FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB PEMUAIAN DALAM PEMBUATAN AGREGAT RINGAN GEOPOLIMER BERBASIS LUMPUR SIDOARJO

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN AGREGAT RINGAN GEOPOLIMER BERBASIS LUMPUR SIDOARJO DAN FLY ASH DENGAN MENGGUNAKAN FOAM AGENT

PEMANFAATAN LUMPUR SIDOARJO SECARA MAKSIMAL DENGAN CAMPURAN FLY ASH DALAM PEMBUATAN MORTAR GEOPOLIMER

STUDI AWAL PENGARUH PENAMBAHAN FOAM PADA PEMBUATAN BATA BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

STUDI AWAL PEMBUATAN HIGH VOLUME LIGHT WEIGHT SIDOARJO MUD CONCRETE BRICK

KARAKTERISTIK MORTAR DAN BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

PEMBUATAN BATAKO DENGAN MEMANFAATKAN CAMPURAN FLY ASH DAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN KADAR YANG TINGGI

BATAKO BERLUBANG GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

PEMANFAATAN LUMPUR SIDOARJO PADA PEMBUATAN BATA RINGAN NON STRUKTURAL DENGAN METODE CELLULAR LIGHTWEIGHT CONCRETE (CLC)

Disusun oleh : Lintas Jalur - S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

KETAHANAN DI LINGKUNGAN ASAM, KUAT TEKAN DAN PENYUSUTAN BETON DENGAN 100% FLY ASH PADA JANGKA PANJANG

Agregat Buatan Geopolimer dengan Bahan Dasar Abu Terbang (Fly Ash) dan Abu Sawit (Palm Oil Fuel Ash)

LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN KOMPETENSI (HIKOM) Nomor: 035/LIT-DIKTI/2014

PENGARUH PERAWATAN DAN UMUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON GEOPOLIMER BERBASIS ABU TERBANG

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Beton Ringan Berbahan Dasar Lumpur Bakar Sidoarjo dengan Campuran Fly Ash dan Foam

Pasta Geopolimer Ringan Berserat Berbahan Dasar Lumpur Sidoarjo Bakar Dan Fly Ash Perbandingan 1 : 3 Dengan Pengembang Foam

POTENSI LUMPUR SIDOARJO BAKAR DAN FLY ASH PADA PEMBUATAN MORTAR RINGAN GEOPOLIMER

PENGARUH PENAMBAHAN BORAKS DAN KALSIUM OKSIDA TERHADAP SETTING TIME DAN KUAT TEKAN MORTAR GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR FLY ASH TIPE C

PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA PASIR. Volume (cc) 1 Pasir Nomor 2. 2 Larutan NaOH 3% Secukupnya Orange

KARAKTERISTIK BETON GEOPOLIMER BERDASARKAN VARIASI WAKTU PENGAMBILAN FLY ASH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Batako merupakan salah satu alternatif bahan dinding yang murah dan

PENGARUH MOLARITAS AKTIFATOR ALKALIN TERHADAP KUAT MEKANIK BETON GEOPOLIMER DENGAN TRAS SEBAGAI PENGISI

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN BEBERAPA PROSEDUR PEMBUATAN GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR FLY ASH TIPE C

PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO SEBAGAI BAHAN CAMPURAN PADA PEMBUATAN BETON RINGAN DENGAN MENGGUNAKAN TAMBAHAN BUIH DAN SERAT ALAM

PENGARUH PENAMBAHAN SUPERPLASTICIZER PADA KINERJA BETON GEOPOLIMER

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) D-104

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

Analisa Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berbahan Abu Sekam Padi dan Kapur Padam

TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO UNTUK BETON RINGAN DENGAN CAMPURAN FLY ASH, FOAM, DAN SERAT KENAF

PAVING GEOPOLIMER DARI COAL ASH LIMBAH PABRIK

PEMANFAATAN LUMPUR SIDOARJO UNTUK BATA BETON RINGAN BERSERAT DENGAN BAHAN PENGISI SERAT KENAF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN BOTTOM ASH YANG TELAH DIOLAH UNTUK PEMBUATAN BETON HVFA MUTU MENENGAH

ANALISA SIFAT MEKANIK BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR FLY ASH DAN LUMPUR PORONG KERING SEBAGAI PENGISI

Sodium sebagai Aktivator Fly Ash, Trass dan Lumpur Sidoarjo dalam Beton Geopolimer

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara membakar secara bersamaan campuran calcareous ( batu gamping )

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERILAKU FISIK CAMPURAN LUMPUR SIDOARJO DAN ABU SEKAM SEBAGAI BAHAN DASAR CAMPURAN PEMBUATAN AGREGAT RINGAN

CAMPURAN SERAT PADA PASTA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah

PENGARUH TREATMENT PADA BOTTOM ASH TERHADAP KUAT TEKAN BETON HIGH VOLUME FLY ASH

PENGARUH KOMBINASI SEMEN-FLY ASH DAN VARIASI WATER CONTENT DENGAN PENAMBAHAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP KEPADATAN PASTA

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

Sodium sebagai Aktivator Fly Ash, Trass dan Lumpur Sidoarjo dalam Beton Geopolimer

PEMANFAATAN BOTTOM ASH SEBAGAI AGREGAT BUATAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV DATA DAN ANALISIS

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

POTENSI AGREGAT ALWA SEBAGAI BAHAN DASAR BETON GEOPOLIMER BERBAHAN LUMPUR SIDOARJO

Sukolilo Surabaya, Telp , ABSTRAK

BAB 3 METODOLOGI. Analisis ketahanan..., Niken Swastika, FT UI, Universitas Indonesia

PEMANFAATAN BOTTOM ASH DAN FLY ASH TIPE C SEBAGAI BAHAN PENGGANTI DALAM PEMBUATAN PAVING BLOCK

BAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2.

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, khususnya dalam proses produksi Semen Portland (SP).

PENINGKATAN DURABILITAS BETON KONVENSIONAL DAN HVFA YANG MENGGUNAKAN METODE PERAWATAN STEAM CURING DENGAN COATING LARUTAN ALKALI DAN PASTA GEOPOLIMER

TINJAUAN KUAT TEKAN BETON GEOPOLYMER DENGAN FLY ASH SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEMEN

LAPORAN PENELITIAN HIBAH UNGGULAN PERGURUAN TINGGI. Nomor: 009/AUPT/UKP/2012

PENGARUH VARIASI KADAR SUPERPLASTICIZER TERHADAP NILAI SLUMP BETON GEOPOLYMER

PENGARUH PENGGUNAAN SOLID MATERIAL ABU TERBANG DAN ABU SEKAM PADA KUAT TEKAN BETON GEOPOLIMER

Penyisihan Kadar Logam Fe dan Mn Pada Air Gambut Dengan Pemanfaatan Geopolimer Dari Kaolin Sebagai Adsorben

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

KATA KUNCI : rheology, diameter, mortar, fly ash, silica fume, superplasticizer.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

Keywords: Rice Husk Ash, Geopolymer, Alkali Activator, dosage activator.

BAB IV HASIL DAN ANALISA PERCOBAAN

NASKAH SEMINAR JURUSAN TEKNIK SIPIL, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

SIFAT MEKANIK BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR FLY ASH JAWA POWER PAITON SEBAGAI MATERIAL ALTERNATIF

PENGARUH PENAMBAHAN WATERGLASS PADA SIFAT MEKANIK BETON. Oleh: Anita Setyowati Srie Gunarti, Subari, Guntur Alam ABSTRAK

KOMPOSISI CAMPURAN OPTIMUM BOTTOM ASH DAN FLY ASH SEBAGAI AGREGAT BUATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PASTA RINGAN GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR BAKAR SIDOARJO DAN FLY ASH PERBANDINGAN 3:1 DENGAN TAMBAHAN ALUMINUM POWDER dan SERAT ALAM

TINJAUAN KAPASITAS AKSIAL BETON GEOPOLIMER TERKEKANG

BAB V HASIL PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

Perkembangan Beton Geopolimer Triwulan dan Januarti Jaya Ekaputri

BAB III LANDASAN TEORI

Kartika Purwitasari, Achfas Zacoeb, Siti Nurlina ABSTRAK Kata Kunci : 1. Pendahuluan

REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Abstrak Material penyusun beton ringan terdiri air, semen dan agregat. Agregat yang digunakan untuk memproduksi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

KUAT TEKAN BETON GEOPOLIMER DENGAN BAHAN UTAMA BUBUK LUMPUR LAPINDO DAN KAPUR (155M)

SERAT DAN FOAMING AGENT PADA CAMPURAN BETON RINGAN BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO DAN ABU SEKAM

Deskripsi SEMEN CEPAT GEOPOLIMER DAN METODA PEMBUATANNYA

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN DAN TARIK PEREKAT BATA RINGAN

Scanned by CamScanner

Transkripsi:

FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB PEMUAIAN DALAM PEMBUATAN AGREGAT RINGAN GEOPOLIMER BERBASIS LUMPUR SIDOARJO Hilda Utami Citra 1, Crystie Angelina Leuw 2, Antoni 3, Djwantoro Hardjito 4 ABSTRAK: Semburan lumpur Sidoarjo merupakan bencana sekaligus permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, karena semburan lumpur yang tak kunjung berhenti sehingga menyebabkan volume lumpur semakin banyak dan tidak berguna. Makalah ini membahas upaya pemanfaatan lumpur tersebut sebagai agregat ringan buatan melalui proses geopolimerisasi khususnya pada faktor - faktor penyebab pemuaian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan larutan sodium silikat yang melebihi 50% massa lumpur membuat benda uji mengalami pemuaian sehingga menghasilkan berat jenis yang lebih kecil. Larutan sodium silikat yang digunakan bervariasi dari 50%, 55%, 60%, serta 70% dari massa lumpur. Molaritas NaOH yang digunakan sebesar 2M serta suhu curing divariasikan pada 60, 85, dan 110 C. Untuk menghasilkan berat jenis yang lebih kecil maka ditambahkan serbuk aluminium yang di variasikan sebanyak 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2% dari massa lumpur. Pengujian kuat tekan dilakukan pada sample berukuran 5 5 5 cm 3, sedangkan uji berat jenis, stabilitas serta absorbsi pada pelet berdiameter ± 1cm. Hasil terbaik yang diperoleh adalah agregat ringan buatan dengan berat jenis 0,97 gr/cm 3 dan kuat tekan sebesar 4,02 MPa pada usia 7 hari. KATA KUNCI: agregat ringan buatan, geopolimer, lumpur Sidoarjo, serbuk aluminium, pemuaian. 1. PENDAHULUAN Volume lumpur Sidoarjo yang sangat melimpah menyebabkan potensi lumpur untuk dapat diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Nuruddin et.al., (2010) memaparkan bahwa setelah mengalami pembakaran dengan suhu tinggi maka lumpur Sidoarjo dapat digunakan sebagai material pengganti atau dapat meminimalkan penggunaan semen hingga kadar tertentu. Lumpur Sidoarjo ini sangat kaya akan kandungan silika (SiO 2 ) dan alumina (Al 2 O 3 ) sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku material geopolimer (Al Bakri et.al., 2012). Lumpur Sidoarjo juga dapat digunakan sebagai bahan utama pembuatan agregat ringan buatan. Sebagai bahan dasar untuk pembuatan pasta geopolimer yang akan dijadikan agregat ringan, lumpur Sidoarjo harus bersifat reaktif (amorf), yang dapat diperoleh setelah melalui proses pembakaran pada suhu tinggi (Triwulan et.al., 2007). Penelitian yang telah dilakukan oleh Budisetiawan et.al (2014) dengan menerapkan metode pembakaran pada tahap akhir, telah memberikan hasil yang cukup memuaskan dari segi kuat tekan dan berat jenisnya, yaitu sebesar 3,3 MPa dan 0,93 g/cm 3. 1 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, m21410100@john.petra.ac.id 2 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, m21410104@john.petra.ac.id 3 Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Krsiten Petra, antoni@petra.ac.id 4 Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra djwantoro.h@petra.ac.id 1

Adakalanya didapati, material geopolimer yang dihasilkan mengalami pemuaian. Pemuaian ini merupakan salah satu yang diharapkan terjadi agar agregat buatan yang dihasilkan makin ringan. Namun, hingga saat ini faktor - faktor penyebab pemuaian belum pernah diungkapkan. Dalam penelitian ini, faktor - faktor penyebab pemuaian dipelajari secara terstruktur. Faktor - faktor yang ditinjau adalah kadar larutan sodium silikat, temperatur curing serta penambahan serbuk aluminium. Penggunaan larutan sodium silikat dengan kadar tinggi merupakan salah satu faktor penyebab pemuaian pada pasta / mortar geopolimer (Fansuri et.al, 2012). Serbuk aluminium juga sudah lazim digunakan untuk pembuatan bata ringan. Suhu curing juga berpengaruh terhadap sifat / karakteristik material geopolimer yang dihasilkan. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan agar lumpur Sidoarjo dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan agregat ringan geopolimer yang ramah lingkungan dan bermanfaaat bagi dunia konstruksi di Indonesia. Dengan berat jenis yang lebih kecil, beton yang dihasilkan dapat berkurang beratnya, yang selanjutnya berakibat pada berkurangnya massa suatu bangunan. 2. RANCANGAN PENELITIAN Bahan Bahan yang digunakan adalah lumpur Sidoarjo, padatan NaOH, larutan sodium silikat, serbuk aluminium dan air. Lumpur Sidoarjo yang dipakai adalah lumpur yang diambil dari titik koordinat lokal 25 yang dibentuk menyerupai batu bata dengan tebal ± 1 cm, kemudian dioven pada suhu 110 C selama 2 hari untuk menghilangkan kadar air, selanjutnya dibakar dalam furnace dengan suhu 700 C selama 6 jam dan digiling menggunakan mesin giling selama 8 jam sehingga hasil gilingan lolos ayakan 63µm. Hasil Particle Size Analysis yang telah dilakukan terhadap lumpur Sidoarjo yang telah digiling selama 8 jam dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Hasil Particle Size Analysis Lumpur Sidoarjo yang Telah Digiling selama 8 Jam Padatan NaOH yang digunakan memiliki kemurnian sebesar 98% yang kemudian dibuat menjadi larutan NaOH dengan molaritas sebesar 2M. Sedangkan larutan sodium silikat yang digunakan memiliki komposisi Na 2 O 17,14% dan SiO 2 36,17%, dengan rasio 2,14. Sebelum ditambahkan serbuk aluminium, lumpur dicampurkan dengan sodium silikat dan larutan NaOH 2M terlebih dahulu. 2

Metode Penelitian Awalnya, lumpur dioven, dibakar, dan digiling terlebih dahulu, setelah itu dilakukan pencampuran adonan untuk membuat 3 benda uji sebesar 5x5x5 cm 3 dari setiap variabelnya. Lumpur yang digunakan sebanyak 600 gr, larutan sodium silikat yang digunakan bervariasi dari 50% (300gr), 55% (330gr), 60% (360gr), dan 70% (420gr) dari massa lumpur yang digunakan. NaOH flake dilarutkan di dalam air (sejumlah yang ditentukan) hingga terbentuk larutan NaOH 2M serta kelecakan yang diinginkan sehingga memudahkan dalam pembuatan pelet. Larutan NaOH dan larutan sodium silikat dicampurkan terlebih dahulu, kemudian lumpur yang sudah dibakar dan digiling ditambahkan dan diaduk hingga merata. Adonan kemudian dicetak dalam bentuk kubus 5x5x5 cm 3 dan dalam bentuk pelet dan kemudian dicuring di dalam oven pada suhu 60 C selama 24 jam. Pengujian berat jenis, kuat tekan, stabilitas dan absorbsi dilakukan pada umur 7 hari. Persyaratan agregat ringan yakni memiliki berat jenis antara 1,0-1,8 g/cm 3 dan kuat tekan minimal sebesar 2 MPa (SNI 03-2461-2002, 2002). Selain itu, agregat ringan juga harus memenuhi persyaratan stabilitas yaitu tidak mengalami perubahan bentuk, larut, atau hancur setelah direndam dalam air selama 24 jam (Pimraksa et al., 2011), serta memiliki daya absorbsi atau penyerapan air yang tidak melebihi 20% (SNI 03-2461-2002, 2002). Pada tahap selanjutnya, dari hasil terbaik pada penelitian tahap pertama dilakukan variasi suhu curing yakni pada suhu 60 C, 85 C, dan 110 C untuk melihat pengaruh suhu terhadap pemuaian benda uji. Semua benda uji dari setiap variabel setelah di curing selama 24 jam kemudian diukur pemuaiannya dengan menggunakan jangka sorong. Setelah 7 hari barulah dilakukan pengujian kuat tekan, berat jenis, stabilitas dan absorbsi. Pada tahap terakhir dari penelitian ini, hasil terbaik dari komposisi pada tahap kedua kemudian dicampurkan dengan serbuk aluminium dengan variasi penambahan sebesar 0,5% (3gr), 1% (6gr), 1,5% (9gr) dan 2% (12gr) dari massa lumpur yang digunakan. Setelah dicampurkan dengan serbuk aluminium, pasta kemudian dicetak dan di curing pada suhu 60 C selama 24 jam. Setelah 7 hari, dilakukan pengujian kuat tekan, berat jenis, stabilitas dan absorbsi. 3. HASIL DAN ANALISA Pengaruh Penggunaan Larutan Sodium Silikat dalam Jumlah Banyak terhadap Jenis, Kuat Tekan, Pemuaian, Stabilitas, dan Absorbsi Pada penelitian tahap pertama ini dibuat 3 benda uji untuk tiap komposisi, dengan ukuran benda uji yang sama yaitu 5 x 5 x 5 cm 3. Variabel bebas pada tahap ini adalah jumlah sodium silikat yang dipakai dalam membuat campuran pasta geopolimer. Hasil uji penelitian tahap pertama ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. No Lumpur NaOH flake Tabel 1. Hasil Uji Jenis dan Kuat Tekan Air Sodium silikat Volume (cm 3 ) Jenis (gr/cm 3) Kuat Tekan (MPa) 1 600 3,2 40 50% (300 gr) 230 131 1.76 11,28 2 600 2,4 30 55% (330 gr) 231 134 1.72 11,90 3 600 2,0 25 60% (360 gr) 228 137 1.66 14,88 4 600 0,8 10 70% (420 gr) 228 142 1.61 7,08 3

No Lumpur NaOH flake Tabel 2. Hasil Uji Stabilitas dan Absorbsi Air Sodium silikat Stabilitas Absorbsi 1 600 3,2 40 50% (300 gr) 230 OK 4,23 2 600 2,4 30 55% (330 gr) 231 OK 4,45 3 600 2,0 25 60% (360 gr) 228 OK 4,56 4 600 0,8 10 70% (420 gr) 228 OK 4,82 Hasil dari uji kuat tekan dan berat jenis ini memperlihatkan bahwa seiring dengan bertambahnya sodium silikat pada campuran pasta geopolimer membuat pasta tersebut menjadi lebih kuat hingga komposisi tertentu, yaitu sodium silikat 60% dari massa lumpur. Setelah itu kuat tekan mengalami penurunan cukup drastis. Pemuaian tidak terjadi kemungkinan karena suhu curing yang digunakan terlalu rendah yang membuat sodium silikat tidak dapat bereaksi dengan baik. Pengaruh Suhu Curing terhadap jenis, Kuat Tekan, Pemuaian, Stabilitas, dan Absorbsi Pada tahap ini, penelitian dilakukan dengan menggunakan variasi suhu curing antara 60 C - 110 C selama 24 jam untuk mengamati pemuaian yang terjadi karena pada tahap pertama benda uji tidak mengalami pemuaian. Kemungkinan hal ini dikarenakan suhu yang rendah tidak dapat membuat sodium silikat memuai dengan baik, dan karena itu perlu dilakukan variasi suhu curing untuk mengetahui pemuaian yang paling optimal. Komposisi campuran pasta yang digunakan adalah 600gr lumpur, NaOH 2M dengan NaOH flake 2 gr, dan air sebanyak 25 gr, dan sodium silikat sebesar 60% dari massa lumpur. Pengaruh suhu curing terhadap pemuaian pada benda uji dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2(A) merupakan benda uji dengan suhu curing 60 C yang tidak mengalami pemuaian. Gambar 2(B) merupakan benda uji yang yang di curing pada suhu 85 C serta Gambar 2(C) merupakan benda uji dengan suhu curing 110 C yang menghasilkan pemuaian paling besar. Gambar 2. Pengaruh Suhu Curing terhadap Pemuaian pada Benda Uji Hasil uji serta pengamatan pemuaian pada tahap kedua ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. No Sodium silikat Tabel 3. Hasil Uji Jenis dan Kuat Tekan Suhu Curing ( C) Volume (cm 3 ) Jenis (gr/cm 3) Kuat Tekan (MPa) 1 360 gr 60 228 137 1.66 14.88 2 360 gr 85 224 144 1.56 17.50 3 360 gr 110 221 149 1.48 20.00 4

No Sodium silikat Tabel 4. Hasil Uji Stabilitas, Absorbsi, dan Pemuaian Suhu Curing ( C) Stabilitas Absorbsi Pemuaian / Pengembangan Δ (mm) 1 360 gr 60 228 OK 4,87-2 360 gr 85 224 OK 5,43 1.80 3 360 gr 110 221 OK 5,85 2.50 Hasil yang paling optimal dari percobaan di atas dilihat dari faktor pemuaian, kuat tekan serta berat jenis yaitu dengan menggunakan suhu curing 110 C. Dengan adanya suhu yang tinggi ini maka pemuaian yang dihasilkan juga semakin besar kemungkinan karena suhu tinggi dapat membuat sodium silikat bereaksi dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari Δ yang semakin besar yang tentunya juga membuat berat jenis yang dihasilkan semakin kecil karena adanya pemuaian. Pengaruh Penambahan Serbuk Aluminium terhadap jenis, Kuat Tekan, Stabilitas, dan Absorbsi Penelitian pada tahap ketiga ini mencoba metode baru dengan menggunakan penambahan serbuk aluminium setelah pencampuran lumpur dengan bahan kimia. Komposisi campuran yang digunakan adalah lumpur 600 gr, larutan sodium silikat 60% dari massa lumpur, NaOH 2M dengan NaOH flake 8 gr, dan air 100 gr. Benda uji sengaja dibuat lebih cair dikarenakan ketika serbuk aluminium bereaksi dengan NaOH dan Si yang terkandung di dalam lumpur membuat pasta menjadi lebih cepat memuai dan mengeras. Apabila tidak dibuat lebih cair, maka pasta tidak sempat dimasukkan ke bekisting. Ketika serbuk aluminium ditambahkan, variasi suhu curing menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap pemuaian. Hal ini mungkin disebabkan karena setelah ditambahkan serbuk aluminium, faktor pemuaian sebagian besar disebabkan oleh reaksi serbuk aluminium dengan silika (Si) dan NaOH, sehingga menyebabkan terciptanya rongga-rongga dan pemuaian pada pasta bahkan sebelum dimasukkan ke dalam oven. Sehingga untuk penghematan energi maka digunakan suhu curing 60 C. Pengaruh suhu curing terhadap pemuaian dapat dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3(A) merupakan benda uji yang di curing pada suhu 60 C, Gambar 3(B) benda uji di curing pada suhu 85 C dan Gambar 3(C) adalah benda uji yang di curing pada suhu 110 C. Gambar 3. Pengaruh Suhu Curing terhadap Pemuaian Benda Uji setelah Ditambahkan Serbuk Aluminium Ketika serbuk aluminium ditambahkan, pemuaian segera terjadi pada benda uji. Oleh sebab itu, setelah campuran pasta dimasukkan ke dalam bekisting, harus didiamkan terlebih dahulu agar benda uji dapat memuai terlebih dahulu. Pada tahap ini peneliti juga telah mencoba untuk mendiamkan benda uji selama 2 jam, 4 jam dan 6 jam sebelum di masukkan oven untuk di curing. Hasilnya ialah variasi waktu tunggu 2 jam, 4 jam dan 6 jam tidak menunjukkan adanya perbedaan pemuaian yang signifikan. Oleh sebab itu, peneliti kemudian menggunakan waktu tunggu minimal selama 2 jam sebelum benda uji di curing agar benda uji memuai terlebih dahulu. Apabila tidak didiamkan terlebih dahulu, maka benda uji tidak dapat memuai dengan baik dan rongga-rongga tidak terbentuk dengan sempurna. 5

Penambahan serbuk aluminium menghasilkan pemuaian serta banyak rongga pada benda uji. Akan tetapi pemuaian yang dihasilkan tidak dapat diukur dengan tepat. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh reaksi yang terjadi terlalu cepat antara serbuk aluminium dengan Si serta larutan NaOH yang membuat pemuaian menjadi tidak merata dan bergelombang. Benda uji dengan pemuaian yang tidak merata dan bergelombang dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Benda Uji dengan Pemuaian yang Tidak Merata dan Bergelombang Hasil uji berat jenis, kuat tekan, stabilitas dan absorbsi pada penelitian tahap ketiga ini dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6. No Lumpur NaOH flake Tabel 5. Hasil Uji Jenis dan Kuat Tekan Air Sodium silikat Serbuk Aluminium Volume (cm 3 ) Jenis (gr/cm 3) Kuat Tekan (MPa) 1 600 8 100 360 gr 0,5 160 140 1.14 5.75 2 600 8 100 360 gr 1 150 150 1.00 4.45 3 600 8 100 360 gr 1,5 145 150 0.97 4.02 4 600 8 100 360 gr 2 144 150 0.96 2.02 No Lumpur NaOH flake Tabel 6. Hasil Uji Stabilitas, Absorbsi dan Pemuaian Air Sodium silikat Serbuk Aluminium Stabilitas Absorbsi Pemuaian / Pengembangan Δ (mm) 1 600 8 100 360 gr 0,5 OK 9,80 1,5 2 600 8 100 360 gr 1 OK 10,3 2,6 3 600 8 100 360 gr 1,5 OK 10,2 2,5 4 600 8 100 360 gr 2 OK 10,3 2,6 Dari Tabel 5 dan Tabel 6 dapat dilihat bahwa penambahan serbuk aluminium memberikan hasil yang cukup baik dari segi berat jenis, tetapi mengalami penurunan drastis terhadap kuat tekannya. Dari seluruh percobaan ini, didapatkan agregat ringan dengan komposisi 600 gram lumpur yang telah melalui proses treatment, NaOH flake 8 gram dan air 100 ml untuk menghasilkan larutan NaOH 2M, 360 gram (60% terhadap massa lumpur) sodium silikat, serta serbuk aluminium sebanyak 9 gram (1,5% terhadap massa lumpur) merupakan agregat ringan paling optimal baik dari segi kuat tekan sebesar 4,02 MPa maupun berat jenisnya 0,97 gr/cm 3. Agregat ringan dapat dilihat pada Gambar 5. 6

Gambar 5. Agregat Ringan 4. KESIMPULAN 1. Seiring dengan bertambah banyaknya kandungan sodium silikat pada campuran pasta geopolimer, agregat geopolimer mengalami pemuaian sehingga berat jenisnya semakin kecil dan kuat tekannya semakin besar. Akan tetapi pada titik tertentu yaitu sodium silikat 60% dari massa lumpur, penambahan sodium silikat tidak lagi menambah kuat tekan agregat, sebaliknya menghasilkan kuat tekan yang lebih rendah. Pemuaian tidak terjadi kemungkinan karena suhu yang digunakan terlalu rendah yang membuat sodium silikat tidak dapat bereaksi dengan baik. 2. Pemuaian dan kuat tekan pada agregat ternyata juga dipengaruhi oleh suhu curing. Dari variasi suhu curing, yaitu 60 C, 85 C, 110 C menghasilkan pemuaian serta kuat tekan yang paling baik yakni pada suhu 110 C, kemungkinan hal ini disebabkan sodium silikat dapat bereaksi dengan baik menggunakan suhu yang tinggi. 3. Penambahan serbuk aluminium pada campuran pasta geopolimer segera menghasilkan ronggarongga / pemuaian pada pasta dan pasta segera mengalami pengerasan. Oleh sebab itu, pada saat menggunakan serbuk aluminium, campuran agregat harus dibuat lebih cair sehingga masih dapat dicetak / dibentuk terlebih dahulu. Pemuaian yang dihasilkan tidak dapat diukur dengan tepat kemungkinan karena reaksi yang terjadi terlalu cepat antara serbuk aluminium dengan Si yang terkandung di dalam lumpur. 4. Suhu curing tidak lagi mempengaruhi pemuaian pada pasta geopolimer yang ditambahkan serbuk aluminium. Hal ini dikarenakan faktor pemuaian sebagian besar disebabkan oleh reaksi serbuk aluminium dengan silika (Si) yang terkandung dalam lumpur, reaksi tersebut menyebabkan terciptanya rongga-rongga pada pasta sehingga pasta mengalami pemuaian bahkan sebelum dimasukkan ke dalam oven. 5. Seiring dengan bertambah banyaknya serbuk aluminium pada campuran pasta geopolimer, akan menghasilkan berat jenis yang semakin kecil. Hal ini dikarenakan banyaknya rongga-rongga yang dihasilkan pada campuran agregat. Akan tetapi hal ini juga menyebabkan kuat tekan menjadi semakin berkurang, dan hasil paling optimal ditinjau dari segi kuat tekan dan berat jenisnya adalah serbuk aluminium sebanyak 1.5% dari massa lumpur. 6. Agregat yang diproduksi kali ini memiliki berat jenis 0,97 gr/cm 3 dan memiliki kuat tekan sebesar 4,02 MPa. jenis agregat sudah memenuhi target yang ingin dicapai peneliti yaitu dengan berat jenis dibawah 1,0 gr/cm 3. DAFTAR PUSTAKA Al Bakri, A. M. M., Rafiza, A. R., Hardjito, D., Kamarudin, H., & Nizar, I. K. (2012). Characterization of LUSI Mud Volcano as Geopolymer Raw Material. Advanced Materials Research, 548, 82 86. Budisetiawan, E., Go, A. P., Hardjito, D., & Antoni. (2014). Agregat Ringan Geopolimer Berbahan Dasar Lumpur Sidoarjo. Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil, 3, 1 5. 7

Fansuri, H., Prasetyoko, D., Zhang, Z., & Zhang, D. (2012). The Effect of Sodium Silicate and Sodium Hydroxide on the Strength of Aggregates Made from Coal Fly Ash Using the Geopolymerisation Method. Asia-Pacific Journal of Chemical Engineering, 7, 73 79. Nuruddin, M., Bayuaji, R., Masilamani, M., & Biyanto, T. (2010). Sidoarjo Mud: A Potential Cement Replacement Material. Civil Engineering Dimension, 12(1), 18 22. Pimraksa, K., Chindaprasirt, P., Rungchet, A., Sagoe-Crentsil, K., & Sato, T. (2011). Lightweight Geopolymer Made of Highly Porous Siliceous Materials with Various Na2O/Al2O3 and SiO2/Al2O3 Ratios. Materials Science and Engineering, 528, 6616 6623. SNI 03-2461-2002. (2002). Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Ringan Struktural. Triwulan, Ekaputri, J. J., & Adiningtyas, T. (2007). Analisa Sifat Mekanik Beton Geopolimer Berbahan Dasar Fly Ash dan Lumpur Porong sebagai Pengisi. Jurnal Teknologi Dan Rekayasa Sipil, 33, 33 45. 8