BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu aspek dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi produktifitas. Oleh karena itu, seluruh penduduk atau masyarakat

BAB IV PENUTUP. wilayah kerjanya. Sejak didirikan tahun 1976, Puskesmas ini bernama. Kelurahan Kedungmundu Kecamatan Semarang Timur, berubah

BAB I PENDAHULUAN. Dasar-dasar atau prinsip pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah nilai

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan

PENDAHULUAN. atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A.

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,

Daftar Isi. Bab 1 : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Hukum 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang atau individu mampu untuk hidup produktif dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. kata lain terjadi perubahan paradigma sistem pemerintahan, baik ditingkat pusat,

A.Chalik Masulili Santika 30 juni 2005

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB II KEBIJAKAN. Untuk mencapai visi tersebut, maka telah disepakati misi yang akan dijalankan, yaitu :

PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu yang terdiri dari berbagai elemen yang berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pelayanan kesehatan paling dasar dan sebagai ujung tombak

BAB I PENDAHULUAN. dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan berbagai kemajuan di bidang teknologi informasi

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional. Dalam undang-undang Kesehatan No. UU Nomor 36 Tahun 2009

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 50 NOMOR 50 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki era baru, yaitu era reformasi yang ditandai

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I. Perubahan besar dalam sistem kesehatan telah terjadi di Indonesia sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Perancangan sistem..., Septiawati, FKM UI, Univerasitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

STUDI TENTANG MANAJEMEN SISTEM PELAKSANAAN PENAPISAN GIZI BURUK DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah pangkal kecerdasan, produktivitas, kesejahteraan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

A. Latar Belakang Masalah

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. memaksa organisasi ataupun perusahaan untuk membangun berbagai fasilitas

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Deskripsi: Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Puskesmas merupakan bagian dari sumber data dalam Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS).

BAB I PENDAHULUAN. Era global dikenal juga dengan istilah era informasi, dimana informasi telah

FORMAT SAMPUL LAMBANG DAERAH LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH ( LPPD ) Provinsi / Kabupaten / Kota...

BAB I PENDAHULUAN. kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilakukan

B A B P E N D A H U L U A N

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan. Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh Adisasmito

MONITORING DAN EVALUASI

I. PENDAHULUAN. dan tantangan strategis, baik dari segi eksternal maupun internal, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pendanaan Sektor Kesehatan di Indonesia: Studi Kasus Bantuan Operasional Kesehatan. Fatmah Afrianty Gobel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 11 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 11 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 12 TAHUN 2008

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VISI DINAS KESEHATAN JAKARTA SEHAT UNTUK SEMUA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

nasional. Dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mulai mencoba mengenalkan konsep baru dalam pengelolaan urusan publik

WALIKOTA TEBING TINGGI

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 12 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG NOMOR 10 TAHUN 1999 SERI D NO. 7

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah Undang-Undang No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 128/MENKES/SK/II/2004 sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, data dan informasi merupakan sumber daya yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan

PENGANTAR. xi P a g e

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN manajemen upaya kesehatan manajemen kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan bagian dari pembangunan nasional dengan tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Organisasi adalah salah satu komponen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013

MODUL PUSKESMAS 1. SISTEM INFORMASI PUSKESMAS (SIMPUS)

RENCANA AKSI KEGIATAN PUSAT DATA DAN INFORMASI TAHUN

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KESATUAN BANGSA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN SUBANG

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek yang mengalami banyak perkembangan dan perubahan terutama pada masa reformasi saat ini. Dengan adanya reformasi di bidang kesehatan maka saat ini paradigma pelayanan kesehatan lebih difokuskan pada upaya-upaya promotif dan preventif. Paradigma sehat ini merupakan modal pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang akan mampu mendorong masyarakat bertindak mandiri dalam menjaga kesehatan mereka terutama kesadaran akan pentingnya upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Reformasi turut mendorong adanya otonomi daerah yang merupakan awal yang sangat baik bagi daerah dalam menata kembali Sistem Kesehatan dan Manajemen kesehatan. Hal tersebut tentunya diarahkan untuk mendukung tercapainya Visi Pembangunan Kesehatan, yaitu Indonesia Sehat 2010 ( Hartono, 2002). Desentralisasi merupakan salah satu strategi yang dilaksanakan untuk tercapainya Indonesia Sehat 2010. Ini berarti bahwa Indonesia sehat akan tercapai, jika terlebih dahulu diupayakan tercapainya Kabupaten-kabupaten Sehat, Kotakota sehat, dan Provinsi-provinsi sehat. Selain itu dengan Visi Indonesia Sehat 2010 maka diharapkan didapatkan gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan setinggi-tingginya baik dalam lingkup individu, keluarga, masyarakat, maupun Negara. Visi Indonesia Sehat 2010 turut mendorong terciptanya misi pembangunan kesehatan yaitu : menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat, beserta lingkungannya. (Depkes RI,1999)

2 Misi tersebut didukung oleh empat strategi pembangunan kesehatan yaitu: pembangunan nasional berwawasan kesehatan, profesionalisme, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) dan Desentralisasi. (Depkes RI, 1999) Desentralisasi sebagai salah satu strategi pembangunan kesehatan berarti membuka peluang kepada daerah untuk meningkatkan perencanaan pembangunan yang lebih spesifik dan juga berarti lebih mendekatkan pengambilan keputusan dan kebijakan ke permasalahan yang ada di daerah sehingga pemecahan masalahnya menjadi efektif dan efisien sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan daerah tersebut. Ascobat Gani (2001) menyatakan bahwa dalam hal ini desentralisasi di bidang kesehatan memberi peluang bagi daerah untuk menyusun rencana yang lebih bersifat Local Specific. Artinya, prioritas pembangunan dan Program Kesehatan bisa berbeda antar wilayah, tidak lagi harus seragam sebagaimana halnya dengan 18 program pokok Puskesmas dimasa lalu yang menjadi program setiap daerah. Kabupaten/Kota harus merumuskan dan melaksanakan sistem kesehatan Kabupaten/Kota. Dengan sistem inilah upaya-upaya penyediaan pelayanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan digerakkan kerarah terwujudnya lingkungan sehat, perilaku hidup bersih dan sehat, serta pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Seperti yang tercantum dalam Jakarta Sehat 2010, yang merupakan Visi Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, salah satunya ditandai dengan dihuni oleh penduduk yang sehat dengan produktivitas maksimal. Kesehatan disini dapat diartikan sebagai keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi ( UU kesehatan 23/1992). Dalam mencapai visi yang telah dibuat, Dinkes DKI Jakarta membuat program prioritas yang salah satunya adalah sosialisasi dan informasi kesehatan. Realisasi dari kegiatan sosialisasi dan informasi kesehatan, sejak tahun 1970an Departemen Kesehatan telah mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan Nasional. Sistem ini tidak berdiri sendiri, melainkan bagian fungsional dari Sistem Kesehatan yang dibangun dari jaringan Sistem Informasi Kesehatan Provinsi. Sistem Informasi Kesehatan Provinsi dibangun dari Sistem Informasi

3 Kesehatan Kabupaten/Kota. Dalam rangka mendukung pencapaian Indonesia Sehat 2010, maka dilakukan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional. Tersedianya data dan informasi yang akurat dan disajikan secara cepat dan tepat waktu akan mendukung tercapainya Indonesia sehat 2010. (Sabarguna, 2007). Lebih lanjutnya tahun 2001 merupakan awal pelaksanaan Otonomi Daerah. Dengan telah dialokasikannya dana ke Daerah, maka aparat kesehatan di Daerah harus dapat berjuang untuk mendapatkan porsi yang memadai bagi pembangunan kesehatan di daerah tersebut. Misalnya dengan melakukan advokasi yang efektif dengan Kepala Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, dan atau pihak-pihak penentu (stakeholder) lain. Upaya tersebut akan lebih berhasil bila disertai dukungan fakta dalam bentuk data atau informasi yang dipasok dari suatu Sistem Informasi Kesehatan yang andal dan (reliabel) (Hartono,2002). Sistem Informasi kesehatan yang berkembang sejak tahun 2002 berbasis internet yang dikenal dengan nama SIK Integrasi. Secara sederhana sistem informasi kesehatan adalah suatu proses pengumpulan data, pengolahan data, menjadi informasi dan diseminasi informasi dalam sistem kesehatan. Selain itu SIK juga dapat diartikan sebagai suatu sistem yang menyediakan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan di setiap jenjang administrasi kesehatan baik di tingkat unit pelaksana upaya kesehatan, tingakat Kabupaten/Kota, tingkat Provinsi, maupun tingkat Pusat. Provinsi berfungsi sebagai regulator memberi pengaturan dan arah kebijakan pembangunan kesehatan. Kotamadya sebagai auditor berperan mengamankan kebijakan yang telah diputuskan dengan melakukan pembinaan dan pengawasan. Sedangkan Rumah Sakit daerah, Puskesmas, serta Unit Pelaksana Teknis lainnya melaksanakan seluruh kebijakan tersebut. Dalam menjalankan fungsi tersebut diatas maka Puskesmas perlu didukung dengan Sistem Informasi Kesehatan yang handal. (SK KaDinkes Prop DKI No 7719,2004) Sistem informasi Kesehatan yang telah ada sebelumnya yang dikembangkan oleh Departemen Kesehatan saat ini satu sama lain kurang terintegrasi. Sistem-sistem informasi kesehatan tersebut adalah Sistem Informasi Manajemen Puskesmas, Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi, Sistem Surveilens Terpadu, Sistem Informasi Obat dan Sistem Informasi Rumah Sakit. Masing-

4 masing sistem tersebut cenderung mengumpulkan data sebanyak-banyaknya menggunakan cara dan format pelaporannya sendiri. Akibatnya unit-unit terendah (operasional) seperti Puskesmas dan Rumah Sakit sangat terbebani. Dampak negatifnya adalah berupa kurang akuratnya data dan lambatnya pengiriman laporan data (Sabarguna, 2007). Pengembangan dan pemantapan Sistem Informasi Kesehatan digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan yang diperlukan dalam rangka perbaikan pelayanan dan program kesehatan secara langsung. (Depkes RI, 1997) Para penyelenggara tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang kesehatan di kabupaten/kotamadya sangat memerlukan data/informasi yang terkait dengan kesehatan untuk mendukung manajemen kesehatan bersangkutan. (Depkes RI, 1997) Peranan sistem informasi kesehatan dalam menyediakan informasi kesehatan sangat luas untuk keperluan perencanaan dan pengelola kesehatan serta mendukung pengambilan keputusan manajemen yang diperlukan dalam rangka perbaikan pelayanan dan program kesehatan untuk masyarakat. Informasi kesehatan tersebut juga diperlukan dalam perencanaan, penggerakkan, pemantauan, penelitian program di tingkat kabupaten/kotamadya. (Depkes RI, 1997) Hal ini di dukung oleh pendapat Siagian (2006) bahwa keberadaan informasi dalam sutau organisasi memerlukan kebutuhan yang sangat mendasar dan sangat diperlukan, karena dalam proses pengambilan keputusan sangat tergantung pada jenis, mutu, dan kualitas informasi yang tersedia. Pendapat lain yang berasal dari Kumorotomo (1996) yang menyatakan bahwa informasiinformasi yang harus disediakan oleh pengolah Informasi Sistem Informasi Kesehatan untuk mendukung pengambilan keputusan, mengandung dimensi relevansi, akurasi, ketepatan waktu, dan kelengkapan. Proses-proses dalam sistem informasi kesehatan memerlukan kebijakankebijakan dan melibatkan para petugas kesehatan serta sejumlah prosedur, dan juga memungkinkan dalam menggunkan komputer. Sistem informasi kota adalah tulang punggung bagi pelaksanaan pembangunan daerah berwawasan kesehatan di kota atau wilayah yang bersangkutan. Sistem ini diharapkan dapat memberikan

5 bukti-bukti untuk dapat mengambil keputusan berdasarkan fakta (evidence based decision making). Sistem Informasi Kesehatan bertujuan untuk mengembangkan sistem informasi kesehatan yang komprehensif berhasil guna dan berdaya guna dalam mendukung pembangunan kesehatan mencapai Indonesia Sehat 2010. Sasarannya adalah tersedianya informasi yang akurat, tepat waktu, lengkap dan sesuai dengan kebutuhan sebagai bahan dalam proses pengambilan keputusan untuk perumusan kebijakan, perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengendalian, pengawasan dan penilaian program kesehatan di semua tingkat administrasi. Propinsi dalam Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Integrasi di Propinsi DKI Jakarta berfungsi sebagai regulator memberi pengaturan dan arah kebijakan pembangunan kesehatan, Kotamadya sebagai auditor berperan mengamankan kebijakan yang telah diputuskan dengan melakukan pembinaan dan pengawasan, serta Puskesmas kecamatan dan kelurahan berfungsi sebagai pelaksana dari seluruh kebijakan yang dibuat. Dalam menjalankan fungsi seperti yang telah disebutkan diatas, maka puskesmas kecamatan dan kelurahan perlu didukung dengan SIK yang handal. Hal ini dimaksudkan agar SIK Integrasi dapat menyediakan Informasi Kesehatan yang akurat, cepat menyeluruh. Propinsi DKI Jakarta, berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta No.559/2003 tanggal 16 Januari 2003 tentang pelaksanaan uji coba SIK Integrasi, dilaksanakan pengembangan SIK Integrasi Puskesmas dimulai dengan Uji coba pada 1 (satu) Puskesmas Kecamatan serta Puskesmas Kelurahan di bawahnya, di 6 wilayah yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Selatan, dan Kepulauan Seribu. Kemudian ditindak lanjuti dengan Instruksi Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta No. 10 tahun 2004 tentang Pengembangan SIK yang Terpadu dan Terintegrasi di Lingkungan Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Kotamadya Jakarta Timur merupakan salah satu instansi pemerintah yang memiliki wilayah kerja yang cukup luas sehingga Sistem Informasi Kesehatan yang komprehensif sangat diperlukan guna memberikan informasi secara efektif dan efisien. Puskesmas-puskesmas di wilayah Jakarta timur telah menerapkan Sistem Informasi Kesehatan dalam

6 kegiatan pelayanan mereka bahkan salah satu Puskesmas di wilayah Jakarta timur, pada tahun 2001, mendapatkan sertifikat ISO 9001:2000 yang merupakan pengesahan untuk mutu pelayanan berstandar Internasional yaitu Puskesmas Kramat Jati yang menjadi Puskesmas pertama penerima sertifikat ISO di Indonesia. Penyelenggaraan SIK integrasi di puskesmas-puskesmas di wilayah kerja Sudin Kesmas Jakarta Timur pada kenyataannya memiliki masalah dikarenakan masih rendahnya frekuensi pengiriman data dan informasi dan juga adanya gangguan pada software dalam hal pengirman data. Hal ini dapat dilihat dari Laporan Bulanan absensi Pengiriman Data Puskesmas-puskesmas di Jakarta Timur selama tahun 2007. pada laporan tersebut didapatkan data bahwa rata-rata pengiriman yang dilakukan oleh Puskemas-puskesmas di Jakarta Timur setiap bulannya selama tahun 2007 adalah sebesar 63,7%. Hal tersebut manunjukkan bahwa data yang diterima belum optimal. Idealnya pelaporan sistem informasi kesehatan adalah informasi yang akurat, tepat waktu dan dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan untuk proses pengambilan keputusan dalam perencanaan, penggerakkan pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian upaya kesehatan. Kuantitas dan kualitas pelaporan berhubungan dengan jumlah koleksi informasi yang baik yang dapat dikumpulkan. Hal ini selanjutnya berhubungan dengan kegiatan penyebarluasan informasi. Informasi yang dikumpulkan digunakan untuk pengambilan keputusan. Hal-hal tersebut diatas menunjukkan penting kegiatan SIK dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian mengenai gambaran penyelenggaraan SIK Integrasi, terutama SIK Integrasi di Puskesmas-puskesmas di Wilayah Kerja Sudin Jakarta Timur. Dengan Mengetahui gambaran pelaksanaan SIK Integrasi maka dapat diketahui dan disimpulkan apa saja masalah, kekurangan dan kelemahan dalam penyelenggaran SIK Integrasi di Puskesmas-puskesmas di wilayah kerja Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Kotamadya Jakarta Timur sehingga dapat dicari solusi untuk mengatasinya.

7 1.2 Rumusan Masalah Sistem Informasi Kesehatan (SIK) integrasi memiliki andil yang penting dalam terselenggaranya proses pengambilan keputusan bagi program perencanaan kegiatan bidang kesehatan, khususnya di puskesmas-puskesmas di wilayah kerja Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Timur pada khususnya dan Propinsi DKI Jakarta pada umumnya. SIK integrasi di Puskesmas-puskesmas di wilayah kerja Sudin Kesmas Kotamadya Jakarta Timur dan Propinsi DKI Jakarta pada umumnya. Pelaksanaan SIK Integrasi di Puskesmas-puskesmas di wilayah kerja Sudin Kesmas Kotamadya Jakarta Timur masih belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari Laporan Pengiriman data SIK memilki rata-rata sebesar 63,7% selama tahun 2007. selain itu didapatkan juga fakta sering terjadi kerlambatan dalam pengiriman laporan data SIK selama tahun 2007. kedua hal tersebut dapat mengganggu kegiatan perencanaan dan pengambilan keputusan di bidang kesehatan. Oleh karena itu dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Kealfaan dan keterlambatan Posting kegitan SIK Integrasi di puskesmaspuskesmas wilayah kerja Sudin Kesmas Jakarta Timur Tahun 2007. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan permasalahan diatas maka perlu dilakukan analisa dari input, proses output dalam pelaksanaan sistem informasi kesehatan yang dijalankan di puskesmas-puskesmas di wilayah kerja Sudin Kesmas Jakarta Timur. Adapun pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut: Bagaimana gambaran penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Integrasi di puskesmaspuskesmas di wilayah kerja Sudin Kesehatan Masyarakat Jakarta Timur tahun 2007?

8 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Diperolehnya gambaran mengenai penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Integrasi di puskesmas kecamatan di wilayah kerja Sudin Kesehatan Masyarakat Jakarta Timur tahun 2007. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui Tingkat Pendidikan, Pengalaman Kerja, dan keikutsertaan dalam pelatihan SIK Integrasi, serta tanggung jawab yang diemban petugas SIK Integrasi di puskesmas-puskesmas di wilayah kerja Sudin Kesehatan Masyarakat Jakarta Timur tahun 2007. 2. Mengetahui peralatan yang digunakan dalam penyelenggaraan SIK Integrasi di puskesmas-puskesmas di wilayah kerja Sudin Kesehatan Masyarakat Jakarta Timur tahun 2007. 3. Mengetahui ketersediaan, kecukupan dan ketepatan waktu anggaran dalam penyelenggaraan SIK Integrasi di puskesmaspuskesmas di wilayah kerja Sudin Kesehatan Masyarakat Jakarta Timur tahun 2007. 4. Mengetahui ketersediaan Juklak dalam penyelenggaraan SIK Integrasi di puskesmas-puskesmas di wilayah kerja Sudin Kesehatan Masyarakat Jakarta Timur tahun 2007. 5. Mengetahui kelancaran Posting data SIK Integrasi via Internet di puskesmas-puskesmas di wilayah kerja Sudin Kesehatan Masyarakat Jakarta Timur tahun 2007.

9 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermafaat bagi: 1.5.1 Bagi Dinas Kesehatan propinsi DKI Jakarta 1. Memberikan gambaran penyelenggaraan SIK Integrasi di Puskesmaspuskesmas dalam wilayah kerja Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Timur. 2. Dapat mengetahui kekurangan-kekurangan dalam penyelenggaraan SIK Integrasi, sehingga dapat dilakukan upayakan perbaikan. 1.5.2 Bagi Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Kotamadya Jakarta Timur 1. Memberikan gambaran penyelenggaaan SIK Integrasi di Puskesmas secara nyata. 2. Dapat mengetahui hal-hal apa saja yang harus menjadi perhtian dalam penyelenggaraa SIK Integrasi di Puskesmas. 1.6 Ruang Lingkup Ruang lingkup yang diteliti adalah tentang gambaran penyelenggaraan SIK ntegrasi di Puskemas-puskesmas di wilayah kerja Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Kotamadya Jakarta Timur tahun 2007. Penelitian ini memanfaatkan data primer berupa hasil wawancara dengan petugas yang bertanggung jawab atas pelaporan SIK di Seksi Pendataan dan Progam di Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Kotamadya Jakarta Timur dan juga hasil temu pandapat para petugas SIK puskesmas di wilayah kerja Sudin Kesehatan Masyarakat Jakarta Timur mengenai perkembangan pelaksanaan SIK 2007-2008, serta data sekunder berupa Tupoksi, Laporan Bulanan Absensi Pengiriman Data Puskesmas, serta buku-buku referensi lainnya. Penelitian ini dilakukan karena belum optimalnya penyelenggaraan SIK Integrasi d Puskesmas-puskesmas di wilayah kerja Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Kotamadya Jakarta Timur.