banjir untuk Aceh Besar berada pada Kecamatan Krueng Barona Jaya, Kecamatan Ingin Jaya, Kecamatan Darul Imarah, Kecamatan Kuta Baro, dan Kecamatan Darussalam. II-10

F. Abrasi Abrasi merupakan jenis bencana yang disebabkan oleh arus atau gelombang yang mengganggu angkutan sedimen. Peristiwa abrasi dapat ditemui di tepi pantai dan di tepi sungai. Dalam 10 tahun terakhir ini, di pantai Barat-Selatan Aceh telah terjadi abrasi pantai di Kabupaten Aceh Besar. Selain abrasi pantai, Aceh juga mencatat beberapa kejadian abrasi sungai. Abrasi sungai ditandai dengan runtuhnya tebing sungai akibat gerusan aliran sungai. Abrasi sungai yang pernah dilaporkan terjadi di Aceh Besar (Krueng Aceh). G. Angin Puting Beliung Puting Beliung adalah angin kencang dan berbahaya yang bergerak melingkar hingga menyentuh permukaan bumi dan awan cumulonimbus atau, dalam sedikit kasus, awan cumulus. Klasifikasi angin puting beliung yang ada di Kecamatan Aceh Besar meliputi: Bahaya Rendah: Kecamatan Peukan Bada, Kecamatan Imarah, Kecamatan Blang Bintang, Kecamatan Kuta Baro, dan Kecamatan Montasik. Bahaya Menengah: Kecamatan Darul Imarah, Kecamatan Lhoknga, Kecamatan Peukan Bada, Kecamatan Kuta Baro, Kecamatan Blang Bintang, Kecamatan Montasik dan Kecamatan Indrapuri. Bahaya Tinggi: Kecamatan Darul Imarah, Kecamatan Kuta Baro, Kecamatan Blang Bintang, Kecamatan Montasik, Kecamatan Indra Puri, Kecamatan Peukan Bada, dan Kecamatan Lhoknga. H. Kekeringan Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia. Klasifikasi kekeringan yang ada di Kabupaten Aceh Besar, meliputi: Rendah: Kecamatan Pulo Aceh, Kecamatan Pekan Bada, Kecamatan Darussalam, Kecamatan Baitussalam, Kecamatan Krueng Barona Jaya. Menengah: Semua kecamatan. II-11

2.1.4 Penggunaan Lahan Kondisi lahan eksisting Kabupaten Aceh Besar didominasi oleh hutan lahan kering sekunder seluas 82.843,21 hektar (28,53%). Selain itu kabupaten Aceh Besar juga dikelilingi oleh pertanian lahan kering dan savana yang masing-masing seluas 40.165,63 hektar (13,83%) dan 54.778,43 hektar (18,87%). Permukiman yang terdapat di Kabupaten Aceh Besar hanya seluas 9.806,14 hektar, hanya sekitar 3,38% dari luas keseluruhan kabupaten. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.6 dan Gambar 2.2 Tabel 2.5 Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011 Berdasarkan Digitasi Spot 5 No. Penggunaan Lahan Luas Penggunaan Lahan (Ha) (%) 1. Hutan Primer 15.282,15 5,26 2. Hutan Lahan Kering Sekunder 82.843,21 28,53 3. Hutan Mangrove Sekunder 2,43 0,00 4. Hutan Tanaman 381,42 0,13 5. Pertanian Lahan Basah 22.094,01 7,61 6. Pertanian Lahan Kering 40.165,63 13,83 7. Tambak 1.321,15 0,46 8. Pertambangan 146,27 0,05 9. Savana 54.778,43 18,87 10. Semak/Belukar 61.146,79 21,06 11. Permukiman 9.806,14 3,38 12. Tanah Terbuka/kosong 1.233,39 0,42 13. Bandara 110,13 0,04 14. Sungai 1.039,58 0,36 Jumlah 290.350,73 100,00 Sumber: Materi Teknis RTRW Aceh Besar, 2014 II-12

Gambar 2.2 Peta Penggunaan Lahan Kab. Aceh Besar (Peta Pada ukuran A1) 2.1.3 Kondisi Kependudukan Jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2014 mencapai 391.116 jiwa yang terdiri dari penduduk diwilayah pedesaan lebih dominan dibanding penduduk diwilayah perkotaan. Jika dilihat dari jumlah penduduk di tingkat kecamatan, maka kecamatan yang paling banyak jumlah penduduknya adalah Kecamatan Darul Imarah yang berjumlah 54.500 jiwa dan kecamatan yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah Kecamatan Pulo Aceh yaitu sebanyak 4.572 jiwa. Jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut : II-13

Tabel 2.6 Jumlah Penduduk dan Proyeksi Penduduk 5 (lima) Tahun Kabupaten Aceh Besar Tahun 2014 Jumlah Penduduk (orang) Nama Kecamatan Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Total Tahun Tahun Tahun n n + 1 n + 5 n n + 1 n + 5 n n + 1 n + 5 Baitussalam 8.224 8.490 9.343 13.756 14.202 15.627 21.980 22.692 25.779 Blang Bintang - - - 10.734 11.083 12.199 10.734 11.083 12.594 Darul Imarah 42.067 43.430 47.790 12.433 12.836 14.124 54.500 56.266 63.920 Darul Kamal - - - 7.493 7.736 8.512 7.493 7.736 8.788 Darussalam 11.284 11.650 12.819 11.286 11.652 12.821 22.570 23.301 26.471 Indrapuri - - - 21.391 22.084 24.301 21.391 22.084 25.088 Ingin Jaya 10.101 10.428 11.475 19.295 19.920 21.920 29.396 30.348 34.477 Kota Jantho 4.361 4.502 4.954 5.408 5.583 6.144 9.769 10.086 11.458 Krueng Barona Jaya 13.484 13.921 15.318 2.275 2.349 2.584 15.759 16.270 18.483 Kuta Baro 1.527 1.576 1.735 23.114 23.863 26.258 24.641 25.439 28.900 Kuta Cot Glie - - - 13.365 13.798 15.183 13.365 13.798 15.675 Kuta Malaka - - - 6.311 6.515 7.170 6.311 6.515 7.402 Lembah Seulawah - - - 12.162 12.556 13.816 12.162 12.556 14.264 Leupung - - - 3.194 3.297 3.628 3.194 3.297 3.746 Lhoknga 1.167 1.205 1.326 14.705 15.181 16.705 15.872 15.872 16.386 Lhoong 655 676 744 9.099 9.395 10.341 10.128 10.457 11.883 Mesjid Raya 2.178 2.249 2.475 21.197 21.886 24.090 23.375 24.135 27.426 Montasik - - - 19.606 20.243 22.282 19.606 20.243 23.004 Peukan Bada 10.279 10.613 11.682 9.125 9.422 10.370 19.404 20.035 22.767 Seulimeum 3.003 3.101 3.413 20.703 21.376 23.528 23.706 24.476 27.814 Simpang Tiga - - - 6.128 6.327 6.964 6.128 6.327 7.190 Suka Makmur 624 644 709 14.433 14.902 16.403 15.057 15.546 17.666 Pulo Aceh - - - 4.575 4.724 5.199 4.575 4.724 5.368 Total 108.954 112.486 123.783 281.788 290.929 320.172 391.116 403.287 456.549 Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Aceh Besar, tahun 2014 Proyeksi penduduk untuk 5 (lima) tahun kedepan dengan pertumbuhan penduduk ratarata 3,25% pada tahun 2014 adalah 456.549 jiwa. Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk, jumlah penduduk lima tahun kedepan di Kecamatan Darul Imarah yaitu sebesar 59.684 jiwa. Proyeksi kepala keluarga di Kabupaten Aceh Besar untuk 5 (lima) tahun kedepan dapat dilihat pada Tabel 2.6. Pada tahun 2014 jumlah kepala keluarga adalah 109.296 KK, setelah diproyeksikan, pada tahun 2020 jumlah Kepala Keluarga diperkirakan menjadi 128.133 KK. II-14

Tabel 2.7 Jumlah dan Proyeksi Kepala Keluarga (KK) 5 (lima) Tahun Kabupaten Aceh Besar Tahun 2014 Jumlah Kepala Keluarga Nama Kecamatan Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Total Tahun Tahun Tahun n n + 1 n + 5 n n + 1 n + 5 n n + 1 n + 5 Baitussalam 4.479 4.624 5.253 2.393 2.471 2.807 6.872 7.095 8.060 Blang Bintang - - 2.909 3.004 3.413 2.909 3.004 3.413 Darul Imarah 12.787 13.201 14.997 3.292 3.399 3.861 16.079 16.600 18.858 Darul Kamal - - 2.091 2.159 2.452 2.091 2.159 2.452 Darussalam 3.072 3.172 3.603 3.057 3.156 3.585 6.129 6.328 7.188 Indrapuri - - 5.931 6.123 6.956 5.931 6.123 6.956 Ingin Jaya 2.566 2.649 3.010 5.128 5.294 6.014 7.694 7.943 9.024 Kota Jantho 1.106 1.142 1.297 1.482 1.530 1.738 2.588 2.672 3.035 Krueng Barona Jaya 3.667 3.786 4.301 608 628 713 4.275 4.414 5.014 Kuta Baro 379 391 445 6.312 6.517 7.403 6.691 6.908 7.847 Kuta Cot Glie - - 3.472 3.584 4.072 3.472 3.584 4.072 Kuta Malaka - - 1.671 1.725 1.960 1.671 1.725 1.960 Lembah Seulawah - - 3.301 3.408 3.872 3.301 3.408 3.872 Leupung - - 999 1.031 1.172 999 1.031 1.172 Lhoknga 348 359 408 4.352 4.352 4.493 4.700 4.852 5.512 Lhoong 309 319 363 2.763 2.853 3.242 3.072 3.172 3.604 Mesjid Raya 595 614 698 5.481 5.659 6.431 6.076 6.273 7.129 Montasik - - 5.259 5.430 6.170 5.259 5.430 6.170 Peukan Bada 2.881 2.975 3.380 2.700 2.788 3.168 5.581 5.762 6.548 Seulimeum 809 835 949 5.539 5.719 6.499 6.348 6.554 7.448 Simpang Tiga - - 1.848 1.908 2.168 1.848 1.908 2.168 Suka Makmur 159 164 187 4.012 4.142 4.707 4.171 4.307 4.894 Pulo Aceh - - 1.479 1.527 1.735 1.479 1.527 1.735 Total 33.157 34.232 38.890 76.079 78.406 88.631 109.236 112.778 128.133 Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Aceh Besar, tahun 2014 dan hasil analisis (2015) Gambaran perhitungan proyeksi kepadatan penduduk dan pertumbuhan penduduk dapat dilihat pada Tabel 2.8 berikut. II-15

Tabel 2.8 Proyeksi Kepadatan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk Selama 5 (lima) Tahun Kabupaten Aceh Besar Tahun 2014 Nama Kecamatan Sumber : Hasil Analisis (2015) Tingkat Pertumbuhan (%) Tahun 2014 Kepadatan Penduduk (orang/ha) Tahun n n + 1 n + 5 Baitussalam 3,24% 19 20 94 Blang Bintang 3,25% 17 18 84 Darul Imarah 3,25% 41 44 206 Darul Kamal 3,25% 26 27 129 Darussalam 3,25% 16 17 82 Indrapuri 3,25% 24 25 119 Ingin Jaya 3,25% 30 32 151 Kota Jantho 3,24% 4 4 21 Krueng Barona Jaya 3,25% 41 43 204 Kuta Baro 3,25% 24 26 123 Kuta Cot Glie 3,24% 45 48 224 Kuta Malaka 3,25% 19 21 97 Lembah Seulawah 3,24% 8 8 40 Leupung 3,26% 25 27 128 Lhoknga 3,25% 22 23 110 Lhoong 3,25% 19 21 97 Mesjid Raya 3,25% 19 21 98 Montasik 3,25% 44 46 219 Peukan Bada 3,25% 34 36 170 Seulimeum 3,24% 26 28 131 Simpang Tiga 3,24% 25 27 126 Suka Makmur 3,25% 27 28 134 Pulo Aceh 3,25% 28 30 141 Untuk jumlah Kepala Keluarga yang Miskin dapat dilihat di tabel 2.9 berikut. II-16

Tabel 2.9 Jumlah Keluarga Miskin Kabupaten Aceh Besar Tahun 2014 Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK) Baitussalam 455 Blang Bintang 821 Darul Imarah 3.745 Darul Kamal 1.092 Darussalam 2.087 Indrapuri 2.269 Ingin Jaya 3.075 Kota Jantho 1.542 Krueng Barona Jaya 1.099 Kuta Baro 1.979 Kuta Cot Glie 1.736 Kuta Malaka 812 Lembah Seulawah 1.811 Leupung 838 Lhoknga 1.546 Lhoong 1.087 Mesjid Raya 2.052 Montasik 1.029 Peukan Bada 745 Seulimeum 3.678 Simpang Tiga 973 Suka Makmur 2.052 Pulo Aceh 504 Total 37.027 2.1.4 Potensi Ekonomi Wilayah A. Struktur Perekonomian Kabupaten Struktur perekonomian menunjukkan susunan komposisi atau susunan sektor-sektor ekonomi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2014, selama periode 2010-2013 dapat dikatakan bahwa sepertiga dari PDRB Aceh Besar berasal dari kegiatan sektor primer, yakni sekitar 29,28 sampai dengan 30,62 persen. Sektor ini cenderung terus menurun dari tahun 2010 sebesar 30,62 persen hingga menjadi 29,28 persen pada tahun 2013. II-17

Sektor sekunder memanfaatkan hasil sumber daya alam untuk diolah lebih lanjut, yakni terdiri dari sektor industri pengolahan, konstruksi, dan energi berkisar antara 17,97 sampai dengan 19,20 persen.tahun 2010 mencapai 19,20 persen dan mengalami penurunan hingga mencapai 17,97 persen pada tahun 2013. Kegiatan sektor tersier memfasilitasi pergerakan sektor primer dan sektor sekunder. Selama periode 2010-2013 dapat dikatakan bahwa lebih separuh dari PDRB Aceh Besar berasal dari sektor tersier. Gejala peningkatan terlihat dari tahun ke tahun, pada tahun 2010 sektor tersier mencapai 50,18 persen hingga pada tahun 2013 mencapai lebih 52,75 persen. Dari gambar 2.1 terlihat bahwa selama tahun 2010-2013, kontribusi sektor primer dan skunder yang semakin menurun peran tehadap pembentukan PDRB Aceh Besar, dan diiringi meningkatnya kontribusi sektor tersier, hal ini jelas menggambarkan sedikit transformasi atau pergeseran struktur ekonomi. Tabel 2.10 Perkembangan PDRB Menurut Sektoral Kabupaten Aceh Besar Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan 28,32 27,87 27,39 27,21 2. Pertambangan dan Penggalian 2,29 2,24 2,15 2,08 3. Industri Pengolahan 2,82 2,84 2,85 2,83 4. Listrik dan Air Bersih 0,33 0,34 0,35 0,35 5. Kontruksi 16,05 15,60 15,36 14,79 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 19,39 20,59 21,52 22,10 7. Pengangkutan dan Komunikasi 12,62 12,54 12,52 13,24 8. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 4,03 3,97 3,89 3,92 9. Jasa-jasa 14,14 14,00 13,96 13,50 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100,0 100,0 100,0 100,0 Sumber : BPS, Tahun 2014 Gambar 2.3 Grafik PDRB Kab. Aceh Besar Menurut Sektor Tahun 2013 II-18

