CARA HEMAT PENGGUNAAN BBM PADA KENDARAAN BERMOTOR. Reza Sukaraharja, Dimitri Rulianto, Cahyo Setyo Wibowo, Hery Widhiarto

dokumen-dokumen yang mirip
Momentum, Vol. 12, No. 2, Oktober 2016, Hal ISSN

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

Panduan Mengemudi Efisien BBM (Eco-driving)

HUBUNGAN KECEPATAN, POSISI GIGI, DAN JENIS BAHAN BAKAR DENGAN KONSUMSI BAHAN BAKAR SEPEDA MOTOR

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan sepeda motor di Indonesia mencapai 1 juta unit per tahun, jumlah

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004

PEMBAHASAN. 1. Mean Effective Pressure. 2. Torque And Power. 3. Dynamometers. 5. Specific Fuel Consumption. 6. Engine Effeciencies

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

III. METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini meliputi : mesin

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG. Oleh : Hari Budianto

BAB II TINJAUAN LITERATUR

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

MESIN DIESEL 2 TAK OLEH: DEKANITA ESTRIE PAKSI MUHAMMAD SAYID D T REIGINA ZHAZHA A

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc. mesin uji yang digunakan adalah sebagai berikut. : 4 langkah, SOHC, 4 klep

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bagaimana perbandingan unjuk kerja motor diesel bahan bakar minyak (solar) dengan dual fuel motor diesel bahan bakar minyak (solar) dan CNG?

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB II LANDASAN TEORI

3.2. Prosedur pengujian Untuk mengetahui pengaruhnya perbanding diameter roller CVT Yamaha mio Soul, maka perlu melakukan suatu percobaan. Dalam hal i

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN

I. PENDAHULUAN. Modifikasi kendaraan bermotor di Indonesia sering dilakukan, baik kendaraan

BAB III METODE PENGUJIAN

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi barang kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Posisi Energi Fosil Utama di Indonesia ( Dept ESDM, 2005 )

1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 110 cc. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah sepeda motor

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 100 cc. uji yang digunakan adalah sebagai berikut :

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller

KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW

PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX

KAJIAN EKSPERIMENTAL TENTANG PENGARUH INJEKSI UAP AIR PADA SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 2 LANGKAH 110 CC

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan alat transportasi seperti kendaraan bermotor kian hari kian

Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4-

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA POSISI THROTTLE, PUTARAN MESIN DAN POSISI GIGI TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA BEBERAPA KENDARAAN PENUMPANG

PENGARUH PENGGUNAAN WATER COOLANT TERHADAP PERFORMANCE MESIN DIESEL. Gatot Soebiyakto 1)

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA PENGARUH PEMANASAN AWAL BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN MOTOR DIESEL SATU SILINDER

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

BAB I PENDAHULUAN. data tersebut dapat dilihat dari tabel dibawah ini : Tabel 1.1 Tabel Jumlah Kendaraan Bermotor. Tahun Sepeda Mobil

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Andik Irawan, Karakteristik Unjuk Kerja Motor Bensin 4 Langkah Dengan Variasi Volume Silinder Dan Perbandingan Kompresi

OPTIMASI DAYA MELALUI VARIASI BAHAN BAKAR BIODIESEL MESIN DIESEL 2500 CCKENDERAAN RODA EMPAT

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENGUJIAN. Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) seperti Uji emisi, Akselerasi, dan. Kendaraan uji yang disiapkan adalah :

: Suzuki Satria F 150 cc. : 150 cc, 4 langkah, DOHC pendingin udara. : Cakram depan belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART

PENGARUH PENAMBAHAN GENERATOR HHO TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL OTOMOTIF KAPASITAS BESAR. Tugas Akhir Konversi Energi TEKNIK MESIN FTI-ITS

Spesifikasi Bahan dan alat :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. 23,2 cm merupakan jarak untuk 1 sinyal pulsa yang dihasilkan oleh sensor Vehicles Speed. Dimana angka ini didapat dari:

Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR SISTEM INJEKSI DAN KARBURATOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 125 pada tahun 2005 untuk menggantikan Honda Karisma. Honda Supra X

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin

Modifikasi Transmisi dan Final Gear pada Mobil Prototype Ronggo Jumeno

1. EMISI GAS BUANG EURO2

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

TUGAS AKHIR TM Ari Budi Santoso NRP : Dosen Pembimbing Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

Urutan pedal : Kopling (selalu kaki kiri yang menginjaknya), Rem dan Gas (pakai kaki kanan secara bergantian)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahan bakar minyak disebabkan oleh terjadinya peningkatan

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN CAMPURAN SOLAR DAN BIOSOLAR TERHADAP PERFORMANSI MESIN DIESEL

KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN

STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK KINERJA SEPEDA MOTOR DENGAN VARIASI JENIS BAHAN BAKAR BENSIN

Gambar 4.1 Grafik perbandingan Daya dengan Variasi ECU Standar, ECU BRT (Efisiensi), ECU BRT (Performa), ECU BRT (Standar).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel

PENGARUH TEMPERATUR BAHAN BAKAR BIO-SOLAR DAN SOLAR DEX TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR DIESEL PUTARAN KONSTAN

PENGARUH PENAMBAHAN UAP AIR KERING PADA LANGKAH HISAP TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN

diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar minyak yang ketersediaannya semakin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KARET DENGAN PENGUJIAN MENGGUNAKAN MESIN DIESEL (ENGINE TEST BED)

Transkripsi:

CARA HEMAT PENGGUNAAN BBM PADA KENDARAAN BERMOTOR Reza Sukaraharja, Dimitri Rulianto, Cahyo Setyo Wibowo, Hery Widhiarto Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS" rezas@lemigas.esdm.go.id S A R I Pertumbuhan sektor transportasi di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup tinggi sejalan dengan pertumbuhan yang terjadi di sektor lainnya, yaitu berkembangnya industri dan peran populasi penduduk yang cukup besar. Sektor transportasi merupakan sektor yang tingkat kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) cukup tinggi dibandingkan dengan Industri, rumah tangga dan komersial. Pemerintah pun otomatis harus terus menopang keberadaan dan ketersediaan akan BBM pada sektor transportasi. Untuk penghematan pemakaian BBM atau tingkat efisiensi penggunaan BBM pada kendaraan bermotor/mobil perlu mendapatkan perhatian, karena sangat dipengaruhi oleh kinerja kendaraan yang prima dan perilaku berkendaraan. Tulisan berikut ini merupakan hasil penelitian kendaraan berbasis kinerja yang menghasilkan luaran dan memberikan gambaran efektifitas kendaraan dalam mengkonsumsi bahan bakar. Dari beberapa pengujian diperoleh hasil bahwa perlakuan terhadap mesin kendaraan dan pada saat mengendarai serta perawatan yang rutin dapat menghasilkan efisiensi konsumsi bahan bakar sebesar 12,8%. Adapun hal lainnya yang dimungkinkan bisa mengefisiensikan kinerja mesin dalam berkendaraan antara lain spare part yang baru seperti saringan bahan bakar, saringan pelumas, saringan udara, demikian juga pelumas, air radiator, knalpot bahkan ban kendaraan selalu dalam kondisi baru dan standar. Kata kunci : hemat BBM, uji konsumsi BBM 1. KONSUMSI BBM DAN KENDARAAN BERMOTOR Meningkatnya aktivitas perekonomian, berdampak pada naiknya aktivitas pemakaian energi. Peran penduduk yang cukup tinggi juga membuat pemakaian energi ber. Variabel ekonomi mikro, seperti harga, ikut mempengaruhi permintaan energi khususnya BBM. Peningkatan pemakaian BBM ini jadi sesuatu yang ramai dibahas sehubungan dengan adanya kenaikan harga dan masih terdapatnya komponen subsidi. Sebagai contoh pada tahun 2011 target subsidi BBM sebesar Rp 129,7 triliun, kenyataannya realisasi mencapai Rp 165,2 triliun atau 127,4 persen, informasi ini disampaikan oleh Dirjen Perhubungan Darat, dalam acara Focus Group Discussion (FGD) Tenov Institute tanggal 4 April 2012. Distribusi realisasi subsidi BBM tersebut adalah angkutan umum hanya mengkonsumsi 3%, sedangkan mobil barang 4%, konsumsi terbesar adalah sepeda motor 40% dan mobil pribadi 53% (esdm, 2012). Cara Hemat Penggunaan BBM Pada Kendaraan Bermotor ; Reza S, Dimitri R, Cahyo SW, Hery W 71

Pemakaian BBM di Indonesia sangat dominan, pertumbuhan permintaan BBM dari tahun 2005-2010 sekitar 4,8% per tahun (Gambar 1). Sektor transportasi merupakan pengguna energi terbesar, dan dalam 5 tahun terakhir jumlah kendaraan meningkat lebih kurang dua kali lipat (Gambar 2). Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengurangi konsumsi BBM di sektor transportasi, antara lain membatasi jumlah kendaraan yang berada di jalan, mengganti BBM dengan Bahan Bakar Gas (BBG), dan meningkatkan efisiensi mesin kendaraan (Ditjen Hubdar, 2005). Efisiensi mesin kendaraan sangat terkait dengan kinerja mesin yang ditunjukkan dalam spesifikasi masing-masing kendaraan dalam ukuran daya maksimum (HP/PS/kW)-putaran mesin (rpm) dan torsi maksimum (kg-m)-putaran mesin (rpm). Namun secara teknis, kinerja mesin disajikan dalam diagram daya (power)-putaran mesin, torsi (torque)-putaran mesin, dan konsumsi bahan bakar spesifik (specific fuel consumption/sfc). Untuk mendapatkan pemakaian bahan bakar yang terendah harus diusahakan agar mesin selalu beroperasi pada SFC yang terendah. SFC adalah jumlah bahan bakar yang dikonsumsi dibagi dengan daya (power) yang dihasilkan, biasanya disajikan dalam gram per kilowatt jam atau disingkat g/kwh. Cara termudah untuk mengerti adalah melihat grafik kinerja mesin. Gambar 3 adalah salah satu contoh grafik kinerja mesin, garis merah menunjukkan daya hingga sekitar 220 kw. Garis hijau menunjukkan torsi (yang diekspresikan sebagai Tekanan Efektif Rata-rata Pengereman/ bmep), dan garis ungu yang menunjukkan SFC. Kurva-kurva pada Gambar 3 dimulai pada putaran idle. Pada saat idle, SFC berada pada sekitar 280 g/kwh, kemudian ketika putaran meningkat, harganya turun dan memiliki harga paling rendah di sekitar 2500 rpm pada SFC 270 g/kwh. Saat putaran ber, harga SFC juga ber besar (Departemen Perhubungan, 2009). 35 30 25 20 15 10 5 - Bahan Bakar (Juta kilo liter) 2005 2006 Tahun 2007 2008 2009 2010 Transportasi Industri Rumah Tangga Komersial 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Komersial 1.030.515 904.590 879.290 840.880 803.850 965.770 Rumah Tangga 6.635.040 5.849.130 5.776.335 4.611.040 2.789.325 2.313.915 Industri 7.387.485 6.578.345 6.028.070 5.618.440 5.744.480 7.412.670 Transportasi 20.513.240 20.554.140 20.589.025 21.974.545 24.947.525 34.269.655 Gambar 1. Peningkatan kebutuhan bahan bakar pada sektor komersial, rumah tangga, industri, dan transportasi 72 M&E, Vol. 10, No.1, Maret 2012

Jumlah (juta) 60 50 40 30 20 29 Sepeda Motor Mobil Pribadi 33 42 48 52 54 10 0 5 7 9 10 10 11 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Gambar 2. Pertumbuhan mobil pribadi dan sepeda motor Gambar 3. Grafik kinerja mesin Cara Hemat Penggunaan BBM Pada Kendaraan Bermotor ; Reza S, Dimitri R, Cahyo SW, Hery W 73

Penggunaan bahan bakar alternatif memerlukan biaya yang besar, sehingga tidak dapat dilakukan dalam waktu dekat. Begitu juga peningkatan efisiensi mesin kendaraan, karena memerlukan teknologi berbiaya tinggi. Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, maka diperlukan metoda yang mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan biaya tinggi, yaitu dengan mengubah perilaku berkendaraan para pengemudi kendaraan menjadi perilaku yang lebih hemat bahan bakar, mengingat perilaku berkendaraan mempengaruhi konsumsi bahan bakar kendaraan. Untuk itu diperlukan strategi mengubah perilaku berkendaraan agar dicapai konsumsi bahan bakar paling sedikit. Untuk mengetahui tingkat pemakaian bahan bakar sebagai Upaya Penghematan Penggunaan BBM pada kendaraan bermotor, berikut ini adalah pengujian konsumsi BBM kendaraan bermotor yang telah dilakukan oleh Puslitbang Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS" dengan dua pendekatan, yang pertama uji kendaraan pada chassis dynamometer dan uji jalan di jalan raya. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui konsumsi bahan bakar minyak (BBM) pada kendaraan bermotor dan pengaruh perilaku pengemudi. 2. PENGUJIAN KONSUMSI BBM a. Uji Statis (chassis dynamometer) Uji chassis dynamometer terdiri dari 2 tahapan pengujian, pertama dilakukan pada awal uji jalan (0 ) dan yang kedua di akhir uji jalan (20.000 ). Hasil-hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada Chassis Dynamometer disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada chassis dynamometer Posisi Gigi Speed Konsumsi Solar (/L) Transmisi (N) 0 20.000 Rata-Rata IDLE 0 0.71 (liter/jam) 0.72 (liter/jam) 0.715 (liter/jam) 1 10 8.08 7.97 8.02 15 7.70 7.57 7.63 20 6.67 6.50 6.59 2 20 10.26 10.09 10.17 30 9.31 9.14 9.23 40 8.16 8.05 8.11 3 40 14.37 14.03 14.20 50 13.40 13.12 13.26 60 12.87 12.54 12.71 4 60 17.55 17.22 17.39 70 15.41 15.02 15.21 80 13.33 12.88 13.10 5 80 15.21 14.76 14.98 90 13.96 13.46 13.71 100 12.30 11.75 12.03 Konsumsi Rata-Rata 11.90 11.61 11.76 74 M&E, Vol. 10, No.1, Maret 2012

Tabel 1 menunjukkan bahwa : 1) Pada kondisi idle, konsumsi rata-rata bahan bakar kendaraan di awal pengujian (0 ) dan di akhir pengujian (20.000 ) dengan menggunakan bahan bakar solar murni adalah sebesar 0,715 liter/jam. 2) Konsumsi bahan bakar rata-rata solar murni pada awal pengujian (0 ) adalah sebesar 11,90 /L dan diakhir pengujian (20.000 ) adalah 11,61 /L, sehingga didapatkan konsumsi solar rata-rata adalah 11,76 /L. b. Uji Jalan di Jalan Raya Tujuan uji jalan adalah untuk mengetahui daya tahan dan tingkat konsumsi bahan bakar yang dibutuhkan oleh kendaraan dalam menempuh jarak tertentu pada kondisi jalan raya. Kinerja mesin di jalan raya berbeda dengan kinerja uji chassis dynamometer karena kondisi yang lebih bervariasi, sehingga pada uji jalan ini terjadi akselerasi dan de-akselerasi yang lebih sering. Pada uji jalan juga sangat dipengaruhi oleh perilaku pengemudi. Dalam uji jalan ini, rute diambil pada jalan raya yang mewakili kondisi jalan dalam kota, luar kota, dan jalan bebas hambatan (tol). Berdasarkan metode ASTM D- 5500, pembagian jarak tempuh uji jalan adalah 70% kondisi jalan bebas hambatan, 20% luar kota, dan 10% dalam kota. Uji jalan dilakukan dengan menempuh jarak sampai dengan 20.000 setiap menempuh jarak 5.000 dilakukan pergantian oli pelumas dan setiap jarak 10.000 dilakukan pergantian saringan oli. Pada pelaksanakan uji jalan pengemudi harus mengikuti prosedur uji jalan sebagai berikut: Memeriksa kondisi kendaraan seperti level oli pelumas, air radiator, kondisi ban, dan lain-lain. Melakukan pemanasan awal selama 5 menit atau temperatur air pendingin telah menunjukkan temperatur normal operasi. Melakukan pencatatan tanggal, odometer awal, waktu pada saat akan melakukan uji jalan. Melakukan pencatatan kondisi jalan (macet, hujan, dan lain-lain) dan kondisi mesin (bila terjadi masalah teknis) selama melakukan uji jalan. Melakukan pencatatan odometer akhir dan waktu pada saat telah selesai/berhenti. Melakukan pencatatan jumlah pengisian/ pemakaian bahan bakar. Pengemudi juga harus mematuhi teknik mengendarai kendaraan secara efisien, dengan acuan/pedoman sebagai berikut: 1) Penginjakan pedal gas seperlunya dan penggunaan rem secukupnya agar energi kinetik/momentum saat meluncur tetap terjaga. Hindari penginjakan rem secara mendadak, karena bahan bakar akan terbuang sia-sia. 2) Saat berakselerasi memindahkan gigi dari gigi rendah ke gigi yang lebih tinggi, secepat mungkin untuk menghindari putaran mesin terlampau tinggi. Perpindahan gigi transmisi dilakukan pada saat torsi mesin mencapai 70-80%, untuk kendaraan Diesel MPV/SUV pergantian gigi transmisi dapat dilakukan pada putaran mesin 1500-1800 rpm, Untuk mesin bensin, normal aspirated pergantian gigi transmisi dapat dilakukan pada putaran mesin 2.100-2.400 rpm. Selain itu, perpindahan gigi transmisi juga dilakukan sesuai dengan beban yang diangkat serta kontur jalanan yang dilalui. 3) Mengantisipasi kondisi lalu lintas, seperti telah mempersiapkan jalur yang akan dilintasi dengan memperhatikan pola kemacetan di wilayah tertentu, mulai dari jalur alternatif hingga jam-jam puncak kemacetan. 4) Menghindari kondisi idle berkepanjangan, seperti halnya: a) Pemanasan mesin terlalu lama. b) Menunggu di dalam mobil untuk waktu yang lama dengan kondisi AC dan mesin tetap hidup. 5) Berakselerasi dengan halus, membuat beban kerja mesin lebih ringan. Cara Hemat Penggunaan BBM Pada Kendaraan Bermotor ; Reza S, Dimitri R, Cahyo SW, Hery W 75

6) Menggunakan AC secukupnya. 7) Menjaga tekanan ban dan kondisi mesin Hasil uji jalan kendaraan berbahan bakar solar murni (solar 48) dengan jarak tempuh keseluruhan sejauh 20.188 dengan perincian: 2.128 (10,54%) untuk kondisi jalan dalam kota, 4.316 (21,38%) untuk kondisi jalan luar kota, dan 13.744 (68,08%) untuk kondisi jalan bebas hambatan seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Dari hasil pengamatan selama uji jalan, pada kondisi jalan dalam kota (macet) dengan kecepatan rata-rata 20,15 /jam, kendaraan yang berbahan bakar solar 48, rasio jarak tempuh kendaraan terhadap jumlah konsumsi bahan bakar sebesar 0,164 liter per atau dengan bahasa umum yang dipakai konsumsi bahan bakar solar 48 ini adalah 1 banding 6,10. Untuk kondisi jalan luar kota dengan kecepatan ratarata 36,98 /jam dan pada kondisi jalan bebas hambatan dengan kecepatan rata-rata 63,46 / jam konsumsi bahan bakar solar 48 sebesar 0,052 liter/ atau 19,20 per satu liter bahan bakar. Jumlah total konsumsi bahan bakar untuk jarak tempuh 20.188 sebesar 1.450,23 liter (Tabel 3). 3. EVALUASI DAN ANALISA a. Perbandingan Hasil Uji Statis dan Uji Jalan Bila dibandingkan hasil konsumsi bahan bakar pengujian pada chassis dynamometer dengan hasil uji jalan di jalan raya, maka bila kecepatan kendaraan antara 0-20 /jam (kondisi jalan macet), antara uji chassis dynamometer dan uji jalan di jalan raya, konsumsi bahan bakar kendaraan uji adalah 1 liter bahan bakar dapat menempuh jarak sekitar 6. Bila kecepatan kendaraan antara 20-50 /jam (kondisi jalan padat) antara uji chassis dynamometer dan uji jalan di jalan raya, konsumsi bahan bakar kendaraan uji untuk 1 liter bahan bakar dapat menempuh jarak sekitar 8-14. Tetapi bila Tabel 2. Jarak tempuh kendaraan hasil uji jalan BBM solar Kondisi Jarak Tempuh Kecepatan Kendaraan Km % (/Jam) Dalam Kota 2.128 10,54 20,15 Luar Kota 4.316 21,38 36,98 TOL 13.744 68,08 63,46 Keterangan Total Total Rata-rata 20.188 100,00 46,00 Tabel 3. Konsumsi rata-rata bahan bakar kendaraan berbahan bakar solar 48 Kondisi Jarak Tempuh Konsumsi % L /L L/ Dalam Kota 2.128 10,54 348,91 6,10 0,163962 Luar Kota 4.316 21,38 385,65 11,19 0,089353 TOL 13.744 68,08 715,67 19,20 0,052071 20.188 100,00 1.450,23 13,40 0,074621 Keterangan Total % Total Vol. Total Rata-rata 76 M&E, Vol. 10, No.1, Maret 2012

kecepatan kendaraan antara 50-70 /jam (kondisi jalan lancar dan pengemudi tidak memacu kendaraan terlalu cepat) antara uji chassis dynamometer dan uji jalan di jalan raya, konsumsi bahan bakar kendaraan uji untuk 1 liter bahan bakar dapat menempuh jarak sekitar 15-19. Dari kondisi tersebut terlihat pada rentang kecepatan antara 20-50 /jam dan 50-70 /jam, gaya berkendaraan yang diterapkan oleh pengemudi sangat mempengaruhi konsumsi bahan bakar. Jika gaya berkendaraan yang diterapkan oleh pengemudi bersifat agresif atau ugal-ugalan, maka penggunaan bahan bakar kendaraan akan menjadi boros (tidak efisien). Tetapi bila gaya berkendaraan yang digunakan oleh pengemudi sesuai dengan acuan yang telah ditentukan di atas, maka penggunaan bahan bakar kendaraan akan menjadi hemat (efisien). Hasil konsumsi bahan bakar pengujian di jalan raya bisa lebih hemat dibandingkan konsumsi bahan bakar pengujian di chassis dynamometer dikarenakan walaupun pada pengujian di jalan raya dipengaruhi berbagai faktor, di antaranya kondisi jalan yang bervariasi, faktor perilaku pengemudi (gaya berkendaraan) selain dari kondisi kinerja kendaraan, namun dalam pengoperasian (berkendaraan) diupayakan sebaik mungkin. Berdasarkan penelitian ini diharapkan pengemudi dapat memperoleh pengetahuan mengenai dampak gaya berkendaraan dan perhatian terhadap kondisi kendaraan dengan penanganan yang baik terhadap penggunaan BBM, sehingga efisiensi penggunaan bahan bakar dari sisi pengguna pada kendaraan bermotor dapat direalisasikan demi menunjang program pemerintah dalam rangka penghematan BBM. Tingkat konsumsi bahan bakar pada uji chasis dynamometer rata-rata sebesar 0,085 l/ sedangkan pada uji jalan raya sebesar 0,074 l/, dengan demikian efisiensi yang diperoleh sebesar 12,8%. Apabila konsumsi bahan bakar di Indonesia sebesar 34.269.855 liter (data Migas tahun 2010), dan disikapi dengan cara mengemudi kendaraan yang efisien, maka akan diperoleh penghematan BBM sebesar 4.386.541 liter. b. Kondisi Standar Kendaraan Pengujian kinerja kendaraan baik pada chasis dynamometer maupun di jalan, selalu menggunakan spare part, pelumas, ban kendaraan dan air radiator yang standar dan baru serta kondisi yang baik. Adapun yang mempengaruhi dari peralatan dan bahan dan perlu mendapatkan perhatian adalah: 1) Pacu Kendaraan Kendaraan dipacu dengan kecepatan tidak melebihi standar kecepatan transmisi, penekanan pedal gas dengan cara halus. Pada mesin yang menggunakan RPM meter, usahakan RPM tidak melewat 50 persen. Kalau tanda merah pada RPM 6.000, usahakan dalam perjalanan hanya menggunakan RPM 3.000 (tidak lebih). Atau, pertahankan kecepatan tinggi mobil lebih sering pada 80 per jam. Pada kecepatan di atas 90 per jam, pindahkan ke gigi over drive bagi mobil yang dilengkapi dengan transmisi over drive (gigi 5). Sesuaikan gigi percepatan dengan kecepatan kendaraan, gunakan gigi rendah untuk menjalankan kendaraan pertama kali. Berikut ini adalah contoh standar penggunaan Gigi disesuaikan dengan kecepatan kendaraan. Gigi 1 dengan kecepatan 0-20 /jam, Gigi 2 pada kecepatan 20-40 /jam, Gigi 3 dengan kecepatan 40-60 /jam, Gigi 4 pada kecepatan 60-90 /jam, Gigi 5 dengan kecepatan 90 ~ /jam. 2) Penggantian Rutin dan Perawatan Oli/Pelumas Penggantian oli/pelumas secara berkala harus dilakukan sesuai dengan jarak tempuh dan jadual penggantian (Tabel 4) dalam kartu kendaraan, hal tersebut untuk menjaga kondisi mesin tetap prima, dengan takaran yang telah ditetapkan (Gambar 4). Apabila pengisian oli berlebihan, akan mengakibatkan putaran poros engkol/crankshaft akan menyentuh genangan oli yang ada di bak karter, sehingga membuat oli Cara Hemat Penggunaan BBM Pada Kendaraan Bermotor ; Reza S, Dimitri R, Cahyo SW, Hery W 77

Tabel 4. Tabel 4. Jadwal penggantian oli/pelumas kendaraan Agenda Perawatan 5000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000 50.000 Oli Mesin Ganti Ganti Ganti Ganti Ganti Ganti Ganti Ganti Ganti Ganti Oli Transmisi Ganti (Manual) Ganti (Manual) Ganti (matik) Oli Garden Ganti (Manual) Ganti (Manual) Ganti (matik) Oli/Minyak Rem Ganti/ kuras Ganti/ kuras Oli/Minyak Power Seering Ganti/ kuras Ganti/ kuras Gambar 4. Pengisian oli dengan takaran yang sesuai menjadi berbusa yang berisi udara/gas. Hal ini dapat menimbulkan oli menjadi lebih cepat panas/overheat, beroksidasi dan kehilangan tekanan oli (loss of oil pressure). Oli yang berbusa sukar untuk dipompa oleh pompa oli sehingga komponen mesin yang seharusnya mendapatkan pelumasan menjadi kering, dan akan rusak/macet. Selain itu, oli yang berbusa akan membuat tekanan gas yang berlebihan di dalam ruang mesin, sehingga melalui jalur sirkulasi (PCV) akan terdorong (blow by gas) ke filter udara. Biasanya filter udara menjadi basah oleh oli. Saringan Udara Perhatikan filter udara pada kendaraan (Gambar 5), apabila warna filter udara sudah berwarna hitam pekat sebaiknya diganti dengan yang baru, namun bila warna filter udara masih tidak terlalu hitam bisa lakukan penyemprotan angin bertekanan dari kompresor, lakukan penyemprotan dari arah dalam filter agar kotoran yang terjebak pada filter tersebut bisa terlepas. Perawatan saringan udara disesuaikan dengan jenis bahannya, untuk yang terbuat dari karton, usianya maksimal sekitar 2.500-5.000. Pada usia pakai tertentu, permukaan karton menjadi 'berbulu' yang jika bercampur dengan debu bisa masuk ke ruang pembakaran. Adapun filter saringan udara yang terbuat dari spons, umumnya mampu bertahan hingga 15.000. Perawatan saringan jenis ini cukup dicelupkan ke dalam air, lalu cuci memakai deterjen. 78 M&E, Vol. 10, No.1, Maret 2012

Gambar 5. Filter udara Saringan Bahan Bakar Penggantian secara rutin maksimal 80.000 (standar perawatan kendaraan), namun lebih baik bila dilakukan penggantian 20.000 lebih awal, hal tersebut untuk mengantisipasi/mengurangi resiko adanya endapan yang terjadi ketika pengisian bahan bakar yang kurang baik sehingga banyak kotoran terakumulasi pada saringan bahan bakar. Saringan Oli Penggantian secara rutin maksimal 10.000 (standar perawatan kendaraan). Untuk Lebih lengkapnya jadwal penggantian peralatan/bahan (part) kendaraan secara berkala dapat di lihat pada Tabel 5. 3) Kondisi Ban Gunakan jenis ban yang sesuai, Pada kendaraan jenis sedan, ikuti petunjuk pada kendaraan untuk kondisi ban yang digunakan. Tekanan angin ban Jika tekanan gas/udara di dalam ban lebih rendah dari yang disarankan, maka bidang yang menapak dan mencengkram jalan tidak merata sehingga bidang tapaknya menjadi lebih sedikit yaitu hanya pada daerah pinggir ban saja (Gambar 6). Indeks ban Indeks ban terdapat pada setiap ban kendaraan (Gambar 7), index tersebut merupakan persyaratan yang di ijinkan dalam memacu laju kendaraan dan muatan kendaraan. Tabel 6 dan 7 berturut-turut menunjukkan Indeks Beban dengan Simbol dan Beban Maksimum dalam Kg dan Simbol Kecepatan yang merupakan simbol dan kecepatan maksimum dalam /jam. Part Tabel 5. Jadwal penggantian peralatan/bahan (part) kendaraan Penggantian pada ribu kilo meter. 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 Saringan Oli Saringan Bahan Bakar Saringan Udara Busi Minyak Rem Oli Mesin Minyak Transmisi Minyak Gardan Cara Hemat Penggunaan BBM Pada Kendaraan Bermotor ; Reza S, Dimitri R, Cahyo SW, Hery W 79

Tekanan Sesuai Tekanan Kurang Tekanan Berlebih Gambar 6. Daya cengkram ban dan persyaratan kondisi ban 92 = Beban maksimum yang disarankan 630kg V = Kecepatan maksimum yang disarankan 240/jam Gambar 7. Kemampuan ban kendaraan 4) Knalpot Gambar 8 menunjukkan tipikal energi pada kendaraan bermotor yang terkait Thermal Efficiency (TE). TE adalah hubungan antara energi panas yang disimpan dalam bahan bakar dengan indikasi tenaga kuda yang dihasilkan mesin. Hal ini menggambarkan jumlah potensial energi yang terkandung dalam bahan bakar sesungguhnya terpakai oleh mesin untuk memproduksi tenaga dan besarnya jumlah energi yang hilang karena panas. Sejumlah besar energi dari bahan bakar hilang akibat peningkatan suhu dan tidak terpakai dalam pembakaran. Panas berlebihan ini akan mengakibatkan overheating pada mesin dan cenderung meninmbulkan pembakaran dini (preiginition). Dengan demikian gunakan perangkat pendingin mesin. Exhaust system (sistem pembuangan) yang baik mampu mereduksi panas yang berlebihan dari mesin dan membuangnya ke udara. Dengan minimnya backpresure maka sistem pembuangan free flow sangat membantu pendinginan mesin, itu sebabnya penggantian knalpot akan menambah tenaga mesin, karena peningkatan efisiensi thermal mesin. 5) Penggunaan Listrik Pada Kendaraan Penggunaan listrik pada kendaraan bermotor diupayakan seoptimal mungkin, agar tidak 80 M&E, Vol. 10, No.1, Maret 2012

Tabel 6. Index beban Indeks Beban (Simbol dan Beban Maksimum dalam Kg) LI Kgs LI Kgs LI Kg LI Kg LI Kg LI Kg 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 325 335 345 355 365 375 387 400 412 425 437 450 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 462 485 487 500 515 530 545 560 582 600 615 630 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 650 670 690 710 730 750 775 800 825 850 875 900 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 650 670 690 710 730 750 775 800 825 850 875 900 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 925 950 975 1000 1030 1060 1090 1120 1150 1180 1215 1250 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 1285 1320 1360 1400 1450 1500 1550 1600 1650 1700 1750 1800 Tabel 7. Simbol kecepatan Simbol Kecepatan (simbol and kecepatan maksimum dalam /jam) J K L M N P Q R S T H V W Y KmH 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 210 240 270 300 Gambar 8. Tipikal energi pada kendaraan terjadi pemborosan. Boros listrik pada kendaraan bisa disebabkan adanya penambahan audio system yang berlebihan, atau dapat juga diartikan dengan mendengarkan lagu di tingkat volume maksimal, atau juga menyalakan layar pada head unit yang mempunyai LCD tanpa ditonton. Untuk itu gunakan peralatan audio visual kendaraan seperlunya saja. 6) Penggunaan Air Conditioner Penggunaan Air Conditioner (A/C) pada tingkat lebih tinggi akan membuat pemborosan konsumsi bahan bakar, karena jika pada saat A/C di tingkat lebih tinggi akan membuat kompresor A/C hidup lebih lama dibandingkan di tingkat normal. Jika kompresor hidup lebih lama, otomatis mesin bekerja lebih berat. Untuk itu pema- Cara Hemat Penggunaan BBM Pada Kendaraan Bermotor ; Reza S, Dimitri R, Cahyo SW, Hery W 81

kaian A/C diupayakan sebijak mungkin disesuaikan dengan temperatur udara diluar kendaraan. 4. KESIMPULAN Kinerja kendaraan dan kondisi jalan raya sangat mempengaruhi konsumsi bahan bakar. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini yaitu tingkat konsumsi bahan bakar pada uji chasis dynamometer rata-rata sebesar 0,085 l/ sedangkan pada uji jalan raya sebesar 0,074 l/, dari kedua data tersebut diperoleh efisiensi sebesar 12,8%. Apabila efisiensi tersebut dapat dicapai, secara sederhana dapat dihitung untuk konsumsi bahan bakar di Indonesia sebesar 40 juta liter, maka akan diperoleh penghematan BBM sebesar 5,1 juta liter. Untuk mendapatkan kondisi "ideal" tingkat efisiensi dalam penggunaan bahan bakar tersebut dapat dilakukan dengan cara antara lain tidak memacu kendaraan secara berlebihan, menggunakan sistem kelistrikan kendaraan (A/ C, Audio system) secara optimal, untuk mendapatkan kinerja kendaraan yang prima harus mempersiapkan kendaraan dan perawatan kendaraan dijadikan prioritas, serta perubahan paradigma berkendaraan bagi pemilik/ pengemudi dan tidak membawa muatan berlebihan, apabila hal ini dapat dilakukan maka penggunaan BBM dapat dihemat. 5. DAFTAR PUSTAKA ACEA, EMA,JAMA, 2006, "Worlwide Fuel Charter", Desember 2006. Bartok. W, Sarofin Adel. F, "Fossil Fuel Combustion", 1991, A Wiley-interscience Publication, John Wiley & Son Inc, Canada. Departemen Perhubungan, 2005, Beberapa Kebijakan Sektor Transportasi Darat, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta, Juli 2005 Departemen Perhubungan, 2009, Smart Driving Handbook, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, tahun anggaran 2009. Ditjen Migas, 2006, "Spesifikasi Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Solar 48". Ditjen Migas, 2006, " Spesifikasi Bahan Bakar Biodiesel Metil Alkil (B100)". ESDM, 2012, Mobil Pribadi Habiskan Subsidi BBM Rp 77,9 Triliun, http://esdm.go.id/berita/ migas/40-migas/5629-mobil-pribadihabiskan-subsidi-bbm-rp-779-triliun.html. Permsuwan, A., Picken, D.J., Seare, K.D.R.,and Fox, M.F., 1996, "Engine development and test for vegetable oil lubricant", Int. J. Ambient Energy, 17, 157-161. PT. Pertamina (Persero)-PPPTMGB "LEMIGAS", 2010, Pengujian Karakteristik Dan Kinerja Bahan Bakar Solar (B0) & BioSolar (B10) Melalui Uji Chassis Dynamometer Dan Uji Jalan (Road Test) Serta Kinerja Pelumasnya, Tahun 2010. 82 M&E, Vol. 10, No.1, Maret 2012