Minggu ke 9 HAK-HAK REPRODUKSI DAN KESEHATAN REPRODUKSI

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KESEHATAN REPRODUKSI. Fatmalina Febry, SKM.,M.Si Gizi Masyarakat FKM Universitas Sriwijaya

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

BAB VI PENUTUP. Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi atau bisa disebut dengan unmet need KB di salah

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Universitas Gadjah Mada

Peran dan Tanggung Jawab Perawat dalam Pencapaian Kesehatan Perempuan. Setyowati

Dasar Kesehatan Reproduksi PERTEMUAN 2 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

Sgmendung2gmail.com

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

Berbincang Kesehatan Reproduksi PKBI DIY

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

mereaksi dengan cara yang khas pula terhadap situasi sosial yang ada. dengan perkembangan tehnologi industrialisasi dan urbanisasi.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

INDONESIA. UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya. Kondisi tersebut jauh meningkat dibanding tahun 1994 lalu yang menurut WHO baru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

JENDER DAN KESEHATAN REPRODUKSI. Pile Patiung, SE

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

Kuesioner. Responden yang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. Bahwasanya secara normatif wanita mempunyai hak dan kewajiban serta

ANALISIS EPIDEMIOLOGI HIV AIDS DI KOTA BANDUNG DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG

PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

1 BAB I PENDAHULUAN. pernyataan direktur eksekutif UNFPA Dr. Babatunde Osotimehin (Syarief, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelahiran dalam rangka mewujudkan hak-hak pasangan usia subur untuk menentukan

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Pemahaman kesehatan reproduksi tersebut termasuk pula adanya hak-hak setiap orang untuk memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, efektif

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (G B P P )

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

Rima Nopiantini, Agnes Widanti dan Hadi Susiarno. Magister Hukum Kesehatan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia tahun. Remaja adalah

PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

ANALISIS KEBIJAKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA PEMBANGUNAN NASIONAL DI KAB.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( ) KAJIAN PERSEPSTIF GENDER PERAN PRIA DALAM PENGGUNAAN KONTRASEPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi hasil pengolahan data penelitian

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 21

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak persoalan, terutama di negara berkembang. Salah satunya adalah Negara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Sikap Remaja

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN

TAK ADA PILIHAN RINTANGAN ATAS KESEHATAN REPRODUKTIF DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF

Kesehatan Reproduksi Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi. Secara luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi melipui :

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi kearah

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

Konseling & VCT. Dr. Alix Muljani Budi

BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DALAM JAMPERSAL

BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

PEDOMAN WAWANCARA PERILAKU TRANSGENDER (WARIA) DALAM UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS DI PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN TAHUN 2016

TANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DI KELUARGA. Suami yang ideal bagi keluarga muslim adalah suami yang bertaqwa

MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. resiko penularan HIV melalui hubungan seksual (The United Nations High

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Kepada: Calon responden. Dengan hormat, Yang bertanda tangan di bawah ini: NIM :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

Pengertian Keperawatan Maternitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya menurunkan hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui Millenium

Transkripsi:

Minggu ke 9 HAK-HAK REPRODUKSI DAN KESEHATAN REPRODUKSI Defmisi dan Cakupan Makna kesehatan dalam undang-undang pokok kesehatan nomor 32, tahun 1992 adalah meliputi kesehatan badan, rohaniah ( mental) dan sosial, dan bukan hanya keadaan yang bebas dan penyakit, cacat dan kelemahan. Selanjutnya kesehatan reproduksi dapat dimaknai seperti cuplikan ICPD Kairo 1994 sebagai berikut. Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta prosesprosesnya. Orang dapat mempunyai kehidupan seks yang memuaskan dan aman, dan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan kebebasan untuk menentukan apakah mereka ingin melakukannya, bilamana dan berapa seringkah. Termasuk keadaan terakhir ini adalah hak pria dan wanita untuk memperoleh informasi dan mempunyai akses terhadap cara-cara keluarga berencana yang aman, efektif, terjangkau, dan dapat diterima yang menjadi pilihan mereka, serta metode-metode lain yang mereka pilih untuk pengaturan fertilitas yang tidak melawan hukum; dan hak untuk memperoleh pelayanan pemeliharaan kesehatan yang tepat, yang akan memungkinkan para wanita dengan selamat menjalani kehamilan dan melahirkan anak. Dan memberikan kesempatan yang terbaik kepada pasangan-pasangan untuk memiliki bayi yang sehat. Sejalan dengan rumusan di atas tentang keshatan reproduksi, pemeliharaan kesehatan reproduksi dirumuskan sebagai suatu kumpulan metode, teknik dan pelayanan yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan reproduksi melaluhi pencegahan dan penyelesaian masalah kesehatan reproduksi. Ini juga mencakup kesehatan seksual, yang bertujuan meningkatkan status kehidupan dan hubunganhubungan perorangan, dan bukan semata-mata konseling dan perawatan yang bertalian dengan reproduksi dan penyakit yang ditularkan melaluhi hubungan seksual. Mengingat rumusan tersebut di atas, hak-hak reproduksi mencakup hak-hak asasi manusia terteniu yang sudah diakui dalam hukum-hukum nasional, dokumendokumen

hak-hak asasi manusia international. dan dokumen-dokumen konsensus perserikatan bangsa-bangsa dan pribadi untuk menentukan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah anak, penjarakan anak dan menentukan waktu kelahiran anak-anak mereka dan seksual dan reproduksi yang bebas dari diskriminasi, paksaan dan kekerasan seperti dinyatakan dalam dokumen-dokumen hak-hak asasi manusia. Untuk melaksanakan hak tersebut, mereka hams memperhitungkan kebutuhan kehidupan dan anak-anak mereka yang sekarang dan pada masa mendatang, serta tanggung jawab mereka terhadap masyarakat. Promosi pemakaian hak-hak ini secara bertanggung jawab untuk semua orang harus menjadi dasar asasi kebijakan dan program dukungan pemerintah dan masyarakat di bidang kesehatan reproduksi, termasuk keluarga berencana. Selain penting bagi suami isteri pemahaman kesehatan reproduksi penting bagi remaja. khususnya untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan pelayanan dan kaum remaja guna memungkinkan mereka menghadapi seksualitasnya dengan cara yang positif dan bertanggungjawab. Kesehatan reproduksi tidak tercapai oleh banyak orang di dunia karena faktor-faktor berikut: tingkat pengetahuan yang tidak mencukupi bernilai; kelaziman perilaku seksual beresiko tinggi; praktik-praktik sosial yang mendiskriminatif; sikap-sikap negatif terhadap wanita dan gadis; dan kekuasaan terbatas yang dimiliki banyak wanita dan gadis atas kehidupan seksual dan reproduksi mereka. Kaum remaja khususnya mudah terkena karena kekurangan mereka akan informasi dan pelayanan yang relevan di kebanyakan negeri. Wanita dan pria yang lebih tua mempunyai masalah kesehatan reproduksi dan seksual yang khas, yang sering kurang ditanggapi. Tujuan Peningkatan Kualitas Kesehatan Reproduksi menurut ICPD 1994 Beberapa tujuan yang hendak dicapai dari program-program kesehatan reproduksi antara lain adalah. Pertama, untuk memastikan bahwa informasi yang menyeluruh dan faktual serta beraneka jenis pelayanan pemeliharaan kesehatan reproduksi, termasuk perencanaan keluarga, ada tersedia, terjangkau, dapat-diterima dan cocok untuk semua pemakai. Kedua, untuk memungkinkan dan mendukung keputusan sukarela yang bertanggungjawab dalam hal kehamilan dan metode keluarga berencana pilihan mereka, dan juga metode lain pilihan mereka dalam hal pengaturan kesuburan yang tidak bertentangan dengan hokum, serta mempunyai informasi, pendidikan dan cara untuk memperolehnya.

Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kesehatan reproduksi yang mengalami penibahan sepanjang siklus hidup dan melakukan hal itu dengan cara yang peka terhadap keanekaragaman keadaan masyarakat setempat. Program Yang Diharapkan Diimplementasikan Oleh Masing-Masing Negara Semua negara harus berusaha untuk menyediakan, melaluhi sistem pemeliharaan kesehatan primer, kesehatan reproduksi untuk semua pribadi pada usia yang tepat secepat mungkin dan tidak lebih lambat dari tahun 2015. Pemeliharan kesehatan reproduksi dalam rangka pemeliharaan kesehatan primer harus, inter alia mencakup: bimbingan keluarga berencana, informasi, pendidikan, komunikasi dan pelayanan; pendiddikan dan pelayanan untuk perawatan prasntal, kelahiran yang aman, dan perawatan pascanatal, khususnya pemberian ASI, perawatan kesehatan bayi dan wanita; pencegahan dan pengobatan yang memadahi terhadap kemandulan; aborsi, termasuk pencegahan aborsi dan pengelolahan akibat-akibat aborsi; pengobatan infeksi saluran reproduksi, penyakit yang ditularkan secara seksual dan keadaan kesehatan reproduksi lain; serta informasi, pendidikan dan konseling yang promosi hubungan antara jenis kelaminn yang sating menghormati dan wajar, dan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan pelayanan dari kaum remaja guna memungkinkan mereka untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan pelayanan dari kaum remaja guna memungkinkan mereka menghadapi seksualitasnya dengan cara yang positif dan bertanggungjawab. Kesehatan reproduksi tidak tercapai oleh banyak orang di dunia karena faktorfaktor berikut: tingkat pengetahuan yang tidak mencukupi bernilai; kelaziman perilaku seksual beresiko tinggi; praktik-praktik sosial yang mendiskriminatif; sikap-sikap negatif terhadap wanita dan gadis; dan kekuasaan terbatas yang dimiliki banyak wanita dan gadis atas kehidupan seksual dan reproduksi mereka. Kaum remaja khususnya mudah terkena karena kekurangan mereka akan informasi dan pelayanan yang relevan di kebanyakan negeri. Rujukan bagi pelayanan-pelayanan keluarga berencana serta diagnosis dan pengobatan selanjutnya terhadap komplikasikomplikasi kehamilan, kelahiran dan aborsi, kemandulan, infeksi saluran reproduksi, kanker payudara dan kanker sistem reproduksi,penyakit yang ditularkan secara seksual danhiv/aids harus selalu tersedia sesuai dengan permintaan. Peniadaan secara aktif dari praktik-praktik membahayakan, seperti penisakan alat kelamin wanita hendaknya juga menjadi komponen integral dari pemeliharaan kesehatan primer, termasuk program-program pemeliharaan kesehatan reproduksi.

Program-program pemeliharaan kesehatan reproduksi hendaknya direncanakan untuk memenuhi kebutuhan wanita, termasuk remaja, dan harus melibatkan wanita dalam kepemimpinan, perencanaan, pengambilan keputusan, pengelolaan, pelaksanaan, organisasi, dan penilaian pelayanan. Pemerintah dan organisasi lain harus mengambil langkah yang positif untuk melibatkan para wanita pada semua tingkat sistem pemeliharaan kesehatan. Program-program inovatif harus dikembangkan agar menyediakan informasi, konseling, dan pelayanan kesehatan reproduksi untuk para remaja dan pria dewasa. Program seperti itu harus lebih baik mendidik dan memungkinkan pria untuk berbagi tanggung jawab secara lebih berimbang di dalam keluarga berencana. Urusan rumah tangga, dan membesarkan anak, serta menerima tanggung jawab utama untuk mencegah penyakit yang ditularkan secara seksual, program-program tersebut harus mencapai kaum pria di tempat kerjaa mereka, di rumah, dan di tempat mereka berkumpul untuk rekreasi. Mengenai hak-hak anak, juga hams dicapai lewat sekolah, organisasi pemuda, dan di mana saja mereka berkumpul. Metode kontrasepsi pria yang sukarela dan tepat, serta untuk pencegahan penyakit yang ditularkan secara seksual dan AIDS, hendaknya dipromosikan dan disediakan dengan informasi dan konseling yang tepat. Pemerintah hendaknya mempromosikan partisipasi masyarakat yang lebih besar dalam pelayanan pemeliharaan keshatan reproduksi dengan men-desentralisasi penglolaan program kesehatan masyarakat dan dengan membentuk kerekanan dalam kerja sama dengan organisasi lokal non- pemerintah dan pemberi pelayananpelayanan kesehatan swasta. Semua jenis organisasi non-pemerintah, termasuk kelompok wanita setempat, serikat buruh, program remaja, dan kelompok agama, hendaknya didorong agar dalam promosi kesehatan reproduksi yang lebih baik. Masyarakat internasional diharapkan mempertimbangkan untuk memberi pelatihan, bantuan teknis, kebutuhan suplai kontrasepsi jangka pendek. Untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi terjadinya kehamilan beresiko tinggi, serta kesakitan dan kematian.untuk membuat pelayanan keluarga berencana yang bermutu terjangkau, bisa diterima dan diperoleh untuk semua yang memerlukan. Program-program tersebut harus mencapai kaum pria di tempat kerja mereka, di rumah, dan di tempat mereka berkumpul untuk rekreasi. Mengenai hak-hak anak, juga harus dicapai lewat sekolah, organisasi pemuda, dan di mana raja mereka berkumpul. Metode kontrasepsi pria yang sukarela dan tepat, serta untuk pencegahan

penyakit yang ditularkan secara seksual dan AIDS, hendaknya dipromosikan dan disediakan dengan informasi dan konseling yang tepat. Pemerintah hendaknya mempromosikan partisipasi masyarakat yang lebih besar dalam pelayanan pemeliharaan kesehatan reproduksi dengan mendesentralisasi penglolaan program kesehatan masyarakat dan dengan membentuk kerekanan dalam kerja sama dengan organisasi lokal non- pemerintah dan pemberi pelayananpelayanan kesehatan swasta. Semua jenis organisasi non-pemerintah, termasuk kelompok wanita setempat, serikat buruh, program remaja, dan kelompok agama, hendaknya didorong agar dalam promosi kesehatan reproduksi yang lebih baik. Para migran dan orang yang terlantar di banyak dunia mempunyai kesempatan terbatas akan pemeliharaan kesehatan reproduksi, dan mungkin menghadapi ancaman berat yang khas atas kesehatan dan hak-hak reproduksi mereka. Pelayanan hams peka, khususnya pada kebutuhan wanita dan remaja secara pribadi, dan harus tanggap terhadap keadaan mereka yang sering tanpa kekuatan, dengan perhatian khususs kepada mereka yang menjadi korban kekerasan seksual. Keluarga Berencana Hal-hal yang menjadi dasar tindakan dalam program yang dicanangkan dalam ICPD adalah: Tujuan program-program keluarga berencana harus memungkinkan pasangan dan pribadi-pribadi untuk menentukan secara bebas dan bertanggungjawab jumlah dan jarak anak-anak mereka. Dan mempunyai informasi dan cara memperolehnya, serta memastikan pilihan-pilihan dengan pemberian informasi terlebih dulu dan menyediakan berbagai metode yang aman dan efektif. Program ditujukan untuk membantu pasangan dan pribadi memenuhi tujuan tujuan reproduksi mereka dalam suatu kerangka kerja yang memajukan kesehatan optimum, tanggungjawab dan kesejahteraan keluarga, dan menghormati martabat; praktik-praktik sosial yang mendiskriminatif; sikap-sikap negatif terhadap wanita dan gadis; dan kekuasaan terbatas yang dimiliki banyak wanita dan gadis atas kehidupan seksual dan reproduksi mereka. Untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi terjadinya kehamilan beresiko tinggi, serta kesakitan dan kematian. Untuk membuat pelayanan keluarga berencana yang bermutu terjamgkau, bisa diterima dan diperoleh untuk semua yang memerlukan dan menginginkannya, sambil menjaga kerahasiaannya.

Untuk memperbaiki mutu nasihat, informasi, pendidikan, komunikasi, konseling, dan pelayanan keluarga berencana.untuk meningkatkan partisipasi dan pembagian tanggungjawab pria dalam praktik nyataa dalam kelurga berencana.untuk mempromosi pemberian asi guna mendukung pengaturan jarak. kelahiran. Dalam pelaksanaannya diharapkan ada pemahaman bahwa metode yang tepat untuk pasangan dan pribadi adalah berbeda menurut usia, paritas, preperensi besar keluarga dan faktor-faktor lain, dan menjamin bahwa wanita dan pria mendapat informasi dan akses terhadap keluarga berencana yang aman dan efektif agar seluas mungkin metode-metode memungkinkan mereka melakukan pilihan yang bebas dan berdasarkan informasi. Menyediakan informasi yang mudah dijangkau, lengkap dan akurat mengenai berbagai metode keluarga berencana, termasuk resiko dan manfaat kesehatannya, kemungkinan efek sampingan, dan keefektifannya dalam mencegah penyebaran HIV/AIDS serta penyakit lain yang ditularkan secara seksual. Selain hal-hal di atas pelayanan KB diharapkan membuat pelayanan lebih aman, lebih terjangkau, lebih menyenangkan, dan terjangkau oleh pars klien, serta memastikan melalihi sistem logistik yang lebih kuat, penyediaan kontrasepsi yang cukup dan terus menerus. Privasi dan kerahasian hendaknya terjamin. Tujuan program-program keluarga berencana harus memungkinkan pasangan dan pribadi-pribadi untuk menentukan secara bebas dan bertanggungjawab jumlah dan jarak anak-anak mereka. Dan mempunyai informasi dan cara memperolehnya, sena memastikan pilihan-pilihan dengan pemberian informasi terlebih dulu dan menyediakan berbagai metode yang aman dan efektif. Meningkatkan pelatihan formal dan informal dalam pelayanan kesehatan, seksual dan reproduksi dan kelurga berencana bagi semua pemberi pelayanan kesehatan, penyuluh kesehatan dan manager, termasuk pelatihan dalam komunikasi interpersonal dan konseling. Meningkatkan pelatihan formal dan informal dalam pelayanan kesehatan, seksual dan reproduksi dan kelurga berencana bagi semua pemberi pelayanan kesehatan, penyuluh kesehatan dan manager, termasuk pelatihan dalam komunikasi interpersonal dan konseling. Untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi terjadinya kehamilan beresiko tinggi, serta kesakitan dan kematian. Untuk membuat pelayanan keluarga berencana yang bermutu terjamgkau, bisa diterima dan diperoleh untuk semua yang memerlukan dan menginginkannya, sambil menjaga kerahasiaannya. Untuk memperbailci mutu nasihat, informasi, pendidikan, komunikasi, konseling, dan

pelayanan keluarga berencana. Untuk meningkatkan partisipasi dan pembagian tanggungjawab Aria dalam praktik nyata dalam tindak lanjut pemeliharaan yang tepat, termasuk pengobatan efek samping dan pemakaian kontrasepsi. Menjamin tersedianya pelayana-pelayanan kesehatan reproduksi yang berkaitan ditempat atau melaluhi mekanisme rujukan yang kuat. Sebagai tambahan pada ukuran-ukuran kuantitatif dari kinerja, berilah lebih banyak tekanan pada kinerja mutu yang memperhatikan perspektif pemakai yang barn dan calon pemakai, melaluhi cara-cara termasuk sistem informasi pengelolahan yang efektifdan teknik-teknik survei untuk penileian pelayanan yang tepat waktu. Programprogram keluarga berencana dan kesehatan reproduksi hendaknya menekankan pendidikan pemberian ASI dan pelayanan-pelayanan pendukung, yang secara bersamaan dapat memberi arti bagi penjarangan kelahiran, kesehatn ibu dan anak yang lebih baik, serta kelangsungan hidup anak yang lebih tinggi. Penyakit yang ditularkan secara seksual dan pencegahan HIV Tujuannya adalah mencegah, mengurangi insidensi, serta menyediakan pengobatan untuk penyakit yang ditularkan secara seksual, termasuk HIV/AIDS, dan komplikasi penyakit yang ditularkan secara seksual, seperti kemandulan, dengan perhatian khusus pada para gadis dan wanita.