2.1.5 Pertumbuhan Ekonomi Data Badan Pusat Statistik Tahun 2014 menunjukkan pada Tahun 2010 perekonomian Aceh Besar pertumbuhannya mencapai 4,81 persen. Sektor Listrik, Gas & Air Bersih merupakan pertumbuhan terbesar di tahun 2010 yaitu sebesar 9,48 persen dan sektor perdagangan mencapai pertumbuhan sebesar 8,05 persen. Pertumbuhan ekonomi Aceh Besar pada tahun 2010 merupakan laju pertumbuhan tertinggi pada periode 2010-2013. Selanjutnya pada tahun 2011 dan 2012 perekonomian Aceh Besar sedikit melambat, dengan ekspansi sebesar 4,66 persen dan 4,61 persen hingga mencapai 4,44 persen pada tahun 2013. Pada tahun 2011, Sektor Perdagangan, hotel dan restoran mengalami pertumbuhan tertinggi hingga mencapai 8,53 persen dan sektor kontruksi sebesar 5,99 persen, serta sektor listrik, gas dan air mengalami pertumbuhan sedikit melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,22 persen. Tabel 2.11 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektoral Kabupaten Aceh Besar Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan 1,04 2,89 3,95 4,16 2. Pertambangan dan Penggalian 1,27 1,77 1,10 1,71 3. Industri Pengolahan 2,28 3,97 5,01 4,57 4. Listrik dan Air Bersih 9,48 4,22 5,41 5,22 5. Kontruksi 6,67 5,99 6,05 3,82 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8,05 8,53 6,99 6,93 7. Pengangkutan dan Komunikasi 3,68 2,79 3,57 4,96 8. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 6,61 3,70 4,13 5,24 9. Jasa-jasa 5,95 3,13 2,56 2,62 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 4,81 4,66 4,61 4,44 Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Besar secara keseluruhan dan secara tidak langsung dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi Propinsi Aceh. Keadaan perekonomian di Aceh menunjukkan terus terjadinya peningkatan selama empat tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi baik dengan migas maupun tanpa migas masih menunjukkan angka positif sejak tahun 2010-2013. Pada tahun 2013 PDRB ADHK dengan migas tumbuh sebesar 4,18 persen, agak melambat dari dua tahun sebelumnya yang secara berturut-turut tumbuh sebesar 4,84 persen dan 5,14 persen. Demikian juga dengan pertumbuhan ekonomi tanpa migas yang pada tahun 2013 melambat menjadi sebesar 5,36 persen, setelah pada tahun 2011 dan 2012 naik sebesar 5,69 persen dan 6,07 persen. Setelah selama dua tahun perekonomian tumbuh dengan cukup II-19

cepat, terjadi perlambatan pada tahun 2013 baik dengan maupun tanpa migas. Hal ini erat kaitannya dengan adanya kenaikan harga BBM pada Bulan Juni dan Tarif Dasar Listrik (Secara lebih rinci, pertumbuhan ekonomi tahun 2013 ini didorong oleh pertumbuhan yang cukup tinggi di sektor konstruksi, perdagangan, dan jasa-jasa yang tumbuh di atas 6 persen. Sebagai sektorsektor yang memiliki kontribusi lebih dari 10 persen, pertumbuhan di ketiga sektor ini mampu mendorong perekonomian tumbuh cukup baik. Gambar 2.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Besar Menurut Sektor Migas dan Non Migas Sektor lainnya yang tumbuh cukup tinggi adalah sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang tumbuh sebesar 6,78 persen. Sektor pertanian yang memiliki kontribusi terbesar hanya mampu tumbuh sebesar 3,26 persen, sedangkan sektor listrik dan sektor pengangkutan dan komunikasi masing-masing tumbuh sebesar 4,69 persen dan 4,68 persen. Sektor yang masih tumbuh negatif seperti tahun-tahun sebelumnya adalah sektor pertambangan dan penggalian yang turun sebesar 1,26 persen. Sekor industri pengolahan juga turun sebesar 3,52 persen, setelah 2 tahun sebelumnya tumbuh positif. Kedua sektor ini tumbuh negatif karena terkait dengan menurunnya produksi migas. II-20

2.1.6 Kebijakan RTRW 2013-2032 A. Struktur Ruang Didalam RTRW Nasional, Kabupaten Aceh Besar termasuk dalam Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Di Kabupaten Aceh Besar sendiri membagi sistem pusat kegiatan dalam beberapa kategori sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008, yaitu sebagai berikut : a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) ditetapkan di Kota Jantho, yang merupakan ibukota Kabupaten Aceh Besar sehingga diprediksi akan melayani keseluruhan pusat-pusat pelayanan lainnya di Kabupaten Aceh Besar khususnya untuk pelayanan pemerintahan. b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp), Kabupaten Aceh Besar menetapkan PKLp adalah Kecamatan Kuta Malaka dengan ibukota Kecamatan Samahani. c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), di wilayah Kabupaten Aceh Besar ditetapkan di : PPK Lhoknga di Kecamatan Lhoknga; PPK Lambaro Angan di Kecamatan Darussalam; PPK Lampuyang di Kecamatan Pulo Aceh; PPK Indrapuri di Kecamatan Indrapuri; PPK Seulimeum di Kecamatan Seulimeum; dan PPK Lambaro di Kecamatan Ingin Jaya. d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), ditetapkan di : PPL Lamtamot di Kecamatan Lembah Seulawah; PPL Krueng Raya di Kecamatan Mesjid Raya; PPL Blang Bintang di Kecamatan Blang Bintang; PPL Lampeuneurut di Kecamatan Darul Imarah; PPL Lhoong di Kecamatan Lhoong; PPL Peukan Bada di Kecamatan Peukan Bada; PPL Peukan Biluy di Kecamatan Darul Kamal; PPL Cot Iri di Kecamatan Krueng Barona Jaya; PPL Peukan Lam Ateuk di Kecamatan Kuta Baro; PPL Kajhu di Kecamatan Baitussalam; PPL Leupung di Kecamatan Leupung; PPL Lampakuk di Kecamatan Kuta Cot Glie; PPL Montasik di Kecamatan Montasik; II-21

PPL Sibreh di Kecamatan Sukamakmur; dan PPL Krung Mak di Kecamatan Simpang Tiga; Gambar 2.5 Peta Struktur Ruang Kabupaten Aceh Besar B. Kawasan Strategis Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang berada dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar meliputi : 1. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Bandar Aceh Darussalam. Cakupan KSN KAPET Bandar Aceh Darussalam yang berada di Kabupaten Aceh Besar meliputi seluruh kecamatan yang ada kecuali Kecamatan Pulo Aceh. Hal ini ditegaskan melalui Keputusan Gubernur Aceh No.139/297/2010 tentang Penyesuaian Wilayah Kerja Badan Pengelola Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Bandar Aceh Darussalam yaitu meliputi seluruh kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, dan Kota Banda Aceh. Pengembangan KSN KAPET Bandar Aceh Darussalam di Kabupaten Aceh II-22

Besar adalah diarahkan untuk pengembangan kawasan industri baru di Ladong (Kecamatan Mesjid Raya) dan infrastruktur penunjang di sekitarnya. Sedangkan kecamatan lainnya di Kabupaten Aceh Besar apabila memungkinkan dan sesuai dengan pola ruang yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Aceh Besar ini dapat pula dikembangkan menjadi wilayah yang menunjang kegiatan strategis nasional sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan untuk percepatan ekonomi regional di wilayah yang termasuk dalam KAPET Bandar Aceh Darussalam. 2. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang Kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas sabang sejatinya merupakan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada Pemerintah Kota Sabang. Namun kemudian juga mengikutkan salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh Besar yaitu Kecamatan Pulo Aceh. 3. Kawasan perbatasan negara. Kawasan strategis perbatasan negara antara lain termasuk pulau-pulau kecil terdepan yang merupakan perbatasan NKRI dengan negara India/Thailand/Semenanjung Malaysia. Kawasan ini termasuk kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan keamanan. Di wilayah Kabupaten Aceh Besar, yang menjadi bagian dari kawasan strategis ini adalah Pulau Rusa dan Pulau Benggala (menurut RTRWN). Pulau-pulau yang menjadi bagian KSN ini merupakan daerah tidak berpenghuni sehingga diarahkan untuk pengelolan pertahanan dan keamanan oleh pemerintah pusat guna menjaga kedua pulau tersebut sebagai bagian terluar wilayah kedaulatan NKRI. Kawasan Strategis Aceh di wilayah Kabupaten Aceh Besar, berdasarkan kelompok sudut kepentingan pengembangannya sebagai berikut ini: 1. Kawasan Strategi Aceh (KSA) dari sudut kepentingan Ekonomi. Kawasan Strategi Aceh (KSA) dari sudut kepentingan Ekonomi berupa Kawasan pusat perdagangan dan distribusi Aceh atau ATDC (Aceh Trade and Distribution Center) Zona Pusat (Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie dengan lokasi pusat agro industri di Kabupaten Aceh Besar). 2. Kawasan Strategi Aceh (KSA) dari sudut kepentingan Sosial Budaya. Kawasan Strategi Aceh (KSA) dari sudut kepentingan Sosial Budaya yang terdapat di Kabupaten Aceh Besar, meliputi : a. Kawasan Cagar Budaya Peninggalan Kesultanan Aceh di Banda Aceh dan Aceh Besar. II-23

b. Kawasan Makam Korban Tsunami, kawasan strategis Aceh ini terdapat di Kecamatan Lhoknga, dan Kecamatan Ingin Jaya. c. Kawasan Pusat Pendidikan dan Olahraga Terpadu, meliputi Kecamatan Baitussalam, Kecamatan Darussalam dan Kecamatan Mesjid Raya 3. Kawasan Strategi Aceh (KSA) dari sudut kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup, meliputi Kawasan Gunung Seulawah mencakup dari Gunung Seulawah hingga ke kaki gunungnya, yang terletak di Kecamatan Seulimeum, dan Kecamatan Lembah Seulawah. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Aceh Besar, dari sudut pertumbuhan ekonomi, meliputi : 1. KSK Kawasan Perkotaan Sekitar Kota Banda Aceh, terdiri atas Kecamatan Lhoknga, Kecamatan Peukan Bada, Kecamatan Darul Imarah, Kecamatan Darul Kamal, Kecamatan Ingin Jaya, Kecamatan Barona Jaya, Kecamatan Blang Bintang, Kecamatan Kuta Baro, Kecamatan Darussalam, Kecamatan Baitussalam dan Kecamatan Mesjid Raya. 2. KSK Koridor Perkotaan Lambaro Sibreh, merupakan kawasan yang saat ini sedang mengalami percepatan pertumbuhan yang berada di Kecamatan Ingin Jaya dan Kecamatan Sukamakmur. 3. KSK Agrowisata Saree, mencakup wilayah Kecamatan Lembah Seulawah dan sekitarnya yang ditetapkan pemanfaatan ruangnya untuk mendukung sektor pariwisata berbasis kegiatan pertanian, perkebunan, dan obyek wisata alam. 4. KSK Agropolitan Indrapuri, mencakup wilayah Kecamatan Indrapuri, Kecamatan Seulimeum, sebagai sentra kegiatan agribisnis, peternakan dan pertanian, Kecamatan Kuta Malaka, Kecamatan Kuta Cot Glie, Kecamatan Kota Jantho, Kecamatan Montasik, Kecamatan Lembah Seulawah. 5. KSK Minapolitan Perikanan Laut Baitussalam Mesjid Raya, meliputi Kecamatan Peukan Bada, Kecamatan Pulo, Kecamatan Leupung, Kecamatan Lhoknga. 6. KSK Minapolitan Perikanan Darat Kota Jantho. 7. KSK Pembangunan Kota Baru Pemerintahan meliputi Kecamatan Kuta Malaka 8. Kawasan Terminal Tipe B di Gampong Suka Mulia Kecamatan Lembah Seulawah. Kawasan Strategis ini menjadi kedepan menjadi pusat perdagangan dan pusat jasa di Kabupaten Aceh Besar. Sebaran Lokasi Kawasan Strategis dapat dilihat pada Gambar 2.5 II-24

Gambar 2.6 Peta Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Besar C. Rencana Pola Ruang Kabupaten Aceh Besar Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Aceh Besar dibagi menjadi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Penentuan kawasan lindung dan kawasan budidaya didasarkan padahasil analisis kesesuaian lahan dan kriteria yang disertakan dimasing-masing kawasan. II-25

Gambar 2.7 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Aceh Besar II-26

No Jenis Kawasan Sub Jenis Tabel 2.12 Luas Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya sesuai Rencana Pola Ruang Kabupaten Aceh Besar Luas (Ha) Prosentase Terhadap Luas Wilayah Kabupaten (%) Sebaran Lokasi I. Kawasan Lindung A Kawasan hutan lindung Hutan Lindung 69.624,17 24 Pulo Aceh, Lhoknga, Montasik, Peukan Bada,Darul Imarah, Darul Kamal, Simpang Tiga, Sukamakmur, Kuta Malaka, Indrapuri, Seulimuem, Kuta Cot Glie, Kota Jantho, Lhoong, Leupung B Kawasan perlindungan setempat Sub jumlah 69.624,17 24 Sempadan pantai 2.392,36 0,82 Sepanjang Pantai Kabupaten Aceh Besar (Pulo Aceh, Leupung, Mesjid Raya, Baitussalam, Lhoknga, Lhoong, Peukan Bada, Seulimeum) Sempadan sungai 4.768,00 1,64 DAS Kr. Aceh, Kr.Jreu, Kr.Tengku, Kr. Angan, Kr. Payo, Kr. Bihue, Kr. Kala, Kr. Leungah, Lampanah, dan seluruh mata air yang ada Sempadan Waduk 27,64 0,009 Kuta Cot Glie Keterangan Sesuai dengan hasil tim terpadu Kemenhut (Propinsi Aceh) Sesuai dengan hasil tim terpadu Kemenhut (Propinsi Aceh) Kawasan ini 35,37 % dari catchment area seluruh DAS yang ada yaitu seluas 3.178 ha

No Jenis Kawasan Sub Jenis C Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya Luas (Ha) Prosentase Terhadap Luas Wilayah Kabupaten (%) Sebaran Lokasi Ruang Terbuka Hijau 36,44 0,012 Tersebar di pusat-pusat kota dan pemukiman Sub jumlah 7.224,44 2,49 Cagar alam/taman Wisata Alam Suaka Satwa Jantho TWAPinus Aceh Marga Pinus 15.281,37 2.556,02 1.544,08 5,26 0,88 0,53 CA Hutan Pinus Jantho di Kota Jantho dan Lembah Seulawah TWA Pinus Jantho Kuta Malaka di Kec. Kuta Malaka Keterangan Sesuai dengan hasil tim terpadu Kemenhut (Propinsi Aceh) D Kawasan rawan bencana TWA Kuta Malaka Taman hutan rakyat 6.122,85 2,11 Tahura Pocut Meurah Intan di Lembah Seulawah Cagar budaya 3,09 0,001 Peninggalan kesultanan Aceh di Masjid Raya Sub jumlah 25.507,41 8,79 Kawasan rawan 27.109,80 Kec. Seulimeum, Masjid erosi Raya, Puncak lereng G. Seulawah dan wilayah dengan kelerengan> 40% Sesuai dengan hasil tim terpadu Kemenhut (Propinsi Aceh) Sesuai dengan hasil tim terpadu Kemenhut (Propinsi Aceh)

No Jenis Kawasan Sub Jenis E Kawasan lindung lainnya Kawasan banjir rawan Kawasan rawan tanah longsor Kawasan rawan gunung berapi Kawasan tsunami bahaya Luas (Ha) Prosentase Terhadap Luas Wilayah Kabupaten (%) Sebaran Lokasi 11.435,00 Kec. Ingin Jaya, Montasik, Darul Imarah, dan Kuta Malaka 16.509,00 Kec.Kuta Cot Glie, Kota Jantho, dan Kuta malaka 65.044,00 Kec. Seulimeum, Masjid Raya, dan Lembah Seulawah 16.422,00 Kec. Peukan Bada, Baitusslam, masjid Raya, Lhoknga, Pulo Aceh, Lhoong, dan Leupung Keterangan Sub jumlah 136.519,80 47,02 Kebun plasma 694,54 KPN Leupung Berada dalam nutfah (KPN) kawasan hutan produksi Kawasan 2,00 Pusat Latihan Gajah (PLG) Berada dalam pengungsian di Lembah Seulawah Taman Hutan satwa Rakyat Pocut Meurah Intan Hutan dengan 183,28 Kawasan hutan pendidikan Berada dalam tujuan khusus STIK kawasan hutan produksi Sub jumlah 1.866,95 0,64 LUAS KAWASAN LINDUNG 103.822,02 35,76

No Jenis Kawasan Sub Jenis II. KAWASAN BUDIDAYA Kawasan hutan Hutan produksi terbatas Hutan Produksi Tetap Hutan Produksi Konversi Luas (Ha) Prosentase Terhadap Luas Wilayah Kabupaten (%) 40,02 Kec. Lhoong Sebaran Lokasi 67.998,71 Mesjid Raya, Darussalam, Kuta Baro, Blang Bintang, Montasik, Indrapuri, Kuta Cotglie, Seulimeum, Lembah Seulawah, Kota Jantho 4.368,52 Seulimeum, Montasik, Lembah Seulawah, Kuta Baro, Kota Jantho, Indrapuri, Blang Bintang Hutan Rakyat 1.128,70 Pulo Aceh, Peukan Bada, Lhoknga, Leupung, Lhoong, Mesjid Raya, Seulimeum, Lembah Seulawah Keterangan Berada dalam kawasan hutan produksi tetap

