Bab 5. Ringkasan. Sudah sejak berabad-abad yang lalu berbagai kebudayaan asing masuk ke Jepang,

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 5. Ringkasan. Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaan yang tinggi.

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang

Bab 1. Pendahuluan. Jepang,jika dilihat dari segi geografis, merupakan salah satu negeri yang

Sejarah Jepang. Ni Made Savitri P 年 2 月 18 日

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang

BAB II KUIL HORYUJI DI KOTA KYOTO. Kuil Horyuji berada di kota kyoto, Kyoto adalah kota yang terletak di

TOKI NYUDO DONO GO-HENJI CHIBYO-SHO WNS Doct.2 Hal.251

Bab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang.

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 17 Tahun : 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

ABSTRAK PEMERINTAHAN REZIM SHOGUN TOKUGAWA YANG TERAKHIR

Bab 1. Pendahuluan. kepulauan di Asia Timur dengan ibukota Tokyo. Jepang merupakan salah satu negara

Bab 5. Ringkasan. Temari adalah simbol perfeksionisme di Jepang. Temari kerap diberikan sebagai

Bab 5. Ringkasan Skripsi. Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan

Bab 5. Ringkasan Skripsi. yang pesat dalam dunia industri, serta eksistensi agama Buddha menjadi salah satu

Politik dan Pemerintahan Jepang. Bagian I : Sejarah Jepang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG HAK-HAK ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bab 3. Analisis Data. 3.1 Analisis Pengaruh Budha Dalam Jyushichi Jyo Kempo

BAB 1 PENDAHULUAN. Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB 5 RINGKASAN. jatuh. Padahal ia telah menetapkan segala peraturan untuk dalam dan luar negeri. menyebabkan jatuhnya kekuasaan politik Tokugawa.

Bab 1. Pendahuluan. komunikasi antara lain bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran. Bahasa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan kekuasaan Yamato di Jepang berkaitan dengan adanya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG HAK-HAK ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MUNCULNYA AGAMA HINDU

BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN YAMATO SAMPAI ZAMAN EDO

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG HAK-HAK ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia,

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan bangsa dibina melalui dunia pendidikan. Dunia pendidikan sangat erat

BAB II GAMBARAN UMUM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HANIWA DALAM KOFUN PADA ZAMAN YAMATO. Zaman Yamato dibagi menjadi dua yaitu zaman Kofun (250 M 550 M) dan

Bab 5. Ringkasan. menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

Bab 1. Pendahuluan. Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan hal yang sangat penting. Untuk

NOMOR 10 TAHUN 1980 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG BUDAYA PARAMA DHARMA

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA. Presiden Republik Indonesia,

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 8 TAHUN 1974 (8/1974) Tanggal: 6 NOPEMBER 1974 (JAKARTA)

BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bab 5. Ringkasan. mengikuti perkembangan di zaman modern sekarang ini. Selain menjalankan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI RELIGI DI JEPANG. Dalam kehidupan manusia kegiatan religi akan selalu dilaksanakan. Ada

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

a. Hakekat peradaban manusia Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization, yang biasanya dipakai untuk menyebut

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

BAB II PEMBAHASAN. Kamajaya,Karkono,Kebudayaan jawa:perpaduannya dengan islam,ikapi,yogja,1995 2

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

Bab 4. Simpulan Dan Saran. Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya tentang pengaruh konsep

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dijamah. Sedangkan Ienaga Saburo (dalam Situmorang, 2008: 3) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab

MASUKNYA HINDU-BUDHA KE INDONESIA

Bab 5. Ringkasan. Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di

SOSIALISASI PP 53 TAHUN 2010

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pada abad ke-5, dibuktikan dengan kisah perjalanan biksu Buddha

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA KETENTUAN PELAKSANAAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan masyarakat. Sastrawan memiliki peranan didalam masyarakat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian

BAB II PERENCANAAN KINERJA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sejarah Indonesia, khusususnya pada Era Orde Baru terdapat berbagai

NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

SANDAI HIHO HONJO-JI (Surat Perihal Tiga Hukum Rahasia Agung)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

Undang Undang No. 5 Tahun 1992 Tentang : Benda Cagar Budaya

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya.

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 16 Tahun 2016 Seri E Nomor 11 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

(1) Pendapatan Negara dalam Tahun Anggaran 1994/1995 adalah sebesar Rp (tujuh puluh enam triliun dua ratus lima puluh lima

2 Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi se

Bab 1. Pendahuluan. (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar), persembahan (boneka

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB IV KESIMPULAN. memang tidak dijadikan tema utama. Tetapi unsur-unsur kekerasan tersebut seolah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

ABSTRAK FUNGSI BONEKA DARUMA BAGI MASYARAKAT JEPANG

Transkripsi:

Bab 5 Ringkasan Sudah sejak berabad-abad yang lalu berbagai kebudayaan asing masuk ke Jepang, dan tidak ada satu pun dari kebudayaan asing tersebut ditolak oleh kerajaan Jepang. Semua kebudayaan asing tersebut ditampung oleh para intelektual yang umumnya adalah para bangsawan Jepang untuk dipelajari dan dilakukan penyesuaian-penyesuaian yang ketat dan panjang, kemudian disosialisasikan kepada masyarakat Jepang. Sebagian dari kebudayaan asing tersebut adalah ajaran agama Budha. Perpaduan antara kepercayaan, ilmu administrasi, dan perang diimpor dan disesuaikan dengan kehidupan serta kebiasaan mereka. Masuknya agama Budha di Jepang diawali pada waktu datangnya delegasi politik dari Korea ( 538 ). Diantara hadiah-hadiah yang diberikan kepada kaisar yang berupa patung Budha dari perunggu, beberapa sutra, beberapa benda-benda religi, dan sehelai surat yang memuji Dharma. Setelah itu, hadiah-hadiah tersebut diterima dan dibangunlah sebuah kuil untuk menaruh benda-benda tadi. Budha Jepang bisa dianggap sebagai salah satu impor dari Cina. Setelah berabadabad, dimulai dari awal tahun 500, baik rakyat biasa yang menjadi pengikut setia dan biksu-biksu melakukan perjalanan ke tanah daratan, kemudian membawa kembali sedikit demi sedikit ajaran agama Budha dan mempraktekkannya dengan tradisi budaya Cina lainnya. Tiga karakteristik mengenai kedatangan Budha ke Jepang, pertama, agama Budha tidak masuk ke Jepang dalam tingkat yang popular tetapi hanya diterima oleh anggota pejabat kekaisaran kemudian disebarkan di negara itu dari kekaisaran ke rakyat. 45

Ditekankan penghormatan kepada pada para penemu aliran-aliran kepercayaan, dan sebagian besar sekte-sekte itu mempertahankan hubungan erat dengan para penguasa pemerintah pusat pada waktunya. Kedua, Budha sering diasosiasikan dengan kekuatan gaib, dan dipakai oleh istana sebagai cara untuk mencegah atau menyembuhkan penyakit, membawa hujan, dan panen yang besar. Ketiga, Budha tidak menggantikan Tuhan yang asli tetapi selalu mengakui keberadaan dan kekuatan mereka. Hal ini mengarah pada pencampuran Shinto-Budha, dimana seringkali kami ( 神 ) dianggap sebagai manifestasi dari Budha. Hal ini merupakan ciri khas agama Budha menyukai keserasian untuk berpadu dengan kepercayaan-kepercayaan pribumi, dan menjadi cerita serupa waktu Budha menunjukan dewa-dewa lokal di Tibet pada beberapa abad kemudian. Pada saat memasuki pertengahan abad ke-6, yaitu pada saat zaman Yamato ( 250-550 ), klan penguasa yang berpengaruh saling bertempur di dalam istana. Diantaranya, yang paling gencar bertempur adalah klan Mononobe ( 物部氏 ) dan klan Soga ( 蘇我氏 ). Kemudian klan Soga yang mendukung kepercayaan terhadap agama Buddha dan menekankan klan Mononobe yang menentang kepercayaanya, akhirnya dapat menguasai istana. Pada saat yang seperti ini, Pangeran Shotoku ( 聖徳太子 ) menggantikan posisi kaisar dan berperan sebagai pemegang kekuasaan, yang disebut Sessho ( 摂政 ). Pangeran Shotoku ( 574-622 ) adalah putra kedua dari kaisar Yomei, kakak dari kaisar Suiko. Ia bekerja sama dengan klan-klan penguasa, seperti klan Soga, untuk memantapkan dasar pemerintahan yang berpusat pada kaisar. Caranya adalah, pertama-tama dengan memantapkan tingkatan pegawai pemerintah yang disebut dengan Kanijyunikai ( 冠位十 46

二階 ), dan menjadikan orang-orang yang berbakat sebagai pegawai pemerintah. Sistem ini ditetapkan pada tahun 603, semenjak itu pejabat-pejabat pemerintah yang dipilih berdasarkan keturunan klan kemudian diganti berdasarkan kemampuan atau kepandaian. Selain itu, dengan mengambil ajaran-ajaran Kong Hu Cu dan agama Buddha, Pangeran Shotoku juga menetapkan peraturan dasar tujuh belas bab yang disebut Jyushichi Jyo Kempo ( 十七条の憲法 ). Peraturan dasar tersebut merupakan petunjuk pegangan hidup bagi pegawai pemerintah yang mengabdi kepada kaisar yang antara lain berisi tentang pentingnya keselarasan hidup dan memuja sang Budha. Pangeran Shotoku sendiri mempelajari kepercayaan Kong Hu Cu, dan agama Budha secara mendalam. Ia melihat agama Budha sebagai cara untuk memperhalus pandangan nasional dan untuk mempertinggi kebudayaan. Pangeran Shotoku begitu banyak menaruh perhatian besar terhadap agama Budha. Ialah satu-satunya orang terbesar pada zaman Yamato yang berjasa dalam mengembalikan kekuasaan kaisar yang mulai memudar. Meskipun tidak semua ide pembaharuan politiknya dapat dijalankan selama masa pemerintahannya tetapi dua puluh tahun kemudian ( 604 ), pembaharuan politiknya dilaksanakan dengan lebih nyata oleh para pengikutnya. Pembaharuan ini disebut dengan pembaharuan Taika. Sistem pembaharuan Taika ini, meyerahkan semua kekuasaan kepada kaisar. Sedangkan klan-klan penguasa yang lain hanya menjadi pegawai-pegawai pemerintah di ibu kota daerah. Dalam pembaharuan Taika, khususnya untuk memperkuat posisi kaisar, disusunlah mekanisme pemerintahan terpusat yang didukukng oleh jajaran-jajaran administratif yang berada lebih rendah di bawahnya. Rakyat dan tanah yang sampai saat itu dikuasai oleh klan-klan, semuanya diambil alih oleh kaisar, sementara klan-klan penguasa itu 47

sendiri menjadi pegawai-pegawai pemerintah di ibu kota daerah. Pemerintah pusat dibagi dalam dua lembaga dan delapan departemen, sedangkan di daerah, pegawai pemerintah yang ditunjuk oleh pegawai pemerintah pusat dijadikan sebagai kepala daerah. Rakyat satu per satu dicatat dalam kartu keluarga, dan berdasarkan kartu keluarga tersebut mereka diberikan tanah dengan besar tertentu. Berdasarkan hal itu, mereka diharuskan membayar pajak kepada istana yang berupa beras atau kain, dan apabila orang tersebut meninggal dunia, maka tanah tersebut harus dikembalikan lagi. Peraturan ini disebut handenshujyu no ho ( 班田収授の法 ). Selain itu, semua anak lakilaki diwajibkan untuk bekerja di pekerjaan konstruksi di ibu kota daerah dan menjaga ibu kota. Undang-undang dasar yang amat sederhana itu terdiri dari tujuh belas pasal, dan mengatur dasar-dasar sehubungan dengan pemeliharaan negara serta moralitas serta menekankan antara lain, penghargaan dan keselarasan, pelajaran agama Budha dan kekuatan kepada kaisar. Pada saat itu kesetiaan terhadap kaisar sudah mulai memudar dan kaisar tidak sepenuhnya memiliki kekuasaan. Oleh karena itu di dalam Jyushichi Jyo Kempo tersebut sangat ditegaskan bahwa para pegawai pemerintah harus mematuhi segala perintah kaisar. Arti Kempo ( 憲法 ) sendiri secara harafiah berarti hak warga negara. Menetapkan tentang kewajiban dan lain-lain. Aturan hukum maksimum suatu negara. Pembuatan Jyushichi Jyo Kempo ini dipengaruhi oleh ajaran dari Cina yang disebut Kong Hu Cu dan didalamnya terdapat juga ajaran agama Budha. Para biksu-biksu dan mahasiswa dikirim untuk mempelajari agama Budha di Sui ( Cina ). Mereka adalah wakil-wakil dari Jepang yang dikirim ke Cina untuk mempelajari kebudayaan dari dinasti Sui. Para biksu- 48

biksu dan mahasiswa inilah yang nantinya akan menjadi pelopor di Jepang setelah mereka kembali dari Cina. Sekembalinya dari Cina, mereka telah memahami ajaran agama Budha dan menyesuaikannya dengan kebiasaan masyarakat Jepang. Jyushichi Jyo Kempo ini merupakan tindakan yang sangat berarti sebagai usaha menuliskan kode tingkah laku bagi para pejabat pemerintahan dan rakyat biasa atas dasar kepercayaan agama Budha dan kepercayaan Kong Hu Cu mengenai manusia dan kehidupan. Karenanya Jyushichi Jyo Kenpo ini merupakan langkah maju yang penting dalam usaha meninggalkan bentuk-bentuk pemerintahan primitif yang berlaku sebelumnya dan menuju kepada semacam negara yang berkonstitusi. Jyushici Jyo Kempo yang ditetapkan oleh oleh Pangeran Shotoku pada hakekatnya adalah merupakan undang-undang atau peraturan dasar yang memuat nilai-nilai luhur yang terkandung dalam falsafah Kong Hu Cu, pemikiran Jepang yang dipadukannya dengan ajaran agama Budha. Dari tujuh belas pasal yang ada di dalam Jyushichi Jyo Kempo, ada sembilan pasal yang mengandung konsep-konsep Budha. Sembilan pasal tersebut adalah, pasal satu, pasal dua, pasal lima, pasal enam, pasal sembilan, pasal sepuluh, pasal sebelas, pasal lima belas, dan pasal terakhir, pasal tujuh belas. Sembilan pasal tersebut mengandung konsep-konsep Budha yaitu, Dharma, jalan tengah, empat kebenaran arya, perlindungan, sepuluh paramita, hukum karma, dasa kusala karma, dan takdir. Sembilan pasal dalam Jyushichi Jyo Kempo tersebut secara garis besar menghimbau agar para pejabat pemerintahan menjunjung tinggi keharmonisan antara atasan dan bawahan, tidak bersikap tamak, menegakkan hukum secara adil dan bijaksana, tidak memfitnah, merundingkan masalah-masalah penting bersama-sama, menghormati pendapat orang lain, tidak boleh memendam rasa kebencian. 49

Dengan adanya konsep-konsep Budha di dalam sembilan pasal Jyushichi Jyo Kempo tersebut, terciptalah sebuah negara yang berkonstitusi. Negara Jepang tidak lagi menjadi negara dengan pemerintahan yang primitif. Agama Budha dan pemikiran Kong Hu Cu menjadi dasar pemikiran dalam pembuatan Jyushichi Jyo Kempo. 50