BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia tahun dengan

Psikologi Kelas E 2014

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan persoalan akses informasi dan dunia internet. Online shopping merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicermati dengan semakin banyaknya tempat-tempat per-belanjaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan

PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI BARANG ONLINE SHOP PADA MAHASISWA DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dan terdapat perusahaan rokok (duniaindustri.com, 2015). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai calon-calon intelektual yang bersemangat, penuh dedikasi, enerjik, kritis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dan keperluannya masing-masing. Tidak terkecuali juga para

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. materialime yang menjurus pada pola hidup konsumtif. Perilaku konsumtif erat

BAB I PENDAHULUAN. semakin marak di kehidupan masyaraat. Hal ini ditandai dengan semakin


BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

BAB I PENDAHULUAN. elektronik, seperti televisi, internet dan alat-alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakses informasi melalui media cetak, TV, internet, gadget dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan keluarga. Peran ibu rumah tangga dalam mengurus kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, yang bisa disebut dengan kegiatan konsumtif. Konsumtif

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memiliki suatu kebutuhan yang berbeda-beda. Tiap orang juga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2014 PERILAKU KONSUMEN MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meillyza Larassaty Nur Arimbi, 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan kepulauan yang berkembang dengan pesat, khususnya kota Jakarta. Berdasarkan Undang-Undang no.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia mode pakaian di Indonesia beberapa dekade ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi dan internet di Indonesia dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. manusia, salah satunya adalah adanya perkembangan teknologi internet. Internet

PENDAHULUAN STUDI KASUS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya kebutuhan konsumen yang bervariasi memberikan peluang bagi para peritel untuk mendapatkan konsumen

Keadaan tersebut menunjukkan perilaku membeli yang ditunjukkan remaja tidak lagi dilakukan karena suatu kebutuhan, melainkan karena alasan-

BAB I PENDAHULUAN. Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelian suatu produk baik itu pakaian, barang elektronik dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memprediksikan perilaku pembelian konsumen terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN. adanya suatu periode khusus dan periode sulit, dimana pada tahun-tahun awal. masa dewasa banyak merasakan kesulitan sehingga mereka

BAB I PENDAHULUAN. selektif dalam melakukan proses pembelian atas suatu produk. Pada sisi yang lain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja. hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik. 1. Pengertian Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Belanja idealnya dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan membeli merupakan aktifitas sehari-hari yang lazim dilakukan oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. kelas dunia, kosmetik, aksesoris dan pernak-pernik lainnya.

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan tingkat pendapatan yang semakin meningkat, akan sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi ini begitu banyak perubahan-perubahan teknologi

BAB V PENUTUP. jeli dalam mengatur pengeluaran agar tidak berlebih. Kebutuhan atas pakaian sering

TEKNIK INTERVENSI KELOMPOK Budaya Hedonisme di Kalangan Mahasiswa Baru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perilaku konsumen yang terjadi pada era globalisasi saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang

BABI PENDAHULUAN. Seperti yang telah diketahui bahwa rnenjelang abad ke 20, negara

Lampiran 1 : Kuesioner Field Study

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia yang semakin besar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan pola kehidupan masyarakat yang mulai berkembang sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

2015 HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI TINGKAT AWAL DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa. 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Adanya kebutuhan hidup inilah yang mendorong manusia untuk melakukan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sudah terjadi di seluruh bangsa tak terkecuali indonesia. Faktor pendukung

BAB I PENDAHULUAN. besarnya tingkat konsumsi masyarakat sehingga menimbulkan penambahan dari sisi

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk individu mengarah kepada karakteristik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini para remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan, mereka

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis pakaian fashion telah

BAB I PEMBUKAAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan globalisasi memberi pengaruh pada masyarakat Indonesia, salah satu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang sering dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selama hidup, manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan.seiring berkembangnya zaman, kegiatan belanja bukan lagi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pokok melainkan sebagai suatu gaya hidup guna memenuhi kepuasan semata (Rasimin, 2008). Pesatnya perkembangan dan perubahan trend atau mode suatu barang, membuat kegiatan belanja sering digunakan sebagai alat untuk memuaskan keinginan, tidak jarang seseorang akhirnya membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan (Sipunga, 2014). Semakin banyaknya pusat perbelanjaan, sarana berbelanja serta barang dan jasa yang ditawarkan membuat semakin meningkat pula minat seseorang untuk membeli barang dan jasa (Perwitasari, 2013). Selain itu banyaknya metode berbelanja dan cara promosi yang menarik membuat barang atau jasa yang ditawarkan menjadi lebih menarik perhatian pembeli. Maraknya online shoppingturut menyebabkan meningkatnya perilaku konsumtif. Hal ini dikarenakan online shoppingmerupakan metode berbelanja terbaru yang tidak memerlukan komunikasi tatap muka secara langsung melainkan dapat dilakukan secara terpisah antar kota maupun antar Negara.

Pada dasarnya setiap orang akan melakukan kegiatan belanja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi perilaku berbelanja tiap orang akan berbeda-beda. Ada orang yang memiliki perilaku belanja wajar dan ada pula orang yang memiliki perilaku belanja yang tidak wajar atau berlebihan (Shohibullana, 2014). Perilaku belanja yang berlebihan tanpa pertimbangan terlebih dahulu dan dilakukan demi kesenangan sering juga disebut dengan perilaku konsumtif. Menurut Sumartono (2002) perilaku konsumtif merupakan perilaku yang tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang tidak rasional lagi. Sedangkan menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (dalam Lina & Rosyid, 1997) perilaku konsumtif merupakan kecenderungan untuk melakukan konsumsi tiada batas, yang lebih mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan. Hal tersebut mengandung arti adanya unsur sifat pemborosan dalam perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif merupakan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan maksimal (Tambunan, 2001:1). Lubis (dalam Lina & Rosyid, 1997) mengemukan bahwa perilaku konsumtif melekat pada individu bila membeli dan mengkonsumsi barang dan jasa yang didasari pada keinginan (want) dan bukan pada kebutuhan (need). Selain itu menurut Subandy (dalam Ramadhan, 2012) gaya hidup konsumtif merupakan pola hidup untuk mengkonsumsi secara berlebihan barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan untuk mencapai kepuasan yang maksimal.

Seseorang dapat dikatakan konsumtif jika ia memiliki barang lebih disebabkan oleh pertimbangan status, dimana barang tersebut bertujuan untuk menunjukkan status pemiliknya bukan untuk memenuhi kebutuhan yang sebenarnya Fromm (dalam Surya, 2013). Mahasiswi merupakan salah satu kelompok yang rentan mengalami perilaku konsumtif. Hal ini dikarenakan pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia mahasiswi, disamping itu mahasiswi biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uang (Jumiati, 2009). Tidak sedikit mahasiswi cenderung lebih mendahulukan keinginan yang ada dalam dirinyadaripada kebutuhan dan kepentingan kampus. Pada umumnya mahasiswi membelanjakan uang mereka untuk fashion, seperti membeli baju-baju keluaranterbaru, sepatu, aksesoris, parfum, make-up dan lainlain.hal ini dilakukan mahasiswi hanya untuk mengikuti tren agar terlihat keren dan modis. Menurut penelitian sebelumnya perilaku konsumtif yang sering dilakukan mahasiswi ini terjadi karena konsumen perempuan cenderung lebih emosional dalam berbelanja (dalam Lina dan Rosyid, 1997). Dalam menggunakan uang belanja, Kefgen dan Specht (dalam Lina dan Rosyid, 1997) mengamati bahwa perempuan cenderung membelanjakan uangnya hampir dua kali lipat lebih banyak daripada laki-laki. Selain menggunakan emosi dalam berbelanja, perempuan ternyata memperoleh respon yang menyenangkan dan menggembirakan disetiap pengalaman berbelanja yang mereka lakukan (Schiffman dan Kanuk, 2008).

Untuk itu mahasiswi harus lebih bisa mengendalikan dirinya dalam berbelanja untuk menghidari tingginya perilaku konsumtif. Salah satu faktor yang berperan penting dalam mengendalikan perilaku konsumtif adalah kontrol diri. Kecenderungan mahasiswi yang lebih emosional saat berbelanja akan dapat berkurang jika mereka memiliki kontrol diri yang tinggi. Hal ini dikarenakan kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dari dalam dirinya (Hurlock, dalam Ghufron 2010). Oleh karena itu seseorang harus memiliki kontrol diri yang baik agar mampu mengatur perilaku belanja yang berlebihan. Menurut Hurlock (1994) kontrol diri adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk- bentuk perilaku melalui pertimbangan kognitif sehingga dapat membawa ke arah konsekuensi positif. Goldfried dan Merbaum (dalam Rachdianti 2011) mengatakan kontrol diri adalah proses dimana individu menjadi pihak utama membentuk, mengarahkan dan mengatur perilaku yang akhirnya diarahkan pada konsekuensi positif. Individu dengan kontrol diri tinggi pada umumnya sangat memperhatikan cara-cara yang tepatuntuk berperilaku dalam situasi yang bervariasi. Kontrol diri yang tinggi akan membuat individu melakukan banyak pertimbangan sebelum memutuskan sesuatu, salah satunya dalam hal berbelanja. Seseorang yang memiliki kontrol diri yang tinggi, akan mampu membuat pertimbangan prioritas dalam membeli, memilih antara yang penting dan tidak penting sebelum membuatkeputusan untuk membeli. Sebaliknya, mahasiswi

mempunyai kontrol diri yang rendah maka akan membeli suatu barang tanpa mempertimbangkan prioritasnya (Anggraeni, 2014). Heni (2013) juga mengatakan ada hubungan yang signifikan antara kontrol diri dengan perilaku konsumtif. Semakin tinggi kontrol diri seseorang, maka perilaku konsumtif akan semakin rendah. Dapat dikatakan bahwa seseorang yang mampu mengontrol perilaku diharapkan akan mampu mengendalikan perilakunya dalam segala hal, melalui aktivitas atau kegiatan-kegiatan tertentu agar tidak mengarah pada perilaku yang sia-sia dan hanya membuang-buang waktu, dalam hal ini kecenderungan berperilaku konsumtif. Peningkatan terhadap kontrol diri maka akan disertai pula dengan penurunan perilaku konsumtif. Banyaknya universitas yang tersebar diseluruh Indonesia menyebabkan anak yang telah selesai menempuh pendidikan SMA dan ingin melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi (kuliah) mempunyai banyak pilihan dan kesempatan untuk memutuskan tempat dimana anak ingin mengembangkan dan meningkatkan ilmu yang mereka miliki. Keinginan anak untuk mengembangkan dan meningkatkan ilmu tersebut membuat anak harus tinggal di tempat yang jauh dari orangtua dan akhirnya mengharuskan anak menjadi mahasiswi kost. Banyak masalah yang sering dialami oleh mahasiswi kost. Salah satunya adalah masalah keuangan. Seperti kesulitan dalam mengatur keuangannya sendiri, dimana uang saku yang mereka peroleh dari orangtua sering kali habis sebelum waktunya (Arifin, 2009). Belanja dan nongkrong merupakan hal yang sering membuat uang saku mahasiswi habis sebelum waktunya.

Berubahnya lingkungan keluarga menjadi lingkungan kost menyebabkan perubahan mahasiswi dalam mengelolah keuangannya. Hanuning (2011) yang mengatakan bahwa mahasiswi yang kost cenderung menjadi lebih konsumtif dikarenakan mahasiswa kost mengalami perubahan lingkungan, dari lingkungan keluarga menjadi lingkungan kost. Selain tinggal di kost ada juga mahasiswa yang tinggal dengan orangtua. Pada mahasiswa yang tinggal di rumah bersama orangtua pada umumnya tidak mengalami perubahan lingkungan. Selain itu, adanya kontrol langsung dari orangtua terhadap uang saku menyebabkan mahasiswi tidak bisa secara sembarangan membeli barang yang mereka inginkan (Rahayu, 2013). Berdasarkan wawancara personal yang dilakukan, hal ini juga dialami sendiri oleh seorang mahasiswi berinisial AW (20 tahun) yang tinggal bersama orang tuanya Aku sebenarnya pengen beli ini itu kak, terutama kayak pakaianpakaian gitu. Secara kan tiap saat berubah kak modelnya, lucu-lucu lagi. Cuma ga bisa, karena mama ku ngasih uang jelas-jelas untuk kebutuhan apa aja, ya misalnya untuk ongkos berapa, makan berapa, itu semua jelas. Ya paling kalau mau jalan sama teman baru minta agak banyak. Komunikasi Personal, 18 November 2014 Tidak demikian dengan mahasiswi yang tinggal di kost. Minimnya peran dan kontrol orangtua menyebabkan tingginya perilaku konsumtif pada mahasiswi kost dibandingkan dengan mahasiswi yang tinggal dengan orangtua, hal ini dikarenakan peran orang tua masih cukup banyak untuk mengawasi dan mengontrol apa saja mereka beli (Hanuning, 2011).Hal ini juga dibenarkan oleh

seorang mahasiswi kost yang kuliah di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Kalau aku sih dikasih uang bulanan kak sama orang tua. Biasanya mereka ngirim diawal bulan dan itu udah mulai krisis di tanggal-tanggal 15 keatas lah kak. Banyak sih yang dilakukan diawal bulan kak, belanjabelanja, nongkrong, dll lah. Kalau belanja paling umum ya belanja kebutuhan bulananlah kak, itu sih ga nya banyak kali paling mahal aku belanja kebutuhan bulanan Rp. 300.000 kak. Yang banyak habis itu kalau beli baju-baju kak, ikh tau lah kakak baju sekarang bahan nya setengah aja buat masuk angin harga nya Rp. 200.000. Sebenarnya ga mau beli kak, tapi gimana lah kak, namanya pengen, lagi trend juga, ya terpaksa lah kak dibeli daripada ketinggalan jaman. Komunikasi Personal, 20 November 2014 Namun nyatanya ada juga mahasiswi yang kost mampu mengontrol perilakunya dalam berbelanja. Tidak adanya peran orangtua yang dapat mengawasi dan mengontrol apa saja yang dibeli oleh mahasiswi tidak serta merta menjadikan mahasiswi kost tersebut menjadi konsumtif. Mereka justru menjadi lebih teliti dalam mengatur dan mengontrol semua pengeluaran mereka, karena kondisi mereka yang tinggal jauh dari orang tua tidak selalu menjadikan mereka dapat dengan mudah meminta uang untuk memenuhi semua kebutuhan mereka. Keown (dalam Margaretha 2015) mengatkan bahwa mahasiswi yang tinggal sendiri memiliki kemampuan untuk mengatur keuangan dengan lebih baik dibandingkan dengan mahasiswi yang tinggal dengan orangtuanya. Hal ini dibenarkan oleh RA (21 Tahun) yang tinggal di kost, seperti yang terlihat pada kutipan wawancara personal berikut: Kalau menurut ku, aku ga konsumtif. Aku ga gitu suka ke mall atau belanja-belanja. Lagian aku takut aja kalau kehabisan uang sebelum kiriman ku bulan depan datang, aku mau makan apa secara aku tinggal sendiri dan orangtua jauh. Selain itu aku dikasih jatah bulanan, jadi aku

harus pandai-pandai ngatur uang kiriman ku agar cukup sampai kiriman selanjutnya datang. Komunikasi Personal, 10 Desember 2014 Kondis diatas terjadi karena kontrol diri seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Gufron dalam Shohibullana, 2014). Faktor internal merupakan faktor dalam diri individu yang mempengaruhi kontrol diri seperti usia, jenis kelamin dan kepribadian. Semakin bertambah usia seseorang maka, semakin baik kemampuan mengontrol dirinya. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor dari luar diri seseorang yang mempengaruhi kontrol diri yaitu lingkungan sekitarnya, baik itu lingkungan keluarga, teman sebaya dan lingkungan tempat individu berinteraksi sosial. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai perbedaan perilaku konsumtif pada mahasiswi yang kost dan yang tinggal dengan orangtua ditinjau dari kontrol diri. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah : Apakah ada perbedaan perilaku konsumtif pada mahasiswi yang kost dan yang tinggal dengan orangtua ditinjau dari kontrol diri?

C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan perilaku konsumtif pada mahasiswi yang kost dan yang tinggal dengan orangtua ditinjau dari kontrol diri. D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik yang bersifat teoritis maupun praktis, yaitu : 1. Manfaat Teoritis Diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber yang memperkaya wawasan ilmu psikologi, khususnya dalam bidang psikologi industri dan organisasi terutama dalam hal perilaku konsumtif pada mahasiswi yang kost dan yang tinggal dengan orangtua ditinjau dari kontrol diri. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, peneliti berharap penelitian ini dapat memberi informasi mengenai kelompok mana (kost dan tinggal dengan orangtua) yang lebih besar melakukan perilaku konsumtif. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh kontrol diri terhadap perilaku konsumtif mahasiswi. Bagi kalangan akademis di, diharapkan dapat menambah wawasan mengenai kontrol diri dan pengaruhnya terhadap perilaku konsumtif.

E. SISTEMATIKA PENULISAN Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat, serta sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Bab ini menguraikan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian. Teori yang terdapat dalam penelitian ini adalah teori kontrol diri dan perilaku konsumtif beserta dengan aspekaspek dan faktor-faktor pembentuknya. Dalam bab ini juga akan dipaparkan hipotesa penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini membahas mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional dari variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, metode pengambilan data, dan metode analisa data penelitian. BAB IV : ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang gambaran subjek penelitian, laporan hasil utama penelitian, hasil tambahan penelitian yang meliputi nilai empirik dan nilai hipotetik, kategorisasi data penelitian serta pembahasan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, serta saran penelitian yang berupa saran praktis dan metodologis untuk penelitian berikutnya.