No Jenis Kawasan Sub Jenis Kawasan Peruntukan Pertanian Pertanian Basah Lahan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Pertanian Kering Lahan Luas (Ha) Prosentase Terhadap Luas Wilayah Kabupaten (%) Sebaran Lokasi 23.054,48 Pulo Aceh, Peukan Bada, Lhoknga, Leupung, Lhoong, Darul Imarah, Darul Kamal, Simpang Tiga, Mesjid Raya, Baitussalam, Darussalam, Kuta Baro, Kr.Br.Jaya, Ingin Jaya, Blang Bintang, Sukamakmur, Montasik, Kuta Malaka, Indrapuri, Kuta Cotglie, Seulimeum, Lembah Seulawah, Kota Jantho 14.202,55 Kota Jantho, Lembah Seulawah, Seulimeum, Kuta Cotglie, Indrapuri, Montasik, Kuta Malaka, Sukamakmur, Blang Bintang, Leupung, Lhoknga, Peukan Bada, Simpang Tiga, Darul Kamal, Darul Imarah, Ingin Jaya, Kuta Baro, Darussalam, Kr.Br.Jaya, Lhoong, Mesjid Raya, Baitussalam, Pulo Aceh 13.024,39 Pulo Aceh, Peukan Bada, Lhoknga, Darul Imarah, Leupung, Mesjid Raya, Darussalam, Darul Kamal, Keterangan Berada di dalam lahan basah

No Jenis Kawasan Sub Jenis Kawasan Peruntukan Perikanan Kawasan Peruntukan Pertambangan Kawasan Peruntukan Industri Luas (Ha) Prosentase Terhadap Luas Wilayah Kabupaten (%) Sebaran Lokasi Simpang Tiga, Kuta Baro, Blang Bintang, Ingin Jaya, Sukamakmur, Montasik, Kuta Malaka, Kuta Cotglie, Indrapuri, Seulimeum, Lembah Seulawah, Kota Jantho Hortikultura 2.050,48 Tersebar di semua kecamatan Perkebunan 53.849,75 Tersebar disemua kecamatan Peternakan 409,27 Tersebar disemua kecamatan Budidaya Air Tawar Budidaya Tambak Air Payau Kawasan Peruntukan Pertambangan Seulimeum, Kuta Cotglie, Lembah Seulawah, Pulo Aceh, Montasik, Kota Jantho, Baitussalam, Leupung, Lhoong, Indrapuri 1.146,09 Peukan Bada, Seulimeum, Baitussalam, Mesjid Raya, Leupung, Lhoong 1.624,56 Tersebar di semua kecamatan 109,62 Tersebar di semua kecamatan Keterangan Terintegrasi dengan kawasan pemukiman perdesaan

No Jenis Kawasan Sub Jenis Kawasan Peruntukan Pariwisata Kawasan Permukiman Kawasan Peruntukan Lainnya Permukiman Perkotaan Permukiman Perdesaan Kawasan Pertahanan dan Keamanan Luas (Ha) Prosentase Terhadap Luas Wilayah Kabupaten (%) Sebaran Lokasi Tersebar di semua kecamatan 7.378,14 Peukan Bada, Darul Imarah, Darul Kamal, Ingin Jaya, Kr.Br.Jaya, Baitussalam, Darussalam, Kuta Baro, Blang Bintang, Sukamakmur, Indrapuri, Kota Jantho, Montasik, Kuta Malaka, Lhoknga, Seulimeum 4.987,44 Tersebar di seluruh kecamatan 291,51 Tersebar diseluruh kecamatan Kawasan Transmigrasi 2.978,35 Kota Jantho, Seulimeum, Kuta Cotglie, LUAS KAWASAN BUDIDAYA 186.528,71 64,24 Keterangan Terletak di lokasi pariwisata Lokasi Polsek, Koramil, Polres, Airud, TNI AD, TNI AU, TNI AL

2.2 Kemajuan pelaksanaan SSK 2.2.1 Air limbah domestik Hingga saat ini Kabupaten Aceh Besar belum memiliki sistem pengelolaan air limbah secara off-site. Sebagian besar masyarakat membuang limbah kakus (black water) ke dalam septic tank yang tidak dirancang dan dibangun dengan baik sehingga tidak memberikan pengolahan optimal terhadap limbah tersebut. Buangan dari septic tank ini sebagian besar dialirkan ke saluran sehingga sangat berpotensi terjadinya pencemaran air. Dalam beberapa kasus ada juga rumah tangga yang membuang secara langsung limbah kakus mereka ke saluran air terbuka. Berdasarkan kenyataan ini, maka dapat diasumsikan bahwa septic tank ini merupakan ancaman bagi kualitas air sumur dangkal yang saat ini banyak digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air bersih disamping air bersih dari PDAM. Hampir semua air limbah mandi, cuci dan masak (grey water) dibuang langsung ke saluran/drainase mikro maupun ke saluran terbuka lainnya. Berdasarkan hasil studi EHRA yang pernah dilakukan pada tahun 2011 diperoleh bahwa sekitar 46,5% yang melaporkan menggunakan jamban ke tangki septic, sementara hanya sekitar 1,1% melaporkan tangki septiknya dibangun antara 5-10 tahun lalu. Dari sejumlah itu, mayoritas atau sekitar 42,0% melaporkan bahwa tangki septiknya belum pernah dikosongkan sama sekali sehingga mengidentifikasikan bahwa yang digunakan mereka bukan tangki septic melainkan cubluk atau tangki yang tidak kedap udara alias merembes ke luar tangki. Pada tahun 2015, hasil studi EHRA memperlihatkan bahwa masyarakat yang sudah memiliki jamban ke septic tank sebesar 69,22% dan tangki septic tank dengan suspek aman sebesar 67,09%. Dapat dilihat perbandingan bahwa terjadi peningkatan penggunaan jamban dengan suspek aman di Kabupaten Aceh Besar. Dalam ketersediaan sarana dan prasarana, pada tahun 2011 Kabupaten Aceh Besar belum memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). IPLT di Kabupaten Aceh Besar baru dibangun pada tahun 2014 dan juga tersedia 2 (dua) truk penyedot tinja yang selama beroperasional dalam melayani masyarakat. IPLT yang tersedia saat ini terletak di Kecamatan Kota Jantho dan masih berfungsi secara optimal. Dari sisi penyediaan MCK++ dikabupaten Aceh Besar telah tersedia sebanyak 35 Unit dengan melayani 746 KK, sedangkan IPAL belum ada. Selama ini pengelolaan IPLT dikelola oleh Badan Lingkungan Hidup, Pertamanan dan Kebersihan. Sedangkan untuk pembangunan MCK++ ditangani oleh Dinas Bina Marga dan Cipta Karya. Berikut tabel dan gambaran sanitasi subsektor air limbah di Kabupaten Aceh Besar : II-34

Tabel 2.13 Kemajuan Pelaksanaan SSK Sub Sektor Air Limbah Domestik SSK (periode sebelumnya) SSK (saat ini) Tujuan Sasaran Data dasar* Status saat ini Menghilangkan praktek BABS Tahun 2014 Tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah tangga skala per Kabupaten pada akhir tahun 2014 Meningkatnya cakupan kepemilikan jamban keluarga dengan penggunaan tangki septik untuk rumah tangga miskin pada akhir tahun 2014. Meningkatnya jumlah dan cakupan layanan pengelolaan air limbah secara komunal di wilayah padat kumuh miskin perkabupaten di akhir tahun 2014 Tersedianya dan berfungsi nya IPAL Komunal untuk industri rumah tangga pada akhir tahun 2014 Meningkatnya efektivitas layanan pengelolaan Air Limbah Domestik skala Kabupaten Prosentase tangki septic dengan suspek aman: 47,4% 46,5% menggunakan jamban ke tangki septic, 1,1% tangki septiknya dibangun antara 5-10 tahun lalu. 42,0% melaporkan bahwa tangki septiknya belum pernah dikosongkan sama sekali Belum tersedia IPLT Pengurasan tinja dengan tukang 3,6% Membuangnya ke sungai/selokan/parit dan sekitar 9,0% menguburnya dipekarangan/lahan rumah. Belum terdapatnya data akurat tentang truck penyedot tinja Belum terdapatnya sarana pengolahan air limbah skala kota Belum efektifnya penyelenggaraan pengembangan system yang berbasis masyarakat Tangki septik bersuspek aman 67.09% dan sebesar 32,91% yang tidak aman rumah tangga yang memiliki jamban dan dilengkapi dengan tangki septik terdapat 69.52% dan 0.91% rumah tangga membuang ke sungai air tinjanya 2.32% rumah tangga ke cubluk/plengseng an yang langsung dihasil akhirnya ke struktur tanah Terdapat 1 unit IPLT di Kota Jantho Terdapatnya MCK++ 35 Unit dengan melayani 746 KK Tersedianya 2 unit truk penyedot tinja Sudah adanya Program Sanimas (Sanitasi Berbasis Masyarakat) dengan lokasi di Peran Masyarakat Kultur budaya dan kebiasaan masyarakat yang belum mendukung PHBS Masih kurangnya penyuluhani Kec. Kr.Br. Jaya Minimnya respon masyarakat maupun swasta terhadap penyuluhanpenyuluhan dalam II-35

SSK (periode sebelumnya) SSK (saat ini) Tujuan Sasaran Data dasar* Status saat ini mengenai pentingnya pengelolaan pengelolaan air limbah. Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai dampak negatif dari limbah cair yang dibuang tanpa melalui proses pengolahan Sumber Data: SSK 2011-2014 dan Hasil Analisis (2015) 2.2.2. Persampahan Secara umum pelayanan sampah belum terlayani dengan maksimal, hanya penanganan sampah pasar kecamatan saja yang sudah dapat terlayani dan tidak semua dari 23 kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Besar yang dapat terlayani. Hal ini dikarenakan wilayah kerja yang sangat luas juga karena keterbatasan alat dan keterbatasan jumlah personil yang khusus mengelola sampah dan juga belum didukung oleh tingkat kesadaran masyarakat yang kurang baik dalam pengelolaan sampah. Mengenai kelakuan masyarakat terhadap pola hidup sehat di sektor persampahan, berdasarkan data yang tertuang dalam Buku Putih Sanitasi tahun 2011 bahwa rumah tangga yang membuang sampahnya dengan cara dibakar, yakni sebesar 88,78%. Sedangkan mereka yang membuang ke lahan kosong sebesar 4,26%, sampah yang dibuang ke sungai/kali/laut/danau, yakni 2,32%. Sementara pengelolaan sampah rumah tangga yang diangkut tukang sampah, dibuang ke TPS sebanyak 2,19%. Pengelolaan sampah yang dibuang dan dikubur sekitar 1,50%, dan sampah yang dibiarkan saja mencakup 0,63%. Hasil Studi EHRA yang dilakukan pada tahun 2015 di sub sektor persampahan diperoleh bahwa rumah tangga adalah dengan cara di bakar sebanyak 87,32 %, di buang ke lahan kosong/kebun/hutan dan di biarkan membusuk sebanyak 4.87%, di kumpulkan dan di buang ke TPS sebanyak 2.00%, di buang ke sungai/kali/laut/danau sebanyak 0.91%, di biarkan saja sampai membusuk sebanyak 0.73%, di buang ke dalam lubang dan di tutup dengan tanah sebanyak 0.41%, sedangkan yang paling sedikit dilakukan oleh responden adalah dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang sebanyak 0.36%. untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel dan diagram sistem sanitasi berikut ini : II-36

Tabel 2.14 Kemajuan pelaksanaan SSK untuk persampahan SSK Periode Sebelumnya SSK saat ini Tujuan Sasaran Data Dasar Status saat ini efektifitas layanan pengelolaan persampahan pada akhir tahun 2014 Pengurangan Timbulan Sampah sebesar 25 % Tingkat Pelayanan Persampahan Kabupaten Aceh Besar mencapai 85 % rumah tangga yang membuang sampahnya dengan cara dibakar, yakni sebesar 88,78%. Sedangkan mereka yang membuang ke lahan kosong sebesar 4,26% Berikutnya sampah yang dibuang ke sungai/kali/laut/da nau, yakni 2,32%. Sementara pengelolaan sampah rumah tangga yang diangkut tukang sampah, dibuang ke TPS sebanyak 2,19%. Pengelolaan sampah yang dibuang dan dikubur sekitar 1,50%, dan sampah yang dibiarkan saja mencakup 0,63 Masih diperlukan beberapa unit mobil pengangkut sampah, truck amroll serta container sampah untuk melayani daya tamping sampah terhadap wilayah Kabupaten Aceh Besar yang luas Baru ada 20 unit TPS namun masih belum memadai untuk mencukupi daya tampung sampah rumah tangga adalah dengan cara di bakar sebanyak 87,32 %, di buang ke lahan kosong/kebun/huta n dan di biarkan membusuk sebanyak 4.87%, di kumpulkan dan di buang ke TPS sebanyak 2.00%, di buang ke sungai/kali/laut/da nau sebanyak 0.91%, di biarkan saja sampai membusuk sebanyak 0.73%, di buang ke dalam lubang dan di tutup dengan tanah sebanyak 0.41%, sedangkan yang paling sedikit dilakukan oleh responden adalah dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang sebanyak 0.36%. TPSA sebanyak 1 unit dengan klasifikasi control land fill 22 (dua puluh dua) unit TPS. Jumlah armada utama angkut sampah sampai saat ini adalah sebanyak 21 (dua puluh satu) unit Armada antara II-37

SSK Periode Sebelumnya SSK saat ini Tujuan Sasaran Data Dasar Status saat ini yang berupa gerobak atau kendaraan penghantar sampai ke TPS sebanyak 18 (Delapan belas) unit. 120 (Seratus Dua Puluh) orang tenaga yang dipekerjakan sebagai tenaga kontrak daerah. TPA Regional sudah ada tetapi belum berfungsi Masih memakai TPA Gampong Jawa di Kota Banda Aceh partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan sistem 3R skala rumah tangga pada tahun 2014 Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan sistem 3R skala rumah tangga Sumber Data: SSK 2011-2014 dan Hasil Analisis (2015) 2.2.3. Drainase Potensi masyarakat belum dikembangkan secara sistematis Bantuan yang diberikan pihak swasta masih sebatas bak sampah dan umumnya hanya terdapat di kecamatan berkembang Masih sangat kurang pastisipasi masyarakat dan lembaga swasta dalam pengelolaan sampah Masyarakat masih minim dalam pengetahuan pengelolaan sampah sehingga masih banyak praktek pembakaran sampah Program drainase dimaksudkan untuk mencapai masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari genangan (RPIJM 2009-2013). Sampai saat ini Kabupaten Aceh Besar belum memiliki data yang pasti mengenai aset itu jumlah keseluruhan saluran drainase lingkungan yang pasti untuk dijadikan acuan dalam pengembangan program dan oleh karenanya inventarisasi seluruh aset drainase akan menjadi bagian utama untuk diangkat sebagai program yang akan ditindak lanjuti dalam periode renstra ini. Berdasarkan kondisi fisik saluran drainase yang ada di Kabupaten Aceh Besar dirasakan belum optimal disebabkan oleh II-38

beberapa faktor antara lain: endapan sampah pada saluran, saluran rusak, gorong-gorong tersumbat, dimensi saluran tidak sesuai kebutuhan, elevasi saluran tidak baik, saluran irigasi sekaligus sebagai drainase, dan kurangnya pemeliharaan. Kondisi eksisting sektor drainase di Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut ini: Berkurangnya luas genangan di Kabupaten Aceh Besar Tabel 2.15 Pelaksanaan Kemajuan SSK Sub Sektor Drainase SSK Periode Sebelumnya SSK saat ini Tujuan Sasaran Data dasar Status saat ini dokumen perencanaan sistem drainase Kabupaten yang terintegrasi di akhir tahun 2011 luas genangan di Kabupaten Aceh Besar dengan memprioritaskan penanganan di wilayah permukiman di akhir Tahun 2014 Sumber Data: SSK 2011-2014 dan Hasil Analisis (2015) Kejadian banjir yang terjadi sekali dalam setahun 10,4%, beberapa kali dalam setahun 1,6%. Sedangkan yang mengalami banjir sekali atau beberapa kali dalam sebulan sebesar 3,0 rumah tangga yang pernah mengalami kebanjiran sekitar 44,4% mengalaminya secara rutin dalam kurun waktu tertentu. Sementara, 54,7% rumah tangga melaporkan kejadian banjir tidak berlangsung rutin Rumah yang mempunyai drainase lingkungan/seloka n di sekitar rumah 67,43%, sedangkan yang tidak ada drainase sebesar 32,57%. 79% tidak pernah mengalami banjir, 10% mengalami banjir sekali dalam setahun Belum adanya master plan drainase Pengerjaan drainase masih parsial 2.3. Profil Sanitasi Saat Ini Sistem sanitasi yang ada saat ini untuk subsektor air limbah adalah sistem on-site dan sistem komunal yang berskala kawasan. Untuk sektor sub bidang persampahan, sampah diangkut dengan sistem yang belum melayani sampai kerumah tangga. Selama ini pengangkutan sampah masih hanya dilakukan pada jalan-jalan utama yang bisa dilalui oleh kendaraan truk pengangkut sampah. Sedangkan sistem di subsektor drainase, selama ini masih berdasarkan kebutuhan masyarakat untuk drainase lingkungan. Sedangkan sistem drainase yang memakai saluran induk, kolam retensi dan sejenisnya belum ada di Kabupaten Aceh Besar. Berdasarkan data hasil studi EHRA, pada aspek pengelolaan sampah rumah tangga ditemukan praktek pengelolaan sampah terbesar adalah dibakar dengan total 87.32% II-39

responden,dibuang ke TPS yang dilakukan oleh responden sendiri total 2.00% dan dibuang ke sungai total 1.02% responden yang melakukan. total responden dengan praktik pemilihan sampahnya tidak memadai sebesar 97.63% dan hanya 2.37% yang memadai. Pada aspek air limbah domestik ditemukan tempat buang air besar yang paling dominan yaitu kloset jongkok leher angsa sebesar 70,16%, kloset duduk leher angsa ada 3.57%. Sedangkan buang air besar dengan cara cemplung sebesar 1.02% dan plengsengan sebanyak 0.20 %. Masih banyak responden yang tidak mempunyai jamban pribadi yaitu sebesar 25.05% sehingga mereka memilih untuk buang air besar kekebun/pekarangan/jalan, kesungai/selokan/got bahkan masih ada yang menggunakan wc helikopter. Kondisi tangki septik yang dilakukan pengurasan dalam waktu terakhir bahwa total 21.63% responden melakukan pengurasan tangki septik 1-5 tahun yang lalu. Jumlah responden yang sama sekali tidak pernah melakukan pengurasan tangki septik sebanyak 55.26%, yang berarti dari seluruh strata tidak pernah melakukan pengurasan tangki septik yang menyebabkan terjadinya kebocoran sehingga limbah langsung terserap ke tanahsehingga dapat disimpulkan terjadi Buang Air Besar sembarangan (BABS). Hal ini juga disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat akan resiko sanitasi buruk dan juga kurangnya layanan penyedot tinja di desa-desa dan biaya penyedotan yang relatif mahal. Ditinjau dari aspek komunikasi dan informasi public ditemukan hampir seluruh strata desa tidak tahu siapa penyedia layanan pengurasan tanki septik.untuk tangki septik yang ada dilakukan pengurasan, lama waktu pernah melakukan pengurasan lebih dari 10 tahun sebanyak 1.74%. Adapun rumah tangga yang memiliki jamban dan dilengkapi dengan tangki septik terdapat 69.52%, 0.91% rumah tangga membuang ke sungai air tinjanya dan 2.32% rumah tangga ke cubluk/plengsengan yang langsung dihasil akhirnya ke struktur tanah. Tanki septik suspek aman dan tidak aman terdapat sebesar 67.09% bersuspek aman, dan sebesar 32,91% yang tidak aman. Untuk lokasi genangan di sekitar rumah sebesar 39% terjadinya genangan berada di halaman rumah, genangan didekat dapur sebesar 14%, genangan didaerah lainnya sebesar 11%,dan genangan didekat kamar mandi ada 21%. Sedangkan genangan didekat bak penampungan air sebesar 5%. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan banyaknya terjadi genangan di dekat kamar mandi yang berarti bahwa masyarakat belum membuang air limbah (grey water) ke saluran/drainase. Pada aspek genangan banjir didapat 69% rumah tangga yang tidak penah mengalami banjir. Hal ini disebabkan kondisi Kabupaten Aceh Besar yang merupakan daerah pertanian. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) di Kabupaten Aceh Besar berdasarkan hasil jawaban dari responden secara keseluruhan menjawab tidak II-40

mempunyai SPAL sebesar 67%, sedangkan yang mempunyai SPAL hanya sebesar 33%. Pencemaran yang disebabkan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) di Kabupaten Aceh Besar berdasarkan pengamatan disaat survey EHRA, secara keseluruhan drainase yang aman dari pencemaran yang dikarenakan SPAL sebesar 64.93% sedangkan selebihnya dinyatakan tidak aman, sehingga air limbah rumah tangga masuk ke saluran drainase lingkungan. Pada aspek Perilaku Hidup Bersih Sehat ditemukan secara keseluruhan hampir semua responden tidak melakukan CTPS di lima waktu penting yaitu sebesar 87%. Hal ini menunjukkan masih pentingnya penyuluhan perilaku higiene dan sanitasi untuk masyarakat. Waktu-waktu responden melakukan CTPS adalah sebelum makan yaitu 58,41%, setelah dari buang air besar 59,23% dan setelah makan 47,0%. Sedangkan waktu lainnya jumlah responden yang melakukan CTPS pada waktu lainnya dibawah 40%. Kebiasaan Buang Air Besar Sembarangan (BABs) di Kabupaten Aceh Besar terdapat 58,57% yang masih melakukan praktek BABs dan 41,43% yang sudah terbebas dari BABS. Secara strata dapat dilihat bahwa Strata 4 merupakan jumlah responden yang paling tinggi yang masih melakukan BABS yaitu sebesar 75,83%. Yang paling rendah BABS ada di strata 1 yaitu 3.6. total angka sebesar 73.41% tidah pernah mengalami kejadian penyakit diare jika diliat dari keempat strata. Pada Strata 0 paling tinggi angka tidak pernah mengalami kejadian diare yaitu sebesar 86.05% dan dan paling rendah strata 2 yaitu sebesar 5.56%. Kejadian diare paling tinggi terjadi pada anak-anak balita dengan waktu terjadi pada 6 bulan yang lalu. Berdasarkan hasil tersebut diperoleh gambaran bahwa Indeks Risiko Sanitasi (IRS) yang menjadi permasalahan terbesar pada strata 0 yaitu masalah persampahan (47,4%) dan kemudian diikuti dengan permasalahan PHBS sebanyak (46.5%). Pada strata 1 yaitu masalah persampahan sebanyak (85,6%) dan permasalahan PHBS sebanyak (47,7%). Selanjutnya pada strata 3 yang menjadi indeks risiko sanitasi yaitu permasalahan persampahan (80,5%), dan PHBS (54,2%). Pada strata 3 yang menjadi indeks risiko sanitasi yaitu genangan air (52,5%) dan persampahan (46,9%). Strata 4 yang menjadi permasalahan adalah PHBS (58,4%) dan Persampahan (41,5%). A. Air Limbah Domestik (1) Sistem dan Infrastruktur Infrastruktur yang sudah tersedia untuk pengolahan air limbah di Kabupaten Aceh Besar adalah IPLT dibangun pada tahun 2014 dan juga tersedia 2 (dua) truk penyedot tinja yang selama beroperasional dalam melayani masyarakat. IPLT yang tersedia saat ini terletak di II-41

Kecamatan Kota Jantho dan masih belum berfungsi secara optimal. Dari sisi penyediaan MCK++ dikabupaten Aceh Besar telah tersedia sebanyak 35 Unit dengan melayani 746 KK, sedangkan IPAL belum ada. Produk Input Gambar 2.8 Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah Kabupaten Aceh Besar (A) (B) (C) (D) (E) Pengumpulan & Pengangkutan / (semi) Pengolahan Daur Ulang dan/atau User Interface Penampungan/Pengolahan Pengaliran Akhir Terpusat Pembuangan Akhir Awal Langsung dibadan Air Black Water Tinja WC Tangki Septik Cubluk/plengsengan Urine Air Pembersih Air Pengelontor Tangki Septik Truk Sedot Tinja Sedot IPLT Pembuangan ke Badan Air MCK Pengolahan sudah dapat dibuang ke badan air Buang ke IPLT Sumber Data: Hasil Analisis (2015) Sistem air limbah black water yang dihasilkan rumah tangga dengan user interface dari WC baik WC jongkok dan WC duduk masuk ke tangki septik dan cubluk/plengsengan. Dikarenakan belum ada pengolahan maka daur ulang pembuangan akhir langsung ke badan air. Sedangkan tangki septik yang aman disedot dengan menggunakan truk tinja yang dibuang ke IPLT dan diolah kemudian air olahan air limbah tersebut dibuang ke badan air. Diagram sistem sanitasi dapat dilihat di Gambar 2.7. Tabel berikut juga menggambarkan kondisi dan ketersediaan infrastruktur terkait air limbah : II-42

No. Tabel 2.16 Cakupan layanan air limbah domestik saat ini di Kabupaten Aceh Besar Nama Kecamatan Sumber data : Hasil Analisis (2015) Sanitasi tidak layak BABS Cubluk Jamban tidak aman (KK) Sistem Onsite Cubluk aman/jamban Keluarga dengan tangki septik aman (KK) MCK/Jamban Bersama (KK) Sanitasi Layak Sistem Berbasis Komunal MCK Komunal (KK) Tangki Septik Komunal >10 KK (KK) IPAL Komunal (KK) Skala Kawasan/Terpusat Sambungan Rumah yang berfungsi (KK) 1. Wilayah Perkotaan 7.652 6.838 18.569-118 - - - Kecamatan Baitussalam 578 336 3.565 - - - - - Kecamatan Blang Bintang - - - - - - - - Kecamatan Darul Imarah 2.850 3.221 6.686-30 - - - Kecamatan Darul Kamal - - - - - - - - Kecamatan Darussalam 586 820 1.643-23 - - - Kecamatan Indrapuri - - - - - - - - Kecamatan Ingin Jaya 772 466 1.328 - - - - - Kecamatan Kota Jantho 401 492 213 - - - - - Kecamatan Krueng Barona Jaya 730 589 2.328-20 - - - Kecamatan Kuta Baro 34 174 146-25 - - - Kecamatan Kuta Cot Glie - - - - - - - - Kecamatan Kuta Malaka - - - - - - - - Kecamatan Lembah Seulawah - - - - - - - - Kecamatan Leupung - - - - 20 - - - Kecamatan Lhoknga 55 9 284 - - - - - Kecamatan Lhoong 97 21 191 - - - - - Kecamatan Mesjid Raya 395 13 187 - - - - - Kecamatan Montasik - - - - - - - - Kecamatan Peukan Bada 885 309 1.687 - - - - - Kecamatan Seulimeum 249 355 205 - - - - - Kecamatan Simpang Tiga - - - - - - - - Kecamatan Suka Makmur 20 33 106 - - - - - Kecamatan Pulo Aceh - - - - - - - - 2. Wilayah Pedesaan 24.216 16.292 34.923-648 - - - Kecamatan Baitussalam 307 181 1.905 - - - - - Kecamatan Blang Bintang 803 229 1.825-52 - - - Kecamatan Darul Imarah 734 828 1.675-55 - - - Kecamatan Darul Kamal 909 361 821 - - - - - Kecamatan Darussalam 582 818 1.657 - - - - - Kecamatan Indrapuri 2.685 1.538 1.663-45 - - - Kecamatan Ingin Jaya 1.541 930 2.592-65 - - - Kecamatan Kota Jantho 538 659 285 - - - - Kecamatan Krueng Barona Jaya 121 97 390 - - - - Kecamatan Kuta Baro 563 2.894 2.831-24 - - - Kecamatan Kuta Cot Glie 2.844 364 219-45 - - - Kecamatan Kuta Malaka 1.071 115 465-20 - - - Kecamatan Lembah Seulawah 1.333 285 1.663-20 - - - Kecamatan Leupung 31 192 776 - - - - Kecamatan Lhoknga 519 275 3.538-20 - - - Kecamatan Lhoong 866 194 1.683-20 - - - Kecamatan Mesjid Raya 3.634 130 1.677-40 - - - Kecamatan Montasik 1.012 2.120 2.067-60 - - - Kecamatan Peukan Bada 828 292 1.560-20 - - - Kecamatan Seulimeum 1.701 2.435 1.301-102 - - - Kecamatan Simpang Tiga 828 256 744-20 - - - Kecamatan Suka Makmur 502 841 2.629-40 - - - Kecamatan Pulo Aceh 264 258 957 - - - - - II-43

Tabel 2.17 Tabel Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik Kondisi Jumlah/ No Jenis Satuan Tdk Ket. Kapasitas Berfungsi berfungsi (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) SPAL Setempat (Sistem Onsite) 1 Berbasis komunal - MCK Komunal Unit 35 V 2. Truk Tinja Unit 2 V 3 IPLT : kapasitas M3/hari V SPAL Terpusat (Sistem Offsite) 1 Berbasis komunal - Tangki septik komunal >10KK Unit - - - - - IPAL Komunal Unit - - - - 2 IPAL Kawasan/Terpus at - kapasitas M3/hari - - - - - sistem - - - - Sumber Data: BLHPK Aceh Besar dan Hasil Analisis (2015) Gambar 2.9 PETA cakupan akses dan sistem layanan air limbah domestik di Kabupaten Aceh Besar II-44

(2) Kelembagaan dan Peraturan Secara kelembagaan, air limbah ditangai oleh 2 (dua) instansi yang terkait, yaitu Dinas Bina Marga dan Cipta Karya, Badan Lingkungan Hidup, Pertamanan dan Kebersihan (BLHPK) dan Dinas Kesehatan. Dinas Bina Marga dan Cipta Karya melakukan kegiatan-kegiatan prasarana yang langsung berkaitan dengan kebutuhan penanganan air limbah yang ada di masyarakat seperti pembangunan MCK++ dan IPAL yang berskala kawasan serta pembanguna Sambungan Rumah (SR). BLHPK Kabupaten Aceh Besar menangani prasarana dan sarana pengolahan air limbah, seperti penyedotan tinja, pengolahan lumpur tinja (IPLT) dan peraturan yang terkait dengan pengelolaan air limbah. Peraturan daerah yang sudah ada terkait dengan air limbah adalah Qanun Kabupaten Aceh Besar Nomor 20 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Qanun Kabupaten Aceh Besar Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus. Sedangkan tentang pengelolaan air limbah dan lain-lainnya belum dikeluarkan. b. Persampahan (1) Sistem dan Infrastruktur Secara infrastruktur pengelolaan sampah dilakukan dengan beberapa sistem. Sistem 3R di desa/kelurahan/gampong baru ada satu desa yang melaksanakan pengelolaan sampah 3R yaitu Desa Lamkruet di Kecamatan Lhoknga yang didukung oleh MDF yang sudah melaksanakan pengelolaan sampah di Kabupaten Aceh Besar dalam mengatasi permasalahan sampah di desa tersebut. Pada saat ini Kabupaten Aceh Besar memiliki fasilitas TPSA sebanyak 1 unit dengan klasifikasi control land fill yang berlokasi di Desa Bukit Meusara dengan jarak 1 km dari ibu kota kabupaten. Unit TPA ini didukung dengan 22 (dua puluh dua) unit TPS. Jumlah armada utama angkut sampah sampai saat ini adalah sebanyak 21 (dua puluh satu) unit dan armada antara yang berupa gerobak atau kendaraan penghantar sampai ke TPS sebanyak 18 (Delapan belas) unit. Program pengelolaan sampah di Kabupaten Aceh Besar pada saat ini didukung oleh sebanyak 120 (Seratus Dua Puluh) orang tenaga yang dipekerjakan sebagai tenaga kontrak daerah. Produk perencanaan yang telah dimiliki oleh Kabupaten Aceh Besar dalam rangka pengelolaan sampah antara lain adalah adanya qanun yang mengatur retribusi sampah. Untuk pengelolaan persampahan yang terangkut di tahun 2014 sebanyak 36.550 m 3 yang di tempatkan II-45

di dua TPA, yaitu: TPA Kampung Jawa sebanyak 29.200 m 3 /tahun dan Penempatan di TPA Kota Jantho sebesar 7.350 m 3 /tahun. Sistem pengolahan sampah yang paling dominan di Kabupaten Aceh Besar adalah dengan cara dibakar dan dibuang kelubang. Sampah rumah tangga yang belum dipisahkan antara sampah organik dan unorganik dibuang ke kebun, dan ketempat lainnya, sedangkan sebagian juga menguburnya di dalam tanah dan membakarnya. Gambaran sistem sanitasi sektor persampahan digambarkan pada Gambar 2.9. Produk Input Gambar 2.10 Diagram Sistem Sanitasi Sektor Persampahan (A) (B) (C) (D) (E) (F) User Interface 3R skala RT Pengumpulan Setempat bahan 3R Penampungan Sementara (TPS) Pengangkutan (semi) Pengolahan Akhir Terpusat Daur Ulang / Pembuangan Akhir Daur Ulang TRUK Sampah Non Organik Pinggir Jalan Gerobak TPS ITF TPA Tong Sampah Dibakar Peng. Lindi Dikebun Sungai Sampah Organik Dibelakang Rumah sungai II-46