IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO 20 TAHUN 2003 TERHADAP PTK AKAMIGAS KEDEPAN* Oleh Rochmat Wahab

dokumen-dokumen yang mirip
PANDUAN P2M STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENGANTAR

BAB I LATAR BELAKANG. Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikuti oleh semua orang. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR ESDM MELALUI PENGEMBANGAN BPSDM-ESDM

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan Pendidikan Nasional, dapat dilihat berdasarkan faktor

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

FORMASI PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2010 DARI PELAMAR UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN AKADEMI MINYAK DAN GAS BUMI MENJADI SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikuti oleh semua orang. Dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 194, Tambahan Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan diharapkan dapat membawa bangsa Indonesia yang. bermartabat dan mencapai kemajuan. Hal tersebut dilakukan secara

Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

REGULASI DAN IMPLEMENTASI BEBAN KERJA DOSEN DALAM TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. membantu dalam pengolahan data sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

PIDATO REKTOR PADAA WISUDA GELOMBANG I TAHUN AKADEMIK 2008/2009 Bandung, 23 April 2009

REGULASI DAN IMPLEMENTASI ASESMEN BEBAN KERJA DOSEN DALAM TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI

SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan profesional secara maksimal. Hal ini disebabkan karena guru

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang. kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

IMPLIKASI UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN TERHADAP PENINGKATAN MUTU PROSES PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada. Terkait

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders), baik dari pihak pemerintah maupun

2 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 5157)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN

STANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

CAPAIAN KINERJA Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya Mineral Semester I Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

REGULASI DAN IMPLEMENTASI ASESMEN BEBAN KERJA DOSEN DALAM TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI

PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU DAN KESIAPAN LPTK DALAM MENDUKUNG PROGRAM SERTIFIKASI GURU

SERTIFIKASI PENDIDIK PERLU EVALUASI BERKALA. Oleh : Sukidjo Staf Pengajar FISE Universitas Negeri Yogyakarta

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

INPASSING PANGKAT DOSEN BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

GUNA MENGHASILKAN INOVASI UNGGUL

MENINGKATKAN PROFESI GURU MELALUI PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) PRA JABATAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional bertujuan untuk membangun manusia yang

Lampiran Pengumuman Rektor tentang Peogram Beasiswa Doktoral Proyek IDB tahap II

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, 2) fokus penelitian, 3) tujuan penelitian, 4) kegunaan penelitian, 5)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

SURAT KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL No. 024/ITDel/Rek/SK/III/18. Tentang PEDOMAN KESESUAIAN BIDANG KEILMUAN DOSEN INSTITUT TEKNOLOGI DEL

BUKU KEBIJAKAN MUTU SPMI UMN AW BUKU KEBIJAKAN MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

IBI-AIPKIND Jogyakarta, 25 Juli 2010

UU PERPUSTAKAAN ANTARA PELUANG DAN TANTANGAN BAGI SEKOLAH/MADRASAH

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG GELAR DAN SEBUTAN BAGI LULUSAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengembangkan diri berdasarkan potensi yang dimiliki. Penigkatan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fungsi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti cerdas dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa tertuang didalam

Kopertis Wilayah VIII Tahun 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2018, No Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015 tentang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Oleh Prof.Dr.Bernadette Waluyo,SH., MH.,CN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN NASIONAL DALAM UNDANG UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

SERTIFIKASI GURU DAN PENGAWAS HARAPAN DAN DAMPAK KEDEPAN

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan

Oleh: Pembantu Rektor II UB

STANDARDISASI KOMPETENSI PROFESI KONSELOR ISLAMI DI SEKOLAH/MADRASAH. Oleh ROCHMAT WAHAB Dosen FIP Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses globalisasi merupakan keharusan sejarah yang tidak mungkin

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Sebagai jenjang pendidikan paling tinggi dalam sistem pendidikan nasional maka

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 66 TAHUN 2009 TENTANG

Profil Lulusan / Kualifikasi

2014, No.16 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi adalah pengaturan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pedoman Pelaksanaan Seleksi Calon Pengawas Sekolah Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul

BAB I PENDAHULUAN. signifikan. Pada tahun 2014 tercatat jumlah perguruan tinggi di Indonesia sebanyak 3.483

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemerintah beranggapan bahwa profesional guru dan dosen dalam dunia

dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dimana pimpinan

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN TEKNIS. Oleh: Winarno, M.Sc

DRAFT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB III ANALISIS SWOT DAN ASUMSI-ASUMSI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Buku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru.

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PROGRAM AKSELERASI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus di SMP Negeri 9 Surakarta)

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 178/U/2001 TENTANG GELAR DAN LULUSAN PERGURUAN TINGGI

Transkripsi:

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO 20 TAHUN 2003 TERHADAP PTK AKAMIGAS KEDEPAN* Oleh Rochmat Wahab A. PENGANTAR Adalah disadari bahwa dalam era global dirasakan semakin banyak tantangan. Karena itu untuk tetap eksis dan mampu memenangkan persaingan sangat diperlukan suatu kemampuan dan keahlian yang kompetitif. Menyadari akan tuntutan tersebut Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Badan Pendidikan dan Pelatihan berusaha terus untuk memberdayakan SDM-nya dengan mengadakan pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikan nonformal. Yang salah satunya dapat diwujudkan dengan pendirian Akademi Mineral dan Gas (AKADEMIGAS). Untuk memperoleh kemampuan dan keahlian kompetitif dibutuhkan adanya suatu sistem pendidikan yang bermutu pada semua jalur, jenis,dan jenjang pendidikan. Di sisi lain bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat (UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas). Berdasarkan isi dari UU tersebut Departemen ESDM sangatlah tepat untuk mengembangkan kapasitas SDM-nya melalui pendirian suatu intitusi pendidikan. Persoalannya sekarang, apakah program-program studi yang dikembangkan oleh AKAMIGAS benar adanya berdasarkan UU No 20 tentang Sisdiknas. Untuk mengetahui lebih lanjut, kiranya baik seklai dilakukan pembahasan lebih lanjut. B. RAGAM PENDIDIKAN KEDINASAN Pendidikan Kedinasan pada hakekatnya telah lahir cukup lama seiring dengan *Disampaikan dan dibahas melalui Forum Komunikasi Dosen PTK AKAMIGAS, Cepu, Blora- Jawa Tengah di Hotel Sahid Yogyakarta, pada 14 Juli 2006. 1

kehadiran dan perkembangan sektor pembangunan. Karena itulah bisa dipahami, bahwa dewasa ini banyak ragam pendidikan kedinasan. 1. Berdasarkan Direktori Hasil Akreditasi Program Studi Tahun 2005 dalam Buku III tentang Perguruan Tinggi Agama dan Kedinasan, Departemen Pendidikan Nasional: Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, maka Perguruan Tinggi Kedinasan di Indonesia yang telah terakreditasi di antaranya: a. Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan (2-D3 PS) b. Akedmi Pimpinan Perusahaan, Jakarta (5-D3 PS) c. Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Jakarta (11-S1 PS) d. ST Ilmu Kepolisian PTIK, Jakarta (1-S1 PS) e. ST Hukum Militer, Jakarta (1-S1 PS) f. ST Ilmu Administrasi LAN, Jakarta (5-S1 PS) g. Akademi Kimia Analis, Bogor (1-D3 PS) h. ST Ilmu Administrasi LAN Bandung (3-S1 PS) i. ST Teknologi TNI Angkatan Laut (5-S1 PS) j. Akademi Teknik Industri Makasar (3-D3 PS) k. ST Ilmu Administrasi LAN Makassar (5-S1 PS) Pada prakteknya masih banyak jenis satuan pendidikan kedinasan di Indonesia yang belum terdaftar dan terakreditasi, sehingga pada kesempatan ini sulit dikemukakan di hadapan peserta. Diharpkan informasi ini dapat menjadikan bahn pertimbangan dalam pengembangan AKIMGAS ke depan. 2. Akademi Minyak dan Gas Bumi (Sekolah Tinggi Energi dan Mineral) Berdasarkan Website Akademi Minyak dan Gas Bumi (STEM), Cepu-Blora bahwa pada tahun akademik 2005/2006 terdiri 5 Jurusan yang terdiri atas (1) Jurusan Eksploitasi Produksi, (2) Jurusan Proses Aplikasi, (3)) Jurusan Teknik Umum, (4) Management Services, dan (5) Pemasaran dan Niaga. Demikian juga Program studinya dari Jenjang diploma I sd IV sebanyak 16 yang terdiri atas: a. Program Studi Geologi b. Program Studi Pemboran c. Program Studi Produksi 2

d. Program Studi Refrenery e. Program Studi Teknologi Gas f. Program Studi Gas Processing g. Program Studi Laboratorium Pengolahan h. Program Studi Fire & Safety i. Program Studi Utilities j. Program Studi Instrument & Elka k. Program Studi Teknik Mesin Lapangan l. Program Studi Teknik Mesin Kilang m. Program Studi Teknik Listrik Perminyakan n. Program Studi Teknik Sipil Perminyakan o. Program Studi Sistem Informatika Migas p. Program Studi Management Services Migas q. Program Studi Pemasaran Dan Niaga Output yang dituju program Diploma-Diplomanya adalah menghasilkan SDM yang memiliki keterampilan tinggi dalam profesinya, berkeahlian sesuai dengan kualifikasi bidang profesinya, serta memiliki kemampuan menerapkan keterampilan dan keahliannya secara kompeten dan profesional pada pekerjaannya. C. PENDIDIKAN KEDINASAN MENURUT UUSPN UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 29, menyatakan Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau lembaga pemerintah non-departemen. Di samping itu pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal. Berdasarkan UU Sisdiknas tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang pada prakteknya program itu 3

berada setelah program sarjana atau dilpoma IV. Implikasinya bahwa tidak dibenarkan pendidikan kedinasan itu membuka program pendidikan diploma. Semua program pendidikan jenjang sarjana dan diploma diselenggarakan oleh perguruan tinggi pada umumnya, baik itu pada Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Politeknik, atau Akademi. Pendidikan kedinasan pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi, keterampilan, dan keahlian dalam pelaksanaan tugas, terutama bagi pegawai negeri atau calon pegawai negeri baik yang ada di lingkungan departemen atau non-departemen, yang telah memiliki kualifikasi akademik baik jenjang S1 atau D4. Dengan demikian tidak dibenarkan juga calon peserta didik yang belum memiliki kualifikasi minimal sarjana atau berdilpoma empat. Penyelenggaraan pendidikan kedinasan dapat dilakukan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal. Artinya bahwa pendidikan kedinasan bisa dilakukan melalui penyelenggaraan pendidikan dengan program utuh sekitar 38-40 sks dalam satu waktu utuh melalui suatu institusi pendidikan tertentu, atau salah satu satuan pendidikan tinggi, apakah institut atau sekolah tinggi melalui jalur pendidikan formal, atau melalui jalur pendidikan non formal, misalnya dengan earning credit systems. Jika pendidikan kedinasan merupakan suatu pendidikan profesi, maka pendidik dan tenaga kependidikannya, seharusnya memiliki kualifikasi minimal jenjang pendidikan magister (S2). Hal ini sejalan dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang SPN pada pasal 42 yang berbunyi bahwa Pendidik harus memiliki kualifikasi minimal dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selain itu diperkuat oleh UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 46 bahwa (1) Kualifikasi akademik dosen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 diperoleh melalui pendidikan tinggi program pascasarjana yang terakreditasi sesuai dengan bidang keahlian; (2) Dosen memiliki kualifikasi akademik minimum: (a) lulusan program magister untuk program diploma atau program sarjana; dan (b) lulusan program doktor untuk program pascasarjana; (3) Setiap orang yang memiliki 4

keahlian dengan prestasi luar biasa dapat diangkat menjadi dosen; dan (4) Ketentuan lain mengenai kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (a) dan ayat (b) dan keahlian dengan prestasi luar biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (c) ditentukan oleh masing-masing senat akademik satuan pendidikan tinggi. Pendidikan kedinasan merupakan institusi pendidikan yang di bawah naungan Departemen atau Non Departemen yang pembiayaannya menjadi tanggung jawab APBN lewat departemen atau nondepartemen yang bersangkutan. Jika Departemen atau Nondepartemen menyelenggarakan pendidikan di luar cakupan pendidikan kedinasan, maka tanggungga jawab pembiayaannya di luar APBN (yang ada di departemen atau nondepertemen yang bersangkutan. D. IMPLEMENTASI UU SISDIKNAS TERHADAP AKAMIGAS (STEM) UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pada hakekatnya adalah mengatur semua kegiatan pendidikan baik melalui semua jenis dan jenjang pendidikan baik melalui jalur pendidikan formal dan nonformal. Dengan demikian tidaklah salah jika Departemen ESDM melalui Badan Diklatnya mengembangkan suatu program pendidikan bagi SDM-nya untuk terus meningkatkan kemampuan, keterampilan dan keahliannya, sehingga mereka dapat bekerja lebih produktif. Seiring dengan disyahkannya UU Sisdiknas, adalah langkah yang tepat bagi Badan Diklat Departemen ESDM untuk merubah institusinya yang semula Akademi Minyak dan Gas Bumi (AKMIGAS) menjadi Sekolah Tinggi Energi dan Mineral (STEM), karena Pendidikan Kedinasan pada hakekatnya adalah suatu pendidikan prefesi, yang penyelenggaraannya bagi lulusan S1 atau Diploma IV. Secara yuridis dan akademik, Sekolah Tinggi adalah salah satu institusi pendidikan tinggi yang berhak menyelenggarakan program profesi, selain universitas atau institut. Tentu saja Sekolah Tinggi dapat saja menyelenggarakan program sarjana dan diploma. Sebaliknya Akademi adalah salah satu institusi pendidikan tinggi yang hanya berhak menyelenggarakan program dilploma, sehingga Akademik tidak pada tempatnya menjadi suatu pendidikan kedinasan. 5

Mengingat Departemen ESDM masih memerlukan tenaga terampil dan semi profesional yang membutuhkan pendidikan jenjang diploma, maka penyelenggaraan pendidikannya tidak harus di bawah pendidikan kedinasan, melainkan di bawah payung pendidikan tinggi pada umumnya. Dengan demikian Departemen ESDM melalui Badan Diklatnya hanya berhak menyelenggarakan pendidikan kedinasan baik melalui jalur pendidikan formal, maupun jalur pendidikan non-formal. Adapun calon peserta didiknya dapat merekrut dari pegawai negeri sipil maupun calon pegawai negeri. Yang penting mereka sudah memiliki kualifikasi sarjana atau diploma IV. Menyangkut soal pendidik dan tenaga kependidikan untuk STEM, berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan UU No.14 tahun 2005, maka yang dosen untuk STEM harus berkualifikasi minimal S2 atau yang memiliki prestasi luar biasa yang sangat dibutuhkan oleh STEM. Dengan demikian untuk dapat menjamin standar pendidik dan tenaga kependidikan pada STEM, diharapkan sekali semua dosen dapat segera memenuhi kualifikasi tersebut.. Berkenaan dengan pendanaan, bahwa penyelenggaraan STEM sebagai pendidikan kedinasan sepenuhnya mendapat dukungan biaya dari APBN lewat Departemen ESDM. Sementara itu STEM dapat saja menyelenggarakan program Sarjana (S1) atau diploma I sd IV, namun pembiayaannya tidak menjadi begian dari pendidikan kedinasan (yang bersumber dari APBN), melainkan dapat diatasi oleh swadaya lembaga, yayasan atau seharusnya berhak juga mendapatkan subsidi pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional. E. PENUTUP Kebutuhan merespon tuntutan dan tantangan global dalam berbagai setor, khususnya sektor energi dan sumber daya mineral tidak dapat dihindari. Untuk mengatasinya, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia melalui pendidikan dan pelatihan di lingkungan Departemen ESDM merupakan langkah mutlak. Pendidikan dam pelatihan yang dilaksanakan seharusnya meinimal memenuhi rambu-rambu akademik dan legal formal, sehingga hasil yang dicapai tidak 6

hanya pencapian profesionalisme, melainkan juga output atau lulusan pendidikan dan pelatihannya mendapat jaminan hukum. Dengan dikeluarkannya UU No. 20 tahun 2003, maka AKADEMIGAS perlu sekali melakukan rekonstruksi sistem kelembagaan, sehingga keberadaannya dapat memberikan jaminan akuntabilitas publik, yang pada akhirnya dapat memuaskan semua stakeholders. Semoga Renstra Kelembagaan segera dapat terwujud guna melahirkan lulusan-lulusan yang memiliki keunggulan kompetitif secara nasional dan internasional. 7

Daftar Pustaka Balderston, Frederick E. (1995), Managing Today s University: Strategies for Viability, Change, and Excellence, Second Edition, San Francisco: Jossey- Bass Publishers, Birm baum, Robert, (1992), How Academic Leadership Works: Understanding Success and Failure in the College Presidency, San Francisco: Jossey-Bass Publishers, Departemen Pendidikan Nasional (2003), Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas Departemen Pendidikan Nasional (2005), Undang-undang No. 14 tahun 2004 tentang Guru dan Dosen, Jakarta: Depdiknas Departemen Pendidikan Nasional (2005), Direktori Hasil Akreditasi Program Studi Tahun 2005 : Buku III tentang Perguruan Tinggi Agama dan Kedinasan, Jakarta: Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, Depdiknas 8