BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17

WALIKOTA SEMARANG - 1 -

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH PROVINSI BALI TAHUN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Perbandingan Temuan dengan Proposisi

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH KOTA METRO

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH TAHUN

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 2 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR: 13 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN PURWOREJO TAHUN

BUPATI BENGKULU SELATAN PROVINSI BENGKULU

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN

PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA BATAM BATAM, 8 DESEMBER 2011

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

KONTRIBUSI PROGRAM SREGIP DALAM MENDUKUNG PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Pembangunan Pariwisata di PPK yang didalamnya berisi beberapa strategi, meliputi:

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BUPATI AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

Bab VI. Penutup. Berdasarkan hasil temuan dan analisis yang telah dipaparkan, menunjukkan bahwa wisata MICE menjadi salah satu wisata yang menjanjikan

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. sebuah permasalahan penataan ruang yang hampir dihadapi oleh semua

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

BAB I PENDAHULUAN. satu alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Kesiapan Kondisi Jayengan Kampoeng Permata Sebagai Destinasi Wisata

BAB I PENDAHULUAN. Exhibition) atau Wisata Konvensi, merupakan bagian dari industri pariwisata

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

BAB II KEBIJAKAN UMUM NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENINGKATAN PARIWISATA INTERNASIONAL

2017, No Republik Indonesia Nomor 5262); 4. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik In

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal

BAB I PENDAHULUAN. 1 A. J. Mulyadi, Kepariwisataan dan Perjalanan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2009, p.13

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Molinda Hotmauly, 2014

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

PENGELOLAAN DAYA DUKUNG DAN PEMASARAN PARIWISATA BERKELANJUTAN. Oleh : M. Liga Suryadana

BUPATI NAGEKEO PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NAGEKEO NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENANAMAN MODAL

Pembangunan Pariwisata di Indonesia

Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lingga

BIDANG AGROBISNIS KADIN PROPINSI JAWA TMUR

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Sesuai dengan tujuan dan fokus penelitian yang dikaji dan berdasarkan pada hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berkaitan hubungan Free Trade Zone (FTZ) di Pulau Batam dengan segmentasi wisatawan di kawasan wisata Nongsa, yaitu: a. Bahwa hubungan penerapan FTZ di Pulau Batam khususnya di kawasan Nongsa akan lebih dapat dioptimalkan dengan cara membentuk jenis segmentasi wisatawan dengan kelas ekonomi menengah atas khususnya wisatawan asal Singapura yang merupakan warga Singapura dengan kelas ekonomi menengah atas dan kelompok ekspatriat yang tinggal di Singapura, serta wisatawan pasar potensial Singapura (Korea dan Jepang). Hal ini dipengaruhi oleh kemudahan akses kawasan Nongsa yaitu tersedianya pelabuhan Nongsa Pura Ferry Terminal yang menghubungkan dengan Harbour Front Centre (Singapura). Sedangkan wisatawan nusantara didominasi oleh wisatawan dengan kelas menengah ke atas yang merupakan masyarakat Indonesia di Batam dan kota-kota lain di Indonesia, seperti Jakarta, Medan, Surabaya, serta kelompok eskpatriat yang tinggal di Wilayah Indonesia, seperti: Jakarta, Medan, Surabaya, dan lainnya). b. Bahwa hubungan penerapan FTZ di Pulau Batam khususnya di kawasan Nongsa akan lebih dapat dioptimalkan dengan cara membentuk jenis segmentasi 131

wisatawan dengan motivasi dan preferensi kunjungan sebagai gaya hidup dan kelas sosial seperti wisata golf dan business meeting dengan pemilihan terhadap resort berkelas internasional dengan harga lebih murah dibandingkan Singapura. Sedangkan wisatawan pasar potensial Singapura (Korea dan Jepang) memiliki motivasi kunjungan untuk transit ke Leisure World Floating Casino yang merupakan wisatawan repeater dengan cara berkunjung secara individu dan kelompok bagi wisnus serta wisman yang melakukan kunjungan secara group tour dan kelompok. c. Melalui penerapan FTZ di Pulau Batam memberikan dampak terhadap kepariwisataan Nongsa, yaitu kemudahan akses dan ketersediaan infrastruktur (advanced infrastructure) berupa sarana aksesibilitas Nongsa Pura Ferry Terminal dan kemudahan birokrasi serta efisiensi bea cukai (attraction direct investment) berupa pemberian bebas visa/ pajak dan penaawaran harga lebih murah dibandingkan dengan Singapura. Sedangkan aspek-aspek lainnya dari kebijakan FTZ belum diterapkan dalam pengembangan produk wisata. Berdasarkan hal tersebut maka penerapan kebijakan FTZ belum mampu sepenuhnya mendorong perluasan segmentasi pasar wisatawan Nongsa, baik secara demografis maupun psikografis. 2. Berkaitan dengan pengembangan produk wisata yang sesuai dengan segmentasi wisatawan, yaitu produk wisata yang mampu menarik kunjungan wisatawan dengan memperhatikan kesesuaian fungsi kawasan sebagai kawasan perdagangan dan pariwisata dengan optimalisasi pemberlakuan FTZ dalam pengembangan kawasan wisata Nongsa. Terkait hal tersebut maka diperlukan pengembangan produk yang mampu mewadahi kebutuhan tersebut dengan klasifikasi sebagai berikut: 132

a. Pengembangan destinasi Nongsa yang mampu memperkuat image kawasan Nongsa sebagai kawasan perdagangan dan pariwisata dengan optimalisasi manfaat dari pemberlakuan kebijakan FTZ di Pulau Batam. b. Peningkatan ragam fasilitas untuk kepentingan perdagangan dan pariwisata yang berdaya saing unggul dengan destinasi serupa, seperti: Singapura dan Langkawi. Fasilitas ini bersifat sebagai sebagai generator peningkatan aktivitas dan pendapatan (activity and income generator) yang saling melengkapi. c. Peningkatan ragam atraksi dan kapasitas fasilitas yang memadukan usur wisata dan prestise sebagai pemenuhan gaya hidup wisatawan dan pasar wisatawan potensial serta mampu menarik peluang kelompok ekonomi menengah atas di Asia. d. Pengembangan produk yang memiliki nilai jual dan daya saing dengan mengedepankan unsur unique selling point, tourism, technology and investment generator, labor oriented and economic booster, dan lifestyle oriented. 5.2. Rekomendasi Terkait dengan potensi yang dimiliki kawasan Nongsa maka diperlukan pengembangan produk wisata yang sesuai dengan segmentasi wisatawan dan mampu menarik segmentasi wisatawan baru melalui optimalisasi penerapan kebijakan FTZ yang adaptif untuk terwujudnya sinergi kawasan perdagangan dan pariwisata dalam pembangunan kawasan Nongsa sebagai destinasi wisata terpadu. Beberapa implikasi kebijakan yang dapat diterapkan bagi pengembangan Nongsa, yaitu: 133

1) Memantapkan regulasi dan kelembagaan yang memiliki otoritas untuk mengelola kawasan Nongsa dalam mensinergikan bidang perdagangan dan pariwisata. 2) Meningkatkan penanaman modal yang berwawasan lingkungan dalam pemberian nilai tambah bagi daya tarik wisata yag telah dan dalam pembangunan daya tarik wisata baru. 3) Mengembangkan dan optimalisasi daya tarik wisata yang mampu meningkatkan investasi dan perdagangan (activity and income generator) yang bersifat korelatif antara aktivitas wisata dengan aktivitas perekonomian yang mampu berdaya saing dan bernilai jual. 4) Mengembangkan kawasan wisata yang berwawasan lingkungan (green environment) meliputi alam, budaya, sosial serta mendorong pengembangan ekonomi masyarakat lokal. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka strategi dan indikasi program yang perlu direncanakan adalah: 134

Tabel 5.1 Kebijakan, Strategi dan Program Pengembangan Kawasan Nongsa Kebijakan 1: Menguatkan regulasi dan kelembagaan yang memiliki otoritas untuk mengelola kawasan Nongsa dalam mensinergikan bidang perdagangan dan pariwisata. STRATEGI a) Memberikan pelayanan perijinan secara terpadu dan singkat di bidang perdagangan dan pariwisata. b) Mengembangkan dan menguatkan organisasi kepariwisataan yang menangani bidang pemasaran pariwisata kawasan Nongsa c) Menguatkan mekanisme kinerja organisasi untuk mendukung kepariwisataan Nongsa. d) Mengembangkan skema kerjasama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat INDIKASI PROGRAM 1) Pembentukan manajemen terpadu (one-stop investment and management services) dalam bidang perdagangan dan pariwisata. 2) Kemudahan birokrasi bagi investor dan wisatawan. 3) Kemudahan pemberian visa bagi tenaga kerja luar negeri untuk bekerja dan tinggal di Nongsa (investor dan pelaku pariwisata). 1) Pengembangan struktur dan fungsi organisasi yang menangani koordinasi, integrasi dan sinergi program antar sektor dalam pengembangan pemasaran pariwisata di Nongsa, sebagai contoh Badan Promosi Pariwisata Nongsa. 1) Penguatan kemampuan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program kepariwisataan Nongsa berbasis masyarakat lokal 2) Penguatan mekanisme sinkronisasi dan harmonisasi program pembangunan kepariwisataan Nongsa baik secara internal maupun lintas sektor 3) Peningkatan koordinasi pelayanan antar lembaga terkait dengan kunjungan wisatawan dan investasi ke Nongsa, seperti: keimigrasian, perhubungan, industri, perdagangan, komunikasi dan informasi, keamanan. 4) Pengembangan mekanisme sistem koordinasi integrasi sinergi DMO (Destination Management Organization) antar Pemerintah serta pemangku kepentingan terkait dalam meningkatkan akselerasi pembangunan kepariwisataan Nongsa. 1) Penguatan kerjasama antara pelaku pariwisata kawasan Nongsa secara terpadu, meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, dan masyarakat 2) Penguatan implementasi kerjasama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, dan masyarakat, seperti: Forum koordinasi, FGD, rembug warga, dsb. 3) Penguatan monitoring dan evaluasi kerjasama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, dan masyarakat secara berkala dalam pembangunan kepariwisataan Nongsa. e) Mengembangkan kajian sebagai penelitian akademis yang mampu menjadi dasar pembangunan dan pengelolaan kawasan Nongsa yang mensinergikan perdagangan dan pariwisata serta sebagai pedoman 1) Penyusunan rencana induk pengembangan pariwisata kawasan Nonga meliputi kebijakan, strategi, dan implementasi program. 2) Penyusunan rencana kawasan Nongsa meliputi zonasi, peruntukan lahan, tata bangunan, dsb. 135

bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Masyarakat, dan Sektor terkait. 3) Penyusunan rencana penanaman modal yang mendukung pembangunan kepariwisataan Nongsa meliputi: sistem informasi investasi, analisis kelayakan, dsb. Kebijakan 2: Meningkatkan penanaman modal yang berwawasan lingkungan dan pemberian nilai tambah bagi daya tarik wisata yang telah ada dan pembangunan daya tarik wisata baru. STRATEGI a) Mengembangkan manajemen atraksi kawasan Nongsa yang mampu menarik kunjungan wisatawan. b) Memberikan kemudahan birokrasi dan regulasi dalam penanaman investasi. INDIKASI PROGRAM 1) Peningkatan kualitas manajemen atraksi melalui peningkatan inovasi daya tarik wisata untuk memperkuat daya saing produk wisata kawasan Nongsa. 2) Perbaikani kualitas interpretasi dan penguatan citra produk wisata kawasan Nongsa. 3) Penguatan kualitas produk wisata melalui peningkatan pemanfaatan teknologi dalam penguatan kualitas produk wisata kawasan Nongsa. 4) Penciptaan keunikan produk wisata melalui penggunaan unsur kelokalan 5) Peningkatan inovasi dan kreativitas pemaketan dan pengemasan atraksi pariwisata, khususnya menarik kunjungan wisatawan potesial Singapura (Korea, Jepang). 1) Fasilitasi kemudahan perijinan bagi swasta dan masyarakat dalam pengembangan sarana usaha pariwisata di kawasan Nongsa. 2) Fasilitasi kemudahan mendapatkan kredit usaha bidang pariwisata melalui kebijakan penjaminan oleh pemerintah bagi swasta dan masyarakat dalam pengembangan sarana usaha pariwisata. Kebijakan 3: Mengembangkan dan optimalisasi daya tarik wisata yang mampu meningkatkan investasi dan perdagangan (activity and income generator) yang bersifat korelatif antara aktivitas wisata dengan aktivitas perekonomian yang mampu berdaya saing dan bernilai jual. STRATEGI a) Menguatkan kemitraan antara sektor pemasaran wisata terkait b) Meningkatkan kemudahan pergerakan wisatawan dan kemudahan akses ke kawasan Nongsa baik dari dalam maupun luar negeri. c) Mengembangkan prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata dalam mendukung INDIKASI PROGRAM 1) Penguatan program kemitraan antara badan promosi pariwisata dengan pemerintah, swasta, dan sektor terkait lainnya. 1) Pembangunan sistem transportasi dan pelayanan terpadu dengan mengembangkan dan meningkatkan ketersediaan informasi pelayanan transportasi berbagai jenis moda dari pintu gerbang wisata terutama Singapura. 1) Peningkatan penyiapan fasilitas umum fisik dasar (jaringan listrik dan penerangan, jaringan telekomunikasi, jaringan air bersih, sistem pembuangan limbah) yang dibutuhkan oleh calon investor. 136

kepariwisataan Nongsa. d) Pengembangan dan peningkatan kemudahan akses dan pergerakan wisatawan menuju kawasan Nongsa. e) Pemantapan daya tarik wisata untuk meningkatkan daya saing produk dalam menarik kunjungan ulang wisatawan dan segmen pasar yang lebih luas ke kawasan Nongsa. f) Pengembangan daya tarik wisata yang mampu memenuhi unsur unique selling point, tourism, technology and investment generator, labor oriented and economic booste, dan lifestyle oriented. g) Penguatan jejaring akses dan aktivitas antara Nongsa dengan kawasan sekitar. 2) Penyediaan fasilitas keamanan dan keselamatan (early warning system) dan kesehatan, TIC, fasilitas bagi disabilitas, pedestrian, telekomunikasi dan teknologi 1) Peningkatan ketersediaan moda transportasi sebagai sarana pergerakan wisatawan baik dalam maupun luar negeri, khususnya pasar wisatawan potensial dari Singapura, Korea, dan Jepang atau wisatawan lain yang memiliki motivasi kunjungan golf, business meeting, dan LWFC. 2) Peningkatan reliabilitas waktu dan jadual pelayanan moda transportasi yang memberikan kemudahan informasi kepada wisatawan potensial. 3) Pengembangan dan/atau peningkatan kerjasama antar maskapai dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas transportasi di kawasan Nongsa. 4) Pengembangan dan/atau peningkatan keragaman atau diversifikasi jenis moda transportasi, khususnya tranportasi umum baik menuju Nongsa maupun di dalam kawasan Nongsa. 1) Pengembangan daya tarik wisata baru yang mampu memanfaatkan dari diberlakukannya kebijakan FTZ, khususnya aspek incentive dan keringanan pajak seperti wisata belanja, duty free, dsb. 2) Penataan ruang wilayah dan konservasi potensi kepariwisataan dan lingkungan dalam mendukung diversifikasi daya tarik wisata kawasan Nongsa, melalui manajemen atraksi, pengembangan tema, pengembangan program-program interpretasi berbasis teknologi sebagai keuntungan dari diberlakukannya kebijakan FTZ. 3) Pengembangan jejaring manajemen kunjungan terpadu dalam konteks regional, nasional dan internasional, khususnya wisatawan potensi golf, business meeting, dan transit ke Leisure World Floating Casino (LWFC). 4) Pengembangan jejaring aktivitas dengan LWFC, sebagai contoh pemberian paket wisata khusus, insentif, dsb. 1) Pengembangan Nongsa sebagai kawasan wisata yang bersifat enclave yang memiliki pasar wisatawan kelompok ekonomi menengah atas (segmented tourism) dengan dilengkapi oleh fasilitas pendukung, sebagai contoh: one stop shopping center. 2) Pengembangan daya tarik wisata baru yang mampu mamenuhi kriteria sebagai contoh Wellness Center, Health and Spa, Recreation & Sports Center, Ecopark, dan lain sebagainya. 3) Pengembangan daya tarik wisata yang berdaya saing dalam harga/biaya, keunikan, jarak dan waktu, regulasi, dan lainnya dengan destinasi wisata sekitarnya, khususnya Singapura, Malaysia. 4) Pengembangan daya tarik wisata dengan menggunakan langgam arsitektural tradisional (melayu) khususnya bagi resort dan fasilitas pendukung pariwisata lainnya. 1) Pengembangan kegiatan wisata antara kawasan Nongsa dengan kawasan Nagoya, Jodoh, Batam Center, khususnya bagi tema wisata belanja. 137

2) Pengembangan akses antara kawasan Nongsa dengan kawasan Nagoya, Jodoh, Batam Center, khususnya bagi tema wisata belanja. Kebijakan 4: Mengembangkan kawasan wisata yang berwawasan lingkungan (green environment) meliputi alam, budaya, sosial serta mendorong pengembangan ekonomi masyarakat lokal. STRATEGI a) Penguatan fungsi dan mata rantai industri pariwisata untuk meningkatkan daya saing dan daya jual pariwisata Nongsa b) Menguatkan mata rantai penciptaan nilai tambah antara pelaku usaha pariwisata dan sektor terkait. c) Mengembangkan manajemen dan pelayanan usaha pariwisata Nongsa yang kredibel dan berkualitas melalui regulasi dan fasilitasi. d) Mengembangkan manajemen usaha pariwisata yang mengacu kepada prinsip-prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan (green investment). INDIKASI PROGRAM 1) Pengembangan forum dan mekanisme kerjasama antar usaha pariwisata dalam kepariwisataan Nongsa. 2) Fasilitasi kerjasama antar usaha pariwisata dalam memasarkan dan mempromosikan paket wisata kawasan Nongsa. 3) Peningkatan jejaring antar usaha pariwisata dalam memperkuat usaha pariwisata dalam berbagai skala, khususnya investasi pengembangan atraksi wisata baru. 4) Pengembangan skema regulasi untuk menjamin keadilan distributif antar usaha pariwisata dalam berbagai skala, tidak terkecuali masyarakat lokal untuk mendukung kawasan enclave Nongsa. 1) Peningkatan kualitas dan kuantitas produk dan layanan pendukung untuk usaha pariwisata 2) Pengembangan skema kerjasama antara industri pariwisata menguatkan kerjasama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat. 3) Pengembangan forum koordinasi implementasi program kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan dan pemasaran kepariwisataan Nongsa. 4) Penguatan monitoring dan evaluasi kerjasama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat 1) Perluasan dan peningkatan sistem perlindungan (asuransi) bagi wisatawan yang berkunjung ke Nongsa. 2) Peningkatan kemudahan prosedur investasi di bidang pariwisata. 1) Pengembangan skema dan implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) bagi pemberdayaan masyarakat. 2) Pengembangan implementasi sistem insentif dan disinsentif untuk usaha-usaha pariwisata serta memberikan AMDAL bagi setiap pembangunan fasilitas wisata baru di Nongsa. 138