Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mempunyai ciri khas yang berbeda-berbeda. Pertumbuhan balita akan

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA BAYI DI DESA TARAMAN KECAMATAN SIDOHARJO SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

2. Apa saja program imunisasi dasar lengkap yang ibu ketahui? a. BCG b. DPT c. Polio d. Campak e. Hepatitis B

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010). Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox).

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

Romy Wahyuny*, Linda Fadila**

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap status gizi anak. upaya kesehatan masyarakat lainnya.

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DPT-HB DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun 1974.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005). Imunisasi adalah

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. (1)

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian bayi dan balita (bayi dibawah lima tahun) adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, selain indikator Angka Kematian Ibu (AKI), Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS). Imunisasi lanjutan

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi. adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Negara, juga merupakan salah satu indikator yang paling sensitif dalam

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 ini masih jauh lebih baik dibandingkan dengan 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk

BAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit yang berujung pada kematian bayi (Achmadi, 2016). harus menyelesaikan jadwal imunisasi (Kemenkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan pembangunan nasional jangka panjang tersebut (Ranuh, 2008).

UPAYA PROMOSI DAN PREVENTIVE KESEHATAN BAYI DAN ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular

PENGARUH DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KELUARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR DI KELURAHAN DAYEUH LUHUR

Ike Ate Yuviska(¹), Devi Kurniasari( 1 ), Oktiana (2) ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kesehatan nasional (Budioro. B, 2010). Dalam lingkup pelayanan

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka

BAB 1 PENDAHULUAN. serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan utama dari pemberian vaksinasi. Pada hakekatnya kekebalan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Program kesehatan di Indonesia periode adalah Program

PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS KOTAGEDE I YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. satu diantaranya adalah pencegahan penyakit. Sebagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban

ABSTRAK. : Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Pemberian, Imunisasi Dasar. Nuur Octascriptiriani Rosdianto

suatu penyakit, jika suatu saat dia terkena penyakit yang sama maka tubuhnya sudah kebal terhadap penyakit tersebut (Matondang & Siregar,

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

Christopher A.P, S. Ked Yayan A. Israr, S. Ked

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di indonesia

Gambaran Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Usia 0-12 Bulan

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh dkk, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBANTU BATUPLAT

Sagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 3 No. 2 Januari-Juni 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia telah menurun, dimana rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehat, cerdas dan produktif. Pencapaian pembangunan manusia yang diukur

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dicegah dengan imunisasi, yakni masing-masing 3 juta orang atau setiap 10

BAB I PENDAHULUAN. kelompok bayi dari difteri, pertusis, tetanus dan campak. Cakupan imunisasi di

BAB 1 PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa (Wijaya, 2005). tergolong rendah, 11 juta anak di bawah 5 tahun meninggal

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN STATUS IMUNISASI POLIO BAYI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA INDARWATI MRANGGEN JATINOM KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Selama proses pertumbuhan dan perkembangan, anak memerlukan asupan

: Tingkat pengetahuan, bayi, Kejadian Ikutan Pasca imunisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN IMUNISASI BCG DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK BALITA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL.

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan kesehatan tersebut difokuskan pada usaha promotif dan

Hubungan Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Anak Umur Bulan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting untuk ibu, terutama ibu

IMUNISASI SWIM 2017 FK UII Sabtu, 14 Oktober 2017

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam MDG (Millenium. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009 )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mempersiapkannya diperlukan anak-anak Indonesia yang sehat baik fisik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunitas merupakan daya tahan tubuh. Sistem imun adalah jaringan dalam

PERAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK PADA ANAK SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI PUSKESMAS BARING KECAMATAN SEGERI KABUPATEN PANGKEP

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga sebagai unit terkecil dari kehidupan bangsa. Kemandirian keluarga dalam

GAMBARAN TENTANG KETEPATAN PEMBERIAN IMUNISASI DPT COMBO 2 DAN 3 PADA BALITA DI DESA MANUNGGAL KECAMATAN NGUSIKAN KABUPATEN JOMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Lienda Wati, FKM UI, 2009 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL. independen (pengertian imuninisasi, tujuan imunisasi, manfaat imunisasi, jenis

Transkripsi:

SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA Devi Rosita 1, dan Yayuk Norazizah 2 INTISARI Pada saat ini imunisasi sendiri sudah berkembang cukup pesat, ini terbukti dengan menurunnya angka kesakitan dan angka kematian bayi. Angka kesakitan bayi menurun 10% dari angka sebelumnya, sedangkan angka kematian bayi menurun 5% dari angka sebelumnya menjadi 1,7 juta kematian setiap tahunnya di Indonesia.Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara, untuk dapat lebih menurunkan AKB yang ada di kabupaten Jepara. Bila dibandingkan dengan target MDGs ke-4 tahun 2015 yaitu 23 per 1000 kelahiran hidup Kabupaten Jepara telah memenuhi target. Tujuan untuk mengetahui kelengkapan imunisasi pada bayi umur 1-12 bulan di Desa Pancur Mayong Jepara. Jenis penelitian study deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Desa Pancur Mayong Jepara. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi umur 1-12 bulan di Desa Pancur Mayong Jepara. Sampel penelitian ini sebanyak 76 bayi yang berumur 1-12 bulan dan menggunakan teknik total sampling. Hasil penelitian di Desa Pancur Mayong tentang survei kelengkapan imunisasi pada bayi umur 1-12 bulan didapatkan 54 responden (71%) imunisasinya lengkap dan 22 responden (29%) imunisasinya tidak lengkap. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata di Desa Pancur Mayong masih terdapat yang imunisasi tidak lengkap. Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan atau penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi sebagai proteksi terhadap penyakit. Kata Kunci : Imunisasi, Bayi Umur 1-12 bulan PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan bidang kesehatan salah satunya dapat dinilai dari indikator derajat kesehatan masyarakat antara lain Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia merupakan masalah yang harus mendapat perhatian lebih dan serius. Angka kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih tinggi telah mengundang perhatian dan hal ini menjadi fenomena dibanyak Negara berkembang. Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) ini masih jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015 sesuai dengan kesepakatan sasaran pembangunan (Anonymous, 2011). Pada saat ini imunisasi sendiri sudah berkembang cukup pesat ini terbukti dengan menurunya angka kesakitan dan angka kematian bayi. Angka kesakitan bayi menurun 10% dari angka sebelumnya, sedangkan angka kematian bayi menurun 5% dari angka sebelumnya menjadi 1,7 juta kematian setiap tahunnya di Indonesia ( Depkes RI, 2011 ). HIKMAH 44

Kegiatan imunisasi di Indonesia dimulai di Pulau Jawa dengan vaksin cacar dimulai pada tahun 1956. Pada tahun 1972, Indonesia telah berhasil membasmi penyakit cacar. Selanjutnya mulai dikembangkan vaksinasi antara cacar dan BCG. Pelaksanaan vaksin ini ditetapkan secara nasional pada tahun 1973. Indonesia resmi dinyatakan bebas cacar oleh WHO. Pada tahun (1972) juga dilakukan study pencegahan terhadap tetanus Neonatorum dengan memberikan suntikan Tetanus Toxoid (TT) pada wanita dewasa di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tahun 1976 mulai dikembangkan imunisasi DPT di beberapa kecamatan yang didahului oleh pulau Bangka di Sumatera Selatan. Tahun 1977 ditentukan sebagai fase persiapan Pengembangan Program Imunisasi (PPI). Tahun 1980 program imunisasi rutin terus dikembangkan dengan memberikan tujuh jenis antigen yaitu BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B, TT dan DT (DEPKES RI, 2005). Angka kematian bayi merupakan banyaknya kematian bayi umur kurang dari 1-12 bulan (1-12 tahun) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. Laporan dari puskesmas, angka kematian bayi (AKB) tahun 2010 sebesar 178 jiwa dari jumlah kelahiran hidup sebesar 21.131 jiwa didapatkan angka 8,42. Sedang tahun 2009 sebesar 177 jiwa dari jumlah kelahiran hidup sebesar 21.841 dengan AKB sebesar 8,1. Angka kematian bayi di Kabupaten Jepara yang diharapkan semakin turun untuk tiap tahunnya, di tahun 2010 malah terjadi kenaikan, hal ini perlu menjadikan prioritas program/kegiatan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara untuk dapat lebih menurunkan AKB yang ada di Kabupaten Jepara. Bila dibandingkan dengan target MDGs ke-4 tahun 2015 yaitu 23 per 1000 kelahiran hidup Kabupaten Jepara telah memenuhi target (Profil DKK Jepara, 2010). Pekan Imunisasi Nasional (PIN) adalah pekan dimana setiap balita termasuk bayi baru lahir yang bertempat tinggal di Indonesia diimunisasi dengan vaksin polio, tanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Indonesia saat ini mewakili satu per lima dari seluruh penderita polio secara global tahun ini. Kalau tidak dihentikan segera, virus ini akan segera tersebar ke seluruh pelosok negeri dan bahkan ke negara-negara tetangga terutama daerah yang angka cakupan imunisasinya masih rendah. Indonesia merupakan Negara ke-16 yang dijangkiti kembali virus tersebut. Banyak pihak khawatir tingginya kasus polio di Indonesia akan menjadikan Indonesia menjadi pengekspor virus ke negara-negara lain, khususnya di Asia Timur. Wabah polio yang baru saja terjadi di Indonesia dapat dipandang sebagai sebuah krisis kesehatan dengan implikasi global (PIN Campak dan Polio, 2011). Tuberkulosis (TBC) hingga saat ini masih menjadi salah satu masalah serius kesehatan dunia, khususnya bagi mereka yang tinggal di negara-negara sedang berkembang. Tuberkulosis masih menjadi penyebab utama penyebab kematian yang berkaitan dengan infeksi tunggal. Disebutkan 95% tuberkolusis terjadi di negara sedang berkembang dengan kondisi ekonomi yang lemah, dan 5% sisanya terjadi di negara industri (Profil Jateng, 2011). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan mengenai sasaran Imunisasi pada Bayi umur 1-12 bulan didapatkan 5% bayi menderita sakit Tuberculosis, akibat tidak mendapatkan imunisasi BCG. 10 % bayi menderita batuk rejan, karena belum mendapatkan imunisasi DPT. HIKMAH 45

Oleh karena itu, masyarakat masih perlu mendapatkan informasi kesehatan terutama tentang pentingnya bayi diberikan imunisasi. Berdasarkan tabel diatas, peneliti memilih Desa Gemiring Kidul untuk dijadikan tempat penelitian. Karena di desa tersebut masih terdapat bayi yang belum mendapat imunisasi secara lengkap. Maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai Survei Kelengkapan Imunisasi Pada Bayi Umur 1-12 bulan di Desa PAncur Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. Berdasarkan identifikasi masalah dari latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah Bagaimana Survei Kelengkapan Imunisasi Pada Bayi Umur 1-12 bulan di Desa PAncur Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara Tujuan Umum Untuk mengetahui survei kelengkapan imunisasi pada bayi umur 1-12 bulan di Desa PAncur Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. Tujuan Khusus Untuk mengetahui kelengkapan imunisasi pada bayi umur 1 bulan, Untuk mengetahui kelengkapan imunisasi pada bayi umur 2 bulan, Untuk mengetahui kelengkapan imunisasi pada bayi umur 3 bulan, Untuk mengetahui kelengkapan imunisasi pada bayi umur 4 bulan, Untuk mengetahui kelengkapan imunisasi pada bayi umur 9 bulan METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan adalah berbentuk penelitian Deskriptif dengan metode Survei, pendekatan yang dilakukan yaitu cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi umur 1-12 bulan pada bulan April 2012 sebanyak 76 bayi di Desa Pancur Mayong Jepara sedangkan Sampel dalam penelitian ini yaitu semua bayi umur 1-12 bulan sebanyak 76 bayi di Desa Pancur Mayong. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling atau sampling jenuh. Jenis Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa kohort bayi yang didapat dari Bidan Desa Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar rekapitulasi data dari Bidan Desa. Analisa data dalam penelitian ini dengan Analisa Univariat. HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN Hasil penelitian ini menggunakan analisa univariat yang disajikan dalam bentuk tabel untuk menggambarkan variabel yang diteliti No. Kelengkapan Frekuensi Persentase (%) 1. Lengkap 54 71 2. Tidak Lengkap 22 29 Jumlah 76 100 Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas bayi umur 1-12 bulan di Desa Gemiring Kidul Nalumsari Jepara yang sudah diimunisasi secara lengkap sebanyak 54 responden (71%). a. Kelengkapan imunisasi pada bayi umur 1 bulan. No. Kelengkapan Frekuensi Persentase (%) 1. Lengkap (HB0,BCG,Polio1) 1 33 HIKMAH 46

2. Tidak Lengkap (BCG,Polio1) 2 67 Jumlah 3 100 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas bayi umur 1 bulan di Desa Gemiring Kidul Nalumsari Jepara yang tidak diimunisasi BCG, Polio1 (tidak lengkap) sebanyak 2 responden (67%). b. Kelengkapan imunisasi pada bayi umur 2 bulan. No. Kelengkapan Frekuensi Presentase (%) 1. Lengkap (HB0,BCG,Polio1,DPT/HB1,Polio2) 2 40 2. Tidak Lengkap (DPT/HB1,Polio2) 3 60 Jumlah 5 100 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa mayoritas bayi umur 2 bulan di Desa Gemiring Kidul Nalumsari Jepara yang tidak diimunisasi DPT/HB1, Polio2 (tidak lengkap) sebanyak 3 responden (60%). c. Kelengkapan imunisasi pada bayi umur 3 bulan. No. Kelengkapan Frekuensi Presentase (%) 1. Lengkap (HB0,BCG,Polio1, 0 0 DPT/HB1,Polio2,DPT/ HB2,Polio3) 2. Tidak Lengkap (DPT/HB1,Polio2, DPT/HB2,Polio3) 4 100 Jumlah 4 100 Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas bayi umur 3 bulan di Desa Gemiring Kidul Nalumsari Jepara yang tidak diimunisasi DPT/HB1, Polio2, DPT/HB2, Polio3 (tidak lengkap) yaitu 4 responden (100%). d. Kelengkapan imunisasi pada bayi umur 4 bulan No. Kelengkapan Frekuensi Presentase (%) 1. Lengkap (HB0,BCG,Polio1, DPT/HB1,Polio2,DPT/ 8 47 HB2,Polio3, DPT/HB3,Polio4) 2. Tidak Lengkap (DPT/HB2, Polio3, 9 53 DPT/HB3,Polio4) Jumlah 18 100 Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas bayi umur 4 bulan di Desa Gemiring Kidul Nalumsari Jepara yang tidak diimunisasi DPT/HB2, Polio3, DPT/HB3, Polio4 (tidak lengkap) sebanyak 9 responden (53%). e. Kelengkapan imunisasi pada bayi umur 9 bulan HIKMAH 47

No. Kelengkapan Frekuensi Presentase (%) 1. Lengkap (HB0,BCG,Polio1, 42 91 DPT/HB1,Polio2,DPT/ HB2,Polio3, DPT/HB3,Polio4, Campak) 2. Tidak Lengkap (DPT/HB3,Polio4, Campak) 4 9 Jumlah 46 100 Sumber : Data sekunder, 2012 Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas bayi umur 9 bulan di Desa Gemiring Kidul Nalumsari Jepara yang sudah diimunisasi HB0, BCG, Polio1, DPT/HB1, Polio2, DPT/ HB2, Polio3, DPT/HB3, Polio4, Campak (lengkap) sebanyak 42 responden (91%). PEMBAHASAN Analisa univariat yaitu analisa dengan menggunakan distribusi frekuensi sehingga kita dapat mengetahui presentasi suatu kelompok terhadap seluruh pengamatan, maka dapat dibahas sebagai berikut : a. Kelengkapan Imunisasi pada bayi umur 1-12 bulan. Hasil penelitian kelengkapan imunisasi pada bayi umur 1-12 bulan di Desa Gemiring Kidul Nalumsari Jepara menunjukkan bahwa, dari 76 responden didapatkan 54 responden (71%) imunisasi lengkap. Hal ini disebabkan karena ibu bayi mendapat info dari Bidan desa, kader, puskesmas, dan dari media massa atau televisi. Menurut Marimbi (2010) Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit, dengan memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan. Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit (Marimbi, 2010). Terdapat 22 responden (2 9%) yang belum mendapatkan imunisasi sesuai dengan jadwal pemberian imunisasi dan sesuai umur, karena sebagian dari ibu bayi merasa takut bayinya sakit setelah mendapatkan imunisasi dan lupa akan jadwal pemberian imunisasi dan tidak ada dukungan dari keluarga. Efek jika bayi yang sampai umur 1 tahun belum imunisasi lengkap yaitu, bayi akan mudah tertular berbagai macam penyakit. Karena tubuh bayi tidak terlindungi dengan vaksin. Imunisasi dapat memberikan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit, dan apabila pada umur 1 tahun belum diimunisasi dengan lengkap, maka bayi akan mudah tertular berbagai macam penyakit (Ranuh,2005). Hasil penelitian Mathilda Albertina,dkk (2009) dengan judul Kelengkapan Imunisasi Dasar Anak Balita dan Faktor faktor yang Berhubungan di Poliklinik Anak Beberapa Rumah Sakit di Jakarta dan Sekitarnya, didapatkan kelengkapan imunisasi dasar 61%. Kelengkapan Imunisasi umumnya disebabkan orang tua tidak tahu jadwal imunisasi (34,8%) dan anak sakit (28,43%). b. Kelengkapan Imunisasi pada bayi umur 1 bulan. HIKMAH 48

Dari hasil penelitian kelengkapan imunisasi pada bayi umur 1 bulan di Desa Gemiring Kidul Nalumsari Jepara didapatkan 1 responden (33%) imunisasi HB0, BCG, Polio1 (Lengkap) dan 2 responden (67%) belum mendapat imunisasi BCG, Polio1 (Tidak Lengkap). Hal ini disebabkan karena ibu bayi merasa takut, setelah diberikan imunisasi bayi akan sakit, lupa jadwal pemberian imunisasi, dan tidak ada dukungan dari keluarga. Imunisasi yang wajib diberikan pada bayi umur 1 bulan yaitu imunisasi BCG dan Polio 1. Imunisasi BCG berguna untuk mencegah penularan TBC ( Tuberculosis ). TBC terutama menyerang sistem pernafasan ( TB paru ), meskipun tubuh lainnya juga dapat terserang ( penyebaran atau ekstra paru TBC ). TBC biasanya ditularkan melalui batuk seseorang. Sedangkan imunisasi Polio 1 berguna untuk mencegah penyakit polio myelitis (kelumpuhan) (Proverawati, 2010). Efek jika bayi umur 1 bulan tidak mendapat imunisasi BCG, bayi akan menderita penyakit TBC (Tuberculosis). Apabila tidak mendapat imunisasi Polio1, akan menderita penyakit polio myelitis. c. Kelengkapan Imunisasi pada bayi umur 2 bulan. Dari hasil penelitian kelengkapan imunisasi pada bayi umur 2 bulan di Desa Gemiring Kidul Nalumsari Jepara, didapatkan 2 responden (40%) imunisasi HB0, BCG, Polio1, DPT/HB1, Polio2 (Lengkap), dan 3 responden (60%) belum mendapat imunisasi DPT/HB1, Polio2 (Tidak Lengkap). Hal ini disebabkan karena ibu bayi merasa takut, setelah diberikan imunisasi bayi akan sakit, lupa jadwal pemberian imunisasi, dan tidak ada dukungan dari keluarga. Imunisasi yang wajib diberikan pada bayi umur 2 bulan yaitu imunisasi DPT/HB1,Polio 2. Imunisasi DPT mencegah penyakit sekaligus, Difteri, Pertusis, Tetanus. Pemberian vaksin DPT dilakukan tiga kali mulai umur 2 bulan sampai 11 bulan dengan interval 4 minggu (Proverawati, 2010). Hasil penelitian masih terdapat 3 responden (60%) yang belum mendapat imunisasi DPT/HB1 dan Polio 2, karena sebelum diberikan imunisasi bayi tersebut sakit, dan ada juga ibu bayi yang lupa akan jadwal pemberian imunisasi. Jadi, pemberian imunisasi DPT/HB1 dan Polio 2 diberikan setelah bayi sembuh, dan setelah ibu bayi ingat jadwal pemberian imunisasinya. Efek jika bayi umur 2 bulan tidak diberikan imunisasi DPT/HB1, Polio2, bayi akan mudah tertular penyakit menular, seperti penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus. d. Kelengkapan imunisasi pada bayi umur 3 bulan. Dari penelitian ini terdapat 4 responden (100%) yang belum mendapat imunisasi DPT/HB1, Polio 2, DPT/HB2 dan Polio 3 (Tidak Lengkap), karena sebelum diberikan imunisasi bayi tersebut sakit, dan ada juga ibu bayi yang lupa akan jadwal pemberian imunisasi. Jadi, pemberian imunisasi DPT/HB1, Polio2, DPT/HB2 dan Polio 3 diberikan setelah bayi sembuh, dan setelah ibu bayi ingat jadwal pemberian imunisasinya. Imunisasi yang wajib diberikan pada bayi umur 2 bulan yaitu imunisasi DPT/HB2, Polio 3. Imunisasi DPT mencegah penyakit sekaligus, Difteri, Pertusis, Tetanus. HIKMAH 49

Pemberian vaksin DPT dilakukan tiga kali mulai umur 2 bulan sampai 11 bulan dengan interval 4 minggu (Proverawati, 2010). Efek jika bayi umur 3 bulan tidak diberikan imunisasi DPT/HB2, Polio3, bayi akan mudah tertular penyakit menular, seperti penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus. e. Kelengkapan imunisasi pada bayi umur 4 bulan. Dari hasil penelitian kelengkapan imunisasi pada bayi umur 4 bulan di Desa Gemiring Kidul Nalumsari Jepara, didapatkan 8 responden (47%) sudah mendapat imunisasi HB0, BCG, Polio1, DPT/HB1, Polio2, DPT/ HB2, Polio3, DPT/HB3, Polio4 (Lengkap), dan 9 responden (53%) belum mendapat imunisasi DPT/ HB2, Polio3, DPT/HB3, Polio4 (tidak lengkap). Hal ini disebabkan pada saat jadwal p emberian imunisasi bayi tersebut sakit, dan ibu bayi menunda pemberian imunisasi, jadi pemberiannya tidak sesuai jadwal pemberian imunisasi. Imunisasi yang wajib diberikan pada bayi umur 4 bulan yaitu imunisasi DPT/HB3, Polio 4. Imunisasi DPT mencegah penyakit sekaligus, Difteri, Pertusis, Tetanus. Pemberian vaksin DPT dilakukan tiga kali mulai umur 2 bulan sampai 11 bulan dengan interval 4 minggu (Proverawati, 2010). Mayoritas ibu sudah mengimunisasikan bayinya sesuai dengan jadwal pemberian imunisasi. Dari penelitian ini masih terdapat 9 responden (53%) yang belum mendapat imunisasi DPT/HB3 dan Polio 4, karena sebelum diberikan imunisasi bayi tersebut sakit, dan ada juga ibu bayi yang lupa akan jadwal pemberian imunisasi. Jadi, pemberian imunisasi DPT/HB3 dan Polio 4 diberikan setelah bayi sembuh, dan setelah ibu bayi ingat jadwal pemberian imunisasinya. f. Kelengkapan Imunisasi pada bayi umur 9 bulan. Dari hasil penelitian kelengkapan imunisasi pada bayi umur 9 bulan di Desa Gemiring Kidul Nalumsari Jepara, didapatkan 42 responden (91%) sudah mendapat imunisasi HB0, BCG, Polio1, DPT/HB1, Polio2, DPT/ HB2, Polio3, DPT/HB3, Polio4, Campak (lengkap). Imunisasi yang wajib diberikan pada bayi umur 9 bulan yaitu imunisasi Campak. Imunisasi campak berguna untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit Campak. Campak, measles atau rubella adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, menular sejak awal masa pedromal sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Infeksi disebabkan lewat udara. (Proverawati, 2010). Dari penelitian masih terdapat 4 responden (9%) yang belum mendapat imunisasi DPT/HB3, Polio4, Campak (tidak lengkap), Hal ini disebabkan karena ibu bayi merasa takut, setelah diberikan imunisasi bayi akan sakit, lupa jadwal pemberian imunisasi, dan tidak ada dukungan dari keluarga. Efek jika bayi umur 9-11 bulan belum mendapat campak, bayi akan menderita penyakit campak. SIMPULAN HIKMAH 50

a. Mayoritas responden umur 1-12 bulan imunisasi secara lengkap sebanyak 54 responden (71%). b. Mayoritas responden umur 1 bulan imunisasi secara lengkap sebanyak 1 responden (33%). c. Mayoritas responen umur 2 bulan imunisasi secara lengkap sebanyak 2 responden (40%). d. Mayoritas responden umur 3 bulan imunisasi secara lengkap sebanyak 0 responden (0%) e. Mayoritas responden umur 4 bulan imunisasi secara lengkap sebanyak 8 responden (47%). f. Mayoritas responden umur 9 bulan imunisasi secara lengkap sebanyak 42 responden (91%). DAFTAR PUSTAKA Anonymous. Faktor-Faktor yang Berpengaruh dengan Kejadian BBLR. 2011 [Diakses tanggal 07 Maret 2012] http://infokesehatan.faktor-faktor-yang-berpengaruh-dengan- Kejadian-BBLR.co.id. Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. 2010.h.173-174. Depkes RI. Imunisasi Dasar Bagi Pelaksana Imunisasi. Jakarta : JNPK KR. 2008. h.6, 25-30. Depkes RI. Pedoman Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi Puskesmas. Jakarta : JNPK KR. 2006. Depkes RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta : 2005. Depkes RI. Pedoman Imunisasi Pada Bayi. Jakarta : 2011. Hidayat, A. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. 2009.h.83. Hidayat, A. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Jakarta: Salemba Medika. 2009. h. 47, 51, 53, 87. Hidayat, A.Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. 2008.h.54. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : BPI ISBN. 2008. Marimbi, Hanum. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar pada Balita. Yogjakarta : Nuha Medika. 2010.h.108-109, 116-118, 122-124, 131. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2005. h.145-146. Notoatmodjo, S.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2010.h.83, 182. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.2011.h.77. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.2003. h.67. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten. Jepara : 2010. Profil Jawa Tengah. Semarang : 2009. HIKMAH 51

Proverawati, Andhini. Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta : Nuha Offset. 2010. h.5, 10-11, 22, 38-62. Purnamaningrum Yuliasti Eka, 2011, Buku Saku Penuntun Imunisasi Dasar, Yogyakarta: Fitramaya. h.78. Ranuh, I. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Ikatan Dokter Indonesia. 2005. h.4, 7. Riwidikdo, Handoko. Statistik Kesehatan. Jogjakarta : Nuha Offset. 2010.h.12. Saryono. Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemula. Yogjakarta: Mitra Cendekia Press; 2010. h. 131. Setiawan, Ari. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika. 2010. Sugiono. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. 2010. h.2. Sugiono. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. 2007. h.62 Sukarmin, Sujono Riyadi. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogjakarta : Graha Ilmu. 2009. Syarifudin, Ahmad. Imunisasi Anak Cara Islam. Sukoharjo : Tiga Satu Tiga. 2009. h.184. Wikipedia. 2012. Pekan Imunisasi Nasional. [Diakses tanggal 19 Mei 2012]. http://id.wikipedia.org/wiki/pekan_imunisasi_nasional. HIKMAH 52