BAB I PENDAHULUAN. depan adalah mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan bangsa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jatirogo Tuban yang letaknya berada di Jl. Raya Bader No.20 Jatirogo Tuban.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam hal ini peneliti mengambil lokasi penelitian di SMPN 13

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

FAKTOR SOSIOLOGIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X SMA PGRI 1 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

diidentikkan dengan pendidikan formal. Pendidikan formal diupayakan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai cita-cita pendidik. 1

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda yang menjadi perhatian utama adalah masalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

Hj. Yusida Gloriani & Teti Tresnawati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana yang efektif dalam pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2000, hlm 38 2 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesioanalisme

BAB 1 PENAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain : disahkannya UU

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang didalam kegiatannya dilakukan oleh guru dan siswa. Pendidikan juga merupakan elemen yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan secara terstruktur dan dalam jangka waktu tertentu. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan mampu menghasilkan produk-produk yang unggul, maka mutu

BAB I PENDAHULUAN. berperan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata

BAB I PENDAHULUAN. atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu. sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam. pembangunan suatu bangsa. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia yang sedang membangun sehingga dapat. bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan membentuk watak serta peradapan bangsa, yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kelangsungan hidup bangsa tersebut 2. Pendidikan pula yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

BAB I. Peningkatan kualitas SDM merupakan kenyataan yang harus dilakukan. tersebut. Kualitas merupakan kesesuaian produk atau jasa dengan pelayanan

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar. Sebagaimana diperbuat dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD NGAWI TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan generasi muda inilah melalui pemberian fondamen yang kuat yakni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dijalani oleh

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa depan adalah mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu oleh pendidik professional. Undang- Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik profesional mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis. Guru sebagai tenaga profesional mempunyai visi terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga Negara dalam memperoleh pendidikan yang bermutu. Undang - Undang Nomor 4 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menegaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Untuk mewujudkan fungsi, peran, dan kedudukan tersebut, guru perlu memiliiki kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik yang sesuai dengan standar pendidik. Guru yang professional akan menghasilkan proses dan hasil pendidikan yang bermutu dalam rangka mewujudkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, barahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru harus memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum sehingga memiliki kesempatan untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya. Selain itu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk memaksimalkan fungsi dan peran strategis yang meliputi penegakan hak dan kewajiban guru, pembinaan dan pengembangan karir guru, perlindungan hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. Pengakuan kedudukan guru sebagai pendidik professional merupakan bagian dari keseluruhan upaya pembaharuan dalam sistem pendidikan nasional yang pelaksanaannya memperhatikan berbagai peraturan perundang-undangan, antara lain, tentang kepegawaian, ketenagakerjaan, keuangan, dan Pemerintahan Daerah. Himpunan Undang Undang Republik Indonesia, Guru Dan Dosen System Pendidikan Nasional, (Surabaya: Wacana Intelektual, 2009),53

Menjadi seorang guru tidak mudah seperti yang di bayangkan, namun sebaliknya sangat sulit untuk dicapai. Karena guru bertanggung jawab dalam mencetak generasi penerus yang kompeten bagi masa depan. Menjadi guru adalah figur sentral dalam dunia pendidikan, khususnya saat terjalinnya proses interaksi pembelajaran. Melalui proses pendidikan, kemajuan suatu bangsa, baik dalam bidang ekonomi, sosial politik, ilmu pengetahuan, taknologi dan dalam bidang budaya lainnya dapat di peroleh. Oleh karena itu pendidikan yang dapat mengantar suatu bangsa pada kemajuan adalah pendidikan yang mempunyai kualitas baik dalam bidang pendidikan. Orang yang paling getol memperdebatkan pendidikan cenderung berpendirian, karena tujuan pendidikan pada dasarnya adalah mempersiapkan generaasi muda untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan tinggi akhirnya dimaksudkan untuk mempersiapkan para generasi muda untuk sukses dalam karir dan kehidupan pribadi, serta mampu berpartisipasi dalam masyarakat. Semua dimaksudkan untuk menjadikan Negara ini lebih maju dari Negara-negara lainnya. 2 Proses pembelajaran merupakan bagian dari pendidikan. Proses pembelajaran dapat membantu tercapainya tujuan pendidikan. Di Indonesia tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia adalah 2 Drs. Wasty Soemanto, M. Pd, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 998) cetakan ke-4,

membentuk manusia seutuhnya, sebagaimana rumusan tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Maha Esa (TME), berakhlak yang mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab 3 Sebagaimana juga diketahui, bahwa salah satu prioritas pengembangan pendