ADSORPSI ANION Cr(VI) OLEH BATU PASIR TERAKTIVASI ASAM DAN TERSALUT Fe 2 O 3. I. A. Gede Widihati

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal MIPA 37 (1): (2014) Jurnal MIPA.

PENINGKATAN POTENSI BATU PADAS LADGESTONE SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM BERAT Cr(III) DALAM AIR MELALUI AKTIVASI ASAM DAN BASA

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan adalah kromium (Cr). Krom adalah kontaminan yang banyak ditemukan

PEMANFAATAN BATU PASIR LAUT WARNA HITAM TERAKTIVASI NaOH 4 N DAN TERSALUT Fe 2 O 3 SEBAGAI ADSORBEN ION NITRAT

Emmy Sahara. Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran ABSTRAK ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

ADSORPSI DESORPSI Cr(VI) PADA ADSORBEN BATU CADAS KARANGASEM LIMBAH KERAJINAN CANDI BALI TERAKTIVASI NaOH DAN TERSALUT Fe(OH) 3 SKRIPSI

Aktivasi Batu Padas dengan Asam dan Pemanfaatannya sebagai Penyerap Limbah Deterjen

KARAKTERISASI KEASAMAN DAN LUAS PERMUKAAN TEMPURUNG KELAPA HIJAU (Cocos nucifera) DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BIOSORBEN ION Cd 2+

ADSORPSI KATION Pb(II) DAN Cr(III) OLEH BATU PADAS JENIS LADGESTONE TERAKTIVASI H 2 SO 4 DAN NaOH

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

ADSORPSI DAN DESORPSI Cr(VI) PADA ADSORBEN BATU CADAS KARANGASEM HASIL LIMBAH KERAJINAN CANDI BALI TERAKTIVASI NaOH DAN TERSALUT Fe(OH) 3

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif dari Kulit Singkong terhadap Ion Logam Timbal

PENGARUH UKURAN SERBUK PADA AKTIVASI TANAH LIAT DARI TANAK AWU TERHADAP DAYA ADSORPSINYA PADA PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS

BAB III METODE PENELITIAN

Pemanfaatan Campuran Lempung dan Batu Cadas Teraktivasi Asam Sulfat Sebagai Adsorben Kalsium Pada Air Tanah

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM

BAB III METODE PENELITIAN

KARAKTERISASI ADSORBEN KOMPOSIT ALUMINIUM OKSIDA PADA LEMPUNG TERAKTIVASI ASAM. P. Suarya. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

MODIFIKASI LEMPUNG BENTONIT TERAKTIVASI ASAM DENGAN BENZALKONIUM KLORIDA SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA RHODAMINE B.

KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB III METODE PENELITIAN

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti industri kertas, tekstil, penyamakan kulit dan industri lainnya.

BAB IV METODE PENELITIAN

KAPASITAS ADSORPSI METILEN BIRU OLEH LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI

BAHAN DAN METODE. Prosedur Penelitian

MODIFIKASI LEMPUNG BENTONIT TERAKTIVASI ASAM SULFAT DENGAN BENZALKONIUM KLORIDA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA RHODAMINE B SKRIPSI

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

KAPASITAS ADSORPSI BEBERAPA JENIS KULIT PISANG TERAKTIVASI NaOH SEBAGAI ADSORBEN LOGAM TIMBAL (Pb)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya.

ISOTERMA DAN TERMODINAMIKA ADSORPSI KATION PLUMBUM(II) PADA LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT

STUDI KINETIKA ADSORPSI LARUTAN ION LOGAM KROMIUM (Cr) MENGGUNAKAN ARANG BATANG PISANG (Musa paradisiaca)

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

PENGOLAHAN MINYAK PELUMAS BEKAS MENGGUNAKAN METODE ACID CLAY TREATMENT

POTENSI ARANG AKTIF BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill) SEBAGAI ADSORBEN ION KADMIUM (II) DAN TIMBAL (II) DENGAN AKTIVATOR H 2 SO 4

Pengaruh Jenis Aktivasi Terhadap Kapasitas Adsorpsi Zeolit pada Ion Kromium (VI)

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

BAB I PENDAHULUAN. mengandung bahan anorganik yang berisi kumpulan mineral-mineral berdiameter

BIOSORPSI Cr(III) PADA BIOSORBEN SERAT SABUT KELAPA TERAKTIVASI AMONIUM HIDROKSIDA (NH 4

POTENSI ARANG AKTIF MENGGUNAKAN AKTIVATOR

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Putu Aprilliana Indah Kumala Dewi*, Putu Suarya, dan James Sibarani

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Proporsi Protein kasar limbah (%) (% BK) Palabilitas. Limbah jagung Kadar air (%)

Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O

Indonesian Journal of Chemical Science

AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

ABSTRAK. Kata kunci: kulit kacang tanah, ion fosfat, adsorpsi, amonium fosfomolibdat

JURNAL KIMIA 9 (2), JULI 2015:

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

BAB III METODE PENELITIAN

tidak bernilai ekonomi adalah limbah. Limbah yang dihasilkan ada dua macam yaitu limbah padat dan limbah cair. Sarana laboratorium di SMK Santo

BIOSORPSI Cr(III) PADA BIOSORBEN SERAT SABUT KELAPA HIJAU TERAMOBILISASI EDTA. I Wayan Sudiarta dan Wahyu Dwijani Sulihingtyas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

LAMPIRAN C GAMBAR C.1 PEMBUATAN SELULOSA 1. PEMBERSIHAN, PENGERINGAN, DAN PREPARASI SERAT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

Transkripsi:

ISSN 1907-9850 DSORPSI NION Cr(VI) OLEH BTU PSIR TERKTIVSI SM DN TERSLUT Fe 2 O 3 I.. Gede Widihati Jurusan Kimia FMIP Universitas Udayana, Bukit Jimbaran BSTRK Telah dilakukan penelitian tentang adsorpsi 3 jenis batu (galian, laut warna hitam dan laut warna putih) tanpa dan dengan aktivasi H 2 SO 4 tersalut Fe 2 O 3 terhadap anion logam Cr(VI) dalam air. Urutan penelitian ini meliputi penentuan keasaman permukaan batu dengan metode titrasi asam-basa, penentuan luas permukaan spesifiknya dengan metode metilen biru, serta penentuan waktu setimbang adsorpsi, penentuan isoterm adsorpsi, dan penentuan kapasitas adsorpsinya terhadap Cr(VI) dengan Spektrofotometer Serapan tom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa batu laut putih teraktivasi H 2 SO 4 4 N tersalut Fe 2 O 3 ( ) memiliki nilai keasaman permukaan paling tinggi (0,4741 mmol/g). Luas permukaan spesifik paling tinggi untuk batu galian dimiliki oleh batu kontrol () (30,8969 m 2 /g), sedangkan batu laut putih (30,1203 m 2 /g). Kapasitas adsorpsi batu dalam menyerap Cr(VI) meningkat dengan adanya aktivasi H 2 SO 4 tersalut Fe 2 O 3, dengan kapasitas adsorpsi terbesar untuk batu laut putih sebesar 1,0601 mg/g. Energi bebas Gibbs adsorpsi (G o ds) untuk Cr(VI) terhadap batu laut putih sebesar -15,5053 kj/mol sehingga dikategorikan sebagai adsorpsi kimia yang sangat lemah. Kata kunci : batu, aktivasi asam, tersalut Fe 2 O 3, adsorpsi BSTRCT The research is about adsorption of three sand type (river, black beach, and white beach) wated with Fe2O3 with and without H 2 SO 4 activated Cr(VI) in water. The research covers the determination of surface acidity of sand by acid-base titration method, their specific surface area by blue methylene method, and of the adsorption, equilibrium adsorption isotherm, and adsorption capacities to Cr(VI) by atomic absorption spectrophotometer. The results indicate that activated white beach sand ( ) has highest surface acidity (0.4741 mmole/g). The highest specific surface area is given by the sand control () (30.8969 m 2 /g), of beach sand is given by white to sand of (30.1203 m 2 /g). dsorption capacity of sand on Cr(VI) increases with H 2 SO 4 activation. Higness capacities is shown by the white beach sand of (1.0601 mg/g). Free energy adsorption (G o ds) on Cr(VI) of white beach sand is -15.5053 kj/mole indicating a weak chemical adsorption. Keywords : sand, acid activation, Fe 2 O 3 -coated, adsorption 25

JURNL KIMI 2 (1), JNURI 2008 : 25-30 PENDHULUN Batu yang merupakan batuan sidemen detritus, menempati 30% dari seluruh batuan sidemen di permukaan bumi. Nilai ekonomi dari batu jenis ini sangat tinggi, yang paling sederhana digunakan untuk bahan bangunan. Batu mempunyai diameter 2,00-0,02 mm; memiliki porositas; dan permeabilitas yang tinggi. Karena memiliki porositas tinggi, maka sangat baik digunakan untuk reservoar minyak bumi, air, dan gas. Pada unit pengolahan air minum (proses penjernihan), batu digunakan sebagai saringan (filter) (Dermatas dan Meng, 2004). Berdasarkan penelitian Edwards dan Benjamin (1989) serta Satpathy dan Chaudhuri (1997), batu dapat digunakan sebagai penjerap (adsorben) logam berat yang terdapat pada limbah industri sebelum dibuang ke lingkungan perairan. Satpathy dan Chaudhuri (1997) memodifikasi batu alam melalui Fe 2 O 3 -coated (tersalut Fe 2 O 3 ) dan memanfaatkannya sebagai adsorben limbah logam kadmium dan kromium. Hasilnya, bahwa batu tersalut Fe 2 O 3 memiliki luas permukaan spesifik pori yang lebih besar (1,59 m 2 /g) daripada tanpa tersalut Fe 2 O 3 (0,04 m 2 /g) oleh karena terjadi peningkatan lipatan pada permukaan batu dan terbentuknya situs aktif baru (Fe-oksida). Sumerta (2001) memanfaatkan batu galian C tersalut Fe 2 O 3 sebagai adsorben logam Pb dan terjadi peningkatan kemampuan adsorpsi terhadap logam tersebut dibandingkan tanpa tersalut Fe 2 O 3. Untuk memperoleh adsorben dengan kemampuan adsorpsi yang tinggi, selain dilakukan dengan Fe 2 O 3 -coated juga dapat dilakukan melalui aktivasi menggunakan larutan asam (H 2 SO 4 ). ktivasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan luas permukaan spesifik pori dan situs aktifnya. Perlakukan aktivasi dengan menggunakan larutan asam dapat melarutkan pengotor pada material tersebut sehingga mulut pori menjadi lebih terbuka akibatnya luas permukaan spesifik porinya menjadi meningkat. Selain itu, situs aktifnya juga mengalami peningkatan oleh karena situs yang tersembunyi menjadi terbuka dan kemungkinan juga akan memunculkan situs aktif baru akibat reaksi pelarutan. Peningkatan luas permukaan spesifik pori dan situs aktifnya akan dapat meningkatkan kemampuan adsorpsinya. Hal ini dibuktikan dari penelitian Widjonarko, et al. (2003) yang menunjukkan bahwa aktivasi batuan alofan dengan aktivator H 2 SO 4 dapat meningkatkan luas permukaan spesifik pori dan keasaman permukaannya (situs aktifnya). Selain itu, penelitian Fitriyah (2004) juga menunjukkan bahwa aktivasi pada lempung bentonit alam dengan aktivator H 2 SO 4 dapat meningkatkan luas permukaan spesifik dan keasaman permukaannya serta kemampuan adsorpsinya terhadap logam Pb(II) dan Cr(III) juga meningkat. dopsi dari hasil penelitian tersebut tentunya dapat dicobakan pada batu, karena batu memiliki mineral penyusun utama (SiO 2 dan l 2 O 3 ) yang sama. Pemanfaatan batu sebagai adsorben logam berat, memiliki keuntungan ditinjau dari kelimpahannya yang besar di alam. Disamping itu, batu yang terdapat di alam bervariasi, seperti batu galian, batu laut warna hitam dan batu laut warna putih. Ketiga jenis batu tersebut kemungkinan juga mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam mengadsorpsi logam berat, namun tanpa modifikasi terlebih dahulu tentunya kemampuannya sebagai penjerap kurang maksimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan modifikasi terkombinasi terhadap ketiga jenis batu tersebut yaitu aktivasi dengan H 2 SO 4 kemudian disalut Fe 2 O 3, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan adsorpsinya terhadap Cr(VI). Mengingat, begitu pesatnya perkembangan industri yang diikuti oleh peningkatan bahan buangan (limbah cair) yang banyak mengandung logam toksik seperti kromium heksavalen (Cr(VI)), yang merupakan logam anion toksik dengan penanganan sangat sukar (selektif) dibandingkan logam kation toksik (Dermatas dan Meng, 2004). Limbah cair yang dihasilkan tersebut tentunya akan dibuang ke dalam lingkungan perairan sehingga dapat mencemari perairan. Bila terkonsumsi manusia (lebih dari 0,05 mg/l) dapat menimbulkan keracunan dan gangguan pada organ vital seperti gangguan syaraf pusat dan kanker. Untuk menanggulangi pencemaran yang berlanjut di lingkungan maka perlu dilakukan penanganan 26

ISSN 1907-9850 limbah cair, salah satunya dengan cara menjerap logam berbahaya sebelum dibuang ke lingkungan sehingga pencemaran oleh logam toksik dapat diminimalkan. Oleh karena itu, penelitian ini sangat perlu dilakukan. MTERI DN METODE Bahan Bahan-bahan yang digunakan adalah batu galian yang diambil dari galian C Gunaksa (Kabupaten Klungkung), batu laut warna hitam dari pantai Lebih (Kabupaten Gianyar), dan batu laut warna putih dari pantai Kuta (Kabupaten Badung), Bali; air bebas ion (deionized water); dan akuades. Sedangkan bahan kimia dengan kualitas p.a. buatan E. Merck meliputi: Fe(NO 3 ) 3.9H 2 O, H 2 SO 4, HCl, NaOH, K 2 Cr 2 O 7, metilen biru, BaCl 2.2H 2 O, dan indikator phenolphtalein (pp). Peralatan Peralatan yang digunakan adalah peralatan gelas, ayakan (ukuran 0,25 mm dan 0,5 mm), oven, desikator, pengaduk magnet, kertas saring Whatman 42, kertas saring biasa, pengering rambut, timbangan analitik, dan tanur listrik. Peralatan instrumen meliputi spektrofotometer ultra violet - tampak, spektrofotometer serapan atom varian model Spect -30. Cara Kerja Preparasi Sampel Batu yang telah diambil dari lokasi (batu laut warna hitam dan putih, serta batu galian) terlebih dahulu diayak dengan ayakan 0,50 mm dan 0,25 mm. Batu tersebut kemudian dicuci dengan air kran untuk menghilangkan pengotor yang mungkin melekat hingga benar-benar bersih, terakhir dibilas menggunakan akuades lalu disaring dengan kertas saring biasa. Selanjutnya, batu dikeringkan dalam oven pada temperatur 110-120 o C. ktivasi Batu Pasir dengan H 2 SO 4 Ke dalam 3 buah gelas beaker, dimasukkan masing-masing 50 g serbuk batu galian, lalu ditambahkan 250 ml larutan H 2 SO 4 2,0; 4,0; dan 6,0 N sambil diaduk dengan pengaduk magnet. ktivasi dilakukan selama 24 jam kemudian disaring dan residu yang didapat dicuci dengan air panas (sampai terbebas dari ion sulfat atau tes negatif) lalu dikeringkan dalam oven pada temperatur 110-120 o C. Setelah kering, batu disimpan di dalam desikator. Perlakuan yang sama dilakukan terhadap batu laut warna hitam dan putih. Pembuatan Batu Pasir-Fe 2 O 3 -coated Disediakan 4 buah gelas beaker 100 ml, masing-masing diisi dengan 50 g serbuk batu galian tanpa aktivasi, teraktivasi H 2 SO 4 2,0; 4,0; dan 6,0 N dimasukkan ke dalam gelas beaker, lalu ditambahkan 5 g Fe(NO 3 ) 3.9H 2 O dan 25 ml aquades. Masing-masing campuran tersebut diaduk selama 2 menit kemudian dikeringkan pada suhu 110-120 o C selama 20 jam. Untuk menghilangkan endapan pengganggu, masing-masing batu yang telah tersalut Fe 2 O 3 dibilas dengan 50 ml aquades sebanyak 3 kali, kemudian dikeringkan kembali ke dalam oven pada suhu 110-120 o C. Setelah kering, batu yang telah tersalut Fe 2 O 3 disimpan dalam desikator. Perlakuan yang sama juga dilakukan untuk batu laut warna hitam dan putih. Batu termodifikasi tersebut ditentukan luas permukaan spesifik porinya dengan metilen biru dimana jumlah metilen biru yang terjerap diukur dengan spektrofotometri ultra violet - tampak dan keasaman permukaannya ditentukan dengan titrasi asam-basa. HSIL DN PEMBHSN Keasaman Permukaan Batu Pasir Keasaman permukaan merupakan jumlah asam total (asam Brønsted dan asam Lewis) pada permukaan padatan yang dinyatakan sebagai jumlah milimol asam perberat sampel. Penentuan keasaman permukaan batu dilakukan dengan metode 27

JURNL KIMI 2 (1), JNURI 2008 : 25-30 titrasi asam basa. Titrasi merupakan bagian dari metode volumetri dimana situs asam batu direaksikan dengan basa (NaOH) berlebih, dan sisa OH - (yang tidak bereaksi dengan situs asam batu ) dititrasi dengan asam (HCl) sedemikian rupa sehingga jumlah zat-zat yang bereaksi ekivalen satu sama lainnya. Ekivalen berarti bahwa zat-zat yang direaksikan tersebut tepat saling menghabiskan sehingga tidak ada yang tersisa. Keasaman permukaan dan jumlah situs aktif dari ketiga sampel batu dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Keasaman Permukaan dan Jumlah Situs ktif Batu Pasir Jenis Sampel Batu galian 0 3 Keasaman (mmol/g) 0,3010 0,4174 0,4609 0,5309 0,5742 Jumlah situs aktif (atom/g) 1,8126.10 20 2,5136.10 20 2,7755.10 20 3,1971.10 20 3,4578.10 20 Batu laut hitam 0 3 0,4308 0,3576 0,3742 0,4275 0,4841 2,5943.10 20 2,1535.10 20 2,2534.10 20 2,5744.10 20 2,9152.10 20 Batu laut putih 0 3 0,4042 0,3176 0,4243 0,4741 0,4208 2,4341.10 20 1,9126.10 20 2,5551.10 20 2,8550.10 20 2,5341.10 20 Keterangan : Batu tanpa perlakuan atau kontrol (), batu tanpa aktivasi tersalut Fe 2 O 3 ( 0 ), batu teraktivasi H 2 SO 4 2,0; 4,0; dan 6,0 N tersalut Fe 2 O 3 ( ; ; 3 ) Data yang diperoleh (Tabel 1), keasaman permukaan batu tanpa perlakuan (kontrol) berturut-turut dari batu galian, batu laut hitam dan batu laut putih adalah 0,3010; 0,4308; dan 0,4042 mmol/g. Keasaman permukaan batu meningkat dengan adanya aktivasi asam tersalut Fe 2 O 3. Untuk batu galian, keasaman permukaan meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi aktivator yang digunakan. Namun untuk batu laut hitam, peningkatan keasaman permukaan baru terjadi pada aktivasi menggunakan H 2 SO 4 6 N ( 3 ). Nilai keasaman permukaan batu tersalut Fe 2 O 3 ( 0 ) lebih kecil daripada batu kontrol () untuk sampel batu laut hitam dan putih. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tertutupnya situs asam yang ada akibat penyalutan Fe 2 O 3. danya aktivasi dengan H 2 SO 4 dapat mengurangi oksida alkali dan alkali tanah seperti Na 2 O, K 2 O, MgO, dan CaO karena telah terjadi substitusi ion H +, sehingga menyebabkan bertambahnya situs H + (asam Brønsted) pada batu. ktivasi H 2 SO 4 dengan konsentrasi tertentu pada batu dapat menyebabkan larutnya aluminium (dealuminasi), yang pada akhirnya dapat membentuk situs asam Lewis l 3+. 28

ISSN 1907-9850 Luas Permukaan Spesifik Batu Pasir nalisis luas permukaan spesifik dilakukan dengan menggunakan metode metilen biru. Hasil perhitungan luas permukaan spesifik ketiga jenis sampel batu dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Luas permukaan spesifik batu Jenis sampel Batu galian Batu laut hitam Batu laut putih 0 3 0 3 0 3 Luas permukaan spesifik (m 2 /g) 30,8969 26,2348 28,0334 29,4599 29,3430 27,8009 27,3349 25,7303 22,2350 26,7260 25,2117 23,8510 29,4688 30,1203 28,1285 Data Tabel 2 diperoleh bahwa luas permukaan spesifik (kontrol) lebih besar dari 0 (tersalut Fe 2 O 3 ) untuk batu galian, batu laut hitam dan batu laut putih. Hal ini kemungkinan disebabkan telah terjadinya penutupan pori akibat penyalutan Fe 2 O 3, sehingga jumlah metilen biru yang diserap oleh batu 0 lebih sedikit daripada batu control (). danya aktivasi H 2 SO 4 menyebabkan pori pada batu menjadi lebih terbuka, namun setelah penyalutan dengan Fe 2 O 3 menyebabkan tertutupnya sebagian pori yang telah terbuka tersebut. Kemampuan (Kapasitas) dsorpsi Batu Pasir Tanpa dan Termodifikasi Tabel 3 dapat dilihat bahwa untuk ketiga jenis batu, kapasitas adsorpsi batu kontrol () lebih besar daripada batu tanpa aktivasi tersalut Fe 2 O 3 ( 0 ). Hal ini kemungkinan disebabkan telah tertutupnya pori batu akibat penyalutan Fe 2 O 3 sehingga situs aktif yang terdapat pada batu juga ikut tertutup, akibatnya kemampuan batu dalam menyerap Cr(VI) menjadi berkurang. Hal tersebut juga didukung data keasaman permukaan serta luas permukaan spesifik batu kontrol () yang lebih besar dari batu tanpa aktivasi tersalut Fe 2 O 3 ( 0 ). danya aktivasi H 2 SO 4 cenderung meningkatkan kapasitas adsorpsi batu terhadap Cr(VI), walaupun ada beberapa kapasitas adsorpsinya yang menurun. Kapasitas adsorpsi tertinggi untuk batu galian dimiliki oleh batu laut putih yaitu sebesar 1,0601 mg/g. Tabel 3. Kapasitas dsorpsi dan parameter isoterm adsorpsi Langmuir dari batu Jenis sampel b(mg/g) K(mol -1 L) Batu galian Batu laut hitam Batu laut putih 0 3 0 3 0 3 2,1237 2,0849 1,8970 2,1242 2,0086 1,9869 1,7895 2,1721 2,1410 1,9869 0,6104 0,4451 1,0032 1,0601 1,0030 G o ds (kj/mol) 902,9160-17,1443 1000,2820-17,4022 471,0816-15,5053 Energi adsorpsi untuk Cr(VI) oleh batu galian, batu laut hitam, dan batu laut putih masing-masing sebesar - 17,1443 29

JURNL KIMI 2 (1), JNURI 2008 : 25-30 kj/mol; - 17,4022 kj/mol; dan - 15,5053 kj/mol. Nilai negatif (-) menunjukkan bahwa proses adsorpsi terjadi secara eksoterm (pembentukan ikatan baru). Secara teoritis energi adsorpsi untuk adsorpsi fisik adalah 0,42 4,20 kj/mol dan untuk adsorpsi kimia 20,90 kj/mol. Dengan demikian proses adsorpsi batu terhadap Cr(VI) dikategorikan sebagai adsorpsi kimia yang sangat lemah. SIMPULN DN SRN Simpulan Hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpukan bahwa kemampuan (kapasitas) adsorpsi batu dalam menyerap Cr(VI) meningkat dengan adanya aktivasi H 2 SO 4 tersalut Fe 2 O 3, dengan kapasitas adsorpsi terbesar untuk laut putih sebesar 1,0601 mg/g. Energi bebas Gibbs adsorpsi (G 0 ds) untuk adalah -15,5053 kj/mol sehingga dikategorikan sebagai adsorpsi kimia yang sangat lemah. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap kemampuan adsorpsi batu teraktivasi H 2 SO 4 tersalut Fe 2 O 3 setelah tercuci kembali oleh asam dan basa berbagai konsentrasi serta kapasitas adsorpsinya terhadap logam campuran (adsorpsi kompetitif). UCPN TERIM KSIH Terima kasih penulis ucapkan kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional yang telah memberikan dana penelitian ini dan semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini. DFTR PUSTK Dermatas, D. and Meng, X., 2004, Removal of s, Cr, and Cd by dsortive Filtration, Global Nest. The Int. J., 5 (1) : 73-80 Edwards, M. and Bejamin, M., 1989, dsorptive Filtration Using Coated Sand: New pproach for Treatment of Metal- Bearing Wastes, J. Water Pollut, 61 : 1523-1533 Fitriyah, 2004, Studi dsopsi-desorpsi Lempung Montmorillonit Teraktivasi sam Terhadap Pb(II) dan Cr(III), Skripsi, Jurusan Kimia FMIP Universitas Udayana, Denpasar Satpathy, K. and Chaudhuri, M., 1997, Treatment of Cadmium-Plating and Cromium-Plating Wastes by Iron Oxide- Coated Sand, Environ. Sci. Technol, 31 : 1452-1462 Sumerta, I K. P., 2001, Kemampuan dsorpsi Batu Pasir yang Dilapisi Besi Oksida (Fe 2 O 3 ) untuk Menurunkan Kadar Pb dalam Larutan, Skripsi, Jurusan Kimia FMIP Universitas Udayana, Denpasar Widjonarko, D. M., Pranoto, dan Cristina, Y., 2003, Pengaktifan H 2 SO 4 dan NaOH Terhadap Luas Permukaan dan Keasaman lofan, lchemy, 2 (2) : 60-68 30