BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Pembuktian penuntut umum dalam perkara tindak pidana korupsi oleh kejaksaan Sukoharjo. Oleh : Surya Abimanyu NIM: E BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

Tinjauan tentang disparitas putusan hakim pada tindak pidana perkosaan (studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. berhak untuk mendapat perlakuan yang sama di hadapan hukum (equality before

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

PERAN PERWIRA PENYERAH PERKARA DALAM TINDAK PIDANA MILITER (STUDI DENPOM IV/ 4 SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dan hendak dilaksanakan oleh bangsa ini tidak hanya hukum

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara yang berdasarkan atas

Peran dinas perhubungan dalam mendukung peningkatan pendapatan asli daerah di Kabupaten Magelang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Keadaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara alamiah menghendaki agar dalam kehidupannya dapat dijalani dengan layak dan serba

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

BAB I PENDAHULUAN. melindungi individu terhadap pemerintah yang sewenang-wenang dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. langsung merugikan keuangan Negara dan mengganggu terciptanya. awalnya muncul Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab besar demi tercapainya cita-cita bangsa. Anak. dalam kandungan. Penjelasan selanjutnya dalam Undang-Undang

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

BAB I PENDAHULUAN. Negara Hukum. Secara substansial, sebutan Negara Hukum lebih tepat

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI WANA ARTHA LIFE SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pengguna jalan raya berkeinginan untuk segera sampai. terlambat, saling serobot atau yang lain. 1

Kajian yuridis terhadap putusan hakim dalam tindak pidana pencurian tanaman jenis anthurium (studi kasus di Pengadilan Negeri Karanganyar)

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. harus diselesaikan atas hukum yang berlaku. Hukum diartikan sebagai

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

PENGGUNAAN METODE SKETSA WAJAH DALAM MENEMUKAN PELAKU TINDAK PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisa (Soerjono Soekanto,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Retno Arifingtyas NIM. E BAB I PENDAHULUAN

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN DAN PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DOMESTIK

PROSES PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DENGAN PELAKU ANGGOTA TNI (Studi di Wilayah KODAM IV DIPONEGORO)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum merupakan penyeimbang masyarakat dalam berperilaku. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

BAB I PENDAHULUAN. Pidana bersyarat merupakan suatu sistem pidana di dalam hukum pidana yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. karna hukum sudah ada dalam urusan manusia sebelum lahir dan masih ada

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG N0. 13 TAHUN 2003 DI PT. BATIK DANAR HADI SOLO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan salah satu satuan pertahanan yang

BAB I PENDAHULUAN. adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB I PENDAHULUAN. adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat). yaitu Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara Hukum. Maka guna mempertegas prinsip Negara Hukum,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1. perundang-undangan lain yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP

BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kenakalan anak atau (juvenile deliuencya) adalah setiap

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtstaat) seperti

E UNIVERSITAS SEBELAS MARET

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun

TANGGUNG JAWAB HUKUM PT ASURANSI JASA INDONESIA DALAM MENYELESAIKAN KLAIM ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG DI LAUT

BAB I PENDAHULUAN. dipersidangan, dan hakim sebagai aparatur penegak hukum hanya akan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara hukum, begitulah bunyi Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Atas dasar tersebut Negara Indonesia dalam menyelenggarakan sesuatu berdasarkan atas hukum (rechstaat), bukan negara yang berdasarkan kekuasaan belaka (machtstaats), itu berarti bahwa setiap warga negara Indonesia sama kedudukannya didalam hukum serta wajib menjunjung hukum, seperti yang disebutkan dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 bahwa, Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Maka setiap orang yang melanggar hukum dapat dikenakan sanksi menurut perbuatan yang telah di lakukan berdasar Undang- Undang yang berlaku. Dengan adanya hukum yang di junjung tinggi itu, di harapkan dapat tercapai cita-cita bangsa yang termuat dalam pembukaan UUD 1945 alenia (4), yaitu ; melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia. Dalam rangka menegakan hukum di negara Indonesia, maka Kekuasaan kehakiman yang merupakan kekuasan negara yang menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan diberi kemerdekaan untuk menyelenggarakan peradilan yang di laksanakan oleh Makamah Agung dan peradilan di bawahnya, seperti yang termuat dalam Pasal 24 UUD 1945 Sejalan dengan konsepsi negara hukum, peradilan dalam menjalankan kekuasaan kehakimam harus memegang teguh azaz Rule of 1

2 Law. Untuk menegakkan Rule of Law para hakim harus memperhatikan halhal sebagai berikut : 1) Supremasi hukum 2) Equality Before The Law 3) Human Rights Ketiga hal tersebut adalah konsekuensi logis dari prinsip-prinsip Negara Hukum yaitu : 1) Azas Legalitas (Principle of Legality) 2) Azas Perlindungan HAM (Principle of Protection of Human) 3) Azas Peradilan Bebas ( Free Justice Princile). Mendasarkan pada fungsi peradilan di atas, maka perilaku jajaran aparat penegak hukum, khususnya Integrated Criminal Justice System dan lebih khusus lagi adalah perilaku Hakim menjadi salah satu barometer utama dari suatu Negara hukum untuk mengukur tegak tidaknya hukum dan undangundang. Aparat penegak hukum menjadi titik sentral dalam proses penegakan hukum (Law enforcement prosess) yang harus memberikan teladan dan konsekwen dalam menjalankan hukum dan undang-undang. Kahadiran lembaga peradilan adalah menjadi sebuah syarat mutlak bagi suatu Negara hukum yang dibentuk untuk mengawasi dan melaksanakan aturan hukum dan undang-undang suatu Negara. Dalam Undang-undang No. 4 Tahun 2004 tentang Pokok Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya negara hukum dan keadilan. Sehingga dalam melaksanakan tugasnya, hakim sebagai kekuasaan yang merdeka harus bebas dari segala campur tangan dari pihak manupun,

3 sehingga hakim dapat dengan tenang memberikan keputusan yang seadiladilnya. Dengan kebebasan hakim inilah maka keadilan diharapkan dapat tercipta sesuai dengan jiwa kemanusian serta keadilan dalam masyarakat. Tetapi dalam praktek, prinsip-prinsip peradilan yang bebas tidak selalu konsisten diterapkan dan dilaksanakan dalam kehidupan praktek peradilan. Sering terjadi kesenjangan dalam putusan terhadap pelaku tindak pidana. Ada pula pendapat bahwa hukum harus dijalankan tanpa pandang bulu, sehingga jikalau ada perbuatan yang melanggar huum maka harus dijatuhi hukuman yang setimpal dengan perbuatannya, dan jika perbuatannya serupa makapidanan tersebut juga harus dijatuhakan sama seperi yang sudah-sudah, ada juga yamg berpendapat bahwa masalah penjatuhan pidana harus memandang bulu terhadap siapa dan bagaimana tindak pidana akan djatuhkan. Sebab tidak semua tindak pidana dilakukan dengan dasar yang hanya mengejar kesenangan saja, tetapi terkadang perbutan pidana tersebut dilakukan dengan alasan kemanusiaan yang kadang kala lebih berat nilainya dari perbutan pidana itu sendiri. Sehingga dapat muncul keresahan masyarakat mengenai putusan hakim dalam menetapkan pidana yang berbeda-beda dalam kasus yang sama, walaupun keputusan tersebut sudah diambil dengan pertimbangan yang matang mengenai latar belakang masalah dan tentu saja motivasi serta keadaan dari terdakwa itu sendiri. Disparitas penjatuhan sanksi pidana akan berakibat buruk, bilamana dikaitkan dengan correction administration. Terpidana yang telah memperbandingkan pidana kemudian meras menjadi korban the judicial caprice, akan menjadi terpidana yang tidak menghargai hukum, padahal penghargaan terhadap hukum tersebut merupakan salah satu target dalam pemidanaan.

4 Bahwa disparitas yang mencolok dalam penjatuhan sanksi pidana terhadap para pelaku tindak pidana selain menimbulkan ketidakadilan dimata para pelaku tindak pidana pada khususnya dan masyarakat pada umumnya juga akan menimbulkan ketidakpuasan dikalangan para pelaku tindak pidana itu sendiri dan juga di kalangan masyarakat. Keadaan ini akan berdampak yang sangat buruk terhadap kepastian hukum serta kepercayaan masyarakat terhadap hukum serta lembaga peradilan. Apabila disparitas pidana terjadi dalam perkara yang mendapat perhatian publik/masyakat seperti dalam perkara penyalahgunaan narkotika dilingkungan masyarakat kita dewasa ini. Praktek tindak pidana narkotika dalam praktek peradilan kita kadang kala menimbulkan gejolak dalam masyarakat dikala terdapat putusan hakim yang sangat jauh dari ketentuan peraturan perundangan yang sudah ada, disamping itu putusan pidana yang dijatuhkan kadang kala berbeda antara terpidana satu dengan yang lainya walaupun kasusnya sama dengan dasar pemidanaan yang sama pula. Bersdasarkan latar belakang masalah diatas penulis berusaha menyusun skripsi dengan judul FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DISPARITAS PIDANA DALAM PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA.

5 B. Perumusan Masalah Untuk memperjelas permasalahan yang nantinya dapat dibahas lebih terarah dan sesuai dengan sasaran yang diharapkan, maka penting bagi penulis untuk merumuskan permasalahan yang akan di bahas sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan timbulnya disparitas pidana dalam perkara narkotika di Pengadilan Negeri Surakarta? 2. Langkah-langkah apa yang ditempuh untuk mengurangi terjadinya disparitas pidana dalam perkara narkotika di Pengaadilan Negeri (PN) Surakarta? C. Tujuan Penelitian Setiap penelitian, pastilah mempunyai tujuan yang jelas. Demikian pula penelitian ini mempunyai tujuan obyektif dan tujuan subyektif yaitu sebagai berikut : 1. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan timbulnya disoaritas Pidana dalam perkara Narkotika di Pengadilan Negari Surakarta. b. Untuk mengetahui langkah-langkah yang ditempuh lembaga peradilan dalam mencegah terjadinya disparitas pidana narkotika khususnya di Pengadilan Negeri Surakarta. 2. Tujuan Subyektif a. Untuk melengkapi syarat akademis guna memperoleh gelar kesarjanaan Ilmu Hukum pada Universutas Sebelas Maret Surakarta. b. Untuk melatih kemampuan dan ketramplan peneliti dalam mengungkapkan suatu keadaan melalui kegiatan yang obyektif

6 sistematis dam konsisiten sehingga dapat menunjang kemampuan berfikir dari peneliti. c. Untuk menambah dan menperluas pengetahuan peneliti. D. Manfaat Penelitian Salah satu aspek penting dalam penelitian adalah menyangkut manfaat penelitian, karena suatu penelitian mempunyai nilai apabila penelitian tersebut bermanfaat dan berguna bagi berbagai pihak, adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menambah dengan memperbanyak referensi ilmu di bidang Hukum Pidana khususnya tentang Disparitas pidana dalam perkara tindak pidana narkotika. 2. Manfaat Praktis Penelitian dapat dijadikan sebagai masukan bagi mahasiswa maupun instansi yang terkait dan masyarakat pada umumnya yang berkepentingan untuk mengetahui masalah Disparitas Pidana Khusunya dalam perkara tindak pidana narkotika E. Metodologi Penelitian Metodologi pada hakekatnya memberikan pedoman tentang cara seorang ilmuwan mempelajari, menganalisis dan memahami lingkunganlingkungan yang dihadapinya (Soerjono Soekanto, 1986:6). Metode penelitian merupakan cara untuk memperoleh data yang akurat, lengkap serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

7 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian empiris. Penelitian Empiris adalah penelitian yang menggunakan data primer sebagai data utama dimana penulis langsung terjun kelokasi penelitian. 2. Sifat Penelitian Dalam melakukan penelitian hukum ini, sifat penelitian yang digunakan adalah penelitina deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti munggkin tentang manusia, keadaan, atau gejala-gejala lainya. Maksudnya adalah terutama mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu memperkuat teori-teori lama, atau didalam kerangka penyusunan kerangka baru. (Soerjono Soekanto, 2001 : 10) Dalam pelaksanaam penelitian deskriftif ini tidak terbatas hanya sampai pengumpulan dan penyusunan data saja, tetapi juga meliputi analisa dan interprestasi data yang pada akhirnya dapat diambil kesimpulan-kesimpulan yang dapat didasarkan penelitian data itu. 3. Lokasi Penelitian Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penulis melakukan penelitian dengan mengambil lokasi di Pengadilan Negeri Surakarta. 4. Jenis data Secara umum, maka di dalam penelitian biasanya dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan bahanbahan pustaka. Yang dari masyarkat dinamakan primer, sedangkan yang diperoleh dari bahn-bahan pustaka lazimnya dinamakan dara sekunder. (Soerjono Soekanto, 1986 : 51)

8 Jenis data yang dipergunakan penulis dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. a. Data primer Adalah sejumlah keterangan atau fakta yang diperoleh secara langsung melalui penelitian lapangan, baik dengan wawancara dan observasi terhadap responden dalam penelitian. b. Data Sekunder Adalah sejumlah keterangan atau fakta yang diperoleh secara tidak langsung dilapangan, tetapi melalui penelitian pustaka. 5. Sumber data Sumber data adalah tempat dimana data ada.adapun data dai penelitian ini diperoleh dari dua sumber, yaitu pertama sumber data primer yaitu di Pengadilan Negeri Surakarta, kedua sumber data sekunder yang terdiri dari: a. Bahan Hukum Primer Yaitu norma atai kaidah dasar, peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini yang menjadi bahan hukum primer antara lain : 1) KUHP 2) KUHAP 3) Undang-Undang No.22 tahun 1997 tentang Narkotika 4) Undang-Undang No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman b. Bahan Hukum Sekunder Yaitu bahan yang memberikan penjelasan bahan hukum primer yang terdiri atas: a) Putusan-putusan Hakim dalam perkara tindak pidana narkotika di Pengadilan Negeri Sirakarta. b) Berbagai hasil seminar, makalah, artikel yang berkaitan dengan materi penelitian.

9 6. Teknik Pengumpulan Data a. Data Primer Untuk mendapatkan data primer adalah dengan cara wawancara.wawancara dilakukan secara langsung terhadap halim di PN Surakarta yang mengadili dan memutus tentang tindak pidana Narkotika. b. Data Sekunder Untuk memperoleh data sekunder adalah dengan penelitian atau kepustakaan atau library research guna memperoleh bahan-bahan hukum. 7. Teknik Analisis Data Penulis mengunakan model analisi interaktif (interaktif model of analysis), yaitu data yang dikumpulkan akan dianalisa melaluii 3 tahap, yaitu mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Dalam model ini dilakukan suatu proses siklus antar tahap-tahap, sehingga dat yang terkumpul akan berhubungan dengan satu sama lain dan benar-benar data yang mendukung penyusunan laporan penelitian.(hb Sutopo, 2002 : 35). Tiga tahap tersebut adalah : a. Reduksi data Kegiatan ini merupakan proses pemilahan, pemusatan perhatian yang bertujuan untuk mepertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting yang muncul dari catatan dan pengumpulan data. Proses ini berlangsung terus-menerus sampai laporan akhir penelitian selesai. b. Penyajian data Sekumpulan informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilaksanakan

10 c. Menarik Kesimpulan Setelah memahami ati dari berbagai hal yang meliputi berbagai hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan-pencatatan peraturan, pernyataan-pernyataan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat,akhirnya penelitian menarik kesimpulan. (HB Sutopo, 2002 : 37) F. Sistematika Skripsi Untuk meberikan gambaran menyeluruh ngenal sitematika penulisan karya ilmiah yang sesuai dengan aturan dalam penulisan ilmiah, maka penulis menyiapkan suatu sistematika penulisan hukum. Adapun sistematika penulisan hukum terbagi dalam 4 bab yang berkaitan dan berhubungan. Sistematika dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Pada bab ini penulis memberikan gambaran mengenai permulaan sebuah penelitian, meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan hukum. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis memberikan landasan teori atau memberikan penjelasan teoritis berdasarkan literatur-literatur yang ada, tentu saja berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji. Kerangka teori meliputi: Tinjauan Umum Tentang Hukum, Tinjauan Umum Tentang Perbuatan Melawan Hukum, Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen. Sedangkan dalam kerangka pemikiran penulis akan menampilkan bagan kerangka pemikiran.

11 BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini penulis menyajikan pembahasan berdasarkan dengan perumusan masalah, yaitu mengenai Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan timbulnya disparitas pidana dalam perkara narkotika di Pengadilan Negeri Surakarta danlangkah-langkah apa yang ditempuh untuk mengurangi terjadinya disparitas pidana dalam perkara narkotika di Pengaadilan Negeri (PN) Surakarta. BAB IV: PENUTUP Pada bab ini penulis memberikan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan serta memberikan saran-saran terhadap beberapa kekurangan yang harus diperbaiki yang penulis temukan DAFTAR PUSTAKA