BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

BAB I PENDAHULUAN. tercatat sebesar 237 juta jiwa dan diperkirakan bertambah 2 kali lipat jumlahnya. ayam sebagai salah satu sumber protein hewani.

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan alam semesta dengan sebaik-baik ciptaan. Langit

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

PENGARUH PEMBERIAN CAMPURAN ONGGOK DAN MOLASE TERFERMENTASI TERHADAP KOEFISIEN CERNA DAN PERSENTASE KARKAS PADA AYAM PEDAGING

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Campuran Onggok dan Molase Terfermentasi terhadap Koefisien Cerna Bahan Kering (KcBK)

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke 21 perkembangan masyarakat di dunia menunjukkan adanya perubahan

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Onggok Terfermentasi Bacillus mycoides terhadap

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA. Materi 1 : Formulasi Pakan

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA. Materi: Formulasi Pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan pelengkap (Hartadi dkk., 1991). Konsentrat terdiri dari campuran jagung,

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian rakyat Indonesia, namun dilain pihak dampak

I. PENDAHULUAN. pakan ternak. Produksi limbah perkebunan berlimpah, harganya murah, serta tidak

BAB I PENDAHULAN. manusia di alam semesta ini. Oleh karena itu, disamping Al-Qur an mampu

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

I. PENDAHULUAN. dilakukan sejak tahun 1995, meliputi pengolahan dan tingkat penggunaan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur an surat Al-Mu minun ayat 21 yang

I. PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap peningkatan produksi ternak. Namun biaya pakan

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

UMMB ( Urea Molasses Multinutrient Block) Pakan Ternak Tambahan bergizi Tinggi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

KONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

I. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

I. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan untuk ternak ruminansia, selama ini telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

PENDAHULUAN. akan protein hewani berangsur-angsur dapat ditanggulangi. Beberapa sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Penggunaan Onggok Kering Terfermentasi Probiotik dalam Ransum Terhadap Konsumsi Pakan Ayam Pedaging

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo yang bernama ilmiah Clarias geriepinus, masuk di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah:

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

PRAKTIKUM III PENGENALAN BAHAN PAKAN TERNAK (FEEDS STUFF)

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46

II. TINJAUAN PUSTAKA

UMMF (Urea Molasses MultinullrienL Olock) Fakan Ternak Tambahan Eerqizi Tinqqi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

I. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan penyuplai kebutuhan daging terbesar bagi kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Permintaan komoditi unggas terus meningkat dari tahun ke tahun dan pada tahun 2008 laju pertumbuhan bisnis perunggasan nasional mencapai 7% (Direktorat Jenderal Peternakan, 2009). Walaupun demikian, subsektor peternakan belum mampu mencukupi suplai daging bagi masyarakat dengan harga yang terjangkau. Kendala yang dihadapi peternak yaitu tingginya harga pakan serta biaya produksi peternakan sehingga menyebabkan mahalnya harga daging produksi perunggasan. Dalam intensifikasi usaha peternakan, segala kebutuhan ternak harus disediakan dalam kandang sehingga penyediaan pakan mutlak diperlukan. Pemilihan suatu bahan pakan sebaiknya tidak hanya mempertimbangkan kandungan nutrisi saja tetapi juga menghindari dari kompetisi kebutuhan pangan manusia, harga murah serta cukup tersedia di sekitar lokasi peternakan sehingga dapat menekan biaya pakan karena porsi pakan mencapai 70% biaya total produksi peternakan (Ali dan Badriyah, 2008). Penyediaan ransum seringkali menjadi kendala bagi peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, yang berdampak terhadap tingginya harga ransum, sehingga perlu dicari bahan pakan alternatif sebagai pengganti bahan baku dalam 1

2 ransum. Inisiatif penggunaan limbah sebagai bahan alternatif pengganti agaknya mulai banyak dipilih peternak karena ketersediaannya yang melimpah serta harganya yang lebih terjangkau. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam potongan terakhir dari Q.S Ali Imran ayat 191 yang berbunyi: Artinya: " (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):` Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka". Menurut Al-Jazairi (2007), bermakna bahwa Allah SWT menciptakan segalanya sesuatu dengan tidak ada yang sia-sia, maksud dari tiada sia-sia adalah Allah menciptakan segala sesuatu tiada tanpa adanya hikmah yang bisa dijadikan pelajaran dan tanpa tujuan. Pemanfaatan limbah atau hasil buangan yang keberadaannya mencemari lingkungan ternyata memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif dalam pembuatan ransum ternak. Limbah pertanian dan agroindustri pertanian memiliki potensi yang cukup besar sebagai sumber pakan ternak. Limbah yang memiliki nilai nutrisi relatif tinggi digunakan sebagai pakan sumber energi atau protein, sedangkan limbah pertanian yang memiliki nilai nutrisi relatif rendah digolongkan sebagai pakan sumber serat. Hasil ikutan singkong yang banyak digunakan sebagai bahan pakan

3 ternak diantaranya adalah onggok (gamblong), gaplek afkir dan tepung tapioka afkir (Mariyono dan Romjali, 2007). Onggok (gamblong) kering berpotensi sebagai pakan ternak unggas karena mengandung karbohidrat yang mudah dicerna yang masih cukup tinggi. Onggok mempunyai kadar energi tinggi yang hampir menyamai jagung, akan tetapi rendah kadar protein maupun asam amino (Nurhayati; Sjofan, O dan Koentjoko, 2006). Penggunaan onggok sebagai pakan ternak dihadapkan pada kendala yaitu rendahnya kandungan protein kasar yaitu hanya sebesar 1,6% (Sjofan et al., 2001; Kompiang, 1994). Protein yang terdapat pada onggok tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan dedak padi kualitas rendah, menurut Mariyono dan Romjali (2007), hasil penelitian dan aplikasi di daerah panas telah banyak membuktikan bahwa bahan pakan asal singkong mempunyai nilai biologis berupa kandungan protein kasar yang lebih baik dibandingkan dengan dedak padi kualitas rendah (dedak palsu yang dikurangi kandungan beras menirnya). Dedak padi kualitas baik pada umumnya memiliki kandungan protein kasar sebesar 10,1%. Namun, dedak palsu memiliki kandungan protein kasar di bawah 1%. Walaupun demikian, kadar protein pada onggok masih belum dapat mencukupi kebutuhan protein bagi pertumbuhan dan perkembangan ayam pedaging karena ayam pedaging periode grower membutuhkan protein kasar sekitar 19,5-22,7%. Selain protein yang cukup, bahan pakan ternak juga harus memiliki kandungan sumber energi yang cukup yaitu lebih dari 2250 KkaL/kg. Sunarso dan Christiyanto (2008), menyatakan bahwa sumber energi pakan dapat diperoleh dari

4 butir-butiran (jagung, kedelai, kacang), umbi-umbian (ketela pohon, kentang), minyak (kelapa, sawit), lemak hewan (tallow), serta hasil samping industri pertanian (bekatul, pollard, tetes tebu). Tetes tebu atau molase memiliki kandungan energi yang tinggi karena banyak mengandung glukosa, sukrosa dan fruktosa. Selain itu juga dapat menyuplai kebutuhan mineral (baik mineral makro ataupun mineral mikro) bagi ternak. Hal inilah yang kemudian menarik minat banyak peternak untuk menggunakannya sebagai salah satu komposisi ransum dalam menghemat biaya produksi pakan ternak (Sunarso dan Christiyanto, 2008). Nista et al. (2007), menambahkan bahwa molase kaya akan karbohidrat mudah larut (48-68 % berupa gula) dan mineral yang mampu membantu fiksasi nitrogen urea dalam rumen serta dalam fermentasi menghasilkan asam-asam lemak atsiri untuk biosintesa dalam rumen. Molase juga disukai ternak karena dapat memberikan aroma yang manis pada pakan serta memberikan pengaruh yang menguntungkan terhadap daya cerna ternak. Kombinasi bahan pakan berenergi tinggi seperti molase akan mampu membantu peningkatan protein onggok melalui proses fermentasi. Fermentasi pakan ternak memiliki tiga tujuan yaitu untuk meningkatkan nilai nutrisi bahan tersebut, meningkatkan nilai kecernaan serta dapat mengawetkan pakan dengan kondisi baik saat dibutuhkan. Salah satu inokulan fermentasi yang dapat digunakan adalah starbio. Starbio terdiri dari koloni mikroba (bakteri fakultalif) yang terdiri dari mikroba lignolitik, selulitik, proteolitik dan fiksasi nitrogen nonsimbiotik yang akan membantu pemecahan karbohidrat menjadi protein. Penelitian (Maskitono, 1990), telah menunjukkan

5 bahwa penggunaan campuran onggok dan molase dengan perbandingan penggunaan onggok sebanyak 96,95% dan molase sebanyak 3,05% dari total kadar gula bahan sebesar 3 % memberikan hasil terbaik bagi bahan pakan ternak. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan warna onggok dari coklat menjadi jingga cerah, berbau khas tape, tidak ditumbuhi jamur serta kandungan nutrisi yang meningkat dibandingkan tanpa penambahan molase. Kualitas pemberian campuran onggok dan molase terfermentasi ke dalam ransum ayam dapat diketahui melalui penghitungan koefisien cerna. Koefisien cerna akan menunjukkan berapa banyak zat-zat makanan yang terabsorpsi dengan menghitung persentase zat-zat makanan berupa bahan kering, bahan organik, protein kasar, lemak kasar serta serat kasar. Jika koefisien cerna dari semua zatzat makanan tersebut tinggi maka dapat dikatakan semua zat-zat makanan dapat diabsorpsi maksimal oleh pencernaan ayam, artinya campuran onggok dan molase terfermentasi mudah tercerna dan dapat mensuplai nutrisi yang baik bagi ayam. Koefisien cerna zat-zat makanan dalam campuran onggok dan molase terfermentasi yang tinggi akan turut meningkatkan tingkat konsumsi bahan pakan sehingga hasil produksi peternakan meningkat. Hasil produksi ini dapat diketahui melalui penghitungan bobot badan ayam berupa karkas. Bobot karkas yang mencapai 60-70% mengindikasikan bahwa bahan pakan dapat terabsorpsi sempurna sehingga dapat meningkatkan bobot karkas ayam secara maksimal. Penelitian terdahulu oleh Supriyati (2003) disitasi oleh Tarmudji (2004), telah meneliti tentang pemanfaatan onggok terfermentasi Aspergilus niger sebagai pakan ayam pedaging, dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa penggunaan

6 onggok terfermentasi sampai dengan 10% dalam formulasi pakan ayam pedaging terbukti dapat meningkatkan pertambahan bobot badan, persentase bobot karkas, bobot hati serta konversi pakan. Dari penelitian ini terbukti bahwa mutu onggok dapat ditingkatkan sebagai bahan baku pakan sumber protein melalui fermentasi, yang pemanfaatannya dapat dikembangkan pada tingkat peternak. Penelitian lain oleh Ali dan Badriyah (2008), tentang intensifikasi pemeliharaan kelinci penghasil daging menggunakan limbah industri tempe dan onggok terfermentasi dalam pakan komplit, dari hasil ini diketahui bahwa penggunaan limbah industri tempe dan onggok terfermentasi (LITOF) 15% dalam ransum memberikan nilai optimum pada konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan efisiensi pakan bagi ternak kelinci. Nurhayati, O. Sjofjan, dan Koentjoko (2006), juga telah melakukan penelitian lain tentang onggok dengan mengamati kualitas nutrisi campuran bungkil inti sawit dan onggok yang difermentasi menggunakan Aspergillus niger. Dari penelitian ini diketahui bahwa komposisi campuran bungkil inti sawit dan onggok yang berbeda mempengaruhi kandungan nutrisi setelah fermentasi. Ketiga penelitian di atas masih meneliti pengaruh fermentasi terhadap kandungan nutrisi onggok dengan berbagai inokulan fermentasi yang berbeda, serta pengaruh pemberian onggok terfermentasi terhadap pertambahan bobot ayam dan konversi pakan. Sehingga perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengamati kualitas onggok terfermentasi dalam bahan ransum melalui pengukuran koefisien cerna. Dari parameter pengukuran berupa koefisien cerna dan persentase karkas yang akan diamati diharapkan pemberian campuran onggok

7 dan molase terfermentasi yang merupakan limbah dapat menjadi salah satu bahan pakan dalam ransum yang mampu meningkatkan hasil produksi perunggasan ayam serta menurunkan biaya produksi pakan bagi peternak. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh pemberian campuran onggok dan molase terfermentasi terhadap koefisien cerna pada ayam pedaging? 2. Apakah ada pengaruh pemberian campuran onggok dan molase terfermentasi terhadap persentase karkas pada ayam pedaging? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian campuran onggok dan molase terfermentasi terhadap koefisien cerna pada ayam pedaging. 2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian campuran onggok dan molase terfermentasi terhadap persentase karkas pada ayam pedaging. 1.4 Hipotesis Hipotesis dan penelitian ini adalah: 1. Ada pengaruh pemberian campuran onggok dan molase terfermentasi terhadap koefisien cerna pada ayam pedaging.

8 2. Ada pengaruh pemberian campuran onggok dan molase terfermentasi terhadap persentase karkas pada ayam pedaging. 1.5 Manfaat Manfaat dari dilakukannya penelitian ini secara teoritis dan aplikatif sebagai berikut: 1. Dapat diketahui pengaruh pemberian campuran onggok dan molase terfermentasi terhadap koefisien cerna dan persentase karkas pada ayam pedaging. 2. Memberikan informasi bagi para peternak ayam pedaging mengenai bahan pakan yang lebih murah dengan kandungan nutrisi yang lebih baik. 3. Peningkatan hasil perunggasan dapat membantu pemenuhan protein hewani bagi masyarakat. 4. Onggok dan molase yang berupa limbah industri dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pakan ternak yang lebih murah. 1.6 Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah maka perlu adanya batasan masalah sebagai berikut: 1. Ayam pedaging yang digunakan adalah strain Malindo cop sebanyak 40 ekor produksi PT. Surya Mitra Farm Indonesia berjenis kelamin jantan, umur 1-35 hari.

9 2. Bahan pakan yang digunakan meliputi jagung, dedak halus, bungkil kacang hijau, bungkil kedelai, tepung ikan dan minyak kelapa. 3. Perlakuan menggunakan campuran onggok dan molase terfermentasi yang digunakan sebanyak 0%, 5%, 10%, 15% dalam ransum (Misal: dalam 1000 g ransum dibutuhkan campuran onggok dan molase terfermentasi berturut-turut 0 g, 50 g, 100 g dan 150 g). 4. Parameter pengamatan meliputi koefisien cerna dan persentase karkas pada ayam pedaging. 5. Pemberian pakan dilakukan sehari sekali pada pukul 07.00 WIB, ketika ayam berumur 15 hari hingga 35 hari.