BAB I PENDAHULUAN. perasaan, dan interaksi dengan lingkungan sehingga mengakibatkan anak-anak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Selama masa awal anak-anak, seorang anak mengalami peningkatan yang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Deskripsi karakteristik subjek penelitian disajikan pada Tabel 5.1 di bawah. Tabel 5.1. Karakteristik Sampel

BAB I PENDAHULUAN. pola hidup dan kebiasaan yang ada di masyarakat. Anak-anak lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. untuk stimulasi potensi-potensi anak, sehingga secara nature dan nurture anak

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan fase bayi. Anak usia 4 6 tahun rata-rata penambahan

BAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. hingga orang tua menyukai olahraga ini, cabang olahraga yang berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan, dimana terdapat lima fenomena utama yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan yang terjadi dalam bidang kesehatan, meningkatnya kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. untuk diamati karena dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk perkembangan fisik- motoriknya (Endah, 2008). mengalami kesulitan pada pengaturan keseimbangan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. System) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya.otak mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. usia lanjut di Indonesia diperkirakan antara tahun sebesar 414 %

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada peningkatan usia harapan hidup di Indonesia. Lansia

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik pada kondisi diam maupun bergerak (Depkes,1996). Klasifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN dan sejak itu menjadi olahraga dalam ruangan yang popular diseluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi anak yang menderita autism dan Attention Deficit

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada keseimbangan gaya berdiri (center of gravitiy) dikarenakan

yang lebih rumit akan lebih mudah dilakukan oleh anak.

Oleh : Hapy Ardiaviandaru Siamy*, J.Alex Pangkahila**, Muh Irfan***

PENAMBAHAN BRAIN GYM PADA CORE STABILITY EXERCISE LEBIH MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS ANAK USIA 7-8 TAHUN DI PPA TUNAS KASIH ABIANBASE ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang anak yang optimal merupakan dambaan setiap orang tua dan orang tua harus lebih memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. lanjut yang dilalui dalam proses kehidupan pada setiap manusia yang. kebanyakan orang awam yang umum bahwa secara fisik dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan

BAB I. Aktivitas fisik setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. dalam menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalur pendidikan formal (Taman Kanak Kanak, Raudhatul Athfal,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

BAB I. sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti bergerak, karena tidak ada. kehidupan di dunia ini tanpa adanya gerakan. Gerak tergantung dari

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,

BAB I PENDHULUAN. tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi (Delito, 2003). Menurut Depkes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam 2008 Physical Activity Guidelines dan orang dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktifitas, tanpa ada yang menyuruh Slameto ( 2010:83). Minat pada dasarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Untuk mendapatkan kekuatan fisik serta kesehatan tubuh selain

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia terdiri dari bio, psiko, sosio, dan spiritual, dikatakan unik karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Kemampuan Motorik Halus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN. mahasiswa usia tahun dengan kurang aktivitas fisik. Mahasiswa usia tahun pada prodi D-IV Fisioterapi seluruhnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang

I. PENDAHULUAN. merupakan harta yang tak ternilai harganya. Pada usia dini di mana anak berada

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-5 TAHUN DI TK AISYIYAH 50 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

TUJUAN DAN FUNGSI PENJAS

BAB I PENDAHULUAN. Dennison (2002) mengatakan bahwa Brain Gym adalah serangkaian gerak

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya usia harapan hidup menyebabkan jumlah penduduk yang

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada konsep paradigma menuju Indonesia sehat 2010, tujuan. pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. negatif terhadap kehidupan. Dilihat dari dampak positif, teknologi membuat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan gizi yang lebih baik, maka mereka hidup lebih lama dari

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak dengan terjadinya peningkatan jumlah anak yang. mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak.

BAHAN PENATARAN DI BPMD. OLEH: DRA. Hj. TITE JULIANTINE M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. berjalan normal sesuai dengan tahapan normalnya adalah hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya dengan baik (Depkes, 2006). Dalam sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Karekteristik Subjek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. digemari di segala lapisan masyarakat Indonesia, dari anak-anak sampai

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan yang mengandung berbagai macam zat yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. orang sakit (curative), tetapi kebijakan yang lebih ditekankan kearah

Oleh: MUHAMMAD FEBRY NAFARIN J

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Randy Suwandi Yusuf, 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak merupakan individu yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Proses pertumbuhan dan perkembangan akan mengarahkan anak pada proses perubahan perilaku dari sederhana menjadi kompleks. Anakanak memiliki kemampuan yang belum matang dalam aspek gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi dengan lingkungan sehingga mengakibatkan anak-anak memiliki risiko terbesar dari cidera. Risiko cidera pada anak sejalan dengan kebutuhan waktu bergerak dan bermain. Anak laki-laki memiliki kebutuhan bermain sebesar 78% dan 63% pada anak perempuan (Hao, 2011). Risiko cidera dan jatuh pada anak-anak dikarenakan adanya dorongan untuk mengeksplorasi lingkungan namun terjadi ketidaksesuaian antara kapasitas fisik untuk melakukan reaksi dan memahami bahaya yang dijumpai di lingkungan (Sethi, 2008). Angka kejadian morbiditas dan mortalitas pada anak-anak akibat jatuh sebesar 25% sampai 44% (McGibbon, 2005). Efek jatuh pada anak- anak dapat berupa kecacatan. Dilaporkan Disability Adjusted Life Year, anak-anak memiliki presentase sebesar 16% mengalami kecacatan fisik diakibatkan jatuh. Dinilai dari penyebab cidera sebesar 12,8% anak-anak mengalami cidera disebabkan oleh ketidaksengajaan dan sebesar 3,2% disebabkan karena kesengajaan (Towner, 2008). 1

2 Penelitian epidemiologi menunjukan nilai kejadian jatuh yang berbeda pada tiap negara. Di Amerika tercatat bahwa anak- anak sekolah dasar memiliki angka kejadian jatuh 2,5 per 100 anak dan tercatat bahwa anak laki-laki memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk terkena cidera dibandingkan dengan anak perempuan. Sedangkan tingkat cidera sebesar 2,4 per 100 anak di sekolah-sekolah di Swedia bagian utara (Peden, 2005). Untuk mengurangi risiko jatuh pada anak-anak maka harus memiliki keseimbangan dinamis dan perkembangan kognitif yang baik. Perkembangan kognitif dan keseimbangan dinamis anak-anak sejalan proses tumbuh dan kembang anak sesuai dengan usia. Urutan tahap-tahap perkembangan adalah tetap bagi setiap anak, tetapi usia kronologis memasuki setiap tahap bervariasi pada setiap anak. Tahap perkembangan kognitif anak menurut Piaget terdiri dari 4 tahap yang terdiri tahap sensorimotor usia 0 2 tahun, tahap pra operasional usia 2-7 tahun, tahap operasi konkret usia 7 11/12 tahun, tahap operasi formal usia 11/12 ke atas. Perkembangan kognitif anak secara tidak langsung akan mempengaruhi kemampuan keseimbangan dinamis. Keseimbangan dinamis dipengaruhi melalui fungsi kognitif yang melibatkan internal representation yang baik, peningkatan sistem adaptif respon terkait dengan orientasi ruang dan orientasi gerakan (Cole, 2005). Keseimbangan dinamis anak-anak ditentukan oleh kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord (Bernadeta dan Suhartini, 2012). Keseimbangan dinamis merupakan sebuah sistem gerak yang

3 berfungsi mengontrol dan mempertahankan posisi tubuh yang melibatkan sistem neuromuskular, muskuloskeletal dan kognitif dengan perubahan dari center of gravity (Permana, 2013). Anak usia 7-8 tahun memiliki keseimbangan dinamis yang belum optimal. Usia 7 tahun merupakan fase awal dimulai meningkatnya kemampuan keseimbangan dinamis pada anak perempuan maupun laki-laki. Optimalisasi keseimbangan dinamis membutuhkan adanya pelatihan aktivitas fisik yang dapat menstimulasi komponen-komponen keseimbangan dinamis (Permana, 2013). Senam merupakan aktivitas fisik yang dapat mengoptimalkan komponenkomponen motorik seperti keseimbangan, koordinasi, kelincahan dan konsentrasi pada anak-anak (Biasworo, 2009). Bentuk-bentuk senam yang dapat diberikan pada anak antara lain adalah senam kesegaran jasmani 2008 dan senam otak (Gilang, 2005). Perbaikan keseimbangan pada senam kesegaran jasmani 2008 dan senam otak dapat dibedakan berdasarkan bentuk latihan dan prinsip latihan. Senam kesegaran jasmani 2008 merupakan bentuk pelatihan aerobik yang terdapat unsur gerakan yang dapat meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas dan keseimbangan (Adi, 2005). Senam kesegaran jasmani 2008 akan meningkatkan kekuatan otot, kestabilan ankle dan kemampuan visospasial yang merupakan komponen keseimbangan dinamis (Huang, 2006). Senam otak merupakan serangkaian latihan gerak yang melibatkan aspek biomekanik yang luas dan bersifat tidak lazim membantu mengoptimalkan fungsi otak manusia. Senam otak dapat memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak

4 sehingga meningkatkan daya ingat dan konsentrasi, meningkatkan energi tubuh, meningkatkan keseimbangan dan koordinasi gerakan (Dennison, 2005). Senam otak dan senam kesegaran jasmani 2008 dapat meningkatkan keseimbangan dinamis dapat dikarenakan adanya prinsip latihan dual task atau perintah ganda sehingga akan meningkatkan kognitif gerakan pada anak dan aktifasi area otak yang lebih luas yang berdampak pada kecepatan respon terhadap perubahan lingkungan dan gerakan (Thomas, 2012). Senam kesegaran jasmani 2008 dan senam otak dapat meningkatkan keseimbangan dinamis oleh karena perbaikan kemampuan kontrol postural. Senam kesegaran jasmani 2008 meningkatkan kontrol postural dikarenakan penggunaan sistem muskuloskeletal dan propioseptiv yang lebih dominan sehingga meningkatkan keseimbangan dinamis. Gunendi melaporkan adanya peningkatan kontrol postural setelah diberikan latihan kesegaran jasmani selama 4 minggu (Gunendi, 2008). Sedangkan pada senam otak perbaikan kontrol postural dikarenakan gerakan senam otak lebih dominan mempengaruhi sistem vestibular, dan kognitif serta sistem neuromuskular (Dennison, 2006). Senam otak bertujuan untuk membuka channel-channel kerja fisiologi otak sehingga akan memberi kemudahan otak pada saat melakukan kegiatan belajar atau bekerja dengan asumsi otak digunakan secara menyeluruh atau whole brain. Senam otak dapat memberikan pengaruh positif pada peningkatan konsentrasi, atensi, kewaspadaan dan kemampuan fungsi otak untuk melakukan perencanaan, respon dan membuat keputusan saat gerakan. Respon keputusan saat

5 melakukan gerakan akan mempengaruhi central proceesing dan anticipatory yang mempengaruhi keseimbangan (Inder, 2004). Senam otak dan senam kesegaran jasmani 2008 merupakan bentuk pelatihan fisik yang dapat meningkatkan keseimbangan pada anak-anak. Peningkatan keseimbangan dinamis terjadi akibat adanya perbaikan sistem vestibular, somatosensoris dan visual dari jalur yang berbeda. Senam otak dapat meningkatkan keseimbangan dengan adanya aktivitas gerak yang kompleks dan baru sehingga memungkinkan penggunaan area otak yang lebih luas yang akan meningkatkan adaptive system yang berpengaruh terhadap respon keseimbangan. Sedangkan pada senam kesegaran jasmani 2008 peningkatan keseimbangan dikarenakan adanya penggunaan gerakan yang bersifat fungsional yang akan menjadikan central pattern generator (CPG) teraktivasi. Aktivasi CPG akan meningkatkan sistem umpan balik dan feedforward yang mempengaruhi keseimbangan. Dari studi referensi yang dilakukan oleh peneliti, menunjukkan bahwa senam kesegaran jasmani 2008 dan senam otak dapat meningkatkan komponen-komponen keseimbangan pada anak namun belum adanya penelitian mengenai hal tersebut, sehingga peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan cara membandingkan antara senam kesegaran jasmani 2008 dan senam otak terhadap keseimbangan dinamis anak. Judul penelitian adalah Senam Otak Lebih Meningkatkan Keseimbangan dinamis daripada Senam Kebugaran Jasmani 2008 Pada Anak Usia 7-8 Tahun di Kecamatan Simpang Teritip Bangka Barat.

6 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah senam otak meningkatkan keseimbangan dinamis pada anak usia 7-8 tahun? 2. Apakah senam kesegaran jasmani 2008 meningkatkan keseimbangan dinamis pada anak usia 7-8 tahun? 3. Apakah senam otak lebih baik meningkatkan keseimbangan dinamis daripada senam kesegaran jasmani 2008 pada anak usia 7-8 tahun? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa: 1. Senam otak meningkatkan keseimbangan dinamis pada anak usia 7-8 tahun. 2. Senam kesegaran jasmani 2008 meningkatkan keseimbangan dinamis pada anak usia 7-8 tahun. 3. Senam otak lebih baik meningkatkan keseimbangan daripada senam kesegaran jasmani pada anak usia 7-8 tahun. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan dan memperkaya ilmu pengetahuan terutama dalam kajian keseimbangan anak sekolah dasar usia 7-8 tahun

7 2. Manfaat praktis a. Memberi ruang sudut pandang fisioterapi dalam menganalisis pengaruh senam otak terhadap keseimbangan dinamis pada anak sekolah dasar usia 7-8 tahun. b. Untuk memberikan gambaran permasalahan keseimbangan yang perlu disikapi sebagai tindakan preventif terkait risiko yang dimiliki anak sekolah dasar usia 7-8 tahun. c. Memberi ruang sudut pandang fisioterapi dalam menganalisis pengaruh senam kesegaran jasmani terhadap keseimbangan anak sekolah dasar usia 7-8 tahun.