I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus

BAB I. PENDAHULUAN A.

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

I. PENDAHULUAN. Selama lebih dari 30 tahun Bulog telah melaksanakan penugasan dari

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, BULOG tetap melakukan kegiatan menjaga Harga Dasar. Tugas pokok BULOG sesuai Keputusan Presiden (Keppres) No 50 tahun

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

I. PENDAHULUAN. dengan menyerap 42 persen angkatan kerja (BPS, 2011). Sektor pertanian

BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA

BAB II PROFIL PERUSAHAAN/INSTANSI. Mei 1967 berdasarkan keputusan presidium kabinet No.114/U/Kep/5/1967, dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan perekonomian di Indonesia. Perum BULOG Divisi Regional Sumbar adalah salah satu perusahaan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang paling asasi.

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang cocok digunakan untuk pertanian. Sedangkan berdasarkan letak astronominya,

BAB II PERUM BULOG DIVRE SUMUT

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

BAB I PENDAHULUAN. usaha logistik/pergudangan, survei dan pemberantasan hama, penyediaan karung

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. Perusahaan umum Bulog mempunyai misi yakni memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan ekonomi dan industri yang saling bersingungan satu sama lain.

Analisis dampak subsidi beras terhadap kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendahuluan. Rakornas Bidang Pangan Kadin 2008

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. total. Tekanan dari luar negeri datang dari negara-negara pemberi pinjaman dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INFLASI DAN KENAIKAN HARGA BERAS Selasa, 01 Pebruari 2011

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

MANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERAN PERUM BULOG SUBDIVRE KEDIRI DALAM MENJAGA STABILITAS HARGA BERAS MELALUI PENGADAAN BERAS TESIS. Diajukan Oleh :

KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

I. PENDAHULUAN Badan Urusan Logistik (BULOG) adalah satu-satunya Lembaga

Badan Urusan Logistik (BULOG) adalah suatu Lembaga Pemerintah Non. Departemen (LPND) yang ditugasi untuk mengendalikan dan menjaga kestabilan

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. logistik pangan. Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi usaha logistik/

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

MEMPOSISIKAN KEMBALI BULOG SEBAGAI GARDA DEPAN KETAHANAN PANGAN PADA SUBSISTEM DISTRIBUSI

Perkembangan Harga Beras, Terigu Dan Gula Di Indonesia Tahun 2008 Selasa, 31 Maret 2009

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan internasional, yaitu : Universal Deklaration Of Human Right. (1948), Rome Deklaration on World Food Summit

I. PENDAHULUAN. antar perusahaan semakin meningkat, sehingga setiap perusahaan dituntut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

GEJALA MALADMINISTRASI DALAM PENGELOLAAN DATA PERSEDIAAN BERAS NASIONAL DAN KEBIJAKAN IMPOR BERAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur.

OPERASIONALISASI KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DAN HARGA ATAP BERAS

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di

KETIKA HARGA BERAS TURUN, PUJIAN PUN TAK KUNJUNG DATANG Kamis, 27 September 2007

Rubrik Utama MODEL. Oleh: Dr. Ir. Suswono, MM Menteri Pertanian RI Kabinet Indonesia Bersatu II ( ) Agrimedia

I. PENDAHULUAN. negara agraris di dunia, peranan tanaman pangan juga telah terbukti secara

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

II. PENGEMBANGAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

PERSIAPAN RPJMN TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan nasional. Ketahanan pangan menurut Food and

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. umumnya, khususnya sebagai sumber penyediaan energi dan protein. Neraca

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KEBIJAKAN PERGUDANGAN DI INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN PERDAGANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

Transkripsi:

I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan melonjaknya harga bahan pangan pokok, banyak pihak yang mulai meninjau kembali peran dan fungsi BULOG. Sebagian pihak menginginkan agar status BULOG dikembalikan ke Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND), agar dapat menstabilkan harga beberapa komoditas pangan pokokyang akhir-akhir ini cenderung fluktuatif. Fluktuasi harga pangan di dalam negeri sejalan dengan fluktuasi harga pangan pokok dipasar internasional dan melonjaknya harga minyak dunia. Ketersediaan bahan pangan pokok yang terbatas di pasar internasional merupakan dampak dari persaingan yang ketat dalam penggunaannya sebagai bahan pangan (food), pakan (feed), dan bahan bakar (fuel). Menurut Puspoyo dalam Sawit et al. (2002), BULOG sebagai lembaga pelaksana kebijakan bahan pangan pokok yang ditetapkan Pemerintah, memiliki peran pelayanan publik (Public Service Obligation/PSO) dalam menjalankan tugasnya seperti stabilitasi harga dan penyaluran beras miskin (raskin). Namun dalam implementasinya, BULOG juga melakukan kegiatan operasional layaknya badan usaha, seperti menyediakan jasa logistik dan memasarkan beras multi grade untuk tujuan komersial. Pelaksanaan peranan BULOG dibidang komoditas pangan pokok seperti beras telah berlangsung lama, tetapi selama ini tidak memiliki keleluasaan untuk mengintervensi pasar. Disamping tidak didukung oleh dana taktis operasional yang memadai, langkah BULOG diera reformasi ini juga dibatasi oleh birokrasi perizinan Pemerintahan dan masih terbatasnya jenis produk yang dihasilkan oleh BULOG. Namun, harus disadari bahwa BULOG sesungguhnya memiliki peran yang sangat strategis dalam mengamankan kebutuhan pangan nasional. Langkah Pemerintah mereformasi BULOG untuk kembali menangani pengelolaan beras di tanah air dinilai positif dalam upaya menjaga stabilitas harga dan pasokan beras di masyarakat. Sejak awal berdiri, BULOG memang tidak hanya diberi tugas melayani petani, tetapi juga memenuhi kebutuhan konsumen. Melalui mekanisme pembubaran Komando Logistik Nasional (Kolognas) dan berdasarkan Keppres No.69 tahun 1967 dibentuk Badan Urusan Logistik (BULOG).Tugas utama BULOG waktu itu adalah melakukan stabilisasi harga pangan, membentuk stok beras, mengenalkan standar dan grade beras (Puspitasari, 2007). Dalam perjalanannya, BULOG mengalami rangkaian perubahan struktur organisasi yang diikuti perubahan fungsi. Status hukum

BULOG mengalami perubahan pada tahun 2003, dari LPND menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang telah memperluas ruang lingkup fungsi BULOG, yang tidak hanya menjalankan fungsi publik sebagai Lembaga Pelayanan Masyarakat (public service obligation/pso) tetapi juga sekaligus melakukan aktivitas komersial (non PSO). Berdasarkan hasil penelitian Tim Universitas Indonesia dalam Sawit et al. (2002), diketahui bahwa hingga masa krisis tahun1997, BULOG dinilai berhasil menjalankan tugasnya, namun belum efisien. Hasil analisis kinerja operasional menunjukkan bahwa terjaminnya cadangan pangan nasional didukung oleh biaya bunga yang tinggi, sehingga BULOG tidak efisien dalam menjalankan operasinya. Selain itu, aset-aset yang dimiliki kurang produktif dan kegiatan BULOG sangat bergantung pada sumber dana subsidi. Padahal BULOG memiliki network, gedung perkantoran, dan gudang yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan komersial. Aset-aset ini dapat menjadi kendala jika tingkat pemanfaatannya rendah, karena lokasi yang terpencil atau ukuran yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar. Secara menyeluruh, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa potensi komersialisasi sumberdaya masih rendah, sehingga perlu kajian yang mendalam untuk mengidentifikasi potensi komersial BULOG di masingmasing daerah. Fungsi komersial merupakan pengalaman pertama BULOG yang mulai dijalankan sejak 2003. Berdasarkan tahapan strategi bisnis perusahaan dan cakupan kegiatan, usaha BULOG dibagi menjadi tiga yaitu industri, perdagangan, dan jasa (BULOG, 2008). Pada awal berdiri, BULOG berada di bawah koordinasi Deputi Usaha Logistik dan Pariwisata di Kementerian BUMN RI. Alasannya, BULOG dianggap memiliki jaringan gudang terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Pengembangan kegiatan komersial BULOG diharapkan dapat mendukung tugas PSOnya, sehingga dapat memberikan nilai tambah tersendiri. Pada awalnya, kekhawatiran terhadap penerapan dua fungsi sekaligus yang dimiliki BULOG timbul karena adanya kemungkinan tumpang tindih antar keduanya pada saat pelaksanaan. Sebagai contoh, dengan tingginya perbedaan harga antara beras dalam negeri dengan harga beras di pasar internasional, menyebabkan BULOG cenderung memilih kebijakan impor untuk memenuhi kebutuhan nasional (pandangan komersial). Beras impor tersebut akan dikeluarkan pada saat operasi pasar (OP) yang dijual dengan harga yang lebih tinggi. Selisih harga tersebut dapat memberikan keuntungan yang cukup tinggi bagi BULOG. Kebijakan tersebut membuat BULOG kehilangan kemampuan dalam menyerap kelebihan hasil panen petani di daerah, sehingga petani tidak bisa menikmati

hasil panen karena harga yang turun pada saat panen raya. Dengan harga pembelian maksimal setara Harga Pembelian Pemerintah (HPP) di tingkat petani, BULOG juga memperoleh keuntungan yang tinggi pada saat melakukan operasi pasar. Pada saat paceklik, kemungkinan BULOG akan melakukan operasi pasar pada tingkat harga jual beras yang lebih tinggi dari pada HPP. Hal ini merupakan peluang bagi BULOG dalam memperoleh keuntungan. Menurut Tim Peneliti Universitas Indonesia dalam Sawit, et.al (2002), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan Pemerintah yang juga akan mempengaruhi operasional BULOG dimasa mendatang seperti: 1. Potensi konflik antar kebijakan Pemerintah, misalnya kebijakan impor beras dengan harga dasar 2. Kendala keuangan Pemerintah yang membatasi penyaluran KLBI (Kredit Likuiditas Bank Indonesia) bagi BULOG 3. Globalisasi dan tuntutan terhadap perdagangan bebas komoditas pangan 4. Keinginan untuk menjalankan kebijakan Pemerintah secara transparan 5. Tantangan untuk optimalisasi pemanfaatan aset dan sumberdaya BULOG (antara lain terkait dengan pemberlakuan UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UUNo.5/1999 tentang Larangan Praktik Monopoli) yang mengarah kepada terbentuknya lembaga pangan yang mandiri. Mengacu kepada berbagai faktor dan potensi yang dimiliki, serta melihat tantangan dan peluang di masa yang akan datang, maka BULOG seharusnya dapat berkembang, memiliki otonomi dan tanggung jawab yang lebih luas dalam mengelola usaha logistik pangan pokok nasional yang bersifat pelayanan masyarakat maupun komersial, sesuai dengan amanat PP No. 7 tahun 2003. Melihat perkembangan dan kondisi BULOG saat ini, tampaknya perlu dilakukan pengkajian tentang strategi dalam mengidentifikasi potensi-potensi komersial yang dimiliki BULOG dan memberikan peningkatan nilai tambah bagi perusahaan itu sendiri maupun bagi Pemerintah (dalam hal ini berkaitan dengan kondisi stabilitas pengadaan komoditas pangan pokok nasional) 1.2. Perumusan Masalah Sebagai langkah stabilisasi pasar untuk bahan pangan pokok, khususnya beras, Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan perberasan yang mengarah kepada pertumbuhan dan keseimbangan antara penawaran (supply) dan permintaan (demand) terhadap beras di pasar nasional. BULOG, sebagai lembaga pangan yang

dibentuk Pemerintah, mengemban tugas sebagaimana layaknya lembaga pangan di suatu negara. Tujuan utama Pemerintah membentuk lembaga ini adalah untuk membangun ekonomi nasional dengan berperan serta dalam melaksanakan program pembangunan nasional di bidang pangan. Dengan berkembangnya iklim sosial, ekonomi, politik,dan keamanan di Indonesia, Pemerintah telah mentransformasi BULOG melalui PP No. 7 tahun 2003 dengan mengubah bentuk lembaga tersebut menjadi perusahaan umum (Perum) yang memiliki tugas yang bukan hanya sebagai lembaga yang melakukan stabilitas harga dengan penugasan public service obligation (PSO), tetapi juga melakukan kegiatan komersial yang menguntungkan,sehingga dapat mandiri dan mengembangkan diri sesuai dengan kondisi persaingan pasar yang ada. Tuntutan terhadap kemandirian BULOG juga semakin gencar mengingat statusnya yang kini telah menjadi Perum. Dengan mengubah status BULOG sebagai Perum, maka dalam melakukan kegiatan bisnisnya harus menjalankan prinsip bisnis pada umumnya, tanpa ada hak khusus yang diberikan oleh Pemerintah. Untuk memenuhi tuntutan kemandirian ini, BULOG telah mengembangkan kegiatan komersial yang berkaitan dengan sumber daya yang telah dimilikinya. Selain itu, rancangan kegiatan komersial ini diharapkan tidak tumpang tindih dengan tujuan PSO BULOG. Berdasarkan Inpres No. 3 tahun 2007, BULOG diperbolehkan untuk melakukan kegiatan usaha komersial meliputi:(1) industri perberasan, (2) usaha logistik/pergudangan, (3) usaha jasa survey dan pemberantasan hama, (4) usaha jasa angkutan, (5) perdagangan komoditas pangan. Hal ini menciptakan iklim bisnis yang mengarah kepada tuntutan peningkatan produktivitas BULOG, agar dapat bersaing dengan perusahaan swasta yang berfokus pada industri yang sama dengan BULOG. Permasalahan yang dihadapi BULOG dalam mengembangkan kegiatan komersialnya adalah keterbatasan kapasitas produksi, in efisiensi biaya sehingga harga jual tidak kompetitif, pasar produk komoditas yang telah dikuasai oleh pemain lama (Crude Palm Oil/CPO dan Gula), pasokan bahan baku dan pemasaran produk tidak kontinu, karena telah terbentuknya koalisi pembeli yang memiliki bargaining position yang kuat di pasar (BULOG, 2008) Belajar dari pengalaman banyak Negara anggota WTO,termasuk negara maju, dalam menangani masalah pangan nasional dan ketahanan pangannya, penghilangan fungsi STE (State Trading Enterprice) BULOG sebagai lembaga pengelola pangan nasional oleh Pemerintah tidak menguntungkan kondisi ketahanan pangan Indonesia. Sebagai perbandingan lembaga pangan sejenis BULOG di dunia, OECD (2000)

melaporkan bahwa dari 142 negara anggota WTO terdapat 150 STE, dimana 70 persen dari STE tersebut bergerak dibidang produk bahan pangan (WTO, 2003). Beberapa jenis STE telah dilaporkan ke Sekretariat WTO, misalnya The China National Cereals, Oil and Foodstuffs Importand Export Cooperation (COFCO) di China,Vietnamise Food Cooperation (VFC), National Food Authority (NFA) di Phillipina dan BERNAS di Malaysia. Fakta ini menunjukkan bahwa lembaga pangan nasional seperti BULOG sangat dibutuhkan dan ditingkat internasional (WTO) tetap diperbolehkan. Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan kajian (penelitian) tentang reformasi fungsi BULOG. Pertanyaan yang muncul untuk penelitian ini adalah bagaimana mengoptimalisasikan peran BULOG setelah berubah status menjadi Perum dalam upaya penciptaan daya saing organisasi secara berkelanjutan? Pertanyaan yang dapat dikembangkan untuk mempertajam penelitian ini adalah: 1. Apa langkah strategis yang harus disusun untuk menjalankan dua fungsi manajemen yang dimiliki BULOG (fungsi PSO dan Non PSO) saat ini? 2. Kompeten siapa yang harus dimiliki BULOG dalam mengoptimalkan fungsi PSO dan Non PSO tersebut, serta dalam meningkatkan daya saing organisasi yang berkelanjutan? 3. Bagaimana sumber daya yang dimiliki BULOG untuk mendukung dua fungsi manajemen tersebut? 4. Bagaimana kesiapan BULOG sebagai sebuah organisasi perusahaan dalam menjalankan dua fungsi manajemen saat ini? 5. Apa yang harus dilakukan untuk mengukur optimalisasi peran BULOG? Pertanyaan investigasinya adalah : 1. Bagaimana kondisi lingkungan makro dan mikro yang dihadapi BULOG pada saat ini dan lima tahun kedepan? 2. Apakah strategi yang dikembangkan saat ini mampu menjawab tantangan fungsi manajemen yang dimiliki BULOG? 3. Apakah pilihan kegiatan bisnis yang dikembangkan saat ini sesuai dengan kompetensi yang dimiliki BULOG? 4. Adakah kompetensi lainnya yang harus dimiliki untuk mengoptimalkan dua fungsi manajemen tersebut? 5. Sumberdaya apa yang harus dimiliki untuk mendukung dua fungsi manajemen BULOG? 6. Kekuatan apa yang dimiliki BULOG untuk menunjang dua fungsi

Manajemen tersebut? 7. Bagaimana wewenang dan tanggung jawab BULOG dalam mendukung dua fungsi tersebut? 8. Bagaimana adaptasi organisasi BULOG dalam menghadapi tuntutan dua fungsi manajemen yang dimiliki saat ini? 9. Apa yang dapat dijadikan indikator dalam menilai optimalisasi peran BULOG? Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, dirumuskan permasalahan yang akan diteliti, yaitu: 1. Bagaimana fungsi dan strategi BULOG dalam upaya peningkatan daya saing organisasi yang berkelanjutan? 2. Apa saja indikator kerja utama (key success factor) kegiatan PSO dan non PSO (bisnis) yang dapat dilakukan BULOG dalam penciptaan daya saing organisasi yang berkelanjutan? 3. Apa alat ukur kinerja yang tepat untuk menciptakan daya saing BULOG yang berkelanjutan? 1.3. TujuanPenelitian Dari permasalahan diatas, disusun tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Merumuskan fungsi dan strategi BULOG dalam upaya peningkatan daya saing organisasi yang berkelanjutan. 2.. Menentukan kriteria kunci keberhasilan (key success factor) untuk kegiatan PSO dan non PSO BULOG. 3. Menentukan alat ukur kinerja dalam rangka pencapaian daya saing BULOG yang berkelanjutan.

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB