KEDUDUKAN HUKUM MAHKAMAH AGUNG DAN BADAN PERADILAN YANG BERADA DI BAWAHNYA SEBAGAI PEMOHON PERTANYAAN KONSTITUSIONAL DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
KEWENANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH(BLUD) DALAM HAL PENGAWASAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN

TESIS KEWENANGAN MENGADILI SENGKETA KEPEGAWAIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

KEWENANGAN MENGUJI KONSTITUSIONALITAS PERATURAN DAERAH TERHADAP UUD 1945

PERLINDUNGAN HAK-HAK ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DENPASAR NOMOR 2/PID.SUS.ANAK/2015/PN DPS

LEGAL STANDING KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI (KPK) DALAM SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA DI MAHKAMAH KONSTITUSI

LUH PUTU SWANDEWI ANTARI

INKONSTITUSIONALITAS PENGUJIAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI

KEKUATAN HUKUM AKTA NOTARIS BERKENAAN DENGAN PENANDATANGANAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) PERSEROAN TERBATAS MELALUI MEDIA TELEKONFERENSI

TESIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI DOKTER ATAS DUGAAN MALPRAKTIK MEDIK ENY HERI MANIK NIM

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK MILIK ATAS TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WISATAWAN DALAM PASOKAN JASA PARIWISATA OLEH BIRO PERJALANAN WISATA

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA MENGENAI SIFAT MELAWAN HUKUM MATERIAL DALAM PERSPEKTIF TINDAK PIDANA KORUPSI PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KOSNSTITUSI NOMOR :

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TERKAIT DENGAN PROGRAM WAJIB BELAJAR 12 TAHUN

KEDUDUKAN DESA DI BALI SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WHISTLEBLOWER DAN JUSTICE COLLABORATOR DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

TANGGUNGJAWAB KEPALA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL TERKAIT KEWENANGAN MENERBITKAN KEPUTUSAN PEMBATALAN SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH

TESIS PENGATURAN PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM OLEH BADAN USAHA SWASTA

KONSEP JANJI DALAM IKLANSEBAGAI DASAR PERLINDUNGAN HAK KONSUMEN

TESIS KEKUATAN EKSEKUTORIAL PERJANJIAN KREDIT DENGAN AKTA FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN (STUDI KASUS PADA KOPERASI DI WILAYAH KOTA DENPASAR)

PENGATURAN TATA LETAK KABEL DAN PIPA (SUBMARINE CABLES AND PIPELINES) DI LANDAS KONTINEN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENJAGA KEDAULATAN WILAYAH NEGARA

PEMBATALAN PUTUSAN PENGADILAN NIAGA OLEH MAHKAMAH AGUNG DALAM HAL TERJADI KESALAHAN PENERAPAN HUKUM PEMBUKTIAN

ANALISIS KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004)

SKRIPSI KEDUDUKAN DAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI DAN MAHKAMAH AGUNG MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KOPERASI DALAM TINDAK PIDANA PERBANKAN TANPA IJIN

SKRIPSI TINJAUAN TERHADAP PUTUSAN PRAPERADILAN YANG BERKAITAN DENGAN PENETAPAN SESEORANG MENJADI TERSANGKA

TESIS WEWENANG PENYEBARLUASAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH I MADE ADHY MUSTIKA NIM :

PERBANDINGAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG DAN MELALUI SISTEM PERWAKILAN

PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK SATUAN RUMAH SUSUN DI ATAS TANAH BERSAMA YANG DIBEBANKAN HAK TANGGUNGAN

KEPAILITAN PT ASURANSI JIWA BUANA PUTRA YANG IZIN USAHANYA TELAH DICABUT : STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 229 K/PDT

IMPLEMENTASI PRINSIP KEPENTINGAN TERBAIK BAGI ANAK DALAM PENGASUHAN ANAK PASCA PERCERAIAN DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT PATRILINEAL DI BALI

MEKANISME, WEWENANG, DAN AKIBAT HUKUM PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA TESIS

PENERAPAN ANALISIS KONTRASTIF DALAM PENGAJARAN PAST TENSE SISWA KELAS X IPA 3 SMAN 2 DENPASAR

PENGARUH FRAMING DAN KEMAMPUAN NUMERIK TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI

DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI

URGENSI PENERBITAN SURAT PERINTAH PENGHENTIAN PENYIDIKAN (SP3) OLEH KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA

TESIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NOTARIS PEMBUAT KETERANGAN HAK WARIS BAGI WNI KETURUNAN TIONGHOA

Tesis untuk Memeroleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Linguistik, Program Pascasarjana Universitas Udayana

Oleh I Dewa Ayu Inten Sri Damayanti Suatra Putrawan Bagian Peradilan Fakultas Hukum Universitas Udayana

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG MENGKONSUMSI MAKANAN KADALUWARSA

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN PARATE EKSEKUSI SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN

TESIS PENINGKATAN PEMAHAMAN AFIKS PADA KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN METODE INTENSIF PADA PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMP PGRI 7 DENPASAR

PENGATURAN PEMINDAHTANGANAN BARANG MILIK DAERAH BERUPA TANAH UNTUK MASYARAKAT

FUNGSI MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS DALAM PEMBERIAN PERSETUJUAN TERHADAP PENYIDIK BAGI NOTARIS YANG TERSANGKUT KASUS PIDANA TERHADAP AKTA YANG DIBUATNYA

KATA PENGANTAR. karunia-nya skripsi yang berjudul SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU

Menggagas Constitutional Question Di Indonesia Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

DASAR HUKUM KEWENANGAN PRAPERADILAN DALAM MEMUTUS PENETAPAN TERSANGKA

WEWENANG CAMAT SEBAGAI PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) SEMENTARA DALAM PEMBUATAN AKTA PERALIHAN HAK ATAS TANAH

KARAKTERISTIK FINAL AND BINDING PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSII DALAM KAITANNYA DENGAN POLITIK HUKUM PEMBENTUKAN LEGISLASI YANG BAIK

PENGATURAN KEWENANGAN PENDAFTARAN TANAH REDISTRIBUSI DALAM KEBIJAKAN NASIONAL DIBIDANG PERTANAHAN

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DENGAN LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

TESIS KEPASTIAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP KERUGIAN PARA PIHAK DALAM PENDAFTARAN FIDUSIA ONLINE

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PEMBELI BARANG HASIL KEJAHATAN DITINJAU DARI PASAL 480 KUHP TENTANG PENADAHAN

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP MOTIVASI DAN KINERJA KARYAWAN (Sudi Kasus Pada PT. Pandawa)

TESIS ANALISIS OVERREACTION PASAR PADA SAHAM WINNER DAN LOSER DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI UPAYA PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI NOMOR 45K/PDT.SUS-PAILIT/2013 MENGENAI BUKTI ADANYA UTANG (PAILITNYA PT. SRI MELAMIN REJEKI)

DETERMINAN DISHARMONI KUA-PPAS TERHADAP APBD DI KABUPATEN TABANAN

PEMBATALAN PUTUSAN PENGADILAN NIAGA OLEH MAHKAMAH AGUNG DALAM HAL TERJADI KESALAHAN PENERAPAN HUKUM PEMBUKTIAN

SKRIPSI. PUTUSAN LEPAS TERHADAP TERDAKWA TINDAK PIDANA PENCABULAN ANAK (Putusan Mahkamah Agung Nomor 865 K/PID.SUS/2013)

IMPLEMENTASI HAK TERSANGKA UNTUK MEMPEROLEH BANTUAN HUKUM PADA TINGKAT PENYIDIKAN DI WILAYAH HUKUM POLDA BALI

KINERJA DAN STRATEGI PENGELOLAAN LIMBAH HOTEL BERBINTANG DI KAWASAN PARIWISATA UBUD BALI

EFEKTIVITAS PENERAPAN AMDAL DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI BALI STUDI KASUS PLTD/G PESANGGARAN

Penulisan Hukum. Penulisan Hukum (Skripsi)

KEWENANGAN PEMBATALAN PRODUK HUKUM DAERAH OLEH PEMERINTAH DITINJAU DARI PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA RI.TAHUN 1945

PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill) BERDASARKAN NERACA AIR DI DAERAH KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG

PROBLEMATIKA YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA GEDUNG MILIK PEMERINTAH ANTARA PEMERINTAH KOTA DENPASAR DENGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

PENGARUH PENGETAHUAN AKUNTANSI DAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN INVESTASI

PEMALSUAN TANDATANGAN AKTA OLEH PARA PIHAK DALAM PEMBUATAN AKTA NOTARIIL

PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA

KATA PENGANTAR. berkat rahmat dan anugrahnya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI DALAM MENGADILI SENGKETA PEMBATALAN PUTUSAN BANI

PENGAWASAN PEMERINTAH DALAM PELAKSANAAN KONSEP CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) PADA INDUSTRI PERBANKAN

PenulisanHukum (Skripsi)

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 015/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP UUD 1945

Tesis Ini Telah Diuji Pada Tanggal 18 Juli Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Nomor : 1713/UN14.4/HK/2016, Tanggal 14 Juli 2016

LEMBAR PENGESAHAN TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 18 JULI 2016

LANDASAN YURIDIS DAN MAKNA PENGUKUHAN AWIG-AWIG DESA PAKRAMAN OLEH BUPATI/WALI KOTA

TESIS FUNGSI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM PENYITAAN ASET TINDAK PIDANA KORUPSI TERKAIT DENGAN PENCUCIAN UANG KETUT MAHA AGUNG NIM :

PENGATURAN DAN TANGGUNG JAWAB PERS TERHADAP TERJADINYA PERBUATAN PENCEMARAN NAMA BAIK

STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA5154 UNTUK APLIKASI TEKNOLOGI SEMI SOLID CASTING

SKRIPSI PENGATURAN ASAS REBUS SIC STANTIBUS

MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

PENYELESAIAN KREDIT MACET BAGI DEBITUR DI LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD), DESA PAKRAMAN KABA KABA KECAMATAN KEDIRI, KABUPATEN TABANAN

PENERAPAN PIDANA BERSYARAT DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2591K/PID.SUS./2011)

PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN PADA RESTORAN HOTEL DI KABUPATEN BADUNG

MANAJEMEN RISIKO DALAM PROSES ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT DI KOTA DENPASAR

TESIS KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM MELEGALISIR FOTOKOPI TERJEMAHAN IJAZAH MENURUT UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS

TESIS PELANGGARAN MEREK TERKENAL DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK MEREK; STUDI PERBANDINGAN PARIS CONVENTION

PEMBENTUKAN LEMBAGA OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP KEDUDUKAN SISTEM PENGAWASAN PERBANKAN DI INDONESIA

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI

PENGATURAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) PADA JALUR HIJAU DAN KAWASAN LIMITASI DI KABUPATEN BADUNG

PENYELESAIAN SENGKETA MEREK MELALUI LEMBAGA LITIGASI DAN NON LITIGASI (ARBITRASE)

PERBANDINGAN SINO-NASAL OUTCOME TEST 22 (SNOT-22) PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK SEBELUM DAN SESUDAH PEMBEDAHAN DI RSUP SANGLAH TAHUN 2017

PENGATURAN PEMBEBASAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KAWASAN JALUR HIJAU

TINJAUAN YURIDIS PENCABUTAN HAK MEMILIH DAN DIPILIH SEBAGAI PIDANA TAMBAHAN DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana

PELAKSANAAN PERATURAN KAPOLRI NO. 8 TAHUN 2011 DALAM PENGAMANAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DI KABUPATEN TABANAN

DEA ARSYANDITA NIM E

PADA KAWASAN PARIWISATA DI KABUPATEN BADUNG

ANALISIS YURIDIS PENGGUNAAN DISPARITAS PUTUSAN

Transkripsi:

TESIS KEDUDUKAN HUKUM MAHKAMAH AGUNG DAN BADAN PERADILAN YANG BERADA DI BAWAHNYA SEBAGAI PEMOHON PERTANYAAN KONSTITUSIONAL DI INDONESIA INDAH PERMATASARI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

TESIS KEDUDUKAN HUKUM MAHKAMAH AGUNG DAN BADAN PERADILAN YANG BERADA DI BAWAHNYA SEBAGAI PEMOHON PERTANYAAN KONSTITUSIONAL DI INDONESIA INDAH PERMATASARI NIM: 1390561051 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

KEDUDUKAN HUKUM MAHKAMAH AGUNG DAN BADAN PERADILAN YANG BERADA DI BAWAHNYA SEBAGAI PEMOHON PERTANYAAN KONSTITUSIONAL DI INDONESIA Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum Pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana INDAH PERMATASARI NIM. 1390561051 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 ii

iii

Tesis Ini Telah Diuji Pada Tanggal 30 Oktober 2015 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana Nomor 3406/UN14.4/HK/2015, Tanggal 13 Oktober 2015 Ketua : Prof. Dr. I Made Subawa, SH.,MS. Sekretaris : Dr. Gede Marhaendra Wija Atmaja, SH.,M.Hum. Anggota : 1. Prof. Dr. I Wayan Parsa, SH.,M.Hum. 2. Dr. Ni Ketut Sri Utari, SH.,MH. 3. Dr. I Gede Yusa, SH.,MH. iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Indah Permatasari Program Studi : Ilmu Hukum Judul Tesis : Kedudukan Hukum Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang Berada di Bawahnya Sebagai Pemohon Pertanyaan Konstitusional di Indonesia. Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas Plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti Plagiat dalam karya ilmiah ini maka saya bersedia menerima sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Mendiknas RI Nomor 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 27 September 2015 v

UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat, dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul Kedudukan Hukum Mahkamah Agung Dan Badan Peradilan yang Berada di Bawahnya Sebagai Pemohon Pertanyaan Konstitusional di Indonesia. Penyusunan tesis ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari berbagai rangkaian kegiatan akademis yang lain, untuk mendapatkan gelar Magister Hukum pada Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana. Penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, dukungan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan tesis ini, sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terimakasih ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister (S2) Ilmu Hukum di Universitas Udayana. Ucapan terimakasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K), atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister (S2) Ilmu Hukum pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Udayana Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, SH., M.Hum., LLM., dan Sekretaris Program Studi vi

Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Udayana Dr. Putu Tuni Cakabawa Landra, SH.,MH., atas kesempatan yang diberikan untuk mengkuti dan menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. Penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih tulus yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. I Made Subawa S.H.,MS. selaku dosen pembimbing I dan Dr. Gede Marhaendra Wija Atmaja S.H.,M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dr. I Dewa Gede Palguna, S.H., MH. yang pernah membimbing penulis selaku pembimbing II. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada para dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan pada penulisan tesis ini yaitu Prof. Dr. I Wayan Parsa, S.H.,M.H., Dr. Ni Ketut Sri Utari, S.H., M.H. dan Dr. I Gede Yusa, S.H., M.H. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dosen Program Magister (S2) Ilmu Hukum Universitas Udayana dan para pegawai administrasi Program Magister (S2) Ilmu Hukum Universitas Udayana. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada keluarga yang telah memberikan doa, semangat dan motivasi dalam penyusunan tesis ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman yang selalu membantu, memberikan semangat dan motivasi dalam penyusunan tesis ini terutama Mitarsih Sri Agustini dan Ni Putu Wilda Kharismawati beserta teman-teman di Magister (S2) Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana angkatan tahun vii

2013, serta teman-teman yang lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, baik dari penyajiannya maupun dalam penyusunannya. Kekurangan semata-mata karena kemampuan dan pengetahuan penulis yang sangat terbatas, sehingga dibutuhkan kritik serta saran yang membangun untuk dapat menyempurnakan penulisan tesis ini. Akhir kata, besar harapan penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat. Denpasar, 20 Desember 2015 Penulis viii

ABSTRAK Pertanyaan Konstitusional adalah mekanisme pengujian yang diajukan oleh hakim Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya yang ragu akan konstitusionalitas undang-undang yang akan dipergunakannya untuk memutus suatu perkara. Mahkamah Konstitusi Indonesia sampai saat ini belum memiliki kewenangan untuk menguji perkara pertanyaan konstitusional. Bertolak dari hal tersebut terdapat dua substansi permasalahan yaitu kemungkinan Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya diberi kedudukan hukum sebagai pemohon dalam perkara pertanyaan konstitusional kepada Mahkamah Konstitusi dan prosedur beracara jika Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya diberi kedudukan hukum sebagai pemohon pertanyaan konstitusional kepada Mahkamah Konstitusi. Penelitian hukum ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian ini mempergunakan pendekatan perundang-undangan, pendekatan perbandingan dan pendekatan konseptual. Teknik analisis bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskripsi dan teknik interpretasi Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dapat memiliki kedudukan hukum sebagai pemohon pertanyaan konstitusional ke Mahkamah Konstitusi. Hal ini dikarenakan terdapatnya kerugian kewenangan konstitusional yang dialami oleh hakim yang diberikan oleh Pasal 24 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yakni untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Selain melalui penafsiran hakim, pemberian kedudukan hukum kepada Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya sebagai pemohon pertanyaan konstitusional juga dapat diberikan melalui perubahan Undang-Undang Mahkamah Konstitusi dan melalui konvensi ketatanegaraan. Proses beracara yang lebih sederhana dalam pertanyaan konstitusional bertujuan untuk tidak membiarkan penundaan proses peradilan terlalu lama. Proses beracara pengujian pertanyaan konstitusional melipui permohonan yang lebih sederhana, penjadwalan sidang, pemeriksaan persidangan, pembuktian dan putusan. Implementasi putusan Mahkamah Konstitusi yang langsung dapat dieksekusi (self implementing) lebih tepat diterapkan dalam putusan perkara pertanyaan konstitusional. Kata Kunci: Pertanyaan Konstitusional, Mahkamah Konstitusi, dan Hakim. ix

ABSTRACT Constitutional question is a review mechanism lodge by the Supreme Court and judicial bodies under the Supreme Court who doubt with the constitutionality of the statutes that will be used to decided cases. Indonesian Constitutional Court does not have an authority to examine the case of constitutional question until now. Based on this, the author found an idea about the importance of judicial review submitted by the judge in question form to the constitutional court about the laws that will be used to decide a case.this is known as a constitutional question. In contrary with those considerations, the substantial problems are formulated into two, the possibility of the Supreme Court and judicial bodies under the Supreme Court are given legal standing as an applicant of the constitutional question to the Constitutional Court and judicial procedure that the Supreme Court and judicial bodies under the Supreme Court are given legal standing as the applicant of the constitutional question to the constitutional court. This legal research is normative legal research. This research used the statute approach, comparative approach and conceptual approach. Legal materials analysis techniques that are used in this research are description and interpretation techniques. The Supreme Court and judicial bodies which are under this Supreme Court have a legal standing as an applicant of the constitutional question to the Constitutional Court. It is because there are disadvantages of the constitutional authority that were experienced by the judge who granted by Article 24 paragraph 1 of the UUD NRI Year 1945 which is to organize the judiciary to enforce the law and justice. Beside judicial interpretation, granting legal standing to the Supreme Court and judicial bodies that are under the Supreme Court also can be given through amending Constitutional Court law and the constitutional convention. A simple proceeding in the constitutional question is aimed to not let the judicial process stay too long. Simplified proceedings in the constitutional question consist of a simple petition, examination of the trial, evidence, and verdict. The self implementation decision is more appropriate applied in constitutional question. Key Word: Constitutional Question, The Constitutional Court, and Judge. x

RINGKASAN Tesis ini berjudul Kedudukan Hukum Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang Berada di Bawahnya Sebagai Pemohon Pertanyaan Konstitusional di Indonesia, yang terdiri dari 5 (lima) bab. Bab I Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah penelitian yang mengandung permasalahan norma yakni kekaburan dan kekosongan norma hukum. Kekaburan norma hukum tercermin dalam ketentuan Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi. Ketentuan pasal tersebut menimbulkan suatu kekaburan apakah pengadilan dapat dikatagorikan sebagai lembaga negara. Kekosongan norma hukum tercermin dalam ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang tidak mengatur mengenai kewenangan pertanyaan konstitusional di Indonesia. Ketentuan Pasal 55 dalam UU MK menentukan bahwa pengujian peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang yang sedang dilakukan Mahkamah Agung wajib dihentikan apabila undang-undang yang menjadi dasar pengujian peraturan tersebut sedang dalam proses pengujian Mahkamah Konstitusi sampai ada putusan Mahkamah Konstitusi. Permasalahan kemudian muncul apabila tidak ada yang menguji undang-undang yang diragukan konstitusionalitasnya. Hal ini memunculkan suatu pertanyaan apakah hakim boleh bertanya kepada Mahkamah Konstitusi mengenai konstitusionalitas undangundang yang akan dipergunakannya untuk memutus suatu perkara. Permasalahan tersebutlah yang kemudian memunculkan gagasan pertanyaan konstitusional atau constitutional question. Mahkamah Konstitusi Indonesia sampai saat ini belum memiliki kewenangan untuk menguji perkara pertanyaan konstitusional. Bab II menguraikan tentang tinjauan umum tentang konsep pertanyaan konstitusional dan lembaga negara. Dalam tinjauan umum mengenai pertanyaan konstitusional memaparkan mengenai latar belakang lahirnya ide pertanyaan konstitusional, istilah pertanyaan konstitusional dan konsep pertanyaan konstitusional di beberapa negara. Tinjauan umum mengenai lembaga negara menguraikan tentang lembaga negara menurut UUD NRI Tahun 1945 dan lembaga negara berdasarkan peraturan perundang-undangan di bawah UUD NRI Tahun 1945. Bab III membahas mengenai kedudukan hukum Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya sebagai pemohon pertanyaan konstitusional di Indonesia. Bab ini membahas mengenai pemohon yang memiliki kedudukan hukum dalam pengujian undang-undang terhadap UUD NRI Tahun 1945 di Indonesia. Pemohon yang memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk pengajuan pertanyaan konstitusional di Indonesia dalam gagasan ini adalah hakim Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya. Kedudukan hukum Mahkamah Agung dan badan peradilan yang dibawahnya sebagai pemoohon dalam pertanyaan konstitusional di Indonesia juga dibahas xi

dalam bab ini. Pemberian kewenangan mengadili pertanyaan konstitusional kepada Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia sangat dimungkinkan. Penambahan kewenangan mengadili pertanyaan konstitusional (constitutional question) sangat memungkinkan untuk diadopsi di Indonesia tanpa memerlukan perubahan terhadap UUD NRI Tahun 1945. Hal itu cukup dilakukan dengan mengubah UU MK. Selain melalui perubahan UU MK, penambahan kewenangan untuk mengadili atau memutus perkara pertanyaan konstitusional dapat dilakukan melalui konvensi ketatanegaraan dan penafsiran oleh hakim Mahkamah Konstitusi sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya pertanyaan konstitusional yang diajukan oleh hakim Mahkamah Agung maupun badan peradilan yang berada dibawahnya melalui mekanisme pengujian undang-undang terhadap UUD dan hakim konstitusi dalam putusannya menyatakan bahwa Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili perkara pertanyaan konstitusional. Hakim atau pengadilan tentu saja mengalami kerugian kewenangan konstitusional apabila harus menerapkan undang-undang yang diragukan konstitusionalitasnya. Pasal 24 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 menentukan bahwa Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Kutipan pasal diatas mengisyaratkan pengadilan bertujuan untuk menegakkan hukum dan keadilan. Seorang hakim tentu tidak dapat menegakkan hukum dan keadilan jika terpaksa harus menerapkan suatu ketentuan undang-undang yang diragukan konstitusionalitasnya. Pemberian kedudukan hukum kepada pengadilan untuk mengajukan pertanyaan ke Mahkamah Konstitusi ini tampak berkolerasi dengan pemikiran Leon Duguit yang menyatakan seorang hakim tidak boleh dipaksa untuk memutus suatu perkara berdasarkan hukum yang diragukan konstitusionalitasnya. Bab IV membahas mengenai prosedur beracara pertanyaan konstitusional di Indonesia. Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai gagasan prosedur beracara dalam pertanyaan konsitusional di Indonesia dan kekuatan mengikat putusan dalam pertanyaan konstitusional. UUD NRI Tahun 1945 dan Undang-Undang Mahkamah Konstitusi memang tidak mengatur mengenai adanya kewenangan pertanyaan konstitusional (constitutional question). hakim konstitusi I Dewa Gede Palguna dan Soedarsono dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 013-022/PUU-IV/2006, menyatakan bahwa constitutional question tidak dimiliki oleh Mahkamah ini, setidak-tidaknya sampai dengan saat ini. Mahkamah Konstitusi Indonesia dapat diberikan kewenangan pertanyaan konstitusional dengan menambahkan ketentuan pada Bagian Kedelapan ( Pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar ) selain itu diperlukan juga penambahan pasal-pasal lainnya. Penambahan pasal-pasal baru tersebut diperlukan untuk memberikan pengaturan lebih lanjut mengenai hal-hal yang berkaitan dengan prosedur beracara pertanyaan konstitusional di Indonesia, baik dari segi permohonan sampai dengan putusan. Proses beracara yang lebih sederhana dalam pertanyaan konstitusional diperlukan untuk tidak membiarkan penundaan proses peradilan terlalu lama. Implementasi putusan Mahkamah Konstitusi yang langsung dapat dieksekusi (self implementing) lebih tepat diterapkan dalam putusan perkara xii

pertanyaan konstitusional. Implementasi putusan MK yang bersifat selfimplementing lebih sesuai dengan gagasan pertanyaan konstitusional di Indonesia. Salah satu gagasan yang berkaitan dengan pertanyaan konstitusional adalah proses acara dalam peradilan dihentikan sementara sampai adanya putusan dari Mahkamah Konstitusi. Dalam penyelenggaraan peradilan dikenal asas cepat, sederhana dan biaya ringan. Implementasi putusan MK yang bersifat selfimplementing sesuai dengan asas peradilan yang cepat dan sederhana dibandingkan dengan implementasi putusan MK yang tidak langsung dapat dieksekusi (non-self implementing). Implementasi putusan MK yang bersifat selfimplementing dalam gagasan pertanyaan konstitusional tentu saja dapat memberikan manfaat yang besar kepada warga negara pencari keadilan yang proses beracaranya harus dihentikan sementara sampai adanya putusan MK mengenai pertanyaan konstitusional yang diajukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya. Bab V penutup menguraikan simpulan dan saran yang menyangkut pembahasan permasalahan yang diuraikan pada bab sebelumnya. Simpulan yang dapat ditarik adalah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dapat memiliki kedudukan hukum sebagai pemohon pertanyaan konstitusional kepada Mahkamah Konstitusi. Hal ini dikarenakan terdapatnya kerugian kewenangan konstitusional yang dialami oleh hakim yang diberikan oleh Pasal 24 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yakni untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Selain melalui judicial interpretation, pemberian kedudukan hukum kepada Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya sebagai pemohon pertanyaan konstitusional juga dapat dilakukan melalui perubahan Undang-Undang Mahkamah Konstitusi dan melalui konvensi ketatanegaraan. Proses beracara yang lebih sederhana dalam mekanisme pertanyaan konstitusional bertujuan untuk tidak membiarkan penundaan proses peradilan terlalu lama. Proses beracara pengujian pertanyaan konstitusional meliputi permohonan yang lebih sederhana, penjadwalan sidang, pemeriksaan persidangan, pembuktian dan putusan. Putusan pertanyaan konstitusional adalah mengikat. tidak hanya meliputi pihak-pihak berperkara (interparties), tetapi putusan tersebut juga mengikat bagi semua orang, lembaga negara dan badan hukum dalam wilayah Republik Indonesia. Implementasi putusan Mahkamah Konstitusi yang langsung dapat dieksekusi (self implementing) lebih tepat diterapkan dalam putusan perkara pertanyaan konstitusional. Saran yang dapat diberikan yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji adalah dari segi substansi hukum, kepada pembentuk undang-undang diharapkan untuk melakukan perubahan terhadap Undang-Undang Mahkamah Konstitusi. Hal ini diperlukan untuk menambah kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk mengadili pertanyaan konstitusional. Pengaturan prosedur beracara pertanyaan konstitusional yang lebih sederhana dibandingkan pengujian undang-undang terhadap UUD NRI Tahun 1945 juga sangat diperlukan. Penegak hukum diharapkan mampu mengoptimalkan perlindungan terhadap hak-hak konstitusional warga negara melalui mekanisme pertanyaan konstitusional. xiii

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DALAM... i HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS... iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v UCAPAN TERIMAKASIH... vi ABSTRAK... ix ABSTRACT... x RINGKASAN... xi DAFTAR ISI... xiv DAFTAR GAMBAR... xviii DAFTAR TABEL... xix DAFTAR SINGKATAN... xx BAB I PENDAHULUAN. 1 1.1 Latar Belakang Masalah 1 1.2 Rumusan Masalah... 10 1.3 Ruang lingkup Masalah 10 1.4 Tujuan Penelitian. 11 1.4.1 Tujuan umum 11 1.4.2 Tujuan khusus... 12 xiv

1.5 Manfaat Penelitian... 12 1.5.1 Manfaat Teoritis... 12 1.5.2 Manfaat Praktis... 13 1.6 Orisinalitas... 14 1.7 Landasan Teoritis... 17 1.8 Metode Penelitian 23 1.8.1 Jenis Penelitian... 23 1.8.2 Jenis Pendekatan... 25 1.8.3 Sumber Bahan Hukum... 30 1.8.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum... 31 1.8.5 Teknik Analisis Bahan Hukum... 32 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSEP PERTANYAAN KONSTITUSIONAL DAN LEMBAGA NEGARA... 34 2.1 Latar Belakang Lahirnya Ide Pertanyaan Konstitusional.. 34 2.1.1 Istilah Pertanyaan Konstitusional... 40 2.1.2 Konsep Pertanyaan Konstitusional di Beberapa Negara... 43 2.2 Lembaga Negara... 56 2.2.1 Lembaga Negara Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945... 56 xv

2.2.2 Lembaga Negara Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan di Bawah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945... 60 BAB III KEDUDUKAN HUKUM MAHKAMAH AGUNG DAN BADAN PERADILAN YANG BERADA DI BAWAHNYA SEBAGAI PEMOHON PERTANYAAN KONSTITUSIONAL DI INDONESIA... 65 3.1 Pemohon yang Memiliki Kedudukan Hukum untuk Pengajuan Pertanyaan Konstitusional di Indonesia... 65 3.2 Kedudukan Hukum Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang Berada di Bawahnya Sebagai Pemohon Dalam Pertanyaan Konstitusional di Indonesia... 75 BAB IV PROSEDUR BERACARA DALAM PERTANYAAN KONSTITUSIONAL DI INDONESIA... 99 4.1 Gagasan Mengenai Prosedur Beracara Dalam Pertanyaan Konstitusional di Indonesia Ditinjau dari Perbandingan Beberapa Negara... 99 4.2 Kekuatan Mengikat Putusan Dalam Pertanyaan Konstitusional... 117 xvi

BAB V PENUTUP... 130 5.1 Simpulan... 130 5.2 Saran... 131 xvii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Objek Pengujian Pertanyaan Konstitusional... 107 Gambar 2. Gagasan Pertanyaan Konstitusional (Constitutional Question) di Indonesia... 118 xviii

DAFTAR TABEL Tabel 1. Perbedaan Pengaduan Konstitusional dan Pertanyaan Konstitusional... 16 Tabel 2. Konsep Negara Hukum Brian Tamanaha... 18 Tabel 3. Perbandingan Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Jerman dan Korea Selatan... 28 Tabel 4. Pertanyaan Konstitusional di Jerman dan Korea Selatan... 29 Tabel 5. Istilah Pertanyaan Konstitusional di Beberapa Negara... 41 Tabel 6. Kewenangan Mahkamah Konstitusi Jerman... 48 Tabel 7. Lembaga Negara Dalam UUD NRI Tahun 1945... 57 Tabel 8. Hal-Hal yang Mendasari MA dan Badan Peradilan yang Berada di Bawahnya Dapat Memiliki Kedudukan Hukum Sebagai Pemohon Dalam Pengujian Pertanyaan Konstitusional... 71 Tabel 9. Tersangka/ Terdakwa yang Mengajukan Pengujian Undang- Undang Terhadap UUD ke Mahkamah Konstitusi... 80 Tabel 10. Identifikasi dan Klarifikasi dalam Model Analisa Perundang- Undangan/ MAPP... 93 Tabel 11. Substansi Permohonan Tertulis Pertanyaan Konstitusional di Jerman dan Korea Selatan... 103 Tabel 12. Model-Model Putusan Mahkamah Konstitusi... 122 Tabel 13. Model Putusan Konstitusional Bersyarat... 124 xix

DAFTAR SINGKATAN - UUD NRI Tahun 1945 : Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 - UU : Undang-Undang - MK : Mahkamah Konstitusi - UU MK : Undang-Undang Mahkamah Konstitusi - Grundgesetz (GG) : Undang-Undang Dasar Jerman - PMK : Peraturan Mahkamah Konstitusi xx