KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG. ELiMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI PROVINSI BALI

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KOTA BENGKULU

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh TIWIK SUSILOWATI J

kematian, terutama pada kelompok yang berisiko tinggi seperti bayi, balita dan

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KOTA LANGSA

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

Penanggulangan Penyakit Menular

LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

BAB VII PENUTUP. a. Terjadi pengurangan proporsi anggaran APBD untuk kegiatan program gizi

PERINGATAN HARI MALARIA SEDUNIA

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu

PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DINAS KESEHATAN KOTA PUSKESMAS PEKAUMAN Jl. KS. Tubun No. 1 Banjarmasin Telp (0511)

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 293/MENKES/SK/IV/2009 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI INDONESIA

PENYELENGGARAAN SURVEILANS DAN SISTEM INFORMASI MALARIA. DAERAH PEMBERANTASAN dan DAERAH ELIMINASI MALARIA

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang harus terus menerus dilakukan pengamatan, monitoring

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM

GAMBARAN CAKUPAN PROGRAM KELAMBUNISASI DALAM MENCEGAH KEJADIAN MALARIA DI DESA TUNGGULO KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2012.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

KUESIONER. Petunjuk : Lingkari jawaban yang menurut saudara paling benar. 1. Salah satu upaya pemberantasan malaria dilakukan dengan surveilans

WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN BAB I UMUM 1.1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

LAPORAN BOK UPT DINAS KESEHATAN UNIT PUSKESMAS TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

BAB VII PENUTUP. analisa yang dilakukan peneliti terhadap pelaksanaan Program gerakan seribu

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM


BEBAS PASUNG PUSKESMAS TELUK LUBUK

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Daftar Masalah di Puskesmas Pauh No Program Masalah Target / Indikator

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS DAN URAIAN TUGAS JABATAN PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BARITO UTARA

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN TASIKMALAYA

D. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Petugas P2 Diare (Program Pemberantasan Diare) Puskesmas Payolansek

Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN HARAPAN MASYARAKAT/ SASARAN PROGRAM No.

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

d. Sumber Data Laporan Puskesmas. Laporan Dinas Kesehatan Kab/Kota

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PENGENDALIAN MALARIA DI INDONESIA. Prof dr Tjandra Yoga Aditama Dirjen PP &PL

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

RENCANA STRATEGIS CARA MENCAPAI TUJUAN/SASARAN URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KETERANGAN. 1 Pelayanan Kesehatan 1.

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1

I. Pendahuluan Pada awal tahun 2004 kita dikejutkan kembali dengan merebaknya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), dengan jumlah kasus yang cukup

URAIAN TUGAS BERDASARKAN JABATAN. Tugas Pokok Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular TBC

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ELIMINASI MALARIA DI PUSKESMAS SE KOTA KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

RANCANGAN INDIKATOR RIFAKES PUSKESMAS RIF

KONDISI GEOGRAFIS 26% 69% Terdiri dari : - 11 Kecamatan - 9 Kelurahan Desa LUAS WILAYAH : ,96 KM2 JUMLAH PENDUDUK : 497.

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

M.Arie w. FKM Undip. M. Arie W, FKM Undip

KUESIONER. Hari/Tanggal : Waktu : Pukul... s/d... No. Responden : 1. Nama (inisial) : 2. Umur :

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT UPT. PUSKESMAS SOTEK

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

KERANGKA ACUAN KEGIATAN POSBINDU PTM

Rencana Umum Pengadaan

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

KEGUNAAN SURVEILANS TUJUAN SUMBER INFORMASI 15/11/2013. PENGERTIAN (Surveilans Malaria)

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

MATRIK REALISASI CAPAIAN LAKIP TAHUN 2014 DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

Poliklinik Kesehatan Desa

BAB IV UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT YANG BERORIENTASI SASARAN (UKMBS) KRITERIA 4.1.3

Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

KEBIJAKAN PENGENDALIAN ZOONOSIS DI INDONESIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

Transkripsi:

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berikut adalah beberapa kesimpulan yang dapat diuraikan berdasarkan analisa yang dilakukan peneliti terhadap pelaksanaan program penanggulangan malaria di Puskesmas Sioban. 7.1.1. Komponen Input a. Pada tahun 2015, Pelaksanaan program penanggulangan malaria mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 293/MENKES/SK/IV/2009 Tentang Eliminasi Malaria di Indonesia dan dan sudah disosialisasikan melalui pembentukan forum gebrak malaria baik ditingkat kabupaten maupun tingkat kecamatan karena peraturan daerah masih dalam bentuk rancangan peraturan bupati. b. Buku pedoman penanggulangan penyakit malaria di Puskesmas Sioban belum mencukupi khususnya untuk petugas kesling, petugas surveilans, petugas poskesdes, dan petugas pustu, serta belum memiliki buku terbitan terbaru karena di dinas kesehatan anggaran tidak tersedia untuk pengadaan buku tersebut. c. Sumber daya manusia untuk program penanggulangan malaria di Puskesmas Sioban belum memadai baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas karena belum semua petugas mendapatkan pelatihan manajemen malaria dan tingginya tingkat mutasi baik ditingkat puskesmas maupun di dinas kesehatan, adanya tugas rangkap pengelola program di puskesmas. Namun Puskesmas Sioban juga memiliki pegawai pegawai honorer sebanyak 13 orang dengan berbagai latar belakang pendidikan, diantaranya pendidikan S1 kesehatan masyarakat dan S1 keperawatan yang bisa dimanfaatkan untuk membantu program penanggulangan malaria. d. Dana untuk pelaksanaan program penanggulangan malaria di Puskesmas Sioban masih belum memadai karena masih banyak yang perlu dilakukan untuk mencapai eliminasi

malaria seperti peningkatan kapasitas, penyediaan mikroskop yang memadai di pustu, poskesdes yang tertentu, pelatihan, refresing petugas, kader, dan membangun jejaring. Namun ada Anggaran Dana Desa (ADD) yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan penanggulangan malaria sertadi dalam daftar pelaksanaan anggaran Puskesmas Sioban tahun 2015 ada kegiatan berupa perjalanan dinas kegiatan luar gedung yang bisa dimanfaatkan untuk program yang berhubungan dengan malaria seperti program surveilans, program promosi kesehatan, dan program kesehatan lingkungan. e. Sarana untuk pelaksanaan program penanggulangan malaria di Puskesmas Sioban belum memadai karena pengadaan di dinas kesehatan tidak ada sehingga mengharapkan bantuan dari kemeterian kesehatan, Global Fund dan Surfaid. Melalui koordinasi dan konsultasi pada saat pertemuan forum gebrak malaria tingkat kecamatan diharapkan dana anggaran desa yang dimanfaatkan untuk kegiatan pembangunan fisik dapat diarahkan kepada program penanggulangan malaria melalui kegiatan rekayasa lingkungan berupa kegiatan pengaliran muara sungai yang tertutup pada musim kemarau, penimbunan lagun-lagun atau kolam yang tidak terlalu besar, dan pembuatan parit-parit disekitar perkampungan warga. 7.1.2. Komponen proses a. Perencanaan program penanggulangan malaria di Puskesmas Sioban belum berjalan dengan baik karena perencanaan yang bersifat top down, adanya keterbatasan SDM dalam penyusunan perencanaan di puskesmas dan kurangnya dukungan dari kebijakan yang ada seperti RPJMD dan Renstra. Namun puskesmas bisa memanfaatkan kegiatan loka karya mini dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor untuk mengenal masalah dan menentukan prioritas serta membuat perencanaan kegiatan dan mengusulkan perencanaan tersebut ke dinas kesehatan. b. Pengorganisasian penanggulangan malaria di Puskesmas Sioban berupa forum gebrak malaria belum terbentuk secara tertulis baru sebatas sosialisasi karena SK belum

ditandatangani oleh bapak camat sehubung pada saat kegiatan sosilaisasi dan pembentukan forum gebrak malaria tingkat kecamatan bapak camat tidak bisa hadir. SK pengelola program di Puskesmas Sioban sudah ada akan tetapi tidak ada pembagian tugas secara tertulis dan belum ada juru malaria desa di Puskesmas Sioban. Kerjasama lintas sektor belum maksimal karena belum aktifnya forum gebarak malaria di tingkat kecamatan. Namun sudah ada sosialisasi pembentukan forum gebrak malaria tingkat kecamatan yang dihadiri oleh lintas sektor. c. Pelaksanaan 1) Penemuan dan tatalaksana kasus malaria di Puskesmas Sioban masih rendah namun pengobatan sudah sesuai dengan petunjuk hal ini disebabkan karena pencatatan dan pelaporan, follow up dan cross check belum dilakukan secara maksimal, rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan follow up setelah mendapatkan pengobatan, dan kondisi geografis serta keterbatasan anggaran. Diperkirakan kerugian akibat yang ditimbulkan oleh penyakit malaria pada tahun 2015 sebesar Rp.561.150.584,-. Kerugian ini akan semakin meningkat apabila ditambahkan biaya tidak langsung akibat penyakit malaria ini seperti biaya transportasi dan akomodasi dalam rangka pengobatan malaria tersebut. Selain itu, dengan tingginya kejadian penyakit malaria tanpa gejala (52%) dari jumlah penduduk atau dikenal dengan malaria asimtomatis dari hasil pemeriksaan darah massal yang dilakukan di wilayah kerja di Puskesmas Sioban akan menimbulkan resiko tinggi penularan karena penderita tidak mengetahui dirinya mengalami sakit malaria sehingga tidak melakukan upaya pencegahan dan pengobatan. 2) Upaya pencegahan dan penanggulangan faktor resiko di Puskesmas Sioban belum dilakukan secara maksimal karena tidak ada tenaga terlatih untuk melakukan survei vektor, analisis dinamika penularan, pemantauan efikasi insektisida dan resistensi vektor. Tingginya kasus

malaria di Puskesmas Sioban juga dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat yang memungkinkan terjadinya penularan malaria melalui gigitan nyamuk Anopheles sebagai vektor penular malaria seperti masyarakat berada diluar rumah sampai larut malam tanpa menggunakan pakaian yang menutup seluruh tubuh dari gigitan nyamuk, tidak memakai lotion anti nyamuk dan aktifitas masyarakat pergi dan menginap di kebun atau di hutan tanpa membawa dan memakai kelambu berinsektisida selain itu belum semua masyarakat memiliki jamban yang memenuhi standar di dalam rumah. Namun di Puskesmas Sioban sudah dilakukan pembagian kelambu rutin dengan sasaran ibu hamil yang mana selama kehamilannya ibu hamil mendapatkan kelambu sebanyak 2 buah sebagai bentuk upaya perlindungan iu hamil dan bayinya dari penyakit malaria. 3) Surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah di Puskesmas Sioban belum dilakukan secara maksimal karena keterbatasan logistik dan anggaran. Di Kabupaten Kepulauan Mentawai ada RSUD yang melaksanakan pelayanan kesehatan rujukan, dengan berjalannya program surveilans di rumah sakit akan membantu dalam upaya pencegahan dan penanggulangan malaria. 4) Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi di Puskesmas Sioban belum berjalan dengan baik karena belum terbentuknya posmaldes, kurangnya dukungan dari program promosi kesehatan dan tidak adanya anggaran khusus untuk kegiatan promosi kesehatan di puskesmas. Namun pada saat KLB puskesmas sudah melakukan penyuluhan kepada masyarakat dan dinas kesehatan sudah melakukan penyuluhan rutin berupa kegiatan road show di radio Swara Alam Mentawai dan memasyarakatkan tujuh pesan sikerei, d. Monitoring, evaluasi dan pelaporan di Puskesmas Sioban belum berjalan maksimal karena belum dilakukan review tingkat puskesmas, monitoring petugas puskesmas ke petugas desa, dan tidak adanya anggaran dalam daftar pelaksanaan kegiatan. Namun sudah dilakukan kegiatan monitoring melalui laporan bulanan, supervisi yang dilakukan oleh petugas dinas kesehatan ke puskesmas serta konsultasi dan koordinasi ke dinas kesehatan provinsi.

7.1.3. Komponen output Pencapaian program penanggulangan malaria di Puskesmas Sioban tahun 2015 belum berhasil (API 32.82 ) dengan penemuan kasus (ABER 9%) dari jumlah penduduk, hal ini masih jauh jika dibandingkan target (API 1 ) dengan ABER 10% dari jumlah penduduk. Namun sudah ada upaya yang dilakukan berupa pendistribusian kelambu berinsektisida kepada ibu hamil, penemuan dan tatalaksana kasus, sosialisasi pembentukan forum gebrak malaria, serta upaya-upaya penanggulangan pada saat terjadinya KLB seperti IRS, penyuluhan dan kebersihan lingkungan. Saran 1. Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai a. Meningkatkan dan menyediakan anggaran secara berkelanjutan di dinas kesehatan dan puskesmas untuk program penanggulangan malaria. b. Membuat nota kesepahaman antara pemerintah, dunia usaha, LSM, organisasi profesi dan masyarakat tentang eliminasi malaria. 2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai a. Melakukan advokasi kepada bagian hukum sekretariat daerah untuk percepatan verifikasi Rancangan Peraturan Bupati tentang Petunjuk Teknis Eliminasi Malaria dan Surat Keputusan Bupati tentang Tujuh Pesan Sikerei. b. Melakukan advokasi kepada bupati dengan menjelaskan dampak kerugian akibat yang ditimbulkan oleh penyakit malaria pada tahun 2015 di Puskesmas Sioban sebesar Rp.561.150.584,-. Kerugian ini akan semakin meningkat apabila ditambahkan biaya tidak langsung akibat penyakit malaria ini seperti biaya transportasi dan akomodasi dalam rangka pengobatan malaria tersebut. c. Berkoordinasi dengan badan kepegawaiaan daerah dalam pengadaan tenaga kesehatan dengan latar belakang pendidikan kesehatan lingkungan dan analis kesehatan. d. Tidak melakukan mutasi khususnya untuk pengelola program yang berhubungan dengan program malaria minimal 3 tahun, melakukan system kaderisasi untuk pengelola program.

e. Advokasi kepada lintas sektor (dinas pendidikan, dinas PU, kantor lingkungan hidup, dinas pariwisata, BPMPKB, RS, sektor swasta, LSM, organisasi profesi dan organisasi kemasyarakatan) untuk menunjang suksesnya program penanggulangan malaria melalui forum gebrak malaria. f. Melakukan usulan revisi RPJMD dan Renstra kepada kepala daerah sehingga penyakit malaria menjadi salah satu program prioritas. g. Melakukan advokasi kepada bupati untuk segera menerbitkan SK tim gebrak malaria tingkat kabupaten. h. Melakukan advokasi kepada dinas pendidikan untuk menjadikan penyakit malaria sebagai mata pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah dasar. 3. Kepala Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai a. Membuat rencana pengadaan buku-buku pedoman penanggulangan malaria terbitan terbaru untuk petugas puskesmas seperti pengelola surveilans, pengelola kesling dan pengelola promosi kesehatan. b. Mengadakan pelatihan dan penyegaran untuk pengelola program malaria, petugas kesling, petugas surveilans, petugas labor, petugas promkes, petugas pustu dan poskesdes serta mengadakan pelatihan untuk petugas entomologis baik di dinas kesehatan maupun di puskesmas. c. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang berhubungan dengan program penanggulangan malaria seperti kelambu berinsektisida, spraycane, bubuk kimia, dan peralatan pemeriksaan labor serta obat anti malaria. d. Melakukan pendistribusian kelambu massal kepada kelompok berisiko dengan API > 5 yaitu Desa Sioban, Desa Saurenuk, Desa Matobek, Desa Mara dan Desa Nemnemleleu dengan cakupan pembagian kelambu minimal 80% dari jumlah penduduk.

e. Melakukan survei vektor dan analisa dinamika penularan, serta pemantauan efikasi insektisidadan resistensi vektor di Kabupaten Kepulauan Mentawai termasuk Puskesmas Sioban. f. Memanfaatkan media lokal untuk kegiatan promosi kepada masyarakat seperti radio sasaraina, dan majalah Pouligobat secara rutin. g. Membuat program inovasi berupa penyuluhan melalui media spot yang ditayangkan ditempat-tempat umum, dan diruang tunggu dinas kesehatan dan puskesmas. h. Melakukan koordinasi dengan direktur rumah sakit tentang surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah. 4. Kepala Puskesmas Sioban a. Membuat rencana pengadaan buku-buku pedoman penanggulangan malaria terbitan terbaru untuk petugas pustu, dan poskesdes. b. Tidak membebani pengelola program malaria dengan tugas rangkap. c. Koordinasi dan konsultasi pada saat pertemuan forum gebrak malaria tingkat kecamatan untuk kegiatan penanggulangan malaria melalui kegiatan rekayasa lingkungan berupa kegiatan pengaliran muara sungai yang tertutup pada musim kemarau, penimbunan lagunlagun atau kolam yang tidak terlalu besar, dan pembuatan parit-parit disekitar perkampungan warga. d. Melakukan inventarisasi dan pengadaan kebutuhan logistik atau peralatan labor yang berhubungan dengan program penanggulangan malaria seperti kaca slide, RDT, giemsa, kapas alkohol dll) e. Membuatdan mengajukan perencanaan hasil lokakarya mini ke dinas kesehatan paling lambat bulan Juli setiap tahunnya. f. Melakukan advokasi kepada camat untuk segera menerbitkan SK tim gebrak malaria tingkat kecamatan dan melibatkan pengelola program malaria, pengelola promosi kesehatan,

pengelola kesehatan lingkungan, pengelola surveilans, dokter dan kepala puskesmas didalam forum gebrak malaria. g. Meningkatkan kerjasama lintas program terutama dengan program promosi kesehatan, kesling dan petugas surveilans dan kerjasama lintas sektor melalui forum gebrak malaria. h. Melakukan kegiatan promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam upaya melindungi diri dari gigitan nyamuk malaria seperti memakai kelambu saat tidur dimalam hari, memakai pakaian yang melindungi seluruh tubuh saat berada diluar rumah pada malam hari, dan melakukan upaya-upaya pencegahan lainnya seperti memakai lotion anti nyamuk, memakai kawat kasa pada ventilasi rumah serta membuat dan memakai jamban sesuai standar kesehatan di dalam rumah. 5. Pengelola program malaria puskesmas a. Melakukan koordinasi dengan dokter, petugas BP, petugas KIA dan petugas poskesdes, dan pustu untuk meningkatkan penemuan kasus malaria dengan ABER minimal 10% dari jumlah penduduk, pasien positif malaria yang mendapatkan pengobatan harus dilakukan follow up sampai sembuh b. Memgirimkan semua slide yang diperiksa ke dinas kesehatan untuk dilakukan cross check secara rutin dan tepat waktu. c. Membuat laporan e-sismal dan mengirimkannya ke dinas kesehatan tepat waktu. d. Membuat pemetaan daerah endemis malaria baik dari data rutin maupun dari data hasil survei. e. Mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan pustu, poskesdes, dan klinik swasta dalam pelaksanaan SKD-KLB. f. Puskesmas mengirimkan laporan rutin kedinas kesehatan setiap bulannya dalam keadaan lengkap dan tepat waktu. g. Pembentukan pos malaria desa diseluruh desa dan dusun yang ada diwilayah kerja Puskesmas Sioban sesuai dengan kebutuhan.

h. Melakukan koordinasi dengan petugas surveilans untuk melakukan pemantauan kasus malaria setiap hari dan mengirimkan laporan Ewarsd dan mengirimkan laporan tepat waktu sesuai dengan ketentuan. i. Lakukan monitoring secara rutin ke poskesdes, dan pustu. 6. Petugas kesehatan lingkungan a. Melakukan konseling kepada masyarakat di klinik sanitasi puskesmas untuk mengenali dan memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan khususnya tentang penyakit malaria. b. Melakukan inspeksi terhadap kondisi lingkungan yang memungkinkan tempat perkembangbiakan vektor malaria di wilayah kerja Puskesmas Sioban. c. Serta melakukan intervensi terhadap lingkungan yang merugikan kesehatan melalui kegiatan modifikasi dan manipulasi lingkungan berupa kegiatan penimbunan atau pengeringan kolam dan lagun, penebaran ikan pemakan jentik, pengaturan pengairan sawah secara berkala, pengubahan kadar garam melalui kegiatan pengaliran muara sungai yang tertutup pada musim kemarau. 7. Petugas surveilans puskesmas a. Melakukan pengamatan terhadap kejadian penyakit malaria setiap hari melalui laporan rutin harian baik dipuskesmas maupun di pustu dan poskesdes, dan membuat rekapitulasi laporan surveilans setiap hari setelah jam pelayanan selesai. b. Bila terjadi out break atau KLB segera mengirimkan laporan yang telah dilakukan analisis kedinas kesehatan dalam waktu kurang dari 1 kali 24 jam. 8. Petugas promosi kesehatan a. Melakukan penyuluhan secara personal kepada pasien yang datang berkunjung ke puskesmas dan penyuluhan secara kelompok pada saat kunjungan pasien ramai.

b. Memanfaatkan isu pesan sikerei pada saat memberikan penyuluhan kepada masyarakat sehingga apabila masyarakat ingat pesan sikerei maka mereka akan ingat dengan eliminasi malaria. c. Membuat dan mengembangkan media promosi seperti madding, kantong promosi dan pembuatan leaflet tentang penyakit malaria. 9. Petugas pustu dan poskesdes a. Melakukan pengamatan, membuat laporan dan mengirimkan laporan ke puskesmas tepat waktu. b. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang penanggulangan malaria. c. Melakukan penemuan dan tatalaksana kasus sesuai dengan petunjuk teknis. d. Mengalang kerjasama dengan kepala desa, kepala dusun, tokoh agama, tokoh masyarakat dan PKK dalam rangka pencegahan penyakit malaria. e. Melakukan pemberdayaan kepada masyarakat melalui kegiatan gotong royong.