"Copy Peraturan ini di buat untuk penayangan di website "

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA NOMOR : 02/ILMTA/PER/1/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA NOMOR : 01/ILMTA/PER/1/2008 TENTANG

"Copy Peraturan ini di buat untuk penayangan di website "

BAB I KETENTUAN UMUM Menteri adalah Menteri Perindustrian.

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENERAPAN DAN PENGAWASAN SNI BATERAI PRIMER SECARA WAJIB BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : T E N T A N G PEMBERLAKUAN SECARA WAJIB STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BATERAI PRIMER

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.53, 2009 MENTERI PERINDUSTRIAN. SNI. Baterai Primer.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA NOMOR : 63/IAK/Per/8/2007 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DIREKTORAT JENDERAL INOUSTRI A6RO DAN HlMlA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

"Copy Peraturan ini di buat untuk penayangan di website "

2014, No Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Ke

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA PELUMAS SECARA WAJIB

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

2016, No Pengawasan Standar Nasional Indonesia Baterai Primer secara Wajib; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustr

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA KACA LEMBARAN SECARA WAJIB

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA GULA KRISTAL PUTIH SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG. PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KALSIUM KARBIDA (CaC 2 ) SECARA WAJIB

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

SKEMA SERTIFIKASI PIPA BAJA SALURAN AIR DENGAN ATAU TANPA LAPISAN SENG NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN I. SELEKSI

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

2015, No Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

2015, No Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Orga

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEINDUSTRIAN. SNI. Industri.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.26, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Tepung Terigu. Standar Nasional. Makanan. Pemberlakuan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P

wajib, perlu menetapkan petunjuk reknis peraksanaan Pemberlakuan snl Kakao Bubuk secara wajib (oi ggs) atau revisinya;

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DRAFT PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KOPI INSTAN SECARA WAJIB

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KAWAT BAN (BEAD WIRE/KB) SECARA WAJIB

2 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.20,2009 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Pupuk. Pemberlakuan. SNI. Pencabutan.

Menteri Perindustrian Repuhlik Indonesia

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P

2016, No PER/10/2014 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Kopi Instan Secara Wajib; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 T

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Baja Lembaran. Standar Nasional. Seng. Pemberlakuan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.369, 2010 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Standar Nasional Indonesia. Tangki Air Silinder.

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/M-IND/PER/2/2008

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pe

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. SNI. Sepatu. Pengaman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan

2015, No Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 0027 TAHUN 2005 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Helm. Roda Dua. Standar. Nasional

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 40/M-IND/PER/6/2008 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN NOMOR : 422/BPPI/6/2010 TENTANG

, No.1750 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambaha

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Menteri Perindustrian Repuhlik Indonesia

2017, No b. bahwa berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu mengatur kembali penunjukan Lembaga Penilaian Kesesuaian

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KABEL SECARA WAJIB

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

2 Penilaian Kesesuaian Dalam Rangka Pemberlakuan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI) Pupuk Anorganik Majemuk Secara Wajib; Mengingat : 1.

Transkripsi:

PETUNJUK TEKNIS DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI DAN TELEMATIKA BAB I KETENTUAN UMUM 1. Sertifikat Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia (SPPT SNI) baterai primer adalah dokumen yang diberikan oleh LSPro kepada pelaku usaha yang mampu memproduksi baterai primer sesuai ketentuan SNI Baterai Primer. 2. Sistem Manajemen Mutu (SMM) adalah rangkaian kegiatan dalam rangka penerapan manajemen mutu menurut SNI 19-9001-2001/ISO 9001:2000 atau revisinya. 3. Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) adalah lembaga yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk melakukan kegiatan Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia (SPPT SNI). 4. Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM) adalah lembaga yang telah diakreditasi oleh KAN untuk melakukan kegiatan sertifikasi sistem manajemen mutu. 5. Produk Baterai Primer adalah baterai yang terbuat dari satu sel atau lebih sel primer, termasuk pembungkus/kotak, terminal dan penandaan. 6. Kategori Baterai dan Peruntukan (Designation) adalah produk Baterai Primer yang paling banyak diproduksi di pabrik atau shipment atau populasi yang diperdagangkan di dalam negeri. 7. Laboratorium penguji adalah laboratorium yang telah diakreditasi oleh KAN untuk melakukan kegiatan pengujian terhadap contoh Baterai Primer sesuai dengan spesifikasi dan metode uji SNI. 8. Sertifikat Hasil Uji (SHU) adalah dokumen hasil pengujian atas contoh baterai primer menurut ketentuan SNI yang diterbitkan oleh laboratorium penguji yang telah mempunyai Nota Kesepakatan (MOU) dengan LSPro tempat pengajuan SPPT SNI. 9. Surat Pendaftaran Kategori dan peruntukan Baterai Primer adalah surat tanda pendaftaran yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika sebagai bukti bahwa Kategori Baterai dan peruntukan Baterai Primer yang diimpor telah didaftarkan dan sesuai dengan SNI yang dimohon. 10. Surat Pendaftaran Barang (SPB) adalah dokumen impor yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan Republik Indonesia c.q. Direktur Pengawasan dan Pengendalian Mutu Barang, yang digunakan sebagai salah satu dokumen yang wajib dilampirkan pada saat pengajuan Pemberitahuan Impor Barang (PIB). 11. Tanda Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah logo SNI (tanpa nomor SNI) dengan ukuran sebagaimana dituliskan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional (terlampir).

BAB II LINGKUP PEMBERLAKUAN WAJIB SNI BATERAI PRIMER 1.1. Pemberlakuan SNI wajib Baterai Primer meliputi : 1. Baterai Primer-Bagian 1: Umum 2. Baterai Primer-Bagian 2 : Spesifikasi fisik dan listrik SNI 04-2051.1-2004 SNI 04-2051.2-2004 HS 8506.10.10.00 : Baterai primer Mangan dioksida : Mempunyai volume bagian luar tidak melebihi 300 cm 3 ; HS 8506.10.90.00 : Baterai primer Mangan dioksida : Lain-lain ; HS 8506.50.00.00 : Litium; HS 8506.80.10.00 : Seng karbon : mempunyai volume bagian luar tidak melebihi 300 cm 3. HS 8506.80.20.00 : Seng karbon : mempunyai volume bagian luar melebihi 300 cm 3.. 1.2. Sejak diberlakukannya Peraturan Menteri Perindustrian tentang Pemberlakuan secara wajib SNI Baterai Primer, maka Baterai Primer yang tidak sesuai sebagaimana dimaksud dalam butir 1.1 tidak boleh diproduksi, diimpor, dan diperdagangkan. 1.3 Khusus barang impor untuk keperluan pengujian dalam rangka Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI dibuktikan dengan surat berita acara pengambilan contoh dan label contoh uji.

BAB III TATA CARA MEMPEROLEH SPPT SNI BATERAI PRIMER 3.1. Perusahaan mengajukan permohonan SPPT SNI ke LSPro. 3.2. Memenuhi ketentuan dan tata cara SPPT SNI yang ditetapkan oleh LSPro. 3.3. Memenuhi persyaratan administrasi yang, meliputi : 1) Akte Perusahaan untuk perusahaan dalam negeri dan yang sejenis untuk perusahaan luar negeri; 2) Izin Usaha Industri (IUI) untuk perusahaan dalam negeri dan yang sejenis untuk perusahaan luar negeri dengan lingkup produk Baterai Primer; 3) Sertifikat atau Tanda Daftar Merek yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Departemen Hukum dan HAM untuk produk Baterai primer dan atau lisensi dari pemilik merek; 3.4. Memenuhi ketentuan perundangan lainnya yang berkaitan dengan Baterai Primer. 3.5. Telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM), yang dibuktikan dengan: 1) Surat pernyataan dari pelaku usaha tentang kesesuaian penerapan SMM berdasarkan SNI 19-9001-2001 atau ISO 9001:2000 atau revisinya. Dalam hal ini LSPro harus melakukan audit SMM secara lengkap; 2) Sertifikat SMM berdasarkan SNI 19-9001-2001 atau ISO 9001:2000 atau revisinya yang diterbitkan oleh LSSM yang terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Dalam hal ini LSPro melakukan audit SMM hanya untuk persyaratan yang berkaitan dengan pengendalian proses produksi dan pengendalian mutu. 3.6. Telah memperoleh Sertifikat Hasil Uji (SHU) dari laboratorium penguji yang yang telah melakukan MoU dengan LSPro. 3.7. Penilaian kesesuaian yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi produk, lembaga sertifikasi sistem mutu, laboratorium penguji atau lembaga inspeksi di luar negeri dapat diterima, sepanjang telah mempunyai perjanjian bilateral atau multilateral di bidang regulasi teknis antara Pemerintah Republik Indonesia dengan negara perusahaan pemohon. 3.8. Pengambilan contoh uji dilakukan oleh Petugas Pengambil Contoh (PPC) yang ditugaskan oleh LSPro bersama-sama dengan penugasan Tim Asesor untuk Audit SMM.

3.9. Untuk setiap Kategori Baterai, Peruntukan dan merek baterai primer Tata Cara Pengambilan Contoh dilakukan Sesuai Metoda Pengambilan Contoh Baterai Primer sebagaimana tercantum pada lampiran I Petunjuk Teknis ini. 3.10. Total waktu yang diperlukan untuk pemrosesan dan penerbitan SPPT SNI apabila dokumen sebagaimana dimaksud pada butir 3.2 dan 3.3 sudah lengkap dan benar selama-lamanya 97 hari kerja. 3.11. LSPro memberitahukan tentang SPPT SNI yang telah diterbitkan ke Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika, dengan tembusan ke Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri. 3.12. Pengawasan Berkala terhadap SMM dan mutu produk perusahaan pemegang SPPT SNI dilakukan oleh LSPro setiap 2 (dua) tahun sekali.

BAB IV TATA CARA MEMPEROLEH SURAT PENDAFTARAN KATEGORI DAN PERUNTUKAN (DESIGNATION) BATERAI PRIMER 4.1. Setiap perusahaan yang akan mengimpor produk Baterai Primer untuk memperoleh Surat Pendaftaran Barang (SPB) harus dilengkapi dengan Surat Pendaftaran Kategori dan Peruntukan Baterai Primer dari Direktur Jenderal industri Alat Transportasi dan Telematika. 4.2. Persyaratan untuk memperoleh Surat Pendaftaran Kategori dan Peruntukan Baterai Primer dari Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika, Departemen Perindustrian, melalui tahapan : 1) Mengajukan surat permohonan dengan melampirkan : a). Foto kopi SPPT SNI yang telah dilegalisir LSPro Penerbit; b). Menyampaikan rencana impor meliputi : - Jumlah / kuantitas - Jadual pelaksanaan - Kategori dan peruntukan 2) Selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya permohonan surat pendaftaran Kategori dan Peruntukan Baterai Primer yang telah diverifikasi dan memenuhi persyaratan secara lengkap dan benar, Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika menerbitkan Surat Pendaftaran Kategori dan Peruntukan Baterai Primer. 3) Permohonan dinyatakan batal jika persyaratan butir 4.2.1) tidak dipenuhi oleh perusahaan pemohon dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja. 4) Direktorat Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika, Departemen Perindustrian melakukan evaluasi terhadap permohonan tersebut diatas, dengan jangka waktu pelaksanaan impor setiap 3 (tiga) bulan sekali.

BAB V TATA CARA PENCANTUMAN TANDA SNI 5.1 Penandaan Pada Produk : 1) Setiap produk Baterai Primer harus dibubuhi tanda SNI. 2) Penandaan SNI dilakukan pada posisi yang mudah dibaca. 5.2. Pada kemasan terluar Baterai Primer harus dibubuhi penandaan SNI 04-2051.2-004 dan ketentuan perundangan yang berlaku. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN 6.1. Pembinaan dan pengawasan dalam rangka pemberlakuan secara wajib SNI Baterai Primer dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika. 6.2 Dalam melaksanakan pengawasan Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika dapat menugaskan Petugas Pengawasan Standar barang dan atau jasa di Pabrik (PPSP) untuk melakukan pemeriksaan perusahaan dan uji petik sekurangkurangnya satu kali dalam 2 (dua) tahun

BAB VII PENUTUP Petunjuk teknis penerapan wajib SNI Baterai Primer ini merupakan salah satu pedoman yang ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku untuk dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab. Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman ini akan diatur lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan. Ditetapkan : di Jakarta. Pada tanggal : 2008 Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika.