REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

dokumen-dokumen yang mirip
REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL)

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN

SEKSI Skh 6.8 CAPE BUTON SEAL

Cape Buton Seal (CBS)

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN UMUM PERSYARATAN

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

DIVISI 6 PERKERASAN BERASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP IKAT DAN LAPIS PEREKAT UMUM PERSYARATAN

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS PONDASI AGREGAT

PENGARUH PENAMBAHAN SEMEN PADA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS FONDASI AGREGAT. 1) Standar Rujukan Metode Pengujian Kepadatan Berat untuk Tanah.

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

DIVISI 6 PERKERASAN ASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT. 2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... ix

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

DIVISI 6 PERKERASAN ASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT. 2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Spesifikasi aspal emulsi kationik

BAB III LANDASAN TEORI

SNI 6832:2011. Standar Nasional Indonesia. Spesifikasi aspal emulsi anionik

BAB III LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN ASBUTON EKSTRAKSI SEBAGAI BAHAN CAMPURAN LATASTON HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

DIVISI 6 PERKERASAN ASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan Tol Solo - Ngawi, yaitu :

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

Bab IV Penyajian Data dan Analisis

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

berlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DIVISI 8 PENGEMBALIAN KONDISI SEKSI 8.1 PENGEMBALIAN KONDISI PERKERASAN LAMA

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP STABILITAS CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD PADA CAMPURAN ASPAL BETON

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

BAB III LANDASAN TEORI

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

BAB II LANDASAN TEORI

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB III LANDASAN TEORI

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KARAKTERISTIK AGREGAT TERHADAP CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. penambal, adukan encer (grout) dan lain sebagainya. 1. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata Kunci: Blok Bahan Pasangan Dinding, Agregat bekas, Aspal emulsi sisa, Kuat tekan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KARAKTERISTIK DAN APLIKASI CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN SPESIFIKASI CAMPURAN ASPAL PANAS

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM

METODE PELAKSANAAN LAPIS PONDASI ATAS (BASE COUSE) PADA RUAS JALAN WAILAN-G. LOKON KOTA TOMOHON

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

BAB IV METODE PENELITIAN

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA 2008 SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.7 PEMELIHARAAN PERMUKAAN JALAN DENGAN BUBUR ASPAL EMULSI (SLURRY) DIMODIFIKASI LATEX (SKh-1.6.7)

SPESIFIKASI KHUSUS-1 INTERIM SEKSI 6.7 PEMELIHARAAN PERMUKAAN JALAN DENGAN BUBUR ASPAL EMULSI (SLURRY) DIMODIFIKASI LATEX SKh-1.6.7.1 UMUM 1) Uraian Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bubur aspal emulsi (slurry) dimodifikasi polimer pada permukaan yang telah disiapkan sebelumnya. Pelapisan dengan bubur aspal emulsi (slurry) dimodifikasi polimer terdiri dari campuran aspal emulsi yang dimodifikasi polimer, agregat, bahan pengisi, air, dan bahan tambah yang tertentu, ditakar, dicampur dan dihampar secara merata diatas permukaan yang telah disiapkan sebelumnya atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. Bubur aspal emulsi (slurry) dimodifikasi polimer yang yang telah selesai dihampar akan membentuk lapisan homogen, melekat kuat pada permukaan yang telah disiapkan, dan mempunyai tekstur ketahanan kekesatan sepanjang umur rencananya. Spesifikasi Khusus Interim ini mengacu pada Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina Marga edisi Desember 2006. 2) Pekerjaan Seksi Lain yang Berkaitan dengan Seksi Ini a) Pemeliharaan dan Pengaturan Lalu Lintas : Seksi 1.8 b) Rekayasa Lapangan : Seksi 1.9 c) Bahan dan Penyimpanan : Seksi 1.11 d) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama : Seksi 8.1 e) Pengembalian Kondisi Bahu Jalan Lama pada Jalan Berpenutup : Seksi 8.2 Aspal f) Pemeliharaan rutin perkerasan, bahu jalan, drainase, perlengkapan jalan dan jembatan : Seksi 10.1 3) Toleransi a) Takaran penghamparan campuran harus dipantau dengan penghamparan diatas bidang pengujian selebar 25 cm x 25 cm yang terbuat dari kertas resap yang bagian bawahnya kedap, yang beratnya harus ditimbang sebelum dan sesudah penghamparan atau dengan cara lain yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan harus dilaksanakan Kontraktor (yang selanjutnya disebut Penyedia Jasa) di bawah petunjuk Direksi Pekerjaan. Perbedaan berat harus dipakai dalam menentukan takaran aktual pada tiap kertas dan perbedaan tiap kertas terhadap takaran rata rata yang diukur melintang pada lebar penuh yang telah dihampar tidak boleh melampaui 15 persen takaran rata rata. b) Pengukuran takaran penghamparan campuran minimum dilaksanakan pada 5 penampang melintang yang berjarak sama harus dipasang 3 kertas resap yang berjarak sama, kertas tidak boleh dipasang dalam jarak kurang dari 0,5 meter dari tepi bidang yang dihampar atau dalam jarak 10 m dari titik awal penghamparan. Takaran pemakaian, yang diambil sebagai harga rata rata dari semua kertas resap tidak boleh berbeda lebih dari 5 persen dari takaran sasaran. SKh-1.6.7-2

4) Standar Rujukan Standar Nasional Indonesia (SNI) : SNI 03-6832-2002 (AASHTO M82-75) SNI 03-4798-1998 (AASHTO M208-87) SNI 03-6819-2002 (ASTM D 1073) SNI 03-6723-2002 (ASTM D242) SNI 03-6817-2002 (AASHTO T 26) : Spesifikasi Aspal Emulsi Anionik : Spesifikasi Aspal Emulsi Kationik : Spesifikasi Agregat Halus Untuk Campuran Perkerasan Beraspal : Spesifikasi Bahan Pengisi untuk Campuran Beraspal : Metode Pengujian Mutu Air untuk Digunakan dalam Beton ASTM : ASTM D 3910-90 : Design, Testing, and Construction of Slurry Seal ASTM D 244-04 : Standard Test methods and Practices for Emulsified Asphalts 5) Pengajuan Kesiapan Kerja Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan berikut ini: a) Contoh semua bahan yang disetujui untuk dipakai, yang akan disimpan oleh Direksi Pekerjaan selama Periode Kontrak sebagai keperluan rujukan; b) Laporan tertulis yang menyatakan hasil pengujian untuk sifat sifat untuk semua bahan, sebagaimana disyaratkan dalm Pasal SKh-1.6.7.2; c) Rumus Perbandingan Campuran (Job Mix Formula) dan hasil data pendukung pengujian, sebagaimana disyaratkan dalm Pasal SKh-1.6.7.3; d) Pengujian pengukuran permukaan dalam formulir tertulis sebagaimana disyaratkan dalm Pasal SKh-1.6.7.7.1); e) Data pengujian Laboratorium dan Lapangan dalam formulir laporan tertulis sebagaimana disyaratkan dalm Pasal SKh-1.6.7.7.4). Untuk pengendalian harian dari penimbangan campuran dan mutu campuran. 5) Kondisi Cuaca yang Diijinkan untuk Bekerja Pekerjaan bubur aspal emulsi (slurry) dimodifikasi polimer hanya boleh dilaksanakan bila dasar jalan dalam kondisi permukaan kering dan diperkirakan tidak akan terjadi hujan. Bubur aspal emulsi (slurry) dimodifikasi polimer tidak boleh dilaksanakan bila : - Setelah hujan dengan air masih menggenang pada permukaan jalan. - Bila diperkirakan akan hujan sebelum slurry benar-benar mengering secara sempurna. 6) Perbaikan Campuran yang Tidak Memenuhi Ketentuan Pekerjaan perbaikan dari pelapisan aspal dilaksanakan pada lokasi dengan takaran penghamparan tidak sesuai dengan ketentuan atau persyaratan, atau dianggap Direksi Pekerjaan tidak sesuai ketentuan. Pekerjaan perbaikan mencakup pembongkaran dan SKh-1.6.7-3

penggantian, penambahan takaran penghamparan atau perbaikan lain menurut Direksi Pekerjaan. Tidak ada pembayaran tambahan yang dilakukan untuk perbaikan. 8) Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian Tempat tempat bekas kertas resap untuk pengujian takaran penghamparan harus ditutup kembali secara manual dengan kadar yang hampir sama dengan kadar di sekitarnya. 9) Kondisi Tempat Kerja a) Pekerjaan harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga masih memungkinkan lalu lintas satu lajur tanpa merusak pekerjaan yang sedang dilaksanakan dan hanya menimbulkan gangguan yang minimal bagi lalu lintas. b) Bangunan-bangunan dan benda-benda lain di samping tempat kerja (struktur, pepohonan, dll.) harus dilindungi agar tidak menjadi kotor karena percikan aspal. c) Bahan aspal tidak boleh dibuang sembarangan kecuali ke tempat yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. d) Penyedia Jasa harus melengkapi tempat pemanasan dengan fasilitas pencegahan dan pengendalian kebakaran yang memadai, juga pengadaan dan sarana pertolongan pertama sesuai pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang berlaku. 6) Pengendalian Lalu Lintas a) Pengendalian lalu lintas harus memenuhi ketentuan Seksi 1.8, Pemeliharaan dan Pengaturan Lalu Lintas dan Pasal 6.1.5 dari Spesifikasi Umum. b) Penyedia Jasa bertanggung jawab penuh terhadap dampak yang terjadi bila lalu lintas yang dijinkan lewat di atas slurry yang baru dikerjakan. SKh-1.6.7.2 BAHAN 1) Agregat Agregat harus terdiri dari batu alam atau hasil pemecah batu seperti granit, batu kapur atau agregat berkualitas tinggi lainnya atau gabungan dari padanya yang memenuhi persyaratan kualitas menurut SNI 03-6819-2002 dan harus bebas dari kotoran, bahan organik, gumpalan lempung, debu atau material lainnya yang tidak dikehendaki. Agregat mengandung sedikitnya 50% volume batu pecah, untuk jalan dengan LHR lebih besar dari 500 disyaratkan 100% batu pecah. Agregat harus memenuhi persyaratan mutu pada Tabel SKh-1.6.7.2.(1), dan gradasi agregat pada Tabel SKh-1.6.7.2.(2). Tabel SKh-1.6.7.2.(1) Persyaratan Mutu Agregat No. Pengujian Metode Persyaratan 1. Keausan agregat dengan SNI 03-2417-1991 Maks 35 % mesin abrasi Los Angeles 2. Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min 60 % 3. Kelekatan agregat SNI 03-2439-1991 Min 95% terhadap aspal 4. Penyerapan air SNI 03-1970-1990 Maks 3% 5. Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan magnesium sulfat SNI 03-3407-1994 Maks 20 % SKh-1.6.7-4

Tabel SKh-1.6.7.2.(2) Gradasi Agregat Ukuran Ayakan % Berat yang Lolos Tipe I Tipe II Tipe III 3/8 (9,5 mm) 100 ¼ (6,25 mm) 100 85 95 No. 4 (4,75 mm) 100 85 95 70 90 No. 8 (2,36 mm) 85 95 65 90 45 70 No. 16 (1,18 mm) 60 85 45 70 28 50 No. 30 (600 ) 40 60 30 50 18 33 No. 50 (330 ) 25 45 18 35 12 25 No. 100 (150 ) 15 30 10 25 7 17 No. 200 (75 ) 12-20 7-15 5-10 Catatan : Tipe I cocok untuk pelaburan, pengisian rongga pada permukaan, perbaikan erosi permukaan yang lebih parah atau akibat teroksidasi berat dan untuk meningkatkan ketahanan gelincir jalan. Jenis ini digunakan pada perkerasan bandar udara, jalan antar kota atau perkotaan dengan lalu lintas sedang sampai berat. Tipe II cocok untuk memperbaiki kondisi permukaan yang terkelupas berat, meningkatkan ketahanan gelincir jalan atau membentuk permukaan aus yang baru. Juga digunakan di daerah luar kota maupun perkotaan dengan lali lintas padat. Tipe III mempunyai manfaat serupa dengan Tipe II namun memberikan tekstur makro yang lebih besar. Pasir dengan tekstur yang licin dengan penyerapan air lebih dari 1,25 % (SNI 03-1970- 1990) tidak boleh digunakan lebih dari 50% dari total gabungan agregat. 2) Bahan Pengisi (Filler) 3) Air Bahan pengisi yang digunakan terdiri atas 2 jenis, yakni yang aktif dan tidak aktif secara kimiawi. Bahan pengisi yang aktif secara kimiawi diantaranya semen portland, kapur TOHOR, amonium sulfat, sedangkan bahan pengisi yang tidak aktif diantaranya abu batu kapur, abu arang batu, dan abu batu. Bahan pengisi harus memenuhi persyaratan SNI 03-6723-2002. Bahan pengisi yang diperlukan 0,5% sampai 3% dari berat kering agregat didalam perencanaan campuran. Bahan pengisi harus dianggap sebagai bagian dari agregat kering. Air yang digunakan harus bersih, tidak mengandung kotoran organik, garam-garam berbahaya, debu, atau lanau. Air harus diuji sesuai dan memenuhi persyaratan SNI 03-6817-2002. Air dengan kualitas dapat diminum boleh dipakai tanpa pengujian. Kesesuaian air menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa. Prosentase air dalam perencanaan campuran yang diperlukan seperti yang diperlukan untuk dapat menghasilkan kekentalan campuran yang memadai. 4) Aspal Emulsi Aspal emulsi harus homogen dan menunjukkan tidak adanya pemisahan setelah dicampur. Sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan, jenis emulsi yang digunakan: 1. Aspal Emulsi mutu SS-1h memenuhi persyaratan SNI 03-6832-2002; 2. Aspal Emulsi mutu CSS-1h dan CQS-1h memenuhi persyaratan SNI 03-4798- 1998. Jenis aspal emulsi ditentukan dengan persetujuan Direksi Pekerjaan. Aspal emulsi jenis CQS-1h ditetapkan di lapangan bilamana waktu penutupan lalu lintas sangat terbatas. SKh-1.6.7-5

5) Latex Modifier Kadar latex adalah 1% - 3% berdasarkan berat bitumen di dalam aspal emulsi, yang disertifikasi oleh pemasok emulsi dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, dan harus diaduk kedalam aspal emulsi. 6) Aspal Emulsi yang Dimodifikasi Latex Setiap aspal emulsi yang dicampur dengan latex modifier harus diaduk sebelum proses emulsifikasi. Aspal Emulsi yang Dimodifikasi Latex harus sesuai dengan persyaratan dalam Tabel SKh-1.6.7.2.(3). Tabel SKh-1.6.7.2.(3) Persyaratan Mutu Aspal Emulsi yang Dimodifikasi Latex No. Pengujian Metode Persyaratan 1. Viskositas Aspal, SSF (detik) SNI 03-6721-2002 15-100 2. Sisa (residu) Minimum Destilasi (%) SNI 03-3642-1994 Min 60 3. Pengujian dari hasil pengujian destilasi: - Penetrasi - Titik Lembek ( o C) - Daktilitas (cm) 7) Bahan Tambah SNI 06-2456-1991 SNI 06-2434-1991 SNI 06-2432-1991 40 80 Min 48 Min 50 Setiap bahan tambah yang digunakan untuk mempercepat atau memperlambat setting dari slurry harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan dan sebagai bagian dari desain campuran. Jumlah dan jenis bahan tambah harus dicantumkan dalam dsain campuran. 8) Sumber Pasokan Persetujuan sumber pemasokan agregat, aspal, dan bahan pengisi (filler) harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan sebelum pengiriman bahan. Setiap jenis bahan harus diserahkan seperti diperintahkan Direksi Pekerjaan. SKh-1.6.7.3 CAMPURAN 1) Komposisi Umum Campuran Bubur aspal emulsi (slurry) dimodifikasi latex terdiri dari agregat, bahan pengisi, aspal emulsi, air, latex modifier, dan bahan tambah yang ditambahkan bila diperlukan untuk menjamin sifat sifat campuran memenuhi ketentuan yang disyaratkan Tabel SKh- 1.6.7.2.(4). 2) Prosedur Rancangan Campuran a) Sebelum diperkenankan untuk menghampar setiap campuran slurry dalam Pekerjaan, Penyedia Jasa disyaratkan untuk menunjukkan semua usulan metode kerja, agregat, aspal emulsi dimodifikasi latex, dan campuran yang memadai dengan membuat dan menguji campuran percobaan di laboratorium dan juga dengan penghamparan campuran percobaan yang telah dibuat. b) Pengujian yang diperlukan meliputi analisa saringan agregat, dan sifat lainnya seperti diminta oleh Direksi Pekerjaan. Pengujian pada campuran percobaan meliputi pengujian konsistensi, pengujian waktu reaksi dan waktu pengeringan, dan pengujian abrasi jalur basah. SKh-1.6.7-6

c) Pengujian percobaan campuran laboratorium harus dilaksanakan dalam beberapa langkah dasar berikut ini: i. Penentuan Proporsi Campuran Agregat Tentukan proporsi campuran agregat, termasuk bahan pengisi, secara grafis sedemikian rupa sehingga menghasilkan gradasi yang sesuai dengan persyaratan pada Tabel SKh-1.6.7.2.(2). Apabila digunakan semen portland sebagai bahan pengisi, jumlah diijinkan berkisar 1% - 3%. ii. Penentuan Kadar Residu Aspal Emulsi Dimodifikasi Latex Perkiraan Tentukan kadar residu Aspal Emulsi Dimodifikasi Latex perkiraan berdasarkan gradasi agregat campuran dengan rumus dibawah ini. p = (0,05A + 0,1B + 0,5C) x 0,7 dimana : p = persen residu Aspal Emulsi Dimodifikasi Latex perkiraan terhadap berat kering agregat A= persen agregat tertahan saringan No.8 (2,36 mm) B = persen agregat lolos saringan No.8 (2,36 mm) dan tertahan saringan No.200 (0,75 mm) C = persen agregat lolos saringan No.200 (0,75 mm) Bila kadar residu Aspal Emulsi Dimodifikasi Latex lebih kecil dari persyaratan minimum atau lebih besar dari persyaratan maksimum pada Tabel SKh- 1.6.7.2.(5), maka yang diambil adalah kadar minimum atau kadar maksimum. Berdasarkan persen residu, kadar aspal emulsi dimodifikasi latex perkiraan dihitung dengan rumus berikut ini. AE = (p/r) x 100 dimana : AE = persen aspal emulsi dimodifikasi latex terhadap berat kering agregat R = persen residu Aspal Emulsi Dimodifikasi Latex yang digunakan (basil percobaan) iii. Penentuan Kadar Air untuk Mencapai Konsistensi Optimum Campuran Kadar air campuran adalah kadar air yang memberikan nilai konsistensi optimum campuran dengan melakukan pengujian konsistensi campuran. iv. Pengujian Waktu Pemantapan dan Waktu Perawatan 3) Persyaratan Campuran Pengujian dilakukan untuk memperoleh waktu pemantapan (setting time) dan waktu perawatan (curing time) dari campuran slurry. Waktu yang diperoleh di laboratorium dapat berbeda dengan yang diperoleh di lapangan. Faktor yang paling penting adalah bahwa sesudah pencampuran dan penghamparan, campuran cepat mengalami reaksi sehingga memungkinkan jalan dibuka untuk lalu lintas. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh campuran slurry adalah sebagai berikut: SKh-1.6.7-7

Tabel SKh-1.6.7.2.(4) Persyaratan Campuran Slurry Sifat Sifat Campuran Tipe I Tipe II Tipe III Takaran Pemakaian (kg/m 2 ) Min Max 5 8 8 12 11 12 Kadar Residu Aspal Emulsi Dimodifikasi Min Max 7,50 10,00 6,50 8,50 5,50 8,00 Latex (%) Bahan Pengisi (%) Min 0,50 0,50 0,50 Kadar Latex (%) Kohesion (kg cm) 30 min 60 min 90 min Abrasi Jalur Basah (gr/m 2 ) Max Min Max Min Min Min 2,00 1,00 3,00 12 21 24 2,00 1,00 3,00 12 21 24 2,00 1,00 3,00 12 21 24 Max 500 500 500 4) Toleransi Toleransi bahan secara individual untuk campuran slurry adalah sebagai berikut : a. Setelah disain kadar residu aspal emulsi dimodifikasi latex ditentukan, toleransi diberikan adalah kurang lebih satu persen. b. Prosentase agregat lolos harus berada pada rentang amplop gradasi. c. Tingkat takaran pemakaian, setelah sekali ditetapkan, tidak boleh bervariasi 0,91 kg/m2 dan harus ada pada rentang tingkat pemakaian yang direncanakan. SKh-1.6.7.4 PERALATAN 1) Umum Semua metoda dan peralatan yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum digunakan dan bila ditemukan ketidak sesuaian peralatan harus diperbaiki seperti yang disyaratkan. Semua peralatan harus terpelihara dan pada kondisi yang memuaskan. 2) Mesin Pencampur Mesin yang digunakan harus dirancang secara khusus dan dapat memproduksi hamparan slurry seal. Bahan harus dicampur dengan mesin pencampur baik yang terpasang pada truk atau yang direncanakan secara menerus. Mesin yang berproduksi secara menerus harus dilengkapi material pemasukan tersendiri sambil terus menghampar slurry seal. Setiap jenis mesin harus mampu mengirimkan dan menakar agregat, aspal emulsi, bahan pengisi, bahan tambah, dan air secara akurat ke alat pencampur dan mengeluarkan hasil campuran mengalir secara menerus. Mesin harus mempunyai kapasitas penyimpanan yang mencukupi untuk agregat, aspal emulsi, bahan pengisi, bahan tambah dan air untuk menjaga pemasokan yang memenuhi pengendalian takaran. Mesin yang terpasang pada truk akan lebih cocok untuk pelaksanaan dengan lebar terbatas, dan pelataran parkir. SKh-1.6.7-8

3) Peralatan Penakaran Pengukur volume atau berat tersendiri untuk penakaran setiap material yang akan dipakai pada campuran (seperti agregat, bahan pengisi, aspal emulsi, dan bahan tambah) harus tersedia dan mempunyai tanda batas secara jelas. Alat penakaran biasanya berupa konter berputar dan digunakan pada kalibrasi material serta penentuan keluaran hasil campuran pada setiap waktu. 4) Peralatan Penghampar Kotak penghampar harus dilengkapi pencegah terbuangnya slurry seal dari semua sisi dan dengan penyipat yang lentur yang dapat diatur. Alat juga harus mampu meratakan agar dapat mengkompensasi deviasi pada geometri perkerasan. Kotak penghampar harus bebas dari penumpukan aspal dan agregat. Alat penyipat harus tetap lentur pada setiap saat. 5) Kalibrasi Setiap bagian slurry seal yang akan digunakan harus dikalibrasi dan disaksikan oleh Direksi Pekerjaan sebelum pelaksanaan. Tidak diizinkan penggunaan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan sebelum dikalibrasi secara menyeluruh dan/atau diterima. SKh-1.6.7.5 PEMBUATAN DAN PRODUKSI CAMPURAN SLURRY 1) Kemajuan Pekerjaan Campuran slurry tidak boleh diproduksi bilamana tidak cukup tersedia peralatan pengangkutan, penghamparan, atau pembentukan, atau pekerja, yang dapat menjamin kemajuan pekerjaan dengan tingkat kecepatan minimum 60% kapasitas mesin pencampur. 2) Penyiapan Bahan Aspal Emulsi Bahan aspal emulsi harus disimpan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi perubahan sifat sifat aspal emulsi selama masa penyimpanan sampai dengan pencampuran di lapangan. Sebelum pencampuran dimulai setiap hari, harus ada aspal emulsi yang siap dikirim ke mesin pencampur. 3) Penyiapan Agregat a) Agregat untuk campuran harus memenuhi persyaratan agregat, dikeringkan dan bersih dari kotoran, dan setiap pengangkutan agregat ke lokasi pekerjaan harus selalu ditimbang dan dicatat. b) Bila diperlukan untuk memenuhi gradasi yang disyaratkan, maka bahan pengisi (filler) harus ditakar sehingga kebutuhan per satuan pengukuran agregat dapat diketahui secara pasti. 4) Penyiapan Campuran Agregat kering yang disiapkan harus digabung dalam pusat pengolah mesin pencampur dalam proporsi yang akan menghasilkan fraksi agregat sesuai yang disyaratkan. Bahan aspal emulsi harus diukur dan dimasukkan ke dalam mesin pencampur. SKh-1.6.7-9

SKh-1.6.7.6 PENYIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN 1) Verifikasi Lokasi percobaan yang akan dihampar ditentukan oleh Direksi Pekerjaan sebelum pelaksanaan dimulai. Direksi Pekerjaan akan memeriksa pekerjaan percobaan untuk diverifikasi kesesuaiannya dengan spesifikasi yang disyaratkan. Bila terjadi kegagalan dalam percobaan penghamparan ini, maka harus dilakukan percobaan kembali, sampai didapatkan pecobaan yang memuaskan. 2) Pengendalian Lalu Lintas Kewajiban Penyedia Jasa untuk menyediakan pengaturan lalu lintas, seperti penghalang, pengarah, konus, tanda peringatan, personil pemegang bendera dll, untuk melindungi slurry yang belum mengering dari lalu lintas dan menyediakan keselamatan pada daerah pekerjaan. Setiap kerusakan pada slurry yang belum mengering akan menjadi tangung jawab Penyedia Jasa dan harus diperbaiki sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. 3) Persiapan Permukaan Perkerasan Segera sebelum penghamparan slurry, perkerasan harus dibersihkan secara menyeluruh, terbebas dari material lepas, tumbuhan, tanah dan material lainnya yang tidak diharapkan. Setiap lobang, atau kerusakan lainnya harus diperbaiki sebelum penghamparan slurry seal. 4) Lapis Perekat Bila diperlukan, Penyedia Jasa harus memberikan lapis Perekat atau penutup kedua slurry seal pada perkerasan beton, atau pada perkerasan yang menyerap slurry cukup tinggi. Apabila diperlukan lapis perekat, campurkan satu bagian emulsi dengan tiga bagian air untuk lapis perekat dengan menggunakan jenis aspal emulsi yang sama seperti untuk yang dipakai pada slurry. Tingkat penyemprotan yang diperlukan adalah 0,22 lt/m 2 kotoran dan bahan yang tidak dipergunakan harus dibuang. sampai 0,44 lt/m 2. Semua SKh-1.6.7.7 PELAKSANAAN PEKERJAAN 1) Penyemprotan Air Bila kondisi memerlukan, maka perkerasan harus disemprot dengan kabut air didepan kotak penghampar. Air yang digunakan pada penyemprotan di permukaan tersebut agar permukaan cukup basah tapi tidak ada air yang menggenang didepan kotak penghampar. Penyemprotan air 0,22 lt/m 2 sampai 0,68 lt/m 2. 2) Kestabilan Campuran Slurry harus cukup stabil saat dihampar sehingga emulsi tidak pecah, tidak ada pemisahan bagian agregat yang halus dengan yang kasar dan cairan campuran tidak mengalir di permukaan perkerasan. 3) Sambungan Tidak terbentuk penimbunan yang berlebihan atau ketidak rapihan diizinkan pada sambungan melintang atau memanjang. Tumpang tindih yang berlebihan tidak diizinkan pada sambungan memanjang. Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan penghampar SKh-1.6.7-10

dengan lebar yang memadai untuk dapat menghasilkan jumlah sambungan memanjang seminimum mungkin. Sambungan memanjang harus ditempatkan sepanjang lajur perkerasan. 4) Pekerjaan Manual Pada daerah dimana kotak penghampar tidak dapat digunakan, slurry harus dihamparkan secara manual untuk mendapatkan penutupan yang menyeluruh dan merata. Setiap sambungan atau retak yang tidak terisi oleh slurry harus diperbaiki secara manual. Seluruh pekerjaan secara manual harus selesai sewaktu proses penghamparan dengan mesin. 5) Kerapihan Pekerjaan Garis lurus sepanjang kereb dan bahu jalan harus rapih. Tidak boleh ada bagian tercecer pada bagian ini yang diizinkan. Garis sepanjang simpangan jalan harus dipelihara tetap lurus. Slurry harus dihampar dekat dengan kereb atau pada suatu jarak tertentu sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. 6) Penggilasan Penggilasan dan pemadatan secara umum tidak diperlukan, namun untuk daerah dengan volume lalu lintas berat dan adanya belokan dengan kecepatan rendah, umpamanya pada simpangan jalan, penggilasan mungkin akan diperlukan. Perkerasan slurry harus digilas oleh pemadat roda pneumatik dan dilengkapi dengan sistem penyemprot air. Perkerasan slurry harus digilas minimum 5 gilasan dengan alat pemadat. Penggilasan tidak boleh dilakukan sebelum slurry telah cukup matang sehingga tidak terdapat bagian yang melekat pada roda penggilas. 7) Perawatan Lalu lintas tidak diizinkan lewat diatas slurry sampai benar - benar matang, sehingga cukup kuat agar slurry tidak rusak. Setiap slurry yang rusak sebelum matang harus diperbaiki sampai memuaskan dengan biaya dari Penyedia Jasa. 8) Pembersihan Semua perlengkapan jalan yang ada seperti lobang saluran, dll, harus dikembalikan pada posisi awal. Penyedia Jasa harus membuang semua bahan yang tidak digunakan dan debu dari lokasi penghamparan sebelum penerimaan pekerjaan akhir. SKh-1.6.7.8 PENGENDALIAN MUTU DAN PEMERIKSAAN DI LAPANGAN 1) Pengambilan Contoh untuk Pengendalian Mutu Campuran Contoh yang perlu diambil untuk pengujian harian: i) Agregat dari penampung untuk gradasi agregat ii) Campuran agregat untuk penentuan gradasi dengan cara pencucian iii) Bahan aspal emulsi dimodifikasi latex 2) Pengujian Pengendalian Mutu Campuran Penyedia Jasa harus menyimpan catatan dari seluruh pengujian dan catatan ini harus dikirimkan kepada Direksi Pekerjaan secara terus menerus tanpa keterlambatan. SKh-1.6.7-11

SKh-1.6.7.9 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN 1) Pengukuran Pekerjaan a) Kuantitas yang diukur untuk pembayaran pelapisan campuran slurry adalah meter persegi yang terhampar di lapangan, disetujui/diterima oleh Direksi Pekerjaan. Dihitung sebagai hasil perkalian panjang ruas yang diukur dan lebar yang diterima. b) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran tidak boleh meliputi lokasi dengan takaran penghamparan kurang dari yang dapat diterima atau setiap bagian yang terkelupas. Lokasi dengan kadar aspal yang tidak memenuhi ketentuan toleransi tidak akan diterima untuk pembayaran. 2) Dasar Pembayaran Daerah yang dilapisi campuran slurry dan diterima oleh Direksi akan diukur dilapangan yaitu panjang dan lebar dalam meter persegi. Pembayaran ini akan dipertimbangkan sebagai kompensasi penuh dari pembersihan, pembuangan kotoran, seluruh bahan termasuk bahan pengisi, air dan bahan tambah, pekerja, peralatan, alat bantu, pemeliharaan dan pengendalian lalu lintas yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. No Mata Pembayaran Skh-1.6.7.(1) Uraian Bubur Aspal Emulsi (Slurry) Dimodifikasi dengan Latex Unit Pengukuran m 2 SKh-1.6.7-12