PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Juni sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

III. MATERI DAN METODE. Laboratorium Agronomi. Waktu penelitian dilakaukan selama ± 4 bulan dimulai

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan

RINGKASAN. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Apa yang dimaksud dengan PHSL?

TATA CARA PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica, Japonica, dan Javanica.

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih

II. BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

I PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando,

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAJU PERTUMBUHAN DAN LAJU ASIMILASI BERSIH RUMPUT GAJAH DARI LETAK TUNAS STEK YANG BERBEDA DENGAN BEBERAPA DOSIS PUPUK NITROGEN SKRIPSI.

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

BAB IV METODE PENELITIAN. (RAK) faktor tunggal dengan perlakuan galur mutan padi gogo. Galur mutan yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

PENGUJIAN TOLERANSI BEBERAPA GENOTIPE PADI PADA LAHAN SAWAH YANG MENGALAMI CEKAMAN KEKERINGAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapangan Terpadu

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

III. BAHAN DAN METODE

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat kedua

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. dan legum (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau), kemudian lahan diberakan

III. BAHAN DAN METODE

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. Lahan (TSDAL) Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai

BAHAN DAN METODE. Faktor kedua adalah jumlah bibit per lubang yang terdiri atas 3 taraf yaitu : 1. 1 bibit (B 1 ) 2. 2 bibit (B 2 ) 3.

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

A. Waktu dan tempat penelitian. B. Bahan dan Alat. C. Metode Penelitian

Transkripsi:

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA HUSIN KADERI Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Banjarbaru Jl. Kebun Karet, Loktabat Banjarbaru RINGKASAN Percobaan pemupukan bahan organik terhadap tanaman padi dilakukan dirumah kaca pada bulan Oktober 2000 sampai dengan bulan Januari 2001. Percobaan ini menggunakan tiga jenis bahan organik, yaitu sp, sp, dan sp. Pengamatan pertumbuhan tanaman padi meliputi tinggi tanaman; jumlah anakan tanaman setiap rumpun; jumlah anakan tanaman produktif tiap rumpun; jumlah gabah isi dan gabah hampa setiap malai; berat 1000 biji, dan berat gabah kering setiap rumpun. Pengamatan percobaan ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai pemanfaatan hijauan seperti sp, sp, dan sp sebagai pupuk organik tanaman padi. Hasil pengamatan penggunaan pupuk organik menunjukkan hasil yang berbeda mulai dari tinggi tanaman padi hingga berat gabah kering. Hasil tertinggi diperoleh (pertumbuhan dan berat gabah kering) tanaman padi yang diberi pupuk sp. Kata kunci: Pengamatan, padi, dan bahan organik. PENDAHULUAN Jumlah penduduk Indonesia yang sudah sedemikian besar dengan perkiraan lebih dari 200 juta jiwa, mengharuskan ketersediaan pangan dalam jumlah yang besar pula, bukan saja berpengaruh terhadap kesehatan individu manusia dan bencana kelaparan, tetapi juga akan menimbulkan kerawanan sosial. Kondisi kerawanan pangan terakhir kali terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998. Penyebab utamanya adalah kemarau panjang dan krisis moneter. Kemarau panjang merupakan gejala alam yang sulit diatasi, krisis moneter mengakibatkan kelangkaan dan mahalnya sarana produksi, memberikan pengaruh cukup besar terhadap penurunan produktivitas. Disamping itu daya beli petani terhadap sarana produksi sudah sedemikian lemah. Untuk mengatasi itu, pemerintah terpaksa mengimport beras secara besar-besaran dan menyediakan dana subsidi demi bahan pangan ini. Keadaan demikian sebenarnya sangat ironis sekali, dimana kita yang dikenal sebagai negara agraris justru kekurangan bahan pangan. Oleh karena itu berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka meningkatkan produksi padi. Upaya meningkatkan produktivitas lahan dengan berbagai cara telah banyak dilakukan, salah satunya melalui pemupukan. Pupuk organik merupakan jenis pupuk yang sekarang makin banyak dipergunakan, karena kelebihan pupuk organik dibanding pupuk buatan adalah kandungan hara mikro banyak didapat dalam pupuk organik (Aribawa, 2002). Pengamatan terhadap tanaman padi meliputi pengukuran tinggi tanaman, penghitungan jumlah padi yang tumbuh dalam satu rumpun, dan penimbangan gabah kering. 164 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

Tulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada penyuluh mengenai pemanfaatan hijauan seperti sp, sp, dan sp sebagai pupuk organik tanaman padi. Tempat dan Waktu MATERI DAN METODE Percobaan dilakukan di rumah kaca Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa Banjarbaru. Waktu pelaksanaan dari bulan Oktober 2000 sampai dengan bulan Januari 2001. Materi Benih yang digunakan adalah varietas IR 66, sedangkan bahan organiknya adalah, dan dalam bentuk kering. Sebagai pupuk dasar digunakan urea sebagai sumber N, SP-36 untuk sumber P 2 O 5 dan KCl untuk sumber K 2 O. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggiling tanaman, oven, timbangan, gunting, ember, ayakan berdiameter 2 mm, penggaris, kayu, cangkul, karung, sprayer dan alat-alat tulis. Metode Pengamatan dilakukan dengan dua fase yaitu, fase pertumbuhan vegetatif dan fase generatif dengan cara pengukuran, penghitungan dan penimbangan Fase pertumbuhan tanaman padi, meliputi: a) pengukuran tinggi tanaman padi: b) penghitungan jumlah anakan tanaman padi tiap rumpun Komponen hasil, meliputi: a) penghitungan jumlah anakan tanaman padi produktif; b) penghitungan jumlah gabah isi tiap malai; c) penimbangan berat gabah 1000 biji; d) penimbangan berat gabah kering tiap pot; e) penimbangan berat kering tanaman tiap pot. Teknik pengamatan dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Pengukuran tinggi tanaman padi Tinggi tanaman padi diukur mulai dari pangkal batang di atas permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman padi berumur 30 hari setelah tanam sampai 60 hari setelah tanam dengan selang waktu pengamatan selama 15 hari. Satuan pengukuran dalam centimeter (cm). b. Penghitungan jumlah anakan tanaman padi tiap rumpun Jumlah anakan tanaman padi dihitung mulai dari umur 30 hari setelah tanam. Anakan dihitung dengan cara menghitung jumlah anakan tanaman padi yang tumbuh dari batang padi Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan 165

utama dan dilakukan 15 hari sekali sampai umur 60 hari setelah tanam. Apabila dalam rumpun tanaman padi tiap pot ada 20 batang, maka jumlah anakan tanaman padi adalah 19 batang, karena satu batang sisanya adalah tanaman padi induk. c. Penghitungan jumlah anakan tanaman padi produktif Jumlah anakan tanaman padi produktif dihitung berdasarkan jumlah anakan tanaman padi yang menghasilkan malai dan bulir padi. Perhitungan dilakukan satu minggu sebelum panen, dengan satuan pengukuran dalam batang. Cara menghitung adalah apabila dalam rumpun tanaman padi terdapat 20 anakan, kemudian lima anakan tanaman padi tidak bermalai, maka jumlah anakan tanaman padi produktif adalah 15 batang. d. Jumlah gabah isi tiap malai Jumlah gabah isi tiap malai adalah jumlah gabah bernas dalam setiap malai. Jumah gabah isi tiap malai ditentukan dengan cara memberi nomor dan diambil secara acak sebanyak tiga malai, kemudian dihitung jumlah gabah bernasnya. Hasil perhitungan dinyatakan dalam biji. e. Berat gabah 1000 biji Berat 1000 biji gabah tiap pot diperoleh dengan menimbang gabah bernas sebanyak 1000 biji yang diambil secara acak menggunakan alat timbang analitik. Hasil perhitungan berat gabah 1000 biji dinyatakan dalam gram. f. Berat gabah kering tiap pot Berat gabah kering adalah hasil gabah bersih setelah dikeringkan dalam oven pada suhu 60 C selama 24 jam, dengan kadar air gabah dikonversi pada kadar air 14% agar gabah disimpan tahan lama, warna beras tidak berubah serta biji beras tidak patah saat penggilingan. Cara menghitungnya adalah dengan cara menimbang dengan alat timbang yang mempunyai kepekaan tinggi yaitu 3 digit. Satuan penimbangan dinyatakan dalam gram. Pengukuran kadar air digunakan alat Iseki-Rika Moisture Meter Ts-5. Untuk pengukuran kadar air, maka ditimbang 1,5 gram gabah kemudian dimasukkan ke dalam alat pengukur. Angka yang ditunjukkan oleh jarum setelah dikoreksi dengan tempratur, merupakan kadar air gabah. g. Berat kering tanaman Berat kering tanaman didapat dengan cara memotong batang tanaman padi tepat di atas permukaan tanah dalam pot. Berangkasan tanaman yang sudah dipotong, bersama daun yang sudah layu dikumpulkan kecuali gabah, dimasukkan ke dalam kantong kertas yang telah disiapkan sebelumnya. Kantong kertas kemudian dimasukkan ke dalam oven dan dikeringkan pada suhu 60 o C selama 48 jam dan selanjutnya berangkasan tanaman yang telah kering, ditimbang dengan alat timbang yang kepekaan 3 digit sehingga diperoleh berat kering tanaman (gram/pot). 166 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Yoshida dalam Taslim dkk., (1989) membagi pertumbuhan tanaman padi menjadi tiga fase yaitu fase vegetatif, reproduktif dan pemasakan. Fase vegetatif dimulai dari saat berkecambah sampai dengan inisiasi primordia malai; fase reproduktif dimulai dari inisiasi primordia malai sampai berbunga; dan fase pemasakan dimulai dari berbunga sampai panen. Lama fase vegetatif tidak sama untuk setiap varietas, sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan umur panen, sedang fase reproduksi dan pemasakan umumnya sama untuk tiap varietas. Siregar (1987) menyebutkan, bahwa fase vegetatif ditandai oleh pembentukan anakan aktif yaitu pertambahan anakan yang cepat sampai tercapai anakan yang maksimal, bertambah tingginya tanaman, dan daun tumbuh secara teratur. Fase reproduktif ditandai dengan memanjangya ruas batang, berkurangnya jumlah anakan, munculnya daun bendera, bunting dan pembungaan. Inisiasi primordia malai biasanya dimulai 30 hari sebelum pembungaan. Pembungaan adalah stadia keluarnya malai sedangkan antesis mulai bila benagsari bunga paling ujung pada tiap cabang malai telah keluar. Setelah antesis, gabah mengalami fase pemasakan yang terdiri dari masak susu, masak tepung, menguning dan masak panen. Fase pemasakan ditandai dengan menuanya daun dan pertumbuhan biji tiap gabah, yaitu bertambahnya ukuran biji, berat dan perubahan warna. 1. Pengukuran tinggi tanaman padi Salah satu parameter dari pertumbuhan tanaman padi yang diamati akibat dari pemupukan bahan organik adalah tinggi tanaman. Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan selang waktu 15 hari, diamati dari umur 30 sampai dengan 60 HST. Data pengukuran tinggi tanaman padi seperti tercamtun pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil pengamatan rata-rata tinggi tanaman padi pada umur 30, 45 dan 60 hari setelah tanam dalam pot percobaan di rumah kaca Balittra Perlakuan Tinggi tanaman (cm) pada umur (HST) pemupukan 30 (hari) 45 (hari) 60 (hari) 42,90 60,83 70,00 63,57 81,22 91,20 58,48 74,06 81,60 60,31 76,83 86,40 Keterangan : HST = Hari Setelah Tanam Adanya perbedaan rata-rata tinggi tanaman padi diantara jenis bahan organik yang dicoba, diduga karena dekomposisi/penguraian bahan organik dalam melepaskan unsur hara berlangsung tidak sama sehingga unsur hara yang terkandung di dalamnya untuk dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk mendukung pertumbuhan tinggi tanaman padi juga tidak sama. Dari angka-angka pada Tabel 1 juga banyak hal yang dapat dipelajari, dengan melihat kepada angka-angka tinggi tanaman padi dalam pot percobaan yang tidak diberi pemupukan bahan organik, dapat dilihat bahwa ketiga jenis pemupukan bahan organik yang dicoba dapat menambah tinggi tanaman padi yang tidak sama tingginya. Ketiga jenis bahan organik menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap tingginya tanaman. Tertinggi diberikan oleh pupuk organik sp. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan 167

Pemberian jenis bahan organik, meningkatkan rata-rata tinggi tanaman padi pada umur 30, 45 dan 60 hari setelah tanam, juga pemberian ini dapat menambah jumlah anakan tetapi jumlah anakan yang dihasilkan tidak sama banyaknya dengan jenis bahan organik. Hal ini diduga pada pemberian jenis bahan organik ini apabila dibanding dengan jenis bahan organik Calopogunium, proses dekomposisi bahan organik ini menjadi anorganik terutama untuk melepaskan unsur hara yang terdapat di dalam itu berjalan lambat sehingga belum dapat sepenuhnya dimanfaatkan oleh tanaman padi untuk menghasilkan jumlah anakan tanaman padi dibawah umur 60 hari setelah tanam. Penghitungan jumlah anakan, malai dan panjang malai tanaman padi tiap rumpun Penghitungan terhadap jumlah anakan tanaman padi dilakukan selang 15 hari dan dimulai pada umur 30 HST. Data penghitungan jumlah anakan tanaman padi seperti yang disajikan pada Tabel 2, sedangkan penghitungan terhadap jumlah malai dan panjang malai dilakukan satu minggu sebelum panen berdasarkan jumlah anakan tanaman padi yang menghasilkan malai serta diukur panjang malai. Data penghitungan jumlah malai dan panjang malai seperti yang disajikan pada Tabel 3. Tabel 2. Hasil pengamatan rata-rata jumlah anakan tanaman padi pada umur 30, 45 dan 60 hari setelah tanam pertanaman padi pada pot percobaan di rumah kaca Balittra Perlakuan Jumlah anakan tanaman (btg/rpn) pada umur (HST) pemupukan 30 (hari) 45 (hari) 60 (hari) 6,0 14,2 13,8 12,2 11,0 25,7 24,0 23,8 12,0 26,0 25,0 28,0 Keterangan : HST = Hari Setelah Tanam Btg = batang; rpn = rumpun Tabel 3 Hasil pengamatan rata-rata jumlah malai dan panjang malai tanaman padi dalam pot percobaan di rumah kaca Balittra Perlakuan pemupukan jumlah malai (btg) Panjang malai (cm) 10,0 25,7 23,1 23,3 19,9 22,3 21,1 21,7 Pemberian menghasilkan masing-masing jumlah malai dan panjang malai tanaman padi paling tinggi, yaitu rata-rata 25,7 malai tiap pot dan 22,3 cm tiap pot. Sedangkan pengamatan penghitungan jumlah gabah isi dan hampa diperoleh data seperti pada Tabel 4, 168 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

yaitu rata-rata gabah hampa terkecil dihasilkan oleh tanaman padi akibat diberi (22,8 biji tiap pot), kemudian diikuti oleh Calopogunium (35,0 biji tiap pot) dan (37,0 biji tiap pot). 1. Penghitungan jumlah gabah isi dan gabah hampa Penghitungan terhadap jumlah gabah isi dan hampa dilakukan dengan cara memberi nomor dan diambil secara acak sebanyak tiga malai, kemudian dihitung jumlah gabah yang ada isinya dan yang hampa. Data penghitungan jumlah gabah isi dan hampa seperti yang disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil pengamatan rata-rata jumlah gabah hampa dan gabah isi tanaman padi pada pot percobaan di rumah kaca Balittra Perlakuan pemupukan gabah hampa (butir) Gabah isi (butir) 44,0 37,0 22,8 35,0 47,0 98,6 92,0 92,6 Rata-rata gabah isi terbanyak dihasilkan oleh tanaman padi yang diberi yaitu 98,6 biji tiap pot, kemudian diikuti oleh calopogonium yaitu 92,6 biji tiap pot dan yaitu 92,0 biji tiap pot. Tanaman padi yang tidak diberi bahan organik hanya mampu menghasilkan rata-rata gabah isi sebanyak 47,0 biji tiap pot. 2. Penimbangan berat gabah kering Berat gabah merupakan salah satu parameter yang menentukan tinggi rendahnya hasil, hasil padi diperoleh dengan cara menimbang seluruh gabah isi pada setiap pot percobaan. Padi setelah dipanen kemudian dirontokkan dan dijemur sampai kadar airnya mencapai 14% setelah itu dilakukan penimbangan. Data berat gabah seperti yang disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Hasil pengamatan rata-rata berat gabah 1000 biji dan berat gabah tiap pot pada pot percobaan di rumah kaca Balittra Perlakuan pemupukan berat gabah 1000 biji (g) berat gabah per pot (g) 19,00 20,02 19,40 19,70 11,10 48,83 40,56 43,97 Rata-rata berat gabah 1000 biji dan berat gabah tiap pot tertinggi diperoleh pada pemberian, hal ini diduga tidak terlepas dari cepatnya ketersediaan hara dari bahan organik ini yang mampu mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi karena proses dekomposisi bahan organik telah berjalan sehingga unsur hara yang tersedia dapat diserap oleh tanaman padi mengakibatkan berat gabah 1000 biji maupun berat gabah setiap pot lebih banyak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan 169

KESIMPULAN Pengamatan terhadap pertumbuhan dan komponen hasil sangat diperlukan karena menentukan validitas data yang akan dihasilkan, dilakukan dalam dua fase yaitu fase vegetatif dan fase generatif. Hijauan seperti sp, sp, dan sp dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik tanaman padi. Dengan metode pengamatan pengukuran, penghitungan, dan penimbangan yang sama ternyata tinggi tanaman, jumlah anakan, dan bobot gabah, diperoleh data yang tidak sama sebagai akibat perlakuan pemupukan yang tidak sama. Hasil tertinggi diperoleh pada pemberian pupuk organik sesbania sp. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada Bapak Drs. Isdijanto Ar-Riza, MS. yang telah memberi masukan dan dukungan dalam penulisan makalah ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Trip Alihamsyah, MSc. Selaku Kepala Balittra Banjarbaru yang telah memberikan kesempatan mengikuti Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian. DAFTAR BACAAN Aribawa, IB. 2002. Pengaruh kapur dan bokashi purun tikus terhadap tampilan tanaman padi dan perubahan beberapa sifat kimia tanah sulfat masam. Tesis. Fakultas Pascasarjana, Universitas Lambung Mangkurat. Pp. 154. Siregar, H. 1987. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. PT. Sastra Hudaya. Pp. 319. Taslim, H., S. Partohardjino, dan Djunainah. 1989. Bercocok Tanam Padi Sawah. Dalam M. Ismunadji, M. Syam, dan Yuswadi. Buku Padi 2. Badan Litbang Pertanian, Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor. Pp. 481-505. 170 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan