UJI ADAPTASI SEMBILAN GALUR HARAPAN KEDELAI HASIL PERSILANGAN KULTIVAR SLAMET DAN NOKONSAWON DI LAHAN ASAM JASINGA

dokumen-dokumen yang mirip
UJI DAYA HASIL DELAPAN GALUR HARAPAN KEDELAI HASIL PERSILANGAN KULTIVAR SLAMET DENGAN NOKONSAWON. Oleh : Bekti Priyo Atmaji G

UJI DAYA HASIL 8 GALUR HARAPAN KEDELAI HASIL PERSILANGAN KULTIVAR SLAMET DAN NOKONSAWON. Oleh : I Made Yerli Ghunawan G

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

PENGUJIAN GALUR-GALUR HARAPAN KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS MALABAR DAN KIPAS PUTIH PADA DOSIS PUPUK FOSFOR (P) RENDAH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA BUDIDAYA JENUH AIR DI LAHAN PASANG SURUT. Munif Ghulamahdi Maya Melati Danner Sagala

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

METODE PERCOBAAN. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan

Lampiran 1. Data Perhitungan Bintil Akar Efektif Tanaman Kedelai Pada Umur 35 hari

AKTIVITAS UREASE DAN FOSFOMONOESTERASE ASAM, SERTA PRODUKTIVITAS KACANG TANAH DENGAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KURTADJI TOMO

III. BAHAN DAN METODE

Lampiran 1. Hasil analisis tanah awal

Lampiran 1. Bagan penanaman pada plot. 100 cm. 15 cm. x x x x. 40 cm. 200 cm. Universitas Sumatera Utara

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai Mei. Baru Panam, Kecamatan Tampan, Kotamadya Pekanbaru.

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

FK = σ 2 g= KK =6.25 σ 2 P= 0.16 KVG= 5.79 Keterangan: * : nyata KVP= 8.53 tn : tidak nyata h= Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

UJI DAYA HASIL LANJUTAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) TOLERAN NAUNGAN DI BAWAH TEGAKAN KARET RAKYAT DI PROVINSI JAMBI OLEH DEDI PRASETYO A

UJI KESERAGAMAN FAMILI F7 KEDELAI DARI PERSILANGAN KULTIVAR SLAMET X WASE. Oleh : Rully Fathony G

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

III. BAHAN DAN MATODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Agustus 2013 di

LAMPIRAN. A. Penanaman (Trapping) Kedelai Pada Tanah Gambut. Pengambilan sampel tanah gambut. Penanaman Kedelai. Pemanenan kedelai

Daya hasil 1,6-2,5 t/ha 1,22 t/ha 1,6 t/ha Warna hipokotil Ungu Ungu Ungu

UJI DAYA HASIL LANJUTAN GALUR-GALUR KEDELAI (Glycine max (L ) Merr) TOLERAN NAUNGAN DI BAWAH TEGAKAN KARET RAKYAT DI DESA SEBAPO KABUPATEN MUARO JAMBI

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Research Station PT Great Giant Pineapple, Kecamatan

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PENYIMPANAN KONSORSIUM PGPR HASIL ISOLASI TUMBUHAN PANTAI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI DI LAHAN PASIR PANTAI

Universitas Sumatera Utara

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertanaman Musim Pertama

PENDAHULUAN. penting di Indonesia. Kandungan protein kedelai sangat tinggi, sekitar 35%-40%

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

Lampiran 1. Bagan Penelitian a Keterangan : a (Jarak antar blok) = 50 cm. b (Jarak antar plot) = 30 cm. Universitas Sumatera Utara

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan

Universitas Sumatera Utara

UJI KESERAGAMAN FAMILI F8 KEDELAI DARI PERSILANGAN KULTIVAR SLAMET X WASE

KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Rajabasa

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014.

PENGARUH APLIKASI STARTER SOLUTION PADA TIGA GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SERTA KEJADIAN PENYAKIT PENTING CABAI

EVALUASI KERAGAMAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) MUTAN ARGOMULYO PADA GENERASI M 4 MELALUI SELEKSI CEKAMAN KEMASAMAN SKRIPSI OLEH :

KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN

VI. UBIKAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 23

III. BAHAN DAN METODE. Penanaman dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian,

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

PEMBERIAN KAPUR CaCO 3 DAN PUPUK KCl DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SERTA SERAPAN K DAN Ca TANAMAN KEDELAI SKRIPSI OLEH:

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

Kemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 2 Persilangan Wilis Dan Mlg 2521

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Laboratorium Ilmu

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

UJI ADAPTASI GALUR HARAPAN KEDELAI DI LAHAN PODSOLIK MERAH KUNING DI KABUPATEN BANGKA

(Glycine max (L.) Merr.)

III. BAHAN DAN METODE

EVALUASI KARAKTER BERBAGAI VARIETAS KEDELAI BIJI HITAM (Glycine max (L.) Merr.) AZRISYAH FUTRA

III. MATERI DAN METODE. Genetika) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Deskripsi Kacang Tanah Varietas Jerapah

V3G1 V3G4 V3G3 V3G2 V3G5 V1G1 V1G3 V1G2 V1G5 V1G4 V2G2 V2G5 V2G3 V2G4

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

KERAGAAN FENOTIPE BERDASARKAN KARAKTER AGRONOMI PADA GENERASI F 2 BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril.) S K R I P S I OLEH :

Transkripsi:

1 UJI ADAPTASI SEMBILAN GALUR HARAPAN KEDELAI HASIL PERSILANGAN KULTIVAR SLAMET DAN NOKONSAWON DI LAHAN ASAM JASINGA Oleh : Isnan Prasetyo Widodo G3436 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 ABSTRAK ISNAN PRASETYO WIDODO. Uji Adaptasi Sembilan Galur Harapan Kedelai Hasil Persilangan Kultivar Slamet dan Nokonsawon di Lahan Asam Jasinga. Dibimbing oleh SUHARSONO dan MUHAMMAD JUSUF Tujuan penelitian ini adalah menguji daya adaptasi 9 galur harapan hasil persilangan kedelai kultivar Slamet dengan Nokonsawon di lahan asam. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terpisah dengan tiga ulangan. Petak utama adalah perlakuan pengapuran (ph 4.6-4.7 dan ph 6.4-7.0). Anak petak adalah sembilan galur harapan (KH 2, KH 3, KH 4, KH 6, KH 8, KH 31, KH 55, KH 58, dan KH 71) dan kultivar pembanding Slamet, Panderman, Wilis, dan Tanggamus. Setiap galur ditanam pada petak berukuran 3 x 2.5 m. Jarak tanam 20 x 40 cm. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi produksi antar galur. Hal ini disebabkan oleh kondisi lahan yang tidak seragam. Galur KH 2, KH 3 dan KH 8 merupakan galur yang toleran terhadap lahan asam dibandingkan dengan kultivar Slamet dan memiliki ukuran biji yang cenderung lebih besar dibandingkan dengan Panderman. Ketiga galur ini adalah kandidat kultivar dengan produksi tinggi, toleran lahan asam dan berbiji besar. ABSTRACT ISNAN PRASETYO WIDODO. Productivity test of Nine Soybean Lines Resulted from Crossing between Slamet and Nokonsawon Cultivars on the Acid Land. Under Direction of SUHARSONO and MUHAMMAD JUSUF. The objective of this research was to test the productivity of nine lines of soybean on the acid land. This experiment used split-plot design with three replications. The main plot was liming treatment (ph 4.6-4.7 and ph 6.4-7.0). The sub-plot was nine lines of soybean (KH 2, KH 3, KH 4, KH 6, KH 8, KH 31, KH 55, KH 58 and KH 71) and four cultivars i.e Slamet, Panderman, Wilis and Tanggamus. Each cultivars was grown on plot size 3 x 2.5 m. Planting distance was 20 x 40 cm. The result of this experiment showed that there was a variance of productivity among lines of soybean. This variations caused by the variation of land conditions. KH 2, KH 3 and KH 8 lines were tolerant to acid land compared with Slamet and had bigger seeds than Panderman. Thes e three lines were candidate of cultivars with high productivity, tolerant to acid soil and have big seeds.

3 UJI ADAPTASI SEMBILAN GALUR HARAPAN KEDELAI HASIL PERSILANGAN KULTIVAR SLAMET DAN NOKONSAWON DI LAHAN ASAM JASINGA Oleh : Isnan Prasetyo Widodo G3436 Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di Departemen Biologi DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

4 Judul Nama NIM : Uji Adaptasi Sembilan Galur Harapan Kedelai Hasil Persilangan Kultivar Slamet dan Nokonsawon di Lahan Asam Jasinga : Isnan Prasetyo Widodo : G3436 Menyetujui : Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Suharsono, DEA Dr. Ir. Muhammad Jusuf NIP. 131664393 NIP. 130536687 Mengetahui : Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Tanggal Lulus : Dr. drh. Hasim, DEA NIP. 131578806

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 4 Februari 1984. Anak pertama dari lima bersaudara. Dari ayah Sumaryoto dan ibu Siti Halimatul Wardiyah. Tahun 2001 penulis lulus dari SMU Negeri 80 Jakarta dan diterima pada tahun yang sama di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selama perkuliahan, penulis pernah menjadi Asisten Praktikum Botani Umum tahun ajaran 2003/2004 dan Asisten Praktikum Genetika Dasar tahun ajaran 2004/2005. Penulis juga pernah melaksanakan Praktik Lapang di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta dengan judul Perawatan dan Pemeliharaan Burung Kakatua Jambul Kuning Besar (Cacatua galerita) di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta. Selama perkuliahan penulis juga pernah menjabat sebagai Kepala Biro Bina Anak Islam Terpadu, DKM Al-Ghifari IPB.

6 PRAKATA Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala karunia dari-nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul Uji Adaptasi Sembilan Galur Harapan Kedelai Terhadap Cekaman ph Rendah dan Aluminium Hasil Persilangan Kultivar Slamet Dengan Nokonsawon Di Jasinga. Penelitian ini dibiayai oleh Hibah Bersaing Ditjen Dikti, Depdiknas, dengan topik Perbaikan genetik kedelai untuk produksi tinggi dan daya adaptasi terhadap ph rendah atas nama Dr. Ir. Muhammad Jusuf. Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2005 sampai dengan Mei 2006. Penanaman dilakukan di lahan penduduk Jasinga Kabupaten Bogor. Pengolahan pasca-panen dilakukan di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Kampus IPB Darmaga. Terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Suharsono, DEA dan Bapak Dr. Ir. Muhammad Jusuf atas bimbingannya selama penyusunan karya ilmiah ini. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Pak Adi, Pak Mulya dan Pak Zaenal atas segenap bantuan dan kerjasamanya. Ungkapan terimakasih kepada Bapak, Ibu dan Adik-adikku, Arief, Avi, Fauziyah dan Roni atas segala dukungan dan doa. Terimakasih juga kepada rekan-rekan As-Syabab, Mbah, Amir, Ahong, Bekti, Angga, Trio, dan Reizky, rekan-rekan Biologi 38, Nana, Dian, Intan, Rika, Lulu, Hijrah dan WT atas dorongan semangat yang diberikan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Bogor, September 2008 Isnan Prasetyo Widodo

7 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL.. vii DAFTAR GAMBAR..... vii PENDAHULUAN..... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan 1 Waktu dan Tempat. 1 BAHAN DAN METODE. 1 Bahan Tanaman.. 1 Bahan dan Alat 1 Penanaman. 1 Pemeliharaan... 2 Pemanenan. 2 Pengamatan 2 Analisa Data. 2 HASIL... 3 Produksi Biji tiap Galur.... 3 Produksi Biji tiap Petak.. 3 Produksi Tanaman Sampel. 4 Reduksi Produksi 5 PEMBAHASAN 5 SIMPULAN... 6 SARAN... 6 DAFTAR PUSTAKA 6 LAMPIRAN... 7

8 DAFTAR TABEL Halaman 1 Produksi biji/petak dan koefisien keragaman. 3 2 Produksi biji tiap petak dan koefisien keragaman pada perlakuan kapur dan tidak dikapur... 3 3 Produksi biji tiap kelompok... 4 4 Produksi biji tiap tanaman dan ukuran biji...... 4 5 Produksi biji tiap tanaman pada perlakuan kapur dan tidak dikapur... 4 6 Reduksi produksi pada petak dan tanaman...... 5 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Deskripsi tanaman kedelai kultivar Slamet, Wilis, dan Tanggamus... 8 2 Hasil analisis tanah sebelum pengapuran 9 3 Hasil analisis tanah setelah pengapuran.. 9 4 Denah lahan 5 Analisis ragam produksi biji tiap petak 11 6 Analisis ragam produksi biji tiap petak pada lahan yang dikapur.. 11 7 Analisis ragam produksi biji tiap petak pada lahan yang tidak dikapur.. 11 8 Analisis ragam produksi biji tiap tanaman.. 11 9 Analisis ragam produksi biji tiap tanaman pada lahan yang dikapur.. 11 Analisis ragam produksi biji tiap tanaman pada lahan yang tidak dikapur.. 11 11 Produksi biji dan jumlah tanaman tiap petak 12 12 Data umur panen, tinggi tanaman, jumlah polong, buku subur, jumlah cabang, produksi dan ukuran biji tanaman sampel... 13

PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang sangat penting dan mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Produksi kedelai tahun 2007 sebesar 592 530 ton biji kering yang apabila dibandingkan dengan produksi tahun 2006, terjadi penurunan sebanyak 155 080 ton atau 20.74% (BPS 2008). Kebutuhan kedelai Indonesia sebesar 1 800 000-2 000 000 ton per tahun dan Indonesia mengimpor rata-rata 65% dari kebutuhan nasional (Kompas 2008). Usaha untuk meningkatkan produksi kedelai dapat dilakukan dengan memperluas areal pertanaman termasuk penggunaan lahan marjinal. Salah satu lahan marjinal yang sangat potensial di Indonesia ialah lahan asam yang mengandung kadar aluminium yang tinggi. Lahan marjinal yang memiliki luasan cukup besar di Indonesia adalah tanah podsolik merah kuning yang mempunyai ph rendah (4.2-5.0) dan kelarutan aluminium tinggi. Aluminium bersifat racun bagi tanaman karena dapat merusak perakaran dan menghambat pertumbuhan bintil akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada kisaran ph antara 5.8 7.0. Oleh sebab itu, untuk dapat memanfaatkan tanah asam dengan kelarutan aluminium yang tinggi diperlukan kultivar kedelai yang toleran terhadap keadaan tersebut. Untuk mendapatkan kultivar toleran asam dan aluminium, Paserang (2003) telah melakukan persilangan beberapa kultivar. Salah satu persilangan yang diharapkan dapat menghasilkan kultivar unggul adalah persilangan antara kultivar Slamet dan Nokonsawon (Suharsono et al. 2006). Kultivar Slamet merupakan kultivar unggul yang memiliki produksi tinggi (2.26 ton/ha), berukuran biji sedang (12.5 g/0 biji), dan toleran terhadap asam (Sunarto 1995). Sedangkan kultivar Nokonsawon merupakan kultivar introduksi dari Thailand memiliki biji berukuran besar (19.6 g/0 biji), mempunyai biji berwarna kuning bersih, tetapi berproduksi rendah (1.1-2 ton/ha) (Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian 1999). Dari persilangan ini diharapkan menghasilkan galur yang memiliki sifat unggul kedua tetuanya, yaitu toleran asam, produksi tinggi dan berbiji besar. Seleksi terhadap hasil persilangan ini telah dilakukan (Dasumiati 2003, Jambormias 2004, Suharsono et al. 2007). Pengujian terhadap 75 galur harapan pada tanaman generasi seleksi 5 (F7) telah menunjukkan bahwa galur-galur tersebut telah seragam secara genetik (Bastanta 2004, Herdiana 2005 & Santoso 2004). Pengujian galur-galur harapan terhadap cekaman ph rendah dan kandungan aluminium yang tinggi pada media cair berdasarkan pertumbuhan vegetatif menunjukkan bahwa galur KH 3, 31, 40, 44, dan 55 merupakan galur yang lebih toleran pada ph 4 + 1.6 mm Al (Sari 2005). Penelitian ini merupakan lanjutan dari uji adaptasi galur harapan yang dilakukan oleh Gunawan (2005) dan Atmaji (2005). Tujuan Penelitian ini bertujuan menguji daya adaptasi 9 galur harapan hasil persilangan kedelai kultivar Slamet dan Nokonsawon di tanah asam dengan kandungan aluminium yang tinggi. BAHAN DAN METODE Bahan Tanaman Bahan tanaman yang digunakan ialah 9 galur kedelai terpilih dari persilangan kultivar Slamet x Nokonsawon yaitu KH 2, 3, 4, 6, 8, 31, 55, 58, dan 71. Kedelai kultivar Slamet, Panderman, Wilis, dan Tanggamus digunakan sebagai pembanding (Lampiran 1). Kultivar Slamet merupakan pembanding terhadap karakter toleran terhadap ph rendah dan Aluminium. Panderman digunakan sebagai pembanding kultivar yang menghasilkan biji besar dan produksi tinggi. Tanggamus diginakan sebagai pembanding kultivar yang memiliki karakter toleran terhadap ph rendah. Wilis merupakan kultivar yang banyak digunakan dan disukai oleh petani di Indonesia. Penanaman Kedelai ditanam pada dua tanah yang berbeda tingkat keasamannya, yaitu ph asam (4.6-4.7) (Lampiran 2) dan ph netral (6.4-7.0) (Lampiran 3). Peningkatan ph tanah menjadi netral dilakukan melalui pemberian kapur, dan kelompok tanpa pengapuran menjadi ph asam. Pemberian kapur dilakukan dengan menaburkan kapur, kemudian diaduk dan diinkubasi selama lebih kurang 1 bulan. Dosis kapur yang diberikan berdasarkan rekomendasi dari Balai Penelitian Tanah Bogor. Setelah pengapuran ph tanah menjadi 6.4-7.0. Penelitian ini menggunakan Rancangan Percobaan Petak Terpisah (Split-Plot Design)

2 dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah ph tanah dan faktor kedua adalah galur tanaman. Setiap petak utama dibagi ke dalam tiga kelompok dan di dalam kelompok terdapat sembilan anak petak galur berukuran 3 x 2.5 m (Lampiran 4). Benih ditanam dalam lubang yang dibuat dengan tugal, dengan jarak tanam 40 x 20 cm dan setiap lubang ditanam 2 biji. Pemeliharaan Pemupukan diberikan dua tahap yaitu ketika penanaman dan penyiangan pertama. Dosis pupuk yang diberikan adalah 150 kg/ha urea, 0 kg/ha TSP dan 0 kg/ha KCl. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada 3 dan 7 minggu setelah tanam (MST). Pengendalian hama dilakukan dengan pemberian Furadan 3G pada lubang tanam ketika penanaman dan penyemprotan Thiodan dilakukan setiap minggu yang berlangsung dari 2 sampai dengan 8 MST. Pemanenan Pemanenan dilakukan ketika 90% polong sudah berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Pemanenan dilakukan dengan mencabut tanaman sampel kemudian dimasukkan ke dalam kantung kertas terpisah untuk setiap tanaman sampel. Tanaman yang tersisa pada setiap petak dimasukkan ke dalam karung terpisah untuk setiap petak. Kemudian, tanaman dijemur hingga polongnya pecah. Selanjutnya, biji - biji yang diperoleh ditampi dan dibersihkan. Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap tanaman sampel dan tanaman petak. Setiap petak diambil tanaman secara acak sebagai sampel. Karakter-karakter yang diamati pada tanaman sampel adalah tinggi tanaman (cm), umur panen (hari), jumlah buku subur, jumlah cabang, bobot 0 biji (g), jumlah polong, produksi biji per tanaman (g). Pada tanaman petakan, karakter yang diamati adalah produksi biji tiap petak (g) dan jumlah tanaman tiap petak. Keterangan : Y ijk : Nilai pengamatan pada kapur ke-i, kelompok ke-j dan galur ke-k. µ : Rataan umum K i : Pengaruh kapur ke-i β j : Pengaruh kelompok ke-j σ ij : Pengaruh komponen acak petak G k : Pengaruh galur ke-k (KG) ik : Pengaruh interaksi kapur ke-i dengan galur ke-k є ijk : Pengaruh acak pada kapur ke-i, kelompok ke-j dan galur ke-k. Dugaan produksi per hektar diperoleh dari : a. Produksi tiap Petak Produksi tiap petak dihitung dari jumlah produksi biji yang diperoleh dalam tiap petak. Dari hasil produksi tiap petak dapat dihitung produksi per ha dengan rumus : Produksi per hektar (P) P = Produksi per petak x 4 m 2 /ha Luas petakan b. Produksi rata-rata tanaman sampel : P = Produksi rataan tanaman sampel x N N = 250 000 (jumlah tanaman/ha dengan jarak tanam 40x20 cm) Reduksi Produksi Nilai reduksi produksi dihitung sebagai persentase reduksi yaitu perbandingan antara selisih rataan produksi pada petak dikapur dengan produksi petak tidak dikapur dibagi rataan produksi petak yang dikapur dikali 0%. Reduksi Produksi = PK PTK x 0% PK PK = Produksi di tanah yang dikapur PTK = Produksi di tanah yang tidak dikapur Analisa Data Data Produksi biji per tanaman dan produksi biji per petak dilakukan analisis keragamannya menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) Rancangan Percobaan Petak Terpisah (Split-Plot Design) dengan model linier sebagai berikut : Y ijk = µ + K i + β j + σ ij + G k + (KG) ik + є ijk.

3 HASIL Produksi biji tiap galur Produksi biji per petak Analisis ragam menunjukkan bahwa produksi biji antar kelompok, antar perlakuan pengapuran dan antar galur berbeda nyata. Analisis ragam juga menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pengapuran dan galur tidak berbeda nyata (Lampiran 5). Variasi produksi biji terjadi akibat keragaman pada petak yang ditunjukkan oleh nilai koefisien keragaman yang lebih besar dari 20% (Tabel 1). Secara umum Tanggamus mempunyai produksi paling tinggi. KH 3 dan KH 4 mempunyai produksi biji per petak yang tidak berbeda nyata dengan kultivar Slamet. Seluruh galur uji, kecuali KH 31 dan KH 2 Tabel 1 Produksi biji/petak dan koefisien keragaman Galur Harapan Produksi per Petak (g) Dugaan Produksi (ton/ha) Koefisien Keragaman (%) Tanggamus 732.17a 0.98 47.50 KH 3 643.17ab 0.86 38.42 KH 4 636.67ab 0.85 46.48 Slamet 623.17abc 0.83 54.02 KH 6 554.83abcd 0.74 28.73 KH 8 519.67abcde 0.69 54.88 KH 55 469.50bcde 0.63 35.29 Wilis 445.50bcdef 0.59 48.62 KH 71 432.83bcdef 0.58 61.83 KH 58 390.17cdef 0.52 79.44 Panderman 371.50def 0.50 35.43 KH 31 305.83ef 0.41 47.21 KH 2 229.67f 0.31 31.01 mempunyai nilai produksi biji yang cenderung lebih tinggi daripada kultivar Panderman (Tabel 1). Untuk mereduksi pengaruh keragaman petak pada data maka dilakukan pemisahan data antara petak yang dikapur dan petak yang tidak dikapur. Analisis ragam dari petak yang dikapur menunjukkan bahwa produksi biji antar kelompok tidak berbeda nyata sedangkan produksi biji antar galur berbeda nyata (Lampiran 6). Tanggamus berproduksi paling tinggi. KH 4, KH 3, KH 8, KH 71 dan KH 6 mempunyai produksi biji yang tidak berbeda nyata dengan kultivar Tanggamus dan Slamet. Seluruh galur yang di uji kecuali KH 31 dan KH 2 memilki produksi biji yang tidak berbeda nyata dengan kultivar Panderman dan produksi bijinya cenderung lebih tinggi daripada kultivar Panderman (Tabel 2). Analisis ragam pada petak yang tidak dikapur menunjukkan bahwa produksi biji antar kelompok berbeda nyata sedangkan produksi biji antar galur tidak berbeda nyata (Lampiran 7). KH 3 mempunyai produksi biji yang cenderung lebih tinggi daripada kultivar Tanggamus. Koefisien keragaman galur uji pada lahan yang dikapur berkisar antara 12-69% dan koefisien keragaman kultivar pembanding yang digunakan berkisar antara 6-29%. Sedangkan pada lahan yang tidak dikapur koefisien keragaman galur uji berkisar antara 11-69% dan koefisien keragaman kultivar pembanding berkisar antara 24-54% (Tabel 2). Analisis pengaruh tiap kelompok pada Tabel 2 Produksi biji tiap petak dan koefisien keragaman pada perlakuan kapur dan tidak dikapur Galur Harapan Produksi Biji/petak (g) Tidak dikapur Dugaan Produksi (ton/ha) Koefisien Keragaman (%) Galur Harapan Produksi Biji/petak (g) Kapur Dugaan Produksi (ton/ha) Koefisien Keragaman (%) KH 3 489a 0.65 23 Tanggamus 29.67a 1.37 8 KH 6 450.33ab 0.60 11 Slamet 953.33ab 1.27 6 Tanggamus 434.67ab 0.58 54 KH 4 842.33abc 1.12 27 KH 4 431ab 0.57 43 KH 3 797.33abcd 1.06 31 KH 8 371ab 0.49 50 KH 8 668.33abcd 0.89 43 KH 55 343.67ab 0.46 28 KH 71 662.67abcd 0.88 28 Panderman 299ab 0.40 28 KH 6 659.33abcd 0.88 24 Slamet 293ab 0.39 24 Wilis 608.33bcde 0.81 27 Wilis 282.67ab 0.38 39 KH 55 595.33bcde 0.63 19 KH 2 257ab 0.34 32 KH 58 562bcde 0.52 59 KH 58 218.33b 0.29 69 Panderman 444cde 0.50 29 KH 71 203b 0.27 17 KH 31 417de 0.41 12 KH 31 194.67b 0.26 61 KH 2 202.33e 0.27 19

4 petak yang dikapur menunjukkan bahwa produksi biji tertinggi terjadi pada kelompok ke-2 dengan nilai produksi sebesar 753.38 g per petak. Sedangkan produksi biji terendah terjadi pada kelompok ke-3 dengan nilai produksi sebesar 593.62 g per petak. Pada petak yang tidak dikapur, produksi biji tertinggi terdapat pada kelompok ke-2 dengan nilai produksi sebesar 409.96 g per petak. Sedangkan produksi biji terendah terdapat pada kelompok ke-3 dengan nilai produksi sebesar 229.77 g per petak (Tabel 3). Tabel 3 Produksi biji tiap kelompok Blok Produksi per petak (g) Kapur Dugaan produksi (ton/ha) Tidak dikapur Produksi per petak (g) Dugaan produksi (ton/ha) 1 601.15a 0.80 345.54a 0.46 2 753.38a 1.00 409.46a 0.55 3 593.62a 0.79 229.77b 0.31 Produksi tanaman sampel Analisis ragam produksi biji tiap tanaman sampel menunjukkan bahwa produksi biji antar kelompok, antar perlakuan pengapuran, antar galur serta interaksi antara pengapuran dan galur berbeda nyata terhadap produksi biji tiap tanaman (Lampiran 8). DMRT terhadap nilai tengah produksi biji tiap tanaman menunjukkan bahwa KH 58, KH 3, KH 8, KH 4, KH 6 dan KH 55 secara statistik tidak berbeda nyata dengan kultivar Panderman. Walaupum demikian KH 58, KH 3, dan KH 8 memiliki nilai produksi biji yang cenderung lebih tinggi daripada kultivar Panderman, yakni berturut-turut memiliki nilai produksi sebesar 5.32; 5.27; dan 5.03 g per tanaman dengan nilai dugaan produksinya berturut-turut sebesar 1.33; 1.32; dan 1.26 ton per ha. Kultivar Panderman sebagai pembanding memiliki produksi biji sebesar 4.61 g per tanaman dengan dugaan produksi biji sebesar 1.26 ton per ha. KH 2 pada uji yang sama memiliki nilai produksi biji yang berbeda nyata dan lebih tinggi daripada kultivar Panderman yaitu 6.47 g per tanaman atau 1.62 ton per ha. KH 2 juga memiliki produksi biji yang tidak berbeda nyata dengan kultivar Tanggamus dan Slamet. Walaupun tidak berbeda nyata, KH 2 memiliki produksi biji yang cenderung lebih tinggi daripada kultivar Tanggamus dan Slamet (Tabel 4). Nilai produksi biji pada kultivar Slamet dan Tanggamus berturut-turut sebesar 6.12 dan 5.52 g dengan dugaan nilai produksi sebesar 1.53 dan 1.40 ton per ha. Tabel 4. Produksi biji tiap tanaman dan ukuran biji Galur Harapan Produksi biji per tanaman (g) Dugaan produksi (ton/ha) Ukuran biji (g) KH 2 6.47a 1.62 16.79 Tanggamus 6.13ab 1.53 9.09 Slamet 5.52abc 1.40 9.64 KH 58 5.32abcd 1.33 14.28 KH 3 5.28abcd 1.32 16.24 KH 8 5.03bcde 1.26 15.26 KH 4 4.66cdef 1.17 15.69 Panderman 4.61cdef 1.26 16.01 KH 6 4.33cdef 1.08 14.96 KH 55 4.13def 1.03 15.53 Wilis 3.87ef 0.97 9.43 KH 71 3.83ef 0.96 14.74 KH 31 3.57f 0.89 15.46 Tabel 5. Produksi biji tiap tanaman pada perlakuan kapur dan tidak dikapur Kapur Tidak dikapur Produksi Produksi Galur Dugaan produksi Galur Dugaan produksi biji/tanaman biji/tanaman Harapan (ton/ha) Harapan (ton/ha) (g) (g) KH 2 9.49a 2.37 Panderman 3.93a 0.98 Slamet 8.57ab 2.14 Tanggamus 3.72a 0.93 Tanggamus 8.53ab 2.13 Wilis 3.61ab 0.90 KH 58 7.81ab 1.95 KH 2 3.46ab 0.86 KH 3 7.30abc 1.83 KH 3 3.25abc 0.81 KH 8 7.20abcd 1.80 KH 4 3.02abc 0.76 KH 6 6.43bcde 1.61 KH 55 2.92abc 0.73 KH 4 6.30bcde 1.57 KH 8 2.85abc 0.71 KH 71 5.36cde 1.34 KH 58 2.82abc 0.71 KH 55 5.34cde 1.34 Slamet 2.48bc 0.62 Panderman 5.30cde 1.32 KH 71 2.30c 0.58 KH 31 4.86de 1.22 KH 31 2.28c 0.57 Wilis 4.13e 1.03 KH 6 2.24c 0.56

5 DMRT terhadap nilai tengah produksi biji tiap tanaman pada petak yang dikapur menunjukkan bahwa KH 3, KH 8, KH 6, KH 4, KH 71 dan KH 55 memiliki nilai produksi biji yang tidak berbeda nyata dengan kultivar Panderman. Nilai produksi bijinya berturutturut sebesar 7.30; 7.20; 6.42 dan 6.30; 5.36 dan 5.34 g per tanaman. Dan nilai dugaan produksi biji berturut-turut sebesar 1.83; 1.80; 1.61;1.57; 1.34; 1.34 ton per ha. Kultivar Panderman memiliki nilai produksi biji sebesar 5.30 g per tanaman dan nilai dugaan produksi biji sebesar 1.33 ton per ha. KH 2 juga memiliki produksi biji yang berbeda nyata dengan Kultivar Slamet dan Tanggamus serta produksi bijinya lebih tinggi daripada Slamet dan Tanggamus. Pada petak yang tidak dikapur, dibandingkan dengan kultivar Panderman, Tanggamus dan Wilis, KH 2, KH 3, KH 4, KH 55, KH 8 dan KH 58 memiliki nilai produksi yang tidak berbeda nyata. Namun galur-galur uji tersebut nilai produksinya cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kultivar Panderman dan Tanggamus. Produksi biji tiap tanaman pada KH 2, KH 3, KH 4, KH 55, KH 8 dan KH 58 berturut-turut sebesar 3.46; 3.25; 3.02; 2.92; 2.85 dan 2.82 g per tanaman dengan nilai dugaan produksi sebesar 0.86; 0.81; 0.76; 0.73; 0.71 dan 0.71 ton per ha. Produksi tanaman sampel kultivar Panderman, Tanggamus dan Wilis berturutturut sebesar 3.39; 3.71 dan 3.61 g per tanaman dengan nilai dugaan produksi sebesar 0.98; 0.93 dan 0.90 ton per ha. Namun demikian, galur-galur tersebut mempunyai produksi biji yang cenderung lebih tinggi daripada kultivar Slamet (Tabel 5). Reduksi Produksi Umumnya galur yang diuji mengalami penurunan ketika ditanam di lahan yang tidak dikapur dibandingkan dengan lahan yang dikapur. KH 2 produksi biji tiap petaknya lebih tinggi pada lahan yang tidak dikapur sehingga nilai reduksi produksi biji pada petakannya bernilai negatif. Seluruh galur yang diuji memiliki nilai reduksi produksi biji yang lebih rendah daripada kultivar Slamet yang mempunyai nilai reduksi produksi sebesar 71% (Tabel 6). Karena galur-galur uji memiliki reduksi produksi yang lebih rendah daripada kultivar Slamet yang merupakan kultivar dengan karakter toleran terhadap tanah masam maka semua galur uji adalah toleran terhadap tanah asam. Tabel 6. Reduksi produksi pada petak dan tanaman Petak Tanaman Galur Harapan Reduksi (%) Galur Harapan Reduksi (%) KH 2-21 Wilis 13 KH 6 32 Panderman 26 Panderman 33 KH 55 45 KH 3 38 KH 4 52 KH 55 42 KH 31 53 KH 8 44 KH 3 55 KH 4 48 Tanggamus 56 KH 31 53 KH 71 57 Wilis 54 KH 8 60 Tanggamus 58 KH 2 64 KH 58 61 KH 58 64 KH 71 69 KH 6 65 Slamet 71 Slamet 71 PEMBAHASAN Analisis ragam menunjukkan bahwa produksi biji antar galur per petak tidak berbeda nyata secara statistik, walaupun nilai tengah produksi biji per petak bervariasi pada kisaran 229.67 hingga 732.17 g per petak. Tidak nyatanya perbedaan nilai tengah dimungkinkan oleh adanya keragaman antar petak dalam satu galur akibat ketidakseragaman kondisi lahan, karena pengolahan yang kurang intensif serta faktor alam seperti kemiringan lahan yang tidak merata. Adanya variasi produksi biji akibat ketidakseragaman lahan ini ditunjukkan oleh nilai koefisien keragaman yang bernilai lebih dari 20 pada tiap galur. Sedangkan nilai batas koefisien keragaman yang dapat diterima dalam pelepasan kultivar kacang-kacangan adalah kurang dari 20-25%. Pada penelitian ini kultivar pembanding yang seharusnya memiliki koefisien keragaman kurang dari 20% ternyata memiliki koefisien keragaman yang lebih dari 20%. Kultivar pembanding merupakan kultivar yang telah seragam secara genetik. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat keragaman dalam lingkungan tumbuh kultivar. Keragaman lingkungan tumbuh atau lahan penanaman dapat terjadi akibat perbedaan lapisan olah tanah, kemiringan lahan yang berbeda-beda yang dapat menyebabkan perbedaan tingkat kesuburan tanah yang berbeda-beda. Jumlah tanaman yang dipanen dari tiap petak juga bervariasi antara 61 sampai dengan 192 tanaman per petak (Lampiran 9). Variasi jumlah tanaman tiap petak ini mempengaruhi produksi biji secara keseluruhan. Hasil analisis kelompok menunjukkan bahwa produksi biji yang tinggi terdapat pada

6 kelompok ke-2 untuk petak dikapur dan tidak dikapur, dikarenakan kondisi fisik tanahnya yang lebih baik dengan kemiringan lahan yang lebih rendah daripada kelompok ke-1 dan ke-3. Kondisi seperti ini mengakibatkan unsur hara dari kelompok ke-1 dan ke-3 yang terbawa oleh aliran air hujan terakumulasi di kelompok ke-2. Hal ini meningkatkan kondisi kesuburan tanah kelompok ke-2 yang berpengaruh positif terhadap produksi biji. Kemiringan lahan ini juga mengakibatkan nilai produksi biji kelompok ke-1 dan ke-3 lebih rendah. Posisi lahan kelompok ke-1 dan ke-3 yang lebih tinggi mengakibatkan unsur hara mudah tercuci oleh aliran air hujan. Bahkan pada kelompok ke-3 yang memiliki nilai produksi terendah, daerah tepi luar petakannya ternaungi oleh pohon yang menghalangi cahaya matahari dan berpengaruh terhadap nilai produksinya. DMRT terhadap nilai tengah produksi biji tiap tanaman pada perlakuan kapur dan tidak dikapur, menunjukkan KH 2, KH 58, KH 3, KH 8 dan KH 4 cenderung memiliki potensi produksi yang lebih tinggi daripada kultivar Panderman tetapi, kecuali KH 2, galur-galur tersebut produksinya masih lebih rendah daripada Tanggamus dan Slamet. Pada petak yang dikapur potensi produksi yang lebih tinggi daripada kultivar Panderman ditunjukkan oleh KH 2, 58, 3, 8, 6, dan 4.Bahkan produksi biji KH 2 juga lebih tinggi daripada kultivar Slamet dan Tanggamus. Namun pada petak yang tidak dikapur, produksi biji tertinggi ditunjukkan oleh kultivar Panderman dan tidak ada galur yang memiliki nilai produksi yang lebih tinggi daripada kultivar Panderman. KH 2, 3, 4, 55, 8 dan 58 produksi bijinyanya cenderung lebih tinggi daripada Slamet. Kultivar Slamet pada lahan Jasinga pada penelitian ini mengalami penurunan produksi dibandingkan potensi produksinya. Kultivar Slamet memiliki potensi produksi 2.26 ton per ha. Pada penelitian ini produksi kultivar Slamet pada petak yang dikapur sebesar 2.14 ton per ha dan pada petak yang tidak dikapur produksinya sebesar 0.62 ton per ha. Penurunan produksi ini terjadi juga pada galur-galur lain yang diujikan. Menurut Bastanta dan Herdiana (2004) generasi F7 memiliki ukuran biji antara 13 hingga 14.8 g per 0 biji. Pada penelitian ini kesembilan galur memiliki ukuran biji berkisar antara 14.28 hingga 16.79 g per 0 biji. Ukuran biji kesembilan galur ini lebih besar daripada kultivar Tanggamus, Slamet dan Wilis yang memiliki ukuran biji 9.09; 9.64 dan 9.43 g per 0 biji pada penelitian ini. Sedangkan kultivar Panderman memiliki ukuran biji sebesar 16.01 g per 0 biji. Umumnya galur-galur yang diuji mengalami penurunan produksi ketika ditanam pada lahan yang tidak dikapur dibandingkan dengan lahan yang dikapur. Hal ini membuktikan bahwa kondisi lahan asam menyebabkan penurunan produksi. Kedelai dapat tumbuh optimal pada ph 5.5-6.5. Pengapuran pada lahan asam dilakukan untuk meningkatkan ph tanah dan memperbaiki sifat tanah sehingga berada pada kisaran optimal bagi pertumbuhan kedelai. Nilai reduksi produksi menunjukkan ketahanan galur terhadap kondisi ph tanah. Semakin tinggi persentasenya berarti galur tersebut semakin tidak toleran terhadap ph rendah. Sebaliknya, semakin rendah persentasenya berarti galur tersebut dapat beradaptasi baik terhadap ph rendah. Semua galur yang diuji memiliki persentase reduksi yang lebih rendah daripada kultivar Slamet. Hal ini menunjukkan bahwa galur tersebut lebih toleran terhadap kondisi ph rendah daripada kultivar Slamet. Berdasarkan pengamatan pada pertumbuhan vegetatif tanaman, KH 3, 31, 40, 44, 55 dan 38 adalah galur yang toleran terhadap ph rendah dan aluminium (Sari 2005). Pada penelitian ini KH 3 dan 55 juga menunjukkan sifat toleran terhadap ph rendah. Rendahnya ph tanah mengakibatkan penurunan suplai hara bagi tanaman. Akumulasi aluminium pada akar mengakibatkan kerusakan pada akar yang menjadikan proses penyerapan unsur hara menjadi terganggu sehingga terjadi penurunan produksi biji. Data umur panen, tinggi tanaman, jumlah polong, jumlah buku subur, jumlah cabang, produksi dan ukuran biji disajikan pada lampiran 12. SIMPULAN Adanya ketidakseragaman pada lahan mengakibatkan produksi biji sangat bervariasi. Seluruh galur yang diuji mengalami penurunan produksi pada lahan yang tidak dikapur dibandingkan dengan produksi pada lahan yang dikapur. Persentase reduksi produksi galur-galur yang diuji lebih rendah daripada persentase reduksi produksi kultivar Slamet. Hal ini menunjukkan galur-galur uji tersebut lebih toleran terhadap ph rendah dibandingkan dengan kultivar Slamet. KH 2, KH 3 dan KH 8 memiliki produksi biji yang cenderung lebih tinggi daripada kultivar

7 Panderman dan lebih toleran terhadap ph rendah daripada kultivar Slamet. Sehingga galur tersebut menjadi kandidat kultivar dengan karakter biji besar, produksi tinggi dan toleran ph rendah. SARAN Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan pada lahan yang datar, tanpa naungan serta pengolahan lahan yang lebih baik sehingga diperoleh keseragaman lingkungan tumbuh. DAFTAR PUSTAKA Atmaji BP. 2005. Uji daya hasil delapan galur harapan kedelai hasil persilangan kultivar Slamet dengan Nokonsawon [skripsi]. Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Press Releases Production of Paddy Maize And Soybeans, 2007. http://www.bps.go.id/ Releases/Production_of_Paddy_Maiz e_and_soybeans/bahasa Indonesia/ [1 Februari 2008] Bastanta ES. 2004. Seleksi dan uji kemantapan genetik galur-galur kedelai generasi S5 (F7) hasil persilangan Slamet X Nokonsawon [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengutahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. [Balitkabi] Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan dan Umbi-umbian. 1999. Kultivar Unggul Tanaman Pangan Departemen Pertanian. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan dan Umbi-umbian. Dasumiati. 2003. Seleksi peningkatan produksi biji kedelai dari generasi seleksi 1 (F3) dan seleksi 2 (F4) hasil persilangan varietas Slamet dan Nokonsawon [tesis]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor Gunawan IMY. 2005. Uji daya hasil delapan galur harapan kedelai hasil persilangan kultivar Slamet dengan Nokonsawon [skripsi]. Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Herdiana Y. 2005. Uji kemantapan genetik galur-galur kedelai generasi S5 (F7) hasil persilangan Slamet X Nokonsawon [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengutahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Jambormias E. 2004. Seleksi produksi biji dan ukuran biji kedelai (Glycine max L. Merril) generasi seleksi F5 dan F6 persilangan varietas Slamet dan Nokonsawon (dengan pendekatan kuantitatif) [tesis]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Kompas. 15 Januari 2008. Pemerintah Harus Impor Kedelai. http://www.kompas.co.id/read.php?c nt=.xml.2008.01.15.18468&chann el=1&mn=1&idx=17 [15 Januari 2008]. Paserang AP. 2003. Seleksi untuk peningkatan produksi kedelai dari generasi F2 hasil persilangan beberapa kultivar dan galur [tesis]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Santoso P. 2004. Seleksi dan uji kemantapan genetik galur-galur kedelai generasi S5 (F7) hasil persilangan Slamet x Nokonsawon [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Sari DL. 2005. Uji daya adaptasi kedelai terhadap cekaman ph rendah dan aluminium galur-galur harapan (F8) hasil seleksi dari turunan persilangan kultivar Slamet x Nokonsawon [skripsi]. Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Suharsono, Jusuf M, Paserang AP. 2006. Analisis ragam, heritabilitas dan pendugaan seleksi populasi F2 dari persilangan kultivar Slamet dan Nokonsawon. J Tanaman Tropika 9(2) : 86-94. Suharsono, Jusuf M, Dasumiati. 2007. Analisis ragam dan seleksi populasi F3 dari persilangan kultivar Slamet dan Nokonsawon. J Tanaman Tropika (1) : 21-29. Sunarto. 1995. Pemuliaan kedelai untuk toleran terhadap tanah masam dan keracunan AL. J Industri dan Pangan. Vol. 4(1): 98-99.

8 Lampiran 1 Deskripsi tanaman kedelai kultivar Slamet, Wilis, dan Tanggamus No Karakter Slamet 1 Wilis 2 Tanggamus 1 Asal Dempo x Wilis Orba x No. 1682 Kerinci x No 3911 2 Warna hipokotil Ungu Ungu Ungu 3 Warna epikotil Ungu Ungu Hijau 4 Warna daun Hijau Hijau tua Hijau 5 Warna biji Kuning Kuning Kuning 6 Warna bunga Ungu Ungu Ungu 7 Warna bulu Coklat Coklat tua Coklat 8 Tipe tumbuh Determinat Determinat Determinat 9 Tinggi tanaman 65 cm 50 cm 67 cm Umur berbunga 37 hari 39 hari 35 hari 11 Umur polong masak 87 hari 85-90 hari 88 hari 12 Kerebahan Tahan rebah Tahan rebah Tahan rebah 13 Bobot 0 biji 12.5 g g 11 g 14 Kandungan protein 34% 37% 44.5% 15 Kandungan lemak 15% 18% 12.9% 16 Rata-rata hasil 2.26 ton/ha 1.6 ton/ha 1.22 ton/ha 1 Suhartina 2002; 2 Balitkabi 1999

9 Lampiran 2 Hasil analisis tanah sebelum pengapuran (Balai Penelitian Tanah, 2005) Nomor Contoh Ekstrak 1:5 Terhadap contoh kering 5 0 C Urut Pengirim ph KCl 1 N Kebutuhan Kapur (CaCO 3 ) H 2 O KCl Al 3+ H + ph 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 Cmol+/kg Kw/ha 1 I 4.6 3.9 2.91 0.56-4.80 12.89 22.02 32.18 43.38 2 II 4.5 3.9 2.93 0.39-2.34 8.83 18.42 31.12 46.92 3 III 4.4 3.8 4.76 0.74 0.87 4.26 13.45 26.25 42.67 62.70 4 IV 4.5 3.9 2. 0.28-2.82 8.09 15.21 24.17 34.98 Lampiran 3 Hasil analisis tanah setelah pengapuran (Balai Penelitian Tanah, 2006) Nomor Contoh Seri No Ekstrak 1:5 Terhadap contoh kering 5 0 C Urut Pengirim 11 ph KCl 1N H 2 O KCl Al 3+ H + 1 U1K 1 6.4 5.4 0.00 0.14 2 U2K 2 7.0 6.3 0.00 0.20 3 U3K 3 6.5 4.0 1.55 0.30 4 U1N 4 4.6 5.2 0.04 0.23 5 U2N 5 4.6 4.0 1.92 0.32 6 U3N 6 4.7 5.3 0.00 0.08

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 TG 40 SL 55 71 31 40 NS 28 71 KAPUR 42 35 38 4 6 WL 3 35 38 6 8 WL 38* TG* 58* WL* 11* 8* 9* 42* 2 PD 9 58 NS 28 11 SL TG PD 42 41 44 LM 3 PD 55 31 40 11 44 3 31 LM 8 58 9 4 2 LM 55 NS 4 SL 71 35 28 2 6 9 35 38 71 PD 3 71 NS WL 6 8 28 LM SL 55 58 WL 6 8 PD Lampiran 4 Denah lahan ALAMI 35 44 40 42 TG 8 4 LM 31 9 SL NS 4 2 3 40 9 11 71 LM 2 SL 31 6 NS 35 38 11 3 55 44 28* 42* 44* 31* * 38* 35* TG* 55 4 58 28 WL PD 40 TG 58 2 42 * = petak ternaungi

11 Lampiran 5 Analisis ragam produksi biji tiap petak Sumber keragaman db JK KT F-hitung P-hitung Kelompok 2 383849.718 191924.859 5.895 0.005 Pengapuran (P) 1 20904.821 20904.821 61.763 0.000 Galur (G) 12 1546697.154 128891.429 3.959 0.000 Pengapuran * Galur (P*G) 12 627082.846 52256.904 1.605 0.121 Galat 50 1627916.949 32558.339 Total 77 6196451.48 Lampiran 6 Analisis ragam produksi biji tiap petak pada lahan yang dikapur Sumber keragaman db JK KT F-hitung P-hitung Kelompok 2 211281.4 5640.7 2.242 0.128 Galur 12 18155 151258.7 3.211 0.007 Galat 24 1130659 471.8 Total 38 3157045 Lampiran 7 Analisis ragam produksi biji tiap petak pada lahan yang tidak dikapur Sumber keragaman db JK KT F-hitung P-hitung Kelompok 2 215704.7 7852.3 5.7 0.009 Galur 12 358675.4 29889.62 1.58 0.164 Galat 24 454121.3 18921.72 Total 38 28501 Lampiran 8 Analisis ragam produksi biji tiap tanaman Sumber keragaman db JK KT F-hitung P-hitung Kelompok 2 498.47 249.235 24.614 0.000 Pengapuran (P) 1 2629.262 2629.262 259.664 0.000 Galur (G) 12 578.736 48.228 4.763 0.000 Pengapuran * Galur (P*G) 12 507.551 42.296 4.177 0.000 Galat 752 7614.47.126 Total 779 11828.49 Lampiran 9 Analisis ragam produksi biji tiap tanaman pada lahan yang dikapur Sumber keragaman db JK KT F-hitung P-hitung Kelompok 2 243.881 121.940 7.519 0.001 Galur 12 967.993 80.666 4.974 0.000 Galat 375 6081.857 16.218 Total 389 7293.730 Lampiran Analisis ragam produksi biji tiap tanaman pada lahan yang tidak dikapur Sumber keragaman db JK KT F-hitung P-hitung Kelompok 2 396.116 198.058 53.391 0.000 Galur 12 118.294 9.858 2.657 0.002 Galat 375 1391.087 3.7 Total 389 1905.497

12 Lampiran 11 Produksi biji dan jumlah tanaman tiap petak Tidak dikapur Galur Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Harapan Jumlah Tanaman Produksi Biji (g) Jumlah Tanaman Produksi Biji (g) Jumlah Tanaman Produksi Biji (g) KH 2 80 264 97 357 89 150 KH 3 163 649 97 388 143 430 KH 4 168 175 129 627 130 491 KH 6 129 522 132 409 4 420 KH 8 130 601 82 372 1 140 KH 31 81 112 77 364 86 8 KH 55 70 352 92 458 118 221 KH 58 66 1 86 433 61 112 KH 71 122 154 116 225 119 230 Slamet 168 366 152 316 172 197 Wilis 188 322 164 394 156 132 Panderman 186 223 192 420 124 254 Tanggamus 182 642 178 560 160 2 Kapur Galur Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Harapan Jumlah Tanaman Produksi Biji (g) Jumlah Tanaman Produksi Biji (g) Jumlah Tanaman Produksi Biji (g) KH 2 117 164 121 255 70 188 KH 3 135 573 9 1143 125 676 KH 4 133 516 149 959 153 52 KH 6 81 796 4 751 66 431 KH 8 132 21 125 669 125 315 KH 31 1 354 94 417 82 480 KH 55 150 594 133 740 121 452 KH 58 93 336 96 31 78 319 KH 71 158 396 136 761 125 831 Slamet 186 34 188 891 144 935 Wilis 166 845 174 460 144 520 Panderman 170 283 128 599 138 450 Tanggamus 190 903 166 1118 154 68

13 Lampiran 12 Data Umur panen, tinggi tanaman, jumlah polong, buku subur, jumlah cabang, produksi dan ukuran biji tanaman sampel Tanaman sampel kelompok 1 Galur Perlakuan No UP TT JP BS JC PB UK KH 2 kapur 1 73 33 16 4 4.55 2 43 8 5 0 0.79 3 83 57 24 5 7.11 4 82 40 20 4 5.72 5 66 20 12 3 3.07 3 6 79 28 13 3 2.93 15.64 7 2 39 21 3 5.87 8 70 33 18 4 4.69 9 91 31 15 3 2.92 82 49 23 4 4.75 Rata-rata 77.1 33.8 16.7 3.3 4.24 alami 1 53 40 20 2 4.13 2 42 11 7 0 1.93 3 64 31 17 2 3.42 4 52 24 14 2 2.74 5 53 28 14 1 2.67 3 6 62 31 17 2 1.51 13.88 7 51 19 8 2 2.40 8 50 27 11 1 0.76 9 63 46 22 3 4.83 55 11 6 1 3.77 Rata-rata 54.5 26.8 16.7 3.3 2.82 KH 3 kapur 1 61 21 15 3 2.28 2 56 21 13 2 1.82 3 57 14 9 2 2.59 4 85 34 26 7 7.78 5 82 35 21 4 7.22 96 6 64 33 16 3 4.89 7 1 39 20 5 9.50 8 83 24 14 2 5.80 9 61 23 13 2 3.35 69 23 1 4.61 Rata-rata 71.9 26.7 13.6 1.6 4.98 alami 1 62 22 11 3 4.50 2 73 52 25 3 8.82 3 74 16 9 3 3.08 4 52 8 8 1 2.70 5 82 31 17 2 5.56 0 6 76 21 14 3 6.40 7 66 12 7 1 2.78 8 54 12 8 1 2.67 9 53 8 6 1 2.17 74 17 2 1.87 Rata-rata 66.6 19.9 15.7 3.1 4.06 KH 4 kapur 1 96 74 32 16 3 4.83 2 80 41 19 3 7.84 15.64 16.82 16.6

14 3 82 56 25 4 8.87 4 65 33 16 4 4.47 5 55 17 11 2 3.05 6 67 33 17 3 6.28 7 62 29 14 4 5.86 8 65 41 23 4 5.36 9 58 17 12 1 2.47 69 33 16 3 5.30 Rata-rata 67.7 33.2 16.9 3.1 5.43 alami 1 54 18 11 1 0.88 2 59 15 8 2 1. 3 46 16 8 1 0.68 4 50 11 6 0 0.80 5 40 4 0 1.01 0 6 60 29 13 3 1.78 7 51 13 7 0 0.78 8 49 8 6 0 0.58 9 55 6 4 0 0.54 61 14 12 2 1.58 Rata-rata 52.5 14 7.9 0.9 0.97 KH 6 kapur 1 71 25 11 0 5.20 2 74 47 18 3 9.38 3 93 43 19 3 11.82 4 88 45 20 3 9.97 5 53 47 21 4 5.85 93 6 59 39 15 1 5.04 7 82 52 25 3 6.43 8 92 53 19 4 12.26 9 42 34 18 3 6.40 66 25 13 2 4.59 Rata-rata 72 41 17.9 2.6 7.69 alami 1 77 27 12 2 3.48 2 74 19 12 2 1.80 3 55 13 7 2 2.24 4 58 20 9 0 1.01 5 80 27 0 1.70 0 6 67 19 9 0 2.94 7 83 32 14 2 5.65 8 81 26 11 1 3.64 9 78 37 13 1 3.72 53 20 8 1 2.79 Rata-rata 70.6 24.5 1.1 2.90 KH 8 kapur 1 96 2 64 31 4 16.63 2 2 50 22 3 14.37 3 84 54 20 4 11.50 4 5 59 21 2 14.15 5 96 46 18 2 11.43 6 82 26 16 1 6.71 7 88 43 18 2.16 8 79 29 23 4.96.38 14.91 17.26 15.48

15 9 78 28 12 1 8.44 87 41 22 3.34 Rata-rata 90.3 44 20.3 2.6 11.47 alami 1 62 20 1 3.52 2 81 37 20 2 5.77 3 77 27 15 3 4.87 4 62 18 12 1 2.89 5 73 20 12 2 3.35 96 6 80 26 12 0 4.02 7 74 40 21 2 6.57 8 73 32 19 2 7.02 9 65 20 12 2 2.82 62 22 14 2 4.41 Rata-rata 70.9 26.2 14.7 1.7 4.52 KH 31 kapur 1 56 48 26 3 6.01 2 57 56 26 4 7.06 3 43 15 2 1.60 4 45 30 19 4 3.64 5 48 22 16 4 3.29 89 6 54 37 17 3 3.81 7 45 16 19 3 1.50 8 52 61 28 3 6.35 9 43 21 16 3 4.69 38 17 11 2 2.22 Rata-rata 48.1 32.3 18.8 3.1 4.02 alami 1 43 30 14 3 2.31 2 50 23 13 2 1.42 3 42 15 1 0.53 4 41 25 12 2 2.28 5 38 15 9 1 1.26 3 6 44 26 14 3 1.35 7 47 17 0 1.20 8 46 21 11 2 1.02 9 42 26 11 2 1.52 47 24 12 0 1.49 Rata-rata 44 22.2 11.6 1.6 1.44 KH 55 kapur 1 2 63 25 6 9.07 2 85 43 15 3 3.74 3 98 27 11 0 5.60 4 89 45 21 4 7.90 5 98 73 31 7 11.32 96 6 95 38 12 0 1.79 7 2 41 15 2 4.98 8 94 39 12 2 3.44 9 94 41 17 3 5.58 79 44 19 4 7.49 Rata-rata 93.6 45.4 17.8 3.1 6.09 alami 1 0 52 12 7 2 1.95 2 49 15 8 0 3.73 3 39 14 7 0 2.50 14.9 15.84 14.62 17.97 17.21

16 4 44 14 7 0 3.35 5 55 26 14 2 5.15 6 48 17 8 0 2.60 7 50 13 8 1 3.03 8 49 7 7 0 2.67 9 41 13 7 2 2.29 52 11 8 1 2.50 Rata-rata 47.9 14.2 8.1 0.8 2.98 KH 58 kapur 1 56 31 16 2 1.72 2 78 76 32 4 8.46 3 52 26 15 2 2.52 4 60 28 17 2 4.80 5 63 44 23 3 3.80 89 6 70 55 17 0 5.35 7 80 62 28 3 9.79 8 51 50 24 2 4.12 9 60 50 22 2 5.12 62 48 21 2 6.52 Rata-rata 63.2 47 21.5 2.2 5.22 alami 1 72 50 17 2 1.84 2 56 39 13 0 1.20 3 63 33 11 0 1.27 4 70 40 12 0 1.26 5 57 25 11 0 0.65 3 6 70 40 15 0 1.56 7 60 17 8 0 1.52 8 52 18 11 0 0.90 9 47 23 9 0 1.04 63 22 9 0 0.83 Rata-rata 61 30.7 11.6 0.2 1.21 KH 71 kapur 1 80 34 2 6.83 2 62 20 1 3.74 3 80 35 12 2 7.18 4 53 17 9 1 1.91 5 65 37 18 5 5.44 89 6 83 51 22 4.64 7 84 39 19 4 8.69 8 49 27 12 2 3.26 9 76 30 14 2 5.98 64 24 11 1 2.91 Rata-rata 69.6 31.4 13.7 2.4 5.66 alami 1 3 24 7 5 0 0.99 2 32 8 6 0 1.09 3 26 6 5 0 0.97 4 51 24 11 0 3.68 5 23 5 5 0 0.59 6 23 11 7 0 1.21 7 21 6 4 0 1.14 8 38 11 7 1 1.61 9 44 15 11 2 1.94 13.61 9.88 17.33 13.65

17 22 8 6 0 1.02 Rata-rata 30.4.1 6.7 0.3 1.42 Slamet kapur 1 96 28 16 2 4.91 2 87 29 15 3 6.71 3 86 48 19 3 9.92 4 91 48 18 4 12.35 5 71 38 15 3 5.38 3 6 97 47 22 3 9.35 7 90 30 11 4 6.44 8 68 27 11 3 6.65 9 69 33 17 4 5.43 76 26 14 3 4.16 Rata-rata 83.1 35.4 15.8 3.2 7.13 alami 1 38 18 9 0 0.83 2 59 23 11 2 2.88 3 59 31 14 3 3.33 4 49 20 11 1 1.94 5 58 26 12 3 3.15 3 6 57 21 11 1 2.81 7 53 23 1 1.73 8 66 32 14 3 2.75 9 34 18 9 0 1.14 32 17 7 0 1.64 Rata-rata 50.5 22.9.8 1.4 18.46 Wilis kapur 1 53 47 22 3 3.41 2 49 38 21 3 4.31 3 56 46 23 3 4.35 4 64 49 27 5 5.11 5 41 38 22 3 4.12 0 6 47 39 23 2 5.25 7 49 42 22 3 4.16 8 57 43 26 2 6.11 9 54 44 24 2 6.11 61 47 26 2 3.15 Rata-rata 53.1 43.3 23.6 2.8 4.61 alami 1 46 28 19 2 2.07 2 40 25 11 2 3.08 3 45 40 19 3 5.73 4 58 41 20 3 6.04 5 80 60 29 5 11.44 3 6 79 29 11 3 5.15 7 58 40 19 3 7.22 8 51 20 12 3 3.21 9 53 41 17 2 6.32 74 43 20 4 9.65 Rata-rata 58.4 36.7 17.7 3 5.99 Panderman kapur 1 3 43 38 19 3 4.61 2 61 37 18 3 3.79 3 53 40 21 3 5.21.43 9.32 9.61 9.21 17.71

18 4 58 36 19 3 3.11 5 64 23 11 2 1.21 6 49 26 12 3 3.34 7 49 23 11 2 3.96 8 34 11 7 0 2.27 9 42 15 9 2 2.38 35 11 6 0 1.86 Rata-rata 48.8 26 13.3 2.1 3.17 alami 1 74 57 23 5 7.86 2 57 34 16 2 7.25 3 59 53 24 6.48 4 29 8 7 0 1.41 5 44 18 9 0 4.35 3 6 41 14 8 1 3.14 7 42 21 9 2 4.51 8 34 7 0 2.03 9 42 32 11 2 7.54 43 29 12 2 6.15 Rata-rata 46.5 27.6 12.6 2 5.47 Tanggamus kapur 1 67 30 11 1 4.48 2 53 43 25 3 5.74 3 60 26 13 2 3.56 4 54 39 19 2 5.13 5 83 46 17 2 6.32 3 6 82 57 21 3 7.86 7 78 32 18 2 5.82 8 87 35 19 2 6.91 9 91 41 21 1 9.51 3 42 29 4 7.04 Rata-rata 65.8 39.1 19.3 2.2 6.24 alami 1 58 31 20 2 4.27 2 62 43 24 2 5.72 3 59 21 16 2 3.53 4 56 29 22 4 6.44 5 52 24 15 4 3.05 0 6 63 44 31 4.78 7 58 33 21 3 5.77 8 58 21 12 1 3.37 9 49 26 19 4 5.22 56 31 23 3 5.77 Rata-rata 57.1 30.3 20.3 2.9 5.39 18.51 11.1 7.9 Keterangan UP = Umur Panen (hari) JC = Jumlah Cabang TT = Tinggi Tanaman (cm) PB = Produksi Biji (g) JP = Jumlah Polong UK = Ukuran Biji (g/0 biji) BS = Buku Subur

19 Tanaman sampel kelompok 2 Galur Perlakuan No UP TT JP BS JC PB UK KH 2 kapur 1 7 61 32 61 18.04 2 136 0 38 0 25. 3 95 68 33 68 14.59 4 115 6 52 6 28.12 5 140 112 43 112 33.49 3 6 131 78 37 78 12.36 21.99 7 3 51 24 51 9.84 8 134 87 33 87 22.23 9 128 82 33 82 21.43 123 51 27 51 14.21 Rata-rata 121.2 79.6 35.2 79.6 19.94 alami 1 83 29 15 29 7.06 2 87 20 20 5.33 3 81 31 14 31 3.66 4 79 86 39 86 13.89 5 87 42 23 42 3.36 3 6 74 67 25 67 4.50 16.38 7 69 28 14 28 6.08 8 97 35 18 35 4.12 9 71 50 20 50 3.09 3 60 26 60 6.23 Rata-rata 83.1 44.8 20.4 44.8 5.73 KH 3 kapur 1 93 49 27 49 8.98 2 111 53 25 53 8.32 3 72 26 11 26 3.69 4 76 25 15 25 3.66 5 77 26 11 26 2.23 3 6 94 34 20 34 7.28 7 95 37 19 37 8.96 8 2 29 17 29 8.04 9 82 46 22 46 9.72 89 31 19 31 7.14 Rata-rata 89.1 35.6 18.6 35.6 6.80 alami 1 97 14 14 2.88 2 86 42 25 42 7.19 3 58 19 19 2.89 4 91 35 19 35 7.45 5 87 36 18 36 6.07 3 6 74 18 11 18 3.53 7 63 15 8 15 2.74 8 97 47 28 47 7.99 9 62 9 4 9 2.56 78 27 15 27 5.36 Rata-rata 79.3 26.2 14.8 26.2 4.86 KH 4 kapur 1 0 82 27 15 27 3.18 2 94 54 29 54 5.84 3 89 48 24 48 4.57 4 69 16 11 16 2.21 18.85 15.35 19.27

20 5 9 25 17 25 4.82 6 73 22 17 22 2.38 7 72 24 13 24 2.40 8 67 25 18 25 3.52 9 64 24 14 24 2.82 40 13 8 13 1.64 Rata-rata 75.9 27.8 16.6 27.8 3.33 alami 1 64 16 9 16 3.03 2 86 29 23 29 6.44 3 66 15 15 2.64 4 77 22 15 22 4.07 5 68 20 11 20 3.41 0 6 63 15 15 2.33 7 92 30 20 30 3.94 8 67 19 13 19 2.98 9 91 38 21 38 7.86 60 13 9 13 2.77 Rata-rata 73.4 21.7 14.1 21.7 3.94 KH 6 kapur 1 81 54 30 54 11.03 2 80 57 17 57 8.45 3 77 43 15 43 7.55 4 74 41 19 41 7.48 5 67 38 15 38 6.74 93 6 98 26 23 26 8.00 7 88 56 20 56.20 8 71 46 16 46 6.31 9 82 36 18 36 6.02 83 37 19 37 7.09 Rata-rata 80.1 43.4 19.2 43.4 7.88 alami 1 54 39 9 39 3.82 2 61 13 13 2.15 3 71 21 17 21 3.39 4 60 20 13 20 1.57 5 64 19 8 19 2.76 0 6 65 23 12 23 1.70 7 77 18 11 18 3.11 8 54 6 6 6 0.68 9 57 11 11 1.17 54 8 2.11 Rata-rata 61.7 18.4 18 2.24 KH 8 kapur 1 77 19 19 4.49 2 75 32 20 32 6.63 3 78 54 21 54 9.60 4 87 42 18 42 7.01 5 73 17 17 3.72 93 6 70 40 21 40 6.36 7 74 27 14 27 5.12 8 89 21 11 21 4.17 9 88 52 21 52 6.75 73 31 16 31 6.21 15.06 13.98 13.66 16.31

21 Rata-rata 78.4 33.5 16.2 33.5 6.00 alami 1 40 7 2.15 2 56 21 21 2.30 3 71 39 24 39 6.65 4 46 36 19 36 2.86 5 48 23 15 23 1.89 0 6 57 19 12 19 1.90 7 55 12 12 1.25 8 57 28 17 28 2.97 9 31 5 4 5 0.90 22 5 5 5 0.76 Rata-rata 48.3 19.8 12.3 19.8 2.36 KH 31 kapur 1 69 43 16 43 4.18 2 92 137 51 137 21.40 3 75 24 11 24 1.86 4 83 38 21 38 4.53 5 74 72 33 72 11.98 0 6 72 48 24 48 8.86 7 79 84 37 84 9.30 8 74 23 8 23 1.17 9 86 65 29 65 7.83 73 32 14 32 6.20 Rata-rata 77.7 56.6 24.4 56.6 7.73 alami 1 62 25 19 25 5.15 2 72 40 23 40 6.92 3 36 12 8 12 2.25 4 62 13 13 2.02 5 58 17 13 17 4.25 96 6 49 14 13 14 2.35 7 68 27 17 27 5.09 8 50 17 15 17 2.92 9 79 61 30 61 9.59 65 47 21 47 5.73 Rata-rata 60.1 27.3 16.9 27.3 4.62 KH 55 kapur 1 89 35 17 35 3.60 2 2 62 31 62 11.80 3 70 13 9 13 1.61 4 78 35 16 35 4.68 5 57 22 12 22 1.43 96 6 64 40 17 40 3.29 7 97 83 33 83 15.14 8 66 38 17 38 3.84 9 80 80 35 80 8.13 92 54 18 54 8.15 Rata-rata 79.5 46.2 20.5 46.2 6.16 alami 1 0 75 19 19 2.13 2 56 16 11 16 2.82 3 77 34 17 34 3.80 4 93 34 12 34 5.26 5 86 26 19 26 5.26 15.04 18.73 13.01 15.51 13.99

22 6 1 26 15 26 4.85 7 92 31 19 31 5.56 8 80 36 20 36 4.65 9 0 33 19 33 5.75 4 34 15 34 4.51 Rata-rata 86.4 28.9 15.7 28.9 4.45 KH 58 kapur 1 96 54 25 54 12.46 2 86 34 18 34 8.59 3 91 55 20 55 13.36 4 94 48 16 48 5.52 5 2 64 27 64 16.46 0 6 82 46 22 46 6.20 7 74 61 23 61 12.33 8 81 55 23 55 7.29 9 92 55 23 55 12.58 90 4 25 4 13.00 Rata-rata 88.8 57.6 22.2 57.6.77 alami 1 97 34 18 34 4.53 2 45 5 5 1.48 3 94 48 18 48 7.30 4 88 39 19 39 4.18 5 76 34 17 34 2.37 3 6 97 31 14 31 4.70 7 74 46 21 46 4.37 8 75 51 22 51 5.15 9 87 50 23 50 9.50 94 43 18 43 8.69 Rata-rata 82.7 38.1 18 38.1 5.22 KH 71 kapur 1 91 42 16 42 6.54 2 9 65 28 65 6.87 3 82 25 11 25 3.41 4 70 13 9 13 2.35 5 74 30 14 30 4.20 96 6 59 38 19 38 4.51 7 76 36 14 36 4.93 8 58 34 18 34 4.16 9 92 19 9 19 3.03 57 32 14 32 3.35 Rata-rata 76.8 33.4 15.2 33.4 4.33 alami 1 60 18 11 18 3.78 2 74 28 15 28 5.55 3 75 24 12 24 3.56 4 58 23 9 23 2.20 5 78 48 23 48 7.14 89 6 67 21 12 21 3.78 7 77 30 20 30 5.85 8 57 27 15 27 4.48 9 66 12 9 12 1.04 62 16 16 2.93 Rata-rata 67.4 24.7 13.6 24.7 4.03 18.13 13.23 15.46 14.44

23 Slamet kapur 1 94 36 19 3 6.09 2 82 30 11 2 4.75 3 0 42 16 4.76 4 94 41 19 4 8.07 5 95 44 20 4 6.71 3 6 94 36 19 2 4.06 7 64 31 11 3 6.79 8 3 46 20 3.04 9 97 42 19 4 6.49 94 44 21 3 6.11 Rata-rata 91.7 39.2 17.5 3.2 6.98 alami 1 52 27 13 1 2.58 2 72 21 15 1 3.13 3 63 38 13 1 5.03 4 58 13 6 0 1.59 5 60 14 0 2.49 0 6 64 18 3 1.88 7 41 16 8 0 0.86 8 59 15 8 0 1.53 9 62 17 12 2 1.95 62 11 9 1 1.01 Rata-rata 59.3 19.4 0.9 2.20 Wilis kapur 1 56 31 21 0 3.65 2 63 36 19 3 4.01 3 63 36 20 3 4.02 4 59 34 19 2 3.74 5 61 31 18 1 3.06 0 6 70 28 13 1 3.01 7 61 29 1 2.96 8 63 33 11 2 2.98 9 64 36 19 3 3.71 61 32 20 4 3.65 Rata-rata 62.1 32.6 17 2 3.47 alami 1 70 23 14 4 5.37 2 73 40 28 3 5.44 3 60 36 24 6 3.01 4 57 23 20 4 2.95 5 43 14 11 1 1.5 96 6 60 40 19 4 5.58 7 53 35 16 3 4.31 8 45 29 17 5 3.48 9 47 13 11 1 1.56 42 34 18 5 3.28 Rata-rata 55 28.7 17.8 3.6 3.64 Panderman kapur 1 96 64 24 11 3 5.51 2 62 40 19 2 7.46 3 61 84 33 5 14.55 4 58 59 29 4 9.22 5 58 45 19 2 7.18 11.1 8.28 9.76 9.17 14.33

24 6 67 27 19 8 5.04 7 53 52 16 3 7.64 8 51 58 25 5 7.77 9 48 33 15 3 9.53 53 32 9 2 6.99 Rata-rata 57.5 45.4 19.5 3.7 8.08 alami 1 61 50 23 5 5.64 2 48 21 0 3.16 3 47 30 13 2 4.4 4 33 27 9 1 4.45 5 61 60 32 6 6.72 0 6 37 22 9 0 3.33 7 43 39 17 3 3.95 8 42 35 18 2 6.81 9 40 30 11 2 3.73 44 35 17 2 4.86 Rata-rata 45.6 34.9 15.9 2.3 4.70 Tanggamus kapur 1 75 65 25 3.13 2 74 35 17 3 9.11 3 80 46 20 5 7.1 4 80 49 22 6 9.59 5 77 46 21 3.26 3 6 64 40 19 5 12.46 7 76 60 27 5 7.41 8 88 33 13 2 4.94 9 61 40 18 2 14.13 81 42 27 6 4.57 Rata-rata 75.6 45.6 20.9 4 8.97 alami 1 59 44 24 3 6.27 2 85 42 21 3 6.22 3 55 41 24 4 4.78 4 93 32 18 2 4.83 5 68 42 26 4 5.78 0 6 62 35 19 3 3.86 7 60 47 21 3 6.11 8 48 29 14 3 3.56 9 60 45 21 4 6.05 50 55 23 4 7.36 Rata-rata 64 41.2 21.1 3.3 5.48 13.87.61 8.8