PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal yang lain (KBBI, 2003: 588).

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK)

BAB I PENDAHULUAN. metaforis, lokalitas merupakan sebuah wilayah tempat masyarakatnya secara

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:33). Oleh karena itu, bahasa merupakan hal

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi manusia untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

ILOKUSI DALAM WACANA KAOS OBLONG JOGER: SEBUAH ANALISIS PRAGMATIK. Agus Surya Adhitama Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Udayana

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM PIDATO M. ANIS MATTA: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

MACAM-MACAM MAJAS (GAYA BAHASA)

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

TINDAK TUTUR BERBAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI JUAL-BELI DI PASAR MINGGU TAMANAGUNG BANYUWANGI

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO. Jurnal Publikasi Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa secara sederhana merupakan produk budaya yang dihasilkan dan

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE ARTIKEL E-JOURNAL ELFI SURIANI NIM

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

Tindak tutur ilokusi novel Surga Yang Tidak Dirindukan karya Asma Nadia (kajian pragmatik)

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNTIRTA 2017 ISBN

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi kehidupan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIALOG FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO (SEBUAH TINJAUAN PRAGMATIK)

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis atau kalimat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

Transkripsi:

TINDAK ILOKUSI DAN PERLOKUSI PADA SUNGGUH SUNGGUH TERJADI HARIAN KEDAULATAN RAKYAT BULAN FEBRUARI-MARET 2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Disusun oleh: Stefani Sweet Tanti 061224060 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013

TINDAK ILOKUSI DAN PERLOKUSI PADA SUNGGUH SUNGGUH TERJADI HARIAN KEDAULATAN RAKYAT BULAN FEBRUARI-MARET 2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Disusun oleh: Stefani Sweet Tanti 061224060 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 i

ii

iii

MOTTO Segala perkara dapat kutanggung di dalam DIA yang memberi kekuatan kepadaku. (Filipi 4:13) Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar, tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. (Efesus 4:2) Tidak semua yang bisa dihitung itu berharga, dan tidak semua yang berharga bisa dihitung. (Albert Einstein) Sesuatu yang bisa dikerjakan kapan saja, sebenarnya bisa dikerjakan dalam sekejap. (Penulis) iv

PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus Bapak ibu tercinta, bapak PK. Triatmo dan ibu A. Endang S. Kedua kakakku, YB. Doni Mahardhana dan Maria Luki Susanti Teman di hatiku, Bernadus Dani Anggoro v

vi

vii

ABSTRAK Tanti, Stefani Sweet. 2013. Tindak Ilokusi dan Perlokusi Pada Sungguh- Sungguh Terjadi Harian Kedaulatan Rakyat Bulan Februari-Maret 2012. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Tujuan utama penelitian ini adalah mendeskripsikan tindak tutur yang digunakan dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi yan ditampilkan pada media cetak Kedaulatan Rakyat, sedangkan secara rinci ingin mendeskripsikan tindak tutur ilokusi dan perlokusi yang digunakan dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi pada media cetak Kedaulatan Rakyat. Data yang dianalisis berupa pesan teks yang terdapat dalam 30 teks Sungguh-Sungguh Terjadi pada media cetak Kedaulatan Rakyat selama bulan Februari-Maret 2012. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teori pragmatik, teori tindak tutur. Kedua teori tersebut digunakan untuk menjelaskan tiga macam tindak tutur yang biasa digunakan dalam pemakaian bahasa yaitu tindak lokusioner (locutionary acts), tindak ilokusioner (illocutionary acts), dan tindak perlokusioner (perlocutionary acts). Penelitian ini tergolong dalam penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah teknik baca dan teknik catat. Hasilnya memperlihatkan (1) semua teks yang dianalisis secara pragmatik dan tindak tuturnya mengandung tindak ilokusi dan tindak perlokusi, (2) dari tindak ilokusinya, terdapat lima jenis tindak ilokusinya yaitu tindak ilokusi asertif, tindak ilokusi direktif, tindak ilokusi komisif, tindak ilokusi deklaratif, tindak ilokusi ekspresif, (3) dari tindak perlokusi teks Sungguh-Sungguh Terjadi yang dianalisis ingin memberikan efek pada pembaca berupa menarik perhatian, ketertarikan, keinginan, kayakinan dan tindakan. Efek yang diharapkan pembaca bukan saja tertarik tetapi meyakini kalau teks Sungguh-Sungguh Terjadi memang benar terjadi bukan rekayasa. viii

ABSTRACT Tanti, Stefani Sweet. 2013. Illocutionary and Perlocutionary Acts on Sungguh- Sungguh Terjadi Daily news of Kedaulatan Rakyat during the Months of February until March 2012. Thesis. Yogyakarta: Indonesian and Vernacular Language Education Study Program, Teachers Training Faculty, Sanata Dharma University. This research was aimed to describe the speech acts used in the texts of Sungguh-Sungguh Terjadi written in Kedaulatan Rakyat newspaper. It was also aimed to describe illocutionary and perlocutionary speech acts used in Sungguh- Sungguh Terjadi written in Kedaulatan Rakyat newspaper in detail. The data in the form of message written in 30 texts of Sungguh-Sungguh Terjadi in Kedaulatan Rakyat during the months of February until March 2012. The theoretical backgrounds used in this research were pragmatic theory and speech theory. Those two theories were used to explain three kinds of speech acts frequently used in language usage. They were locutionary acts, illocutionary acts, and perlocutionary acts. It was a qualitative research. The data using reading technique and notetaking technique. The results showed that (1) there were illocutionary and perlocutionary acts in all texts analyzed pragmatically and in the speech acts, (2) the illocutionary acts consisted of five kinds of illocutionary acts. The were assertive illocutionary acts, directive illocutionary acts, comissive illocutionary acts, declarative illocutionary acts, and expressive illocutionary acts, (3) the perlocutionary acts showed that the Sungguh-Sungguh Terjadi texts wanted to give certain effects to the readers. The expected effects were attention attraction, interest, desire, belief, and action. Not only were the readers expectedly interested in reading Sungguh-Sungguh Terjadi but also convinced that the stories in Sungguh-Sungguh Terjadi were true stories rather than imaginary ones. ix

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan atas karunia, rahmat, berkat dan cinta kasih-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Tindak Ilokusi dan Perlokusi Pada Sungguh-Sungguh Terjadi Harian Kedaulatan Rakyat Bulan Febuari-Maret 2012. Skripsi ini digunakan memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat bantuan berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan, petunjuk, dan nasehat. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. 2. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran-saran, dan motivasi yang dapat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr. Y. Karmin, M.Pd. yang telah memberikan bimbingan, saran-saran, dan motivasi yang dapat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. selaku Dosen Penguji yang telah memberikah pengarahan yang berguna dalam skripsi ini. 5. Segenap Dosen dan Karyawan Program Studi Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan bantuan kepada penulis selama ini. 6. Bapak dan ibu tercinta, bapak P. K Triatmo dan ibu A. Endang S. yang selama ini membimbing dengan penuh perhatian, kasih sayang, doa dan cinta yang tidak pernah padam sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. x

xi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN MOTTO... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan penelitian.... 3 1.4 Manfaat Penelitian... 3 1.5 Batasan Istilah... 4 1.6 Sistematika Penyajian... 5 BAB II LANDASAN TEORI... 7 2.1 Tinjauan Terhadap Penelitian terdahulu yang Relevan... 7 2.2 Kajian Teori... 9 2.2.1 Pragmatik... 9 2.2.2 Tindak tutur... 11 2.2.3 Jenis Tindak Tutur... 12 2.2.3.1 Tindak Lokusi... 12 2.2.3.2 Tindak Ilokusi... 12 2.2.3.3 Tindak Perlokusi... 13 xii

2.2.4 Konteks... 14 2.2.5 Perubahan Makna... 16 2.2.6 Gaya Bahasa... 17 2.2.7 Media Cetak... 22 2.3 Keterkaitan Tindak Ilokusi dan Perlokusi... 23 2.4 Kerangka Teori... 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27 3.1 Jenis Penelitian... 27 3.2 Sumber Dan Data Penelitian... 28 3.3 Instrumen penelitian... 29 3.4 Objek Penelitian... 29 3.5 Teknik Pengumpulan Data... 29 3.6 Teknik Analisis Data... 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 31 4.1 Deskripsi Data... 31 4.2 Hasil Analisis Data... 31 4.2.1 Ilokusi dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi... 31 4.2.1.1 Tindak Ilokusi Asertif... 32 4.2.1.2 Tindak Ilokusi Direktif... 34 4.2.1.3 Tindak Ilokusi Komisif... 37 4.2.1.4 Tindak Ilokusi Deklaratif... 39 4.2.1.5 Tindak Ilokusi Ekspresif... 41 4.2.2 Perlokusi dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi... 43 4.3 Pembahasan... 48 4.3.1 Tindak Ilokusi... 49 4.3.1.1 Tindak Ilokusi Asertif... 50 4.3.1.2 Tindak Ilokusi Direktif... 51 4.3.1.3 Tindak Ilokusi Komisif... 52 4.3.1.4 Tindak Ilokusi Dlekaratif... 52 xiii

4.3.1.5 Tindak Ilokusi Ekspresif... 53 4.3.2 Perlokusi dalam teks Sungguh-Sungguh Terjadi... 60 4.3.3 Jenis Ilokusi yang terdapat pada teks Sungguh-Sungguh Terjadi... 63 4.3.3.1 Ilokusi Meyakinkan... 64 4.3.3.2 Ilokusi Mempengaruhi... 65 4.3.3.3 Ilokusi Membujuk... 66 4.3.3.4 Ilokusi Menyindir... 67 4.3.3.5 Ilokusi Perintah... 69 BAB V PENUTUP... 70 5.1 Kesimpulan... 70 5.2 Saran... 71 DAFTAR PUSTAKA... 73 BIODATA... 75 LAMPIRAN... 76 xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada beberapa definisi bahasa menurut para ahli. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1992:21). Menurut Nababan (1991:1) bahasa adalah salah satu ciri yang paling khas manusiawi yang membedakan dari mahkluk-mahkluk lain. Dengan kata lain bahasa mempunyai fungsi yang penting bagi manusia terutama fungsi komunikasi. Makna dalam komunikasi tersebut diungkapkan dengan kalimat. Dalam kehidupan sehari hari manusia menggunakan bahasa dengan berbagai bentuk, guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan komunikasi manusia dapat memenuhi keinginannya sebagai mahkluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan pendapatnya serta bekerja sama. Salah satu jenis media komunikasi yang dapat digunakan oleh masyarakat adalah surat kabar atau koran. Koran merupakan media cetak yang sangat mudah dijumpai dan didapatkan di masyarakat. Koran berperan dalam membagikan informasi yang terjadi secara cepat dan aktual. Koran bersifat visual, karena dalam beritanya disertakan gambar yang menggambarkan sebuah peristiwa dengan disertai penjelasan yang menceritakan keadaan gambar tersebut. Koran memberikan banyak manfaat dan kemudahan sehingga banyak orang yang 1

2 tertarik. Selain koran mudah didapatkan dengan harga terjangkau, koran memiliki banyak ragamnya. Jumlah pengguna koran yang begitu besar inilah yang membuat para penerbit untuk menciptakan kreatifitas dan dijadikan sebagai ciri khas koran terbitannya itu. Koran yang ada saat ini beragam, antara lain: Suara Merdeka, Kompas, Tribun, Kedaulatan Rakyat, dan lain-lain. Masing-masing koran tersebut mempunyai kekhasan isi beritanya. Penelitian ini mengkaji tindak ilokusi dan tindak perlokusi kolom Sungguh- Sungguh Terjadi pada surat kabar Kedaulatan Rakyat. Kedua hal tersebut merupakan faktor penting dalam penyampaian pesan yang disampaikan oleh Sungguh-Sungguh Terjadi pemberi informasi kepada pembaca. Hal ini dikarenakan dibuat kolom Sungguh-Sungguh Terjadi adalah agar pembaca dapat mengerti apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh pemberi informasi tersebut. Kolom ini menarik perhatian masyarakat karena ceritanya juga benar- benar terjadi dalam kehidupan dan dialami oleh pembuat informasi. Ilmu bahasa yang sesuai untuk menganalisis tindak lokusi dan tindak ilokusi adalah pragmatik. Pragmatik adalah studi tentang suatu makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca) (Yule, 1996: 3). Dari paparan latar belakang di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian tindak lokusi dan tindak ilokusi kolom Sungguh- Sungguh Terjadi pada media cetak Kedaulatan Rakyat. Kalimat yang terdapat dalam Sungguh- Sungguh Terjadi akan dianalisis berdasarkan maksud yang disampaikan oleh penulis informasi tersebut.

3 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitiannya adalah sebagai berikut. 1. Ilokusi apa sajakah yang ditemukan pada Sungguh-Sungguh Terjadi terbitan Kedaulatan Rakyat bulan Februari-Maret 2012? 2. Perlokusi apa sajakah yang terjadi pada Sungguh-Sungguh Terjadi terbitan Kedaulatan Rakyat bulan Februari-Maret 2012? 3. Apa keterkaitan ilokusi dan perlokusi pada Sungguh-Sungguh Terjadi terbitan Kedaulatan Rakyat bulan Februari-Maret? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan ilokusi Sungguh-Sungguh Terjadi terbitan Kedaulatan Rakyat bulan Februari-Maret 2012. 2. Mendeskripsikan perlokusi yang terjadi pada Sungguh-Sungguh Terjadi terbitan Kedaulatan Rakyat bulan Februari-Maret 2012. 3. Mengaitkan ilokusi dan perlokusi pada Sungguh-Sungguh Terjadi terbitan Kedaulatan Rakyat bulan Februari-Maret? 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, manfaat tersebut adalah sebagai berikut.

4 1. Bagi bidang bahasa Penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan teori kebahasaan dan menambah pengetahuan mengenai ilmu pragmatik khususnya tindak tutur yang mempelajari maksud yang tersembunyi di balik makna sebuah tuturan. 2. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ani diharapkan dapat dijadikan bahan untuk penelitian yang lebih lanjut mengenai tindak tutur khususnya lokusi dan ilokusi. 1.5 Batasan Istilah 1. Tindak Tutur Suatu ujaran sebagai suatu satuan fungsional dalam komunikasi (Sumarsono, 2004:48 ). 2. Tindak ilokusi Tindak ilokusi adalah suatu tindak yang dilakukan dalam mengatakan sesuatu seperti membuat janji, membuat pernyataan, mengeluarkan perintah atau permintaan, menasbihkan nama suatu kapal, dan lain- lain (Lyons, 1977 : 730). 3. Tindak perlokusi Tindak perlokusi adalah tindakan untuk mempengaruhi lawan tutur seperti memalukan, mengintimidasi, membujuk, dan lain-lain (Searle, 1975). 4. Media cetak Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,

5 perhatian, dan minat. Media cetak merupakan bagian dari media massa yang digunakan dalam penyuluhan (Hamundu, 1999). 1.6 Sistematika Penyajian Sistematika penulisan penelitian ini terdiri atas beberapa bab. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pembaca di dalam memahami penelitian ini. Bab satu adalah bab pendahuluan. Bab ini mengkaji latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab dua adalah kerangka teori. Bab ini berisi seputar tinjauan terhadap penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang saat ini sedang dilakukan oleh peneliti dan landasan teori yaiti teori- teori yang mendasari penulis dalam melakukan penelitian. Bab tiga adalah metodologi penelitian. Bab ini membahas seputar jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, tehnik pengumpulan data, instrumen penelitian, tehnik analisis data. Bab empat adalah hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini menyajikan deskripsi data, hasil analisis data, dan pembahasan. Di dalam bab ini peneliti menguraikan bagaiman deskripsi data penelitian, bagaiman memperoleh data serta cara menganalisis data, dan hasil pembahasan hasil penelitian. Bab lima adalah bab penutup yang berisi kesimpulan mengenai hasil penelitian, implikasi hasil penelitian, dan saran-saran dalam penelitian ini. Selain bab-bab diatas peneliti juga menyajikan daftar pustaka yang akan dipergunakan

6 dalam penelitian ini. Selain itu, terdapat juga lampiran lampiran yang mendukung dalam penelitian ini.

7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan Hubungan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh A. S. Joko Sukoco, Mahardika, Ventianus Sarwoyo, I Dewa Putu Wijana, Yustina Wiwik Iswanti. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh A. S. Joko Sukoco dengan judul Penanda Lingual Kesantunan Berbahasa Indonesia Dalam Bentuk Tuturan Imperatif: Studi Kasus Pemakaian Tuturan Imperatif di Lingkungan SMU Stella Duce Bantul. Hasil penelitian penanda lingual kesantunan berbahasa tuturan imperatif adalah ungkapan kata- kata tolong, ayo (yok), mari, silakan, dan pemakaian kata maaf sebagai bentuk eufimisme bahasa. Kedua, penelitian Mahardika dengan judul Kesantunan dan Pemakaian Gaya Bahasa dalam Tuturan Langsung dan tak Langsung (Analisis kesantunan Leech dalam Tuturan pelawak Extravaganza). Hasil penelitian menyebutkan bahwa ketidaksantunan sebuah tuturan menjadi kekuatan utama tuturan humor terbentuk. Ketiga, penelitian dilakukan oleh Ventianus Sarwoyo dengan judul Tindak Ilokusi dan Penanda Tingkat Kesantunan tuturan di dalam Surat Kabar. Penelitian ini mendeskripsikan jenis- jenis tindak ilokusidan jenis- jenis penanda yang menunjukan tingkat kesantunan tuturan dalam surat kabar. Hasil penelitian ini ditemukan empat jenis tindak ilokusi ( direktif, komisif, representatif dan 7

8 ekspresif ) dan enam jenis penanda tingkat kesantunan dalam surat kabar (analogi, diksi, gaya bahasa, penggunaan kata modalitas, penyebutan subyek yang menjadi tujuan tuturan dan bentuk tuturan). Keempat, penelitian dilakukan oleh I Dewa Putu Wijana dengan judul Implikatur dalam Wacana Pojok. Hasil penelitian menyebutkan bahwa tuturan yang disampaikan untuk maksud mengkritik, mengecam, memberikan saran dengan sopan. Implikatur wacana pojok diungkapkan dalam tindak tutur langsung, tindak tutur tak langsung, tindak tutur lateral, tindak tutur tidak lateral. Kelima, penelitian dilakukan oleh Yustina Wiwik Iswanti yang berjudul Analisis Wacana Persuasi Iklan Media Cetak Berbahasa Indonesia Pada Majalah Mingguan Tempo. Hasil penelitian menyebutkan bahwa wacana iklan melanggar maksim cara, maksim pujian dan kerendahan hati. Pelanggaran itu sengaja dengan tujuan untuk menarik pehatian pembaca. Relevansi penelitian terdahulu terhadap penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah memberikan masukan dan gambaran mengenai ciri tindak bahasa yang terdapat dalam kolom Sungguh-Sungguh Terjadi yang meliputi tindak ilokusi dan tindak perlokusi dalam berita atau informasi yang disampaikan penulis kepada pembaca. Dari penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam penelitian ini, kebanyakan dari penelitian terdahulu menemukan jenis implikatur, jenis ilokusi, penanda kesantunan, dan segi sosiolinguistik dari iklan. Masukan dari peneliti terdahulu memberikan gambaran dalam menganalisis tindak ilokusi dan tindak perlokusi dalam penelitian ini.

9 Kedudukan penelitian ini menyempuranakan kajian dalam penelitian terdahulu. Penelitian ini akan membahas tindak lokusi dan tindak ilokusi yang terdapat dalam kolom Sungguh-Sungguh Terjadi pada media cetak Kedaulatan Rakyat. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan ilmu bahasa Pragmatik, belum ditemukan mengenai tindak ilokusi dan tindak perlokusi yang terdapat dalam kolom Sungguh-Sungguh Terjadi pada koran Kedaulatan Rakyat. Kebanyakan peneliti membedakan ilokusi kedalam lima jenis ilokusi yang meliputi ilokusi asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Penelitian ini menganalisis tindak ilokusi dan tindak perlokusi dengan tujuan mengetahui maksud dibalik tuturan pada kolom Sungguh-Sungguh Terjadi. 2.2 Kajian Teori 2.2.1. Pragmatik Pengertian pragmatik menurut Prof. Dr. P. W. J Nababan (1987) adalah kajian hubungan unsur-unsur bahasa dengan pemakaian bahasa itu. David R. Dan Dowty (1981) menjelaskan pengertian pragmatik adalah telaah terhadap pertuturan langsung maupun tidak langsung, presuposisi, implikatur, entailment, dan percakapan atau kegiatan konversasioanal antara penutur dan mitra tutur. Pragmatik menurut cf. Charles Peire dan W. James (1902) adalah suatu aliran atau pendekatan pengkajian makna dan kebenaran satuan bahasa (kata atau kalimat) yang didasarkan pada kenyataan praktis atau wujud sosial dan material. George (1964) telah menunjukkan bahwa ilmu bahasa pragmatik adalah ilmu

10 tentang makna bahasa, dalam kaitan dengan keseluruhan perilaku umat manusia dan tanda-tanda atau lambang-lambang bahasa yang ada di sekelilingnya. Morris (1938) mendefinisikan pragmatik sebenarnya adalah bidang bahasa yang mempelajari relasi antara lambang-lambang bahasa dengan para penafsirnya. Levinson (1983) mendefinisikan pragmatik sebagai studi perihal ilmu bahasa yang mempelajari relasi-relasi antara bahasa dengan konteks tuturannya. Konteks tuturan yang dimaksud telah terkodifikasikan sedemikian rupa sehingga tidak dapat dilepaskan begitu saja dari struktur kebahasaannya. Parker (1986) menyatakan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal. Parker dengan tegas membedakan antara studi ilmu bahasa pragmatik dengan studi tata bahasa atau gramatika bahasa, yang disebutkan terakhir itu semata-mata dianggapnya sebagai studi ihwal seluk beluk bahasa secara internal, terlepas dari konteks situasi pemakaiannya di dalam masyarakat sesungguhnya. Menurut parker studi gramatika bahasa tidak perlu dikaitkan dengan konteks situasi tuturnya, sedangkan studi tentang gramatika mutlak harus dikaiteratkan dengan konteks situasi tutur tersebut. Jacob L. Mey (1983) mendefinisikan pragmatik sebagai ilmu bahasa yang mempelajari pemakaian atau penggunaan bahasa, yang pada dasarnya selalu harus ditentukan oleh konteks situasi tutur didalam masyarakat dan wahana kebudayaan yang mewadahi dan melatarbelakanginya. Konteks situasi tutur yang dimaksud Mey (1983) tersebut mencakup dua hal yakni konteks sosial dan konteks sosietal.

11 2.2.2. Tindak Tutur Teori tindak tutur merupakan bagian dari pragmatik. Pragmatik mempelajari berbagai wujud bahasa sebagai refleksi keberagaman maksud (intention) penuturnya. Dalam hal ini maksud dibedakan dengan makna. Maksud adalah unsur luar bahasa, sedangkan makna adalah unsur dalam bahasa. Maksud adalah speaker s meaning, sedangkan makna adalah linguistik meaning (Putu Wijana, 2002: 67). Teori tindak tutur berawal dari ceramah yang disampaikan oleh filsuf berkebangsaan Inggris, John L. Austin (1962:98-99) menyebutkan bahwa pada dasarnya saat seseorang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Searle (1975) berpendapat bahwa unsur yang paling kecil dalam komunikasi adalah tindak tutur seperti menyatakan, membuat pertanyaan, memberi perintah, menguraikan, menjelaskan, minta maaf, berterima kasih, mengucapkan selamat, dan lain-lain. Searle (1975) juga membagi tindak tutur menjadi tiga macam tindakan yang berbeda, yaitu tindak lokusioner, tindak ilokusioner, dan tindak perlokusioner, yang dimaksud dengan tindak lokusioner adalah tindak tutur yang semata-mata menyatakan sesuatu. Tindak ilokusioner adalah apa yang ingin dicapai oleh penuturnya pada waktu menuturkan sesuatu dan marupakan tindakan menyatakan, berjanji, minta maaf, mengancam, meramalkan, memerintah, meminta, dan lain sebagainya. Tindak perlokusioner yaitu tindakan untuk mempengaruhi lawan tutur seperti memalukan, mengintimidasi, membujuk dan lain-lain. Menurut Wijana (1996:17-20) pada hakekatnya ketiga tindakan tersebut

12 dapat dijelaskan sebagai tindakan untuk menyatakan sesuatu, tindakan untuk melakukan sesuatu, dan tindakan untuk mempengaruhi. Tindak tutur yang disampaikan Searle (1969) secara lengkap adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa. John Austin mendefinisikan tindak tutur sebagai konsep teori yang menyatakan pada dasarnya bila seseorang mengatakan sesuatu maka sebenarnya dia juga melakukan sesuatu. 2.2.3 Jenis Tindak Tutur 2.2.3.1 Tindak lokusi John R. Searle (1983) menjelaskan bahwa tindak lokusi adalah tindak bertutur dengan kata, frase, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frase, dan kalimat itu. Dalam tindak lokusi tidak tidak dipermasalahkan maksud dan fungsi tuturan yang disampaikan oleh penutur. 2.2.3.2 Tindak ilokusi John R. Searle (1983) mengemukakan tindak ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu. Tuturan tanganku gatal bukan semata-mata dimaksudkan untuk memberitahu bahwa pada saat itu sedang menyerang dan bersarang pada lengan tangannya. Namun, lebuh dari semua itu, menginginkan agar melakukan tindakan tertentu yang berkaitang dengan rasa gatal pada lengannya itu. Misalkan saja, mengambilkan obat penghilang rasa gatal dan sebagainya. Searle (1983) menggolongkan tindak tutur ilokusi dalam aktivitas bertutur dalam lima macam bentuk tuturan sebagai berikut: (1) Asertif adalah

13 bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya: menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim. (2) Direktif adalah bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan tertentu, misalnya: memesan, memerintah, memohon, menasihati, dan merekomendasi. (3) Ekspresif adalah bentuk tututran yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya: berterima kasih, memberi selamat, meminta maaf, menyalahkan, memuji, dan belasungkawa. (4) Komisif adalah bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penewaran, misalnya: berjanji, bersumpah, menawarkan sesuatu. (5) Deklarasi adalah bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya, misalnya: berpasrah, memecat, membaptis, memberi nama, mengangkat, mengucilkan, dan menghukum. Austin (1962: 142) mengatakan bahwa tindak ilokusi adalah tindak mengatakan sesuatu berbeda dengan tindak dalam mengatakan ssesuatu. Tindak mengatakan sesuatu hanyalah bersifat mengungkapkan sesuatu sedangkan tindak dalam mengatakan sesuatu mengandung tanggung jawabuntuk melaksanakan sesuatu sehubungan dengan ujaran. Tindak ilokusi adalah suatu tindak yang dilakukan dalam mengatakan sesuatu seperti membuat janji, membuat pernyataan, mengeluarkan peritah atau permintaan, menasbihkan nama sebuah kapal, dan lainlain (Lyons, 1977:730). 2.2.3.3 Tindak Perlokusi Tindak perlokusi adalah tindak menumbuhkan pengaruh (effect) seperti memalukan, membujuk, mengintimidasi, dan lain-lain (Searle, 1983). Tuturan

14 tanganku gatal, misalnya dapat digunakan untuk menumbuhkan pengaruh bagi orang lain. Rasa takut muncul karena yang mengatakan tanganku gatal berprofesi sebagai tukang pukul yang pada kesehariannya sangat eart dengan kegiatan memukul dan melukai orang lain. Tuturan ada ular, seperti yang telah disampaikan bahwa dapat digunakan untuk menimbulkan rasa takut pada anak kecil yang terus-menerus bermain sampai sore di halaman rumah, tidak mau pulang dan segera mandi, dan seterusnya. Akhir- akhir ini juga ada berita, bahwa di kota tertentu ada seorang jagal manusia yang memakan dging manusia. Nama si jagal manusia itu bisa juga digunakan untuk memberikan pengaruh rasa takut pada anak-anak kecil yang suka bermain hingga larut sore. 2.2.4 Konteks Pengertian konteks menurut Preston (1984:12) adalah segenap informasi yang berada di sekitar pemakaian bahasa, bahkan termasuk juga pemakaian bahasa yang ada disekitarnya. Mulyana mendefinisikan konteks sebagai situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi. Fungsi konteks untuk menentukan makna suatu ujaran. Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraan atau dialog. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan dengan arti, maksud, maupun informasinya, sangat tergantung pada konteks yang melatarbelakangi peristiwa tuturan itu. Unsur konteks yang cukup penting adalah waktu dan tempat. Menurut Anton M. Moeliono (1988:336) dan Samsuri (1987:4), konteks terdiri atas beberapa hal, yakni situasi, partisipan, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk, amanat, kode, dan saluran. Imam Syafi ie (1990:126)

15 menambahkan bahwa, konteks terjadinya suatu percakapan dapat dipilah menjadi empat macam, yaitu (1) konteks linguistik adalah kalimat-kalimat dalam percakapan, (2) konteks epistemis adalah latar belakang pengetahuan yang samasama oleh partisipan, (3) konteks fisik meliputi tempat terjadinya percakapan, objek yang disajikan dalam percakapan, dan tindakan para partisipan, (4) konteks sosial adalah relasi sosio-kultural yang melengkapi hubungan antar pelaku atau partisipan dalam percakapan. Mey (1983) menjelaskan konteks situasi tutur dapat mencakup dua hal, yakni konteks sosial dan konteks sosietal. Konteks sosial adalah konteks kebahasaan yang timbul sebagai akibat dari munculnya komunikasi dan interaksi antaranggota, masyarakat dengan latar belakang sosial budaya yang sangat tertentu sifatnya. Konteks sosietal adalah konteks yang faktor penentunya adalah kedudukan sosial relatif setiap anggota masyarakat di dalam institusi-institusi yang ada pada masyarakat dan lingkungan sosial tertentu, dengan demikian dapat dikatakan bahwa menurut pakar bahasa ini, dasar kemunculan dari sosok konteks sosietal itu adalah kekuatan atau kekuasaan, sedangkan dasar dari hadirnya konteks sosial adalah solidaritas. Geoffrey N. Leech (1983) mendefisikan konteks sebagai pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai konteks tuturan, yang identitas atau jati dirinya adalah semua latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh para pelibat pertuturan, jelas-jelas akan dapat membantu para pelibat pertuturan itu untuk menafsirkan kandungan pesan atau maksud yang hendak disampaikan di dalam setiap pertuturan.

16 2.2.5 Perubahan Makna Makna kata dari waktu ke waktu mengalami perubahan (Keraf, 2002:95). Oleh karena itu setiap penutur bahasa harus selalu memperhatikan perubahnperubahan makna yang terjadi. Macam-macam perubahan makna yang penting (Keraf, 2002:97-99) antara lain (1) perluasan arti, maksudnya suatu proses perubahan makna yang dialami sebuah kata yang tadinya mengandung makna khusus, tetapi kemudian meluas sehingga melingkupi sebuah kelas makna yang lebih umum. Contohnya kata berlayar, dulu dipakai dengan pengertian bergerak dilaut dengan menggunakan layar, sekarang meluas menjadi semua tindakan mengarungi lautan atau perairan dengan mempergunakan alat apa saja disebut berlayar. (2) penyempitan arti, maksudnya suatu proses yang dialami sebuah kata dimana makna yang lama lebih luas cakupannya dari makna yang baru. Contohnya, kata pendeta dulu semua orang yang berilmu, sekarang dipakai untuk menyebut guru agama Kristen. (3) Ameliorasi, maksudnya suatu proses perubahan makna, dimana arti yang baru dirasakan lebih tinggi nilainya dari arti yang lama. Contonya, kata wanita dirasakan nilainya lebih tinggi dari kata perempuan. (4) Peyorasi, maksudnya perubahan makna sebagai kebalikan dari ameliorasi. Contohnya, kata bini jaman lampau dianggap tinggi, sekarang dirasakan sebagai kata yang kasar. (5) Metafora, merupakan perubahan makna karena persamaan sifat antara dua objek. Contohnya, kata putri malam untuk bulan. (6) Metomini, merupakan proses perubahan makna terjadi karena hubungan yang erat antara kata-kata yang terlihat dalam suatu lingkungan makna

17 yang sama, dan dapat diklasifikasi menurut tempat dan waktu, menurut hubungan isi dan kulit, hubungan sebab dan akibat. 2.2.6 Gaya Bahasa Gaya bahasa merupakan terjemahan dari istilah latin style. Keraf (2002:113) mengartikan gaya bahasa sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Suatu gaya bahasa yang baik harus mengundang tiga unsur yaitu kejujuran, sopan santun, dan menarik (Keraf, 2002:113). Kejujuran dalam berbahasa berarti mengikuti aturan-aturan, kaidah-kaidah yang baik dan benar dalam berbahsa. Sopan santun berarti memberi penghargaan atau menghormati orang yang diajak bicara (pendengar atau pembicara). Rasa hormat dalam gaya bahasa dimanifestasikan melalui kejelasan dan kesingkatan. Menyampaikan sesuatu harus jelas, jangan membuat pembicara bingung. Kesingkatan dapat dicapai dengan menggunakan kata-kata secara efisien. Gaya bahasa juga harus menarik. Sebuah gaya yang menarik dapat diukur melalui komponen-komponen berikut: variasi, humor yang sehat, pengertian yang baik, dan penuh daya khayal. Tarigan mengklasifikasikan gaya bahasa berdasarkan maksud dan tujuan yang ingin dicapai dibagi atas gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa pertautan, gaya bahasa perulangan. Gaya bahasa perbandingan antara lain koreksio yaitu suatu gaya yang berwujud, mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya. Misalnya, sudah empat

18 kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima kali. Pleonasme dan tautologi adalah acuan yang mempergunakan kata-kata yang lebih banyak dari pada yang diperlukan untuk menyatakan satu pilihan atau gagasan. Misalnya, saya telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri. Perifasis adalah gaya bahasa yang mirip dengan pleonasme, yaitu mempergunakan kata yang lebih banyak dari yang diperlukan. Perbedaannya terletak dalam hal kata-kata yang berkelebihan itu sebenarnya dapat diganti dengan satu kata saja. Misalnya, ia telah beristirahat dengan damai (=mati atau meninggal). Prolepsis atau antisipasi adalah gaya bahasa dimana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi. Misalnya, pada pagi yang naas itu ia mengendarai sedan biru. Persamaan atau simile yaitu perbandingan yang bersifat eksplisit. Misalnya, matanya seperti bintang timur. Metafora, semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Misalnya, pemuda adalah bunga bangsa. Alegori, parabel dan fabel. Alegori adalah suatu cerita singkat yang mengandung kiasan. Parabel adalah suatu kisah singkat dengan tokoh-tokoh biasanya manusia. Fabel adalah suatu metafora berbentuk cerita mengenai dunia binatang. Personofikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-banda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Misalnya, matahari baru saja kembali ke peraduannya ketika kami tiba di sana. Alusi adalah semacam acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa. Misalnya, Bandung adalah Paris Jawa.

19 Gaya bahasa pertentangan antara lain anastrof atau inversi adalah semacam gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat. Misalnya, pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat perangainya. Apofasis atau preterisio adalah adalah sebuah gaya dimana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal. Misalnya, saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah menggelapkan uang ratusan juta rupiah uang negara. Apostrof adalah semacam gaya yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir. Misalnya, hai kamu dewa-dewa yang ada di surga, datanglah dan bebaskanlah kami dari belenggu penindasan ini. Litotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Misalnya, rumah yang buruk inilah hasil usaha kami bertahun-tahun. Histeron proteron adalah semacam gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis, atau kebalikan dari sesuatu yang wajar. Misalnya, jendela ini telah memberi sebuah kamar padamu untuk dapat berteduh dengan tenang. Silepsis dan zeugma adalah gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan kata lain yang sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama. Misalnya, ia sudah kehilangan topi dan semangatnya. Hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal. Misalnya, kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampir-hampir meledak aku. Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada.

20 Misalnya, musuh sering merupakan kawan akrab. Oksimoron adalah suatu acuan yang berusaha untuk menggabungkan kata-kata untuk mencapai efek yang bertentangan. Misalnya, keramah-tamahan yang bengis. Eponim adalah suatu gaya dimana seseorang yang namanya begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan kekuatan. Epitet adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal. Misalnya, lonceng pagi untuk ayam jantan, puteri malam untuk bulan. Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian. Misalnya, setiap kepala dikenakan sumbangan Rp. 1.000,00. Metoniamia adalah gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain,karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Misalnya, saya minum satu gelas. Ia minum dua gelas. Antonomasia adalah bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri, atau gelar resmi. Misalnya, pangeran yang meresmikan gedung ini. Hipalase adalah semacam gaya bahasa dimana sebuah kata tertentu dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya diperkenakan pada sebuah kata lain. Misalnya, ia berbaring di sebuah bantal yang gelisah (yang gelisah adalah manuasianya bukan bantalnya). Ironi, sirine dan sarkasme. Ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Misalnya, tidak diragukan lagi bahwa Andalah orangnya, sehingga

21 semua kebijaksanaan terdahulu harus dibatalkan seluruhnya. Sinisme adalah suatu sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keiklasan dan ketulusan hati. Misalnya, memang Andalah gadis tercantik di jagad ini yang mampu menghancurkan isi jagad ini. Sinisme lebih kasar dari ironi. Sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme. Misalnya, mulut kau harimau kau. Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Inuendo adalah semacam sindiran yang mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri. Misalnya, engkau memang mulia dan terhormat. Paronomasia adalah kiasan yang mempergunakan kemiripan bunyi. Misalnya, Engkau orang kaya!, ya kaya monyet. Gaya bahasa pertautan antara lain asidenton adalah suatu gaya yang berupa acuan, yang bersifat padat dimana beberapa kata, frase, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Misalnya, dan kesesakan, kepedihan, kesakitan, seribu derita detik-detik penghaabisan orang melepaskan nyawa. Polisidenton adalah suatu gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari asidenton. Misalnya, dan kemanakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak menyerah pad gelapdan dingin yang bakal merontokan bulubulunya?. Elipsis adalah gaya bahasa yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar sehingga struktur kalimatnya memenuhi pola yang berlaku. Misalnya, jika Anda gagal melaksanakan tugasmu...tetapi baiklah kita tidak membicarakan

22 hal itu. Eufimismus adalah semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang. Misalnya, pikiran sehatnya semakin merosot akhirakhir ini (=gila). Erotesis atau pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya jawaban. Misalnya, rakyatkah yang harus menanggung akibat korupsi dan manipulasi di negara ini?. Gaya bahasa perulangan antara lain aliterasi, gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama, biasanya berfungsi untuk penekanan. Misalnya, keras-keras kerak kena air lembut juga. Asonasi, gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama, biasanya untuk penekanan atau sekadar keindahan. Misalnya, kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu. Kiasmus adalah semacam acuan atau gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, baik frase atau klausa lainnya. Misalnya, semua kesabaran kami sudah hilang, lenyap sudah ketekunan kami untuk melanjutkan usaha itu. 2.2.7 Media cetak Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat. Media cetak merupakan suatu media yang bersifat statis dan mengutamakan pesan- pasan visual. Media cetak merupakan bagian dari media massa yang

23 digunakan dalam penyuluhan (Hamundu, 1999). Media cetak membantu penerimaan informasi untuk mengatur masukan informasi tersebut. 2.3 Keterkaitan tindak ilokusi dan perlokusi Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ilokusi adalah untuk meyakinkan seseorang untuk menarik perhatian dengan cara mengatakan, mengiklankan, menyarankan. Perlokusi dalam teks bacaan ini adalah menarik minat seseorang untuk mencobanya. 2.4 Kerangka Teori Kerangka teori dalam penelitian ini memiliki dasar yang jelas bagi unsurunsur masalah yang akan diteliti, yaitu: 1. Pragmatik Parker (1986) menyatakan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal. Parker dengan tegas membedakan antara studi ilmu bahasa pragmatik dengan studi tata bahasa atau gramatika bahasa, yang disebutkan terakhir itu semata-mata dianggapnya sebagai studi ihwal seluk beluk bahasa secara internal, terlepas dari konteks situasi pemakaiannya di dalam masyarakat sesungguhnya. Menurut parker studi gramatika bahasa tidak perlu dikaitkan dengan konteks situasi tuturnya, sedangkan studi tentang gramatika mutlak harus dikaiteratkan dengan konteks situasi tutur tersebut.

24 2. Tindak Tutur Tindak tutur yang disampaikan Searle (1969) secara lengkap adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa. John Austin mendefinisikan tindak tutur sebagai konsep teori yang menyatakan pada dasarnya bila seseorang mengatakan sesuatu maka sebenarnya dia juga melakukan sesuatu. 3. Jenis tindak tutur Ilokusi Kelima macam bentuk tuturan ilokusi disebutkan Rahardi (2009:73) pertama, asertif (assertives), yakni bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim. Kedua, direktif (direktives), yakni bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan tertentu, misalnya memesan, memerintah, memohon, menasehati, dan merekomendasi. Ketiga, ekspresif (exspressives), yakni bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya berterima kasih, memberi selamat, meminta maaf, menyalahkan, memuji, dan belasungkawa. Keempat, komisif (cummisives), yakni bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya berjanji, bersumpah dan menawarkan sesuatu. Kelima, deklaratif (declarations), yakni bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya, misalnya berpasrah, memecat, membaptis, memberi nama, mengangkat, mengucilkan dan menghukum.

25 4. Tindak tutur perlokusi Tindak perlokusi adalah tindak menumbuhkan pengaruh (effect) seperti memalukan, membujuk, mengintimidasi, dan lain-lain (Searle, 1983). 5. Konteks Pengertian konteks menurut Preston (1984:12) adalah segenap informasi yang berada di sekitar pemakaian bahasa, bahkan termasuk juga pemakaian bahasa yang ada disekitarnya. Mulyana mendefinisikan konteks sebagai situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi. 6. Perubahan makna Makna tidak selalu bersifat statis, dari waktu ke waktu makna kata-kata dapat mengalami perubahan (Keraf, 2002:95). 7. Gaya Bahasa Gaya bahasa merupakan terjemahan dari istilah latin style. Keraf (2002:113) mengartikan gaya bahasa sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). 8. Media cetak Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat. Media cetak merupakan suatu media yang bersifat statis dan mengutamakan pesan- pasan visual. Media cetak merupakan bagian dari media massa yang

26 digunakan dalam penyuluhan (Hamundu, 1999). Media cetak membantu penerimaan informasi untuk mengatur masukan informasi tersebut.

27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Subjek penelitian tentang tindak ilokusi dan tindak perlokusi adalah kolom yang terdapat di bagian pojok surat kabar harian Kedaulatan Rakyat yaitu Sungguh-Sungguh Terjadi bulan Februari-Maret 2012. Dari kolom Sungguh- Sungguh Terjadi itu diperoleh data bahasa yang berupa tindak ilokusi dan tindak perlokusi, dengan harapan tuturan yang disampaikan dalam kolom tersebut dapat dibaca dan pembaca memahami maksud dan memperoleh manfaat dari hasil penelitian ini. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau yang sebagaimana adany (Nawawi, 1985:63). Penelitian ini tidak bertujuan untuk mencari atau menjelaskan hubungan-hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau menemukan makna dan implikasi. Sesuai dengan pendapat Bodgan dan Taylor, penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang diartikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bodgan dan Taylor dalam Moleong, 2006:4). 27

28 Hasil sajian data deskriptif dalam penelitian ini berupa teks dalam Sungguh-Sungguh Terjadi. 3.2 Sumber Data dan Data Penelitian Dalam penelitian ini data yang ada berupa tulisan atau teks pada kolom Sungguh-Sungguh Terjadi terbitan Kedaulatan Rakyat edisi Februari 2011. Sumber data dari penelitian ini hanya ada satu yaitu dari surat kabar harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta edisi Februari 2011. Surat kabar Kedaulatan Rakyat terbit setiap hari dan libur hanya pada hari libur nasional. Dalam bulan Februari, surat kabar Kedaulatan Rakyat terbit 28 hari karena dalam bulan tersebut tidak terdapat hari libur nasional. Data dan sumber data tersebut sesuai dengan acuan teori dan apa yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini. Menurut Loftland (Moleong, 2006:157) sumber data utama dalam seperti dokumen lampiran, dan lain-lain. Jenis data yang akan dianalisis dikelompokkan dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis dan kolom Sungguh-Sungguh Terjadi yang terdapat dalam surat kabar Kedaulatan Rakyat tersebut akan dilampirkan sebagai data penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan, selebihnya adalah data tambahan yang dianalisis. Data penelitian ini berupa pemakaian bahasa Indonesia yang terdapat pada teks Sungguh-Sungguh Terjadi. Data penelitian kemudian dicatat dan dianalisis sesuai dengan tindak ilokusi dan tindak perlokusi.

29 3.3 Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Menurut Moleong (2007:168), yang dimaksud dengan peneliti sendiri adalah peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi si pelapor hasil penelitiannya. 3.4 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah tindak ilokusi dan tindak perlokusi. Kedua objek tersebut bias ditemukan dalam kolom Sungguh-Sungguh Terjadi yang terdapat Dalam surat kabar Kedaulatan Rakyat edisi Februaru-Maret 2012. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Dalam sebuah penelitian, metode yang digunakan haruslah sesuai dengan tujuannya. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik catat dengan menggunakan komputer dan alat tulis. Menurut Arikunto (1990:134), metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam sebuah penelitian metode yang digunakan haruslah sesuai dengan tujuannya. Penelitian ini juga menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada.gejala dan status yang dimaksud adalah keadaan apa adanya pada saat penelitian dilakukan(arikunto,1990:309). Bahan-bahan yang diperlukan untuk penelitian ini antara lain: kertas, gunting, lem. Bahan tersebut berguna saat pengumpulan data. Proses

30 pengumpulan data dimulai dari mengumpulkan surat kabar Kedaulatan Rakyat edisi Februari-Maret 2012. Selanjutnya memotong setiap kolom Sungguh- Sungguh Terjadi yang ada setiap harinya. Potongan data yang berupa teks pada halaman depan tersebut dikumpulkan dan ditempel pada kertas HVS, kemudian difotokopi dan diurutkan sesuai dengan tanggal terbit. Selanjutnya peneliti membaca teks Sungguh-Sungguh Terjadi adisi Februari 2011. Dalam pengumpulan data peneliti melakukan tiga tahapan yaitu, klasifikasi, identifikasi, dan deskripsi. Dalam pengumpulan data sebagai bahan penelitiannya, peneliti tidak membuat instrumen sendiri, karena data-data yang dibutuhkan sudah tersedia dalam bentuk dokumen yang berupa teks Sungguh- Sungguh Terjadi surat kabar Kedaulatan Rakyat edisi februari 2011. 3.6 Teknik Analisis data Tehnik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah tehnik analisis data kualitatif. Menurut Hasan (2002:98), analisis kualitatif adalah analisis yang tidak menggunakan model matematika, statistik, ekonometrik, atau model-model tertentu lainnya. Data-data yang ada hanya akan diolah dan dilakukan uraian dan penafsiran. Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti setelah data terkumpul adalah menganalisis dan mengklasifikasikan. Langkah-langkah dalam menganilisis data tersebut sebagai berikut: 1. Membaca teks Sungguh-Sungguh Terjadi yang telah dikumpulkan. 2. Mengidentifikasi sesuai dengan tindak ilokusi dan tindak perlokusi. 3. Mendeskripsikan teks tersebut berdasarkan tindak ilokusi dan perlokusi.