Menimbang Stimulus APBN-P 2015

dokumen-dokumen yang mirip
Neraca Berjalan Dapat Membaik Lebih Cepat

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

Fed Lift-Off Diduga Tertunda

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

Robohnya Rupiah Kami 1

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

mendorong lebih banyak tingkat upah.

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

Kinerja CENTURY PRO FIXED

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

1. Tinjauan Umum

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

Undangan Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian BUMN

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014

Kondisi Perekonomian Indonesia

Daftar BUMN Indonesia

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

MENTERI.BA DAN USAH A MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

: S /S.MBU/09/2014 : 1 (satu) : Segera : Evaluasi Implementasi Kriteria Penilaian Kinerj a Unggul (KPKU) Tahun 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM. A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA AKAN TERUS BERULANG? Momentum membangun fundamental ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melakukan hedging kewajiban valuta asing beberapa bank. (lifestyle.okezone.com/suratutangnegara 28 Okt.2011).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global

Perekonomian Suatu Negara

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

BEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN TAHUN 2013

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

Prospek Ekonomi Global dan Domestik 2017: Peluang dan Tantangan

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Monthly Market Update

PERAMALAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DALAM RAPBN TAHUN 2018

Kementerian SHARING SESSION. Kinerja BUMN. Proyeksi Tahun 2012 BUMN

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

Kenaikan Harga Minyak Mentah Dunia 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar.

LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan September 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa

SIGC Insight: Indonesia Sectoral Report Vol. 2

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

Juni 2017 RESEARCH TEAM

PENYERTAAN MODAL NEGARA (PMN)

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

RINGKASAN APBN TAHUN 2017

UTANG PEMERINTAH EKONOMI POLITIK KEBIJAKAN FISKAL

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Tandelilin, 2010: 2). Menurut bentuknya investasi

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

Jakarta, 16 Februari 2015 Menimbang Stimulus APBN-P 2015 Alhamdulillah, akhirnya DPR pada Jumat pecan lalu mengesahkan Penyesuaian APBN tahun 2015. Pada umumnya kami menilai positif sebab realokasi dana subsidi BBM yang sangat besar dan tidak sustainable kini dapat diarahkan menjadi hal yang lebih produktif untuk memacu pembangunan Indonesia. Kami cermati secara DPR secara umum menerima usulan yang diajukan pemerintah. DPR menyepakati penyertaan modal negara (PMP) untuk BUMN Rp 64,8 triliun yang terdiri dari dari Rp 39,920 triliun untuk 35 perusahaan di bawah Kementerian BUMN dan Rp 24,962 triliun untuk lima perusahaan di bawah Kementerian Keuangan. DPR membatalkan suntikan modal Krakatau Steel sebesar Rp 956 miliar dan mengabulkan suntikan untuk PT Djakarta Lloyd Rp 350 miliar. Kami menilai PMP kepada BUMN ini lebih tepat ketimbang penyaluran melalui departemen kementerian. Sebab berbagai proyek infrastruktur vital pada dasarnya sudah jelas tersedia untuk segera dikerjakan oleh BUMN terkait. Kita berharap manfaat percepatan infrastruktur itu dapat memulihkan daya beli masyarakat dan daya saing ekspor Indonesia. Bagi investor, persetujuan PMP ini melandasi pertimbangan untuk tetap bullish pada sektor infrastruktur dan turunannya. Berikut ini rincian perusahaan yang mendapat persetujuan suntikan dana. Di bawah Kementerian BUMN: 1. PT Garam Rp 300 miliar 2. PT Pertani Rp 470 miliar 3. PT Sang Hyang Seri Rp 400 miliar 4. PT Perikanan Nusantara Rp 200 miliar 5. Perum Perikanan Indonesia Rp 300 miliar 6. Perum Bulog Rp 3 triliun 7. PT Perkebunan Nusantara-PTPN III Rp 3,15 triliun 8. PT Perkebunan Nusantara-PTPN VII Rp 17,5 miliar 9. PT Perkebunan Nusantara-PTPN IX Rp 100 miliar 10. PT Perkebunan Nusantara-PTPN X Rp 97,5 miliar 11. PT Perkebunan Nusantara-PTPN XI Rp 65 miliar 12. PT Perkebunan Nusantara-PTPN XII Rp 70 miliar 13. PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Rp 1 triliun 14. PT Angkasa Pura II Rp 2 triliun 15. PT Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP) Rp 1 triliun 16. PT Pelni Rp 500 miliar 17. PT Djakarta Lloyd Rp 350 miliar 18. PT Hutama Karya Rp 3,6 triliun 19. Perum Perumnas Rp 1 triliun 20. PT Waskita Karya Rp 3,5 miliar 21. PT Adhi Karya Rp 1,4 triliun

22. PT Dok dan Perkapalan Surabaya Rp 200 miliar 23. PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari Rp 900 miliar 24. PT Industri Kapal Indonesia Rp 200 miliar 25. PT Pelindo IV Rp 2 triliun 26. PT Kereta Api Indonesia (KAI) Rp 2 triliun 27. PT Pengembangan Pariwisata Indonesia Rp 250 miliar 28. PT Dirgantara Indonesia Rp 400 miliar 29. PT Pindad Rp 700 miliar 30. PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) Rp 250 miliar 31. PT Aneka Tambang (Antam) Rp 3,5 triliun 32. PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) Rp 1 triliun 33. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Rp 5 triliun 34. PT Askrindo Rp 500 miliar 35. Perum Jamkrindo Rp 500 miliar Di bawah Kementerian Keuangan: 36. PT Geo Dipa Energi Rp 607,3 miliar 37. PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) Rp 20,35 triliun 38. PT PAL Indonesia Rp 1,5 triliun 39. PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) Rp 1 triliun 40. PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) Rp 1,5 triliun APBN-P 2015 berdasarkan sejumlah asumsi makroekonomi: Laju pertumbuhan ekonomi 5,7 persen Laju inflasi 5,0 persen Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp12.500 Tingkat suku bunga SPN 3 bulan sebesar 6,2 persen Harga Indonesia Crude oil Price (ICP) $60 per barel Lifting" ribu barel per harti untuk minyak 825 dan gas 1.221 Volume subsidi BBM 17,9 juta kilo liter dan cost recovery sebesar $14 milyar Dalam APBN-P 2015, pemerintah mengalokasikan anggaran belanja tahun ini sebesar Rp 1.984,1 triliun, dimana belanja pemerintah pusat sebesar Rp 1.319,5 triliun (Lihat Tabel) dan sisanya Rp 664,6 triliun berupa transfer ke daerah dan dana desa. Terlihat alokasi untuk subsidi BBM menurun drastis menjadi $64,7 triliun dari sebelumnya Rp276 triliun. Subsidi BBM termasuk untuk LPG tabung 3 Kg dan LGV. Untuk pertama kali, subsidi nonenergi, seperti untuk pangan dan pupuk, dapat lebih besar ketimbang subsidi BBM.

Selain menetapkan asumsi, APBN-P 2015 memuat sejumlah target pembangunan yang lebih terukur seperti tingkat pengangguran 5,6 persen, angka kemiskinan 10,3 persen, gini ratio 0,40 dan Indeks Pembangunan Manusia sebesar 69,4. Asumsi pertumbuhan ekonomi 5,7% memang lebih tinggi dibanding 5,4% proyeksi Asian Development Bank yang selama ini dinilai paling tepat. Jelas pemerintah harus bekerja keras memacu pengeluaran pemerintah agar menjadi stimulus bagi konsumsi rumah tangga dan investasi swasta. Dengan membaiknya profil neraca pembayaran semestinya Bank Indonesia kembali focus pada upaya memacu pertumbuhan dengan mulai menurunkan bunga (lihat ulasan di bawah). Penggunaan asumsi ICP kemungkinan akan menjadi sorotan mengingat selama tahun berjalan harga minyak mentah telah naik sekitar 7,3% menjadi $55,2 per barel. Lihat peraga berikut. Ada peluang asumsi pemerintah tetap berlaku bila mencermati consensus Bloomberg forecast untuk pada tahun 2015 ini mencapai $57,3 per barel. Kami nilai asumsi kurs rupiah Rp12.500 cukup realistis walau pecan lalu sempat melemah hingga Rp12.800. Secara struktural pelemahan rupiah sangat dipengaruhi oleh faktor penguatan dollar global. Namun secara fundamental peluang penguatan rupiah terbuka bila deficit neraca minyak yang selama ini menggangu neraca pembayaran dapat dikurangi. Selama tahun 2013 dan 2014 lalu, deficit neraca minyak masing-masing mencapai $27 milyar atau $2,23 per bulan. Angka ini jauh lebih besar ketimbang foreign direct investment (FDI). Sentimen terhadap rupiah dapat membaik sekira pada bulan Maret 2015 ketika BPS melaporkan statistik perdagangan internasional Januari 2015, deficit neraca minyak menurun signifikan lebih rendah ketimbang $2,23 miliar. Peluang penguatan atau kestabilan rupiah terbuka bila mencermati penyusutan defisit transaksi berjalan dan meningkatnya surplus transaksi modal dan finansial yang diumumkan BI pecan lalu. Defisit transaksi berjalan menurun menjadi USD 26,2 miliar (2,95 persen PDB) dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai USD 29,1 miliar (3,18 persen PDB). Memang betul perbaikan masih terbilang semu mengingat tetap ditopang oleh menurunnya impor akibat melemahnya permintaan domestik. Namun ada tanda baik berupa peningkatan ekspor manufaktur. Seperti yang disarankan oleh Prof Gustav Papanek, Indonesia semestinya mengkapitalisir kelemahan China berupa upah pekerja yang tinggi untuk memacu ekspor aneka produk manufaktur padat karya. APBN-P 2015 menetapkan defisit sebesar Rp 222,5 triliun atau sekitar 1,90 persen terhadap GDP. Prosentase defisit menurun dibandingkan sebelumnya 2,21% GDP. Penurunan defisit ini memberi ruang untuk mengurangi penerbitan obligasi negara yang pada gilirannya menurunkan risiko crowding-out effect seperti yang terjadi tahun 2014 lalu.

Terkait arus masuk dana asing, kami cermati peningkatan pesat arus masuk untuk saham. Seperti terlihat pada peraga, pada pecan lalu arus masuk ke Indonesia mencapai $271 juta. Angka ini lebih besar ketimbang Filipina dan Thailand. Akibatnya sepanjang tahun arus masuk ke dalam saham mencapai $481 juta. Di lain sisi, berdasarkan kenaikan tajam yield SUN, investor asing nampaknya mengurangi penempatan pada obligasi pemerintah. Kami cermati koreksi pada pasar obligasi negara dipengaruhi oleh peningkatan yield di Amerika Serikat sejak dua pekan lalu. Berbagai dinamika makro diatas, membuka peluang lebih besar bagi asset saham menyusul obligasi negara. Walau sudah terkoreksi, yield SUN bertenor 10 tahun Indonesia yang mencapai 7,5%, tetap memberikan landasan untuk peningkatan valuasi saham. Optimisme menguat apabila percepatan pengeluaran pemerintah memacu peningkatan arus cash flow perusahaan. Akhirnya, peraga Bloomberg dibawah ini, memberikan Acuan Teknikal untuk menambah investasi pada saham selama bulan Februari. Terlihat rata-rata kenaikan bulanan selama 10 tahun terakhir mencapai 1,45%. Angka historical lebih tinggi terlihat untuk bulan setelahnya. Berdasarkan pola bulanan tersebut, investor dapat menerapkan strategy Buy in November, Sell in July. Menurut tim marketing kami, Ronny Aprianto, strategi ini lebih baik ketimbang Sell in May and go away. Silakan uji. Salam Budi Hikmat Chief Economist and Director for Investor Relation Graha CIMB Niaga 21st Floor, Jl. Jenderal Sudirman kav. 58 Jakarta 12190 Phone: 62-21 250 5279 Fax: 62-21 2505277 Email: bahanatcw@bahana.co.id