GANGGUAN PENDENGARAN DI KAWASAN KEBISINGAN TINGKAT TINGGI (Suatu Kasus pada Anak SDN 7 Tibawa) Andina Bawelle, Herlina Jusuf, Sri Manovita Pateda 1

dokumen-dokumen yang mirip
seperti transportasi darat, laut dan udara. Manusia sebagai makluk yang kompleks Bandar Udara Djalaludin Gorontalo merupakan satu-satunya bandara yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

TINGKAT KEBISINGAN PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI

I. PENDAHULUAN. serasi dan manusiawi. Pelaksanaannya diterapkan melalui undang- undang No. 13

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH LAMA DAN MASA KERJA TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA INDUSTRI RUMAHAN (Suatu Studi di Industri X Tahun 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERSEPSI PEKERJA TENTANG GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN DI PMKS PT. GIN DESA TANJUNG SIMPANG KECAMATAN PELANGIRAN INHIL-RIAU 2014

ABSTRAK. Kata Kunci: Gangguan Pendengaran, Audiometri

BAB III METODE PENELITIAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Keywords : Noise Intensity, Hearing Threshold Values, Ground Handling Labor

BAB I PENDAHULUAN. guna tenaga kerja dengan mengusahakan pekerjaan dan lingkungan kerja yang lebih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Bandara Internasional Adisucipto Yogyakarta

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi

BAB I PENDAHULUAN. rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat

KEJADIAN KURANG PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN MESIN KERETA API PADA PEMUKIM PINGGIR REL DI KELURAHAN GEBANG KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Total Penumpang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan industri di Indonesia telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan bisingan dalam proses produksi. Kebisingan dapat. memicu terjadinya Noise Induced Hearing Loss (NIHL).

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Semua suara yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN DAN LAMA TINGGAL TERHADAP DERAJAT GANGGUAN PENDENGARAN MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN PLTD TELAGA KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

PENGARUH PAPARAN BISING TERHADAP AMBANG PENDENGARAN SISWA SMK NEGERI 2 MANADO JURUSAN TEKNIK KONSTRUKSI BATU BETON

hidup yang ada disekitarnya termasuk manusia.

HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan, aktivitas karyawan perlu dipertimbangkan berbagai potensi

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA

METODE PENELITIAN III.

Pengaruh Kebisingan Konstruksi Gedung Terhadap Kenyamanan Pekerja Dan Masyarakat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. industri untuk senantiasa memperhatikan manusia sebagai human center dari

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA DI PG. POERWODADIE MAGETAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan sejalan dengan penetapan status Bandara Adisutjipto

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident

BAB I PENDAHULUAN. tentu akan berdampak pada terjadinya berbagai masalah yang berkaitan dengan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. Bising didefinisikan sebagai bunyi tidak dikehendaki yang merupakan

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS X DAN XI TENTANG PENGGUNAAN EARPHONE DI SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang

Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1)

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 464,2 TWh pada tahun 2024 dengan rata-rata pertumbuhan 8,7% per

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PREVALENSI GANGGUAN PENDENGARAN PADA SISWA SMA SWASTA RAKSANA DI KOTA MEDAN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. paling utama dalam kerja dimana manusia berperan sebagai perencana dan

TINGKAT KEBISINGAN DAN TAJAM DENGAR PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

BAB I PENDAHULUAN. International Labour Organization (ILO) (ILO, 2003) diperkirakan di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. (UU) No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PETUGAS GROUND HANDLING PT. GAPURA ANGKASA BANDARA ADI SOEMARMO BOYOLALI SKRIPSI

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi

BAB III METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional (potong lintang). Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan pasar bebas (World Trade Organization/WTO) dan

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN STRES MASYARAKAT DI PEMUKIMAN SEKITAR REL KERETA API SRAGO GEDE

BAB 1 PENDAHULUAN. gelombang suara (Hadinoto, 2014). Alat ini biasanya digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah penyebab utama dari penurunan pendengaran. Sekitar 15 persen dari orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : Kholid Ubaidilah NIM : J

BAB I PENDAHULUAN. Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber. Transmigrasi Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

Kata Pengantar. Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan. Dalam jangka panjang bunyibunyian

EVALUASI TINGKAT KEBISINGAN DI BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan di bidang industri dari industri tradisioal menjadi industri

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Volume 2 No. 5 April 2016 ISSN :

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN STRES MASYARAKAT DI PEMUKIMAN SEKITAR REL KERETA API SRAGO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan

Analisis Tingkat Kebisingan Di Kawasan Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru

BAB 1 PENDAHULUAN. Survei yang dilakukan oleh Multi Center Study (MCS) menunjukkan bahwa

Studi Analisis Pengaruh Kebisingan dan Karakteristik Pekerja Terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja di Bagian Produksi

BAB IV HASIL PENELITIAN. bidang penggilingan padi. Penggilingan Padi Karto terletak di Desa Bangun

Transkripsi:

GANGGUAN PENDENGARAN DI KAWASAN KEBISINGAN TINGKAT TINGGI (Suatu Kasus pada Anak SDN 7 Tibawa) Andina Bawelle, Herlina Jusuf, Sri Manovita Pateda 1 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengalihkan perhatian yang bersumber dari kegiatan atau alat-alat produksi yang mengganggu atau membahayakan kesehatan, khususnya menimbulkan gangguan pendengaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui derajat gangguan pendengaran di kawasan kebisingan tingkat tinggi (suatu kasus pada anak SDN 7 Tibawa). Desain penelitian yang digunakan adalah survey deskriptif. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 163 siswa dan sampel dari penelitian ini yakni 42 siswa, sampel ini dilakukan secara purposive sampling yakni hanya untuk siswa yg berumur 9-14 tahun dan tempat tinggalnya berdekatan dengan landas pacu bandara Djalaluddin Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 42 responden semuanya mengalami gangguan pendengaran (100%), baik untuk telinga kanan maupun telinga kiri. Simpulan dalam penelitian ini adalah terjadinya gangguan pendengaran pada anak SDN 7 Tibawa akibat kebisingan yang dihasilkan dari suara mesin pesawat yang landing maupun yang akan take-off, Saran dalam penelitian ini adalah diharapkan letak Sekolah Dasar Negeri 7 Tibawa ini perlu ditinjau kembali karena lokasinya sangat berdekatan dengan landasan pacu bandara Djalaludin Gorontalo dan siswasiswinya rata-rata tingkat pendengarannya melampaui nilai ambang batas pendengaran normal (25 Db). Kata Kunci : Gangguan Pendengaran, Kebisingan Tingkat Tinggi 1 Andina Bawelle Mahasiswa Pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo, Dr. Hj. Herlina Jusuf, Dra, M.kes dan dr. Sri Manovita Pateda, M.Kes Dosen Pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo

Data Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran pada tahun 1994-1996 menunjukan prevalensi gangguan pendengaran (16,8%) dan paling tinggi pada kelompok usia sekolah. (Supramaniam, 2011) Depkes RI Pusat Kesehatan Kerja (2003) mengemukakan pengaruh kebisingan terhadap kemungkinan timbulnya gangguan terhadap kesehatan sangat dipengarui oleh beberapa faktor yaitu intensitas kebisingan, frekuensi kebisingan, lamanya seseorangberada di tempat bising, sifat bising, umur dan kepekaan seseorang terhadap paparan bising. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 718/Menkes/Per/XI/1987, tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan, persyaratan untuk wilayah B (wilayah yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat pendidikan, rekreasi, dan sejenisnya) ditetapkan sebesar 45 Dba (maksimum yang diperbolehkan). SDN 7 Tibawa berada di desa Isimu Selatan Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo dengan koordinat N:00 38 09,6 (Lintang Utara), E:122 52 08,7 (Bujur Timur) lokasi sekolah ini berada di kawasan Approach Area, Take Off and Landing Runway 27 Bandar Udara Djalaludin Gorontalo. Sesuai surat rekomendasi dari Bandar Udara Djalaludin Gorontalo No:AU.001/532/GTO-08, menerangkan bahwa Lokasi Sekolah SDN 4 Isimu Selatan yang sekarang berganti nama menjadi SDN 7 Tibawa tidak layak untuk digunakan sebagai tempat fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, dan lain-lain, karena lokasi ini merupakan kawasan kebisingan yang sangat tinggi. Berdasarkan data survei awal yang dilakukan peneliti pada bulan Oktober peneliti menemukan bahwa SDN 7 Tibawa berdekatan dengan landasan pacu pesawat yang jaraknya hanya 980 Meter. Tidak adanya perhatian dari pemerintah tentang letak sekolah SDN 7 Tibawa yang berada di kawasan kebisingan tingkat tinggi, buktinya dari tahun 2008 sampai sekarang sekolah ini tidak direlokasikan ketempat yang lebih layak, padahal sudah ada surat rekomendasi dari Bandar udara Djalaludin Gorontalo. Mantan kepala sekolah SDN 7 Tibawa yang pada waktu itu nama

sekolahnya masih SDN 2 Isimu Selatan sempat mengadukan pada pemerintah dalam hal ini Bupati Gorontalo tentang keberadaan sekolah ini, namun sampai sekarang tidak ada realisasinya malahan kepala sekolahnya dimutasi kesekolah lain. Dalam proses belajar mengajar dibutuhkan suara ekstra karena biasanya siswa tidak bisa mendengarkan apa yang diajarkan oleh guru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi Gangguan Pendengaran pada anak SDN 7 Tibawa yang merupakan kawasan kebisingan tingkat tinggi. METODE PENELITIAN Desain dalam penelitian ini menggunakan desain survei yang dianalisis secara deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimanakah gangguan pendengaran di kawasan kebisingan tingkat tinggi pada anak SDN 7 Tibawa dengan menggunakan instrumen penelitian sehingga menghasilkan data yang bersifat deskriptif berupa hasil tes pendengaran dengan menggunakan alat ukur pendengaran Sound Level Meter, dan hasil wawancara. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa SDN 7 Tibawa yang berjumlah 163 Orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sample yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada kriteria tertentu yang sebelumnya ditetapkan oleh peneliti. Sampel dalam penelitian ini yaitu 42 orang. Sampel dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya. Penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan variabel-variabel yang telah diteliti. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel distribusi freukensi yang kemudian akan ditampilkan dengan presentase dalam bentuk tabel dan grafik. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Responden yang diteliti seluruhnya berada di kelas IV, V dan VI yang berjumlah 42 orang. Berdasarkan umur, persebaran responden adalah seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 1 Distribusi Responden Ditinjau Dari Umur Umur n % 9-11 12-14 32 10 76,2 23,8 Jumlah 42 100,0 Sumber :Data Primer 2013 Mencermati data pada tabel 1 di atas dapat dikatakan bahwa responden yang berumur 9-11 tahun paling banyak yakni 32 siswa (76,2 %) dibandingkan dengan responden yang berumur 12-14 tahun berjumlah 10 siswa (23,8 %). Berdasarkan kelas persebaran responden dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2 Distribusi Responden Ditinjau Dari Kelas Kelas n % IV V VI 16 12 14 38,1 28,6 33,3 Jumlah 42 100,0 Sumber :Data Primer 2013 Mencermati data pada tabel 2 di atas dapat dikatakan bahwa responden kelas IV sebanyak 16 siswa (38,1 %), kelas V sebanyak 12 siswa (28,6 %), dan kelas VI sebanyak 14 siswa (33,3 %). Berdasarkan Jenis Kelamin persebaran responden dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin n % Laki-laki Perempuan 22 20 52,4 47,6 Jumlah 42 100,0 Sumber :Data Primer 2013

Mencermati data pada tabel 3 di atas dapat dikatakan bahwa responden yang memiliki jenis kelamin laki-laki sebanyak 22 siswa (52,4%) dan untuk responden yang memiliki jenis kelamin perempuan sebanyak 20 siswa (47,6%). 1. Distribusi Responden Berdasarkan Gangguan Pendengaran Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Gangguan Pendengaran Gangguan Pendengaran n % Normal 0 0,0 Tidak Normal 42 100,0 Ringan 23 55,0 Sedang 18 43,0 Sedang Berat 1 2,0 Jumlah 42 100,0 Sumber : Data Primer 2013 2. Distribusi Gangguan Pendengaran Berdasarkan Umur Responden Gangguan pendengaran berdasarkan umur responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini : Tabel 5 Distribusi Gangguan Pendengaran Berdasarkan Umur Responden Kelompok Gangguan Pendengaran Jumlah Umur Normal Tidak Normal n % 9-11 0 34 34 81,0 12-14 0 8 8 19,0 Jumlah 0 42 42 100,0 Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa responden yang berumur 9-11 tahun paling banyak mengalami gangguan pendengaran yaitu sebesar 81 %. 2. Distribusi kelas Responden Berdasarkan Derajat Gangguan Pendengaran Distribusi kelas responden berdasarkan derajat gangguan pendengaran dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini :

Tabel 6 Distribusi Gangguan Pendengaran Berdasarkan Kelas Responden Kelas Gangguan Pendengaran Jumlah Normal Tidak Normal n % IV 0 16 16 38,0 V 0 12 12 29,0 VI 0 14 14 33,0 Jumlah 0 42 42 100,0 Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa responden paling banyak mengalami gangguan pendengaran yaitu responden yang berada di kelas IV sebesar 38 %. 3. Distribusi Gangguan Pendengaran Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Distribusi derajat gangguan pendengaran Berdasarkan Jenis Kelamin Responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini : Tabel 7 Distribusi Gangguan Pendengaran Berdasarkan Jenis KelaminResponden Jenis Kelamin Gangguan Pendengaran Jumlah Normal Tidak Normal n % Laki-laki 0 22 22 52,0 Perempuan 0 20 20 48,0 Jumlah 0 42 42 100,0 Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa jenis kelamin responden yang paling banyak mengalami gangguan pendengaran yaitu laki-laki sebesar 52%. Pembahasan Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengalihkan perhatian yang bersumber dari suara mesin pesawat yang mengganggu atau membahayakan kesehatan, khususnya menimbulkan gangguan pendengaran. Dari hasil pengukuran kebisingan yang dilakukan di SDN 7 Tibawa diketahui bahwa pada saat pesawat Landing sebesar 85 db dan disaat pesawat Take-off sebesar

95 db. Hal ini yang menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran pada anak SDN 7 Tibawa. Bising yang intensitasnya 85 db atau lebih dapat menyebabkan rusaknya reseptor pendengaran pada telinga dalam. (Soetirto, 2006) Gangguan pendengaran adalah gangguan pajanan bising yang dihasilkan oleh suara mesin pesawat dalam waktu lama sehingga mengakibatkan hilangnya atau menurunnya kemampuan pendengaran pada salah satu atau kedua telinga. Menurut WHO gangguan pendengaran terdiri dari gangguan ringan, gangguan sedang, gangguan sedang berat, gangguan berat, dan gangguan sangat berat. (Supramaniam, 2011). Dari hasil penelitian yang dilakukan ditemukan hanya gangguan ringan, gangguan sedang dan gangguan sedang berat, dan yang paling banyak responden mengalami gangguan ringan. Hal ini disebabkan oleh lama tinggal responden paling banyak lebih dari 9 Tahun. Jika seseorang berada di lingkungan bising lebih dari 9 tahun akan meningkatkan gangguan pendengaran. (Dobie, 2010). Jika paparan bising ini terus terjadi pada responden maka lambat laun gangguan pendengarannya akan meningkat dari gangguan ringan menjadi gangguan sedang, gangguan sedang menjadi gangguan sedang berat dan yang mengalami gangguan sedang berat akan menjadi gangguan berat. Apabila bising tersebut memiliki intensitas yang cukup tinggi atau paparan yang cukup lama bahkan keduanya, maka akan terjadi kenaikan ambang dengar permanen. (Arts, 1999). Pemaparan bunyi dengan tingkat yang tinggi secara teratur dapat mengakibatkan ketulian. Semakin lama seseorang berada di kawasan kebisingan maka akan semakin meningkat pula nilai ambang pendengarannya, semakin lama pemaparan dan semakin tinggi tingkat bunyinya akan berakibat semakin tingginya derajat ketuliannya. (Rijanto, 2010) Dari hasil wawancara peneliti dengan responden didapatkan bahwa mereka seakan-akan tidak peduli dengan lingkungan mereka yang bising, mereka tidak merasa terganggu dengan kondisi lingkungannya yang seperti itu, karena mereka telah terbiasa. Hal ini nantinya yang akan memperburuk kualitas pendengaran mereka. Menurut Sukmana (2003) gangguan terhadap kebisingan akan meningkat apabila seseorang memahami kebisingan sebagai hal yang tidak perlu, dan seseorang

yang mendengar bising merasa tidak puas dengan kondisi lingkungannya. Untuk mengurangi angka terjadinya gangguan pendengaran akibat bising, diperlukan usahausaha baik secara promotif, preventif, dan rehabilitatif, dalam mengupayakan usaha tersebut diperlukan kerjasama yang baik dari masyarakat dan pemerintah melalui tenaga kesehatan. Pengukuran gangguan pendengaran pada telinga kanan dan kiri responden di temukan tidak adanya perbedaan yang signifikan, karena kedua telinga sama-sama mengalami gangguan pendengaran baik gangguan pendengaran ringan, gangguan sedang, maupun gangguan sedang berat. Hal ini dikarenakan gangguan pada telinga responden diakibatkan oleh kebisingan dan kebisingan ini biasanya disebut gangguan pendengaran jenis sensorineural. Sifat ketulian yang disebabkan oleh bising adalah tuli sensorineural dan pada umumnya pada kedua telinga. (Soepardi dkk, 2007) Jika dilihat dari umur responden, ada perbedaan antara umur 9-11 tahun dan umur 12-14 tahun, dari 42 responden terdapat 32 responden (76,2%) berumur antara 9-11 tahun yang mengalami gangguan pendengaran dan 10 responden (23,8%) pada umur 12-14 tahun yang mengalami gangguan pendengaran. Hal ini karena jumlah responden yang berusia 9-11 tahun lebih banyak dibandingkan responden yang berusia 12-14 tahun. Dari jenis kelamin responden tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan, sebab kedua-duanya mengalami gangguan pendengaran dan jumlah responden laki-laki dan perempuan hampir sama jumlahnya yaitu laki-laki berjumlah 22 responden (52%) dan perempuan berjumlah 20 responden (47%). Antara laki-laki dan perempuan, perempuan lebih peka menerima suara bising dari pada laki-laki, sehingga laki-laki cenderung lebih banyak terpapar tuli akibat bising dari perempuan. Perempuan lebih sensitif terhadap rentang frekuensi yang lebih tinggi dari pada laki-laki. (Christian, 2012) Apabila ditinjau dari kelas, responden yang mengalami gangguan pendengaran lebih besar terdapat di kelas IV sebab kelas ini mempunyai responden yang paling banyak dibandingkan dengan kelas yang lain yaitu sebanyak 16

responden (38,1%), namun jika dilihat pada tabel 4.2 tidak ada perbedaan yang signifikan antara responden di kelas IV, V maupun di kelas VI sebab semuanya mengalami gangguan pendengaran. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa gangguan pendengaran dikawasan kebisingan tingkat tinggi ( suatu kasus pada anak SDN 7 Tibawa) pada tahun 2013, seluruh responden mengalami gangguan pendengaran baik pada telinga kiri maupun pada telinga kanan, dari gangguan ringan, gangguan sedang, bahkan gangguan sedang berat. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : Pengukuran kebisingan di SDN 7 Tibawa dengan menggunakan Sound Level Meter ditemukan bahwa pada saat Take-off besarnya 95 db dan pada saat Landing sebesar 85 db. Dari 42 responden terdapat 23 responden yang mengalami gangguan pendengaran ringan, Gangguan pendengaran sedang 18 responden dan 1 responden teridentifikasi sebagai gangguan pendengaran sedang berat. Dengan ditemukannya bahwa seluruh responden mengalami gangguan pendengaran sehingga saran peneliti sebagai berikut : Diharapkan kepada instansi yang terkait untuk lebih memperhatikan letak sekolah ini, jika perlu sekolah ini di pindahkan ke tempat yang lebih aman dan tidak berdekatan dengan landas pacu bandara Djalaludin Gorontalo, hal ini untuk menghindari tingginya angka gangguan pendengaran yang terjadi pada anak SDN 7 Tibawa. Bagi masyarakat yang tinggal di sekitar landas pacu bandara Djalaludin Gorontalo, untuk lebih memperhatikan lingkungan, apabila ada pesawat yang akan melintas, seharusnya memakai alat pelindung telinga sehingga tidak akan terjadi penurunan fungsi pendengaran.

DAFTAR PUSTAKA Arts, A.H. 1999. Differential Diagnosis Of Sensorineural Hearing Loss. Jurnal. Christian, Fael. 2012. Hearing Loss. Jurnal. Rijanto, B.B. 2010.Pedoman Praktis Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) Industri Konstruksi. Jakarta : Mitra Wacana Media. Soetirto, Bashirudin. 2006. Tuli akibat bising. Juurnal. Supramaniam, S. 2011. Prevalensi Gangguan Pendengaran pada Siswa SMA Swasta Raksana di KotaMedan.Jurnalvol.6, no.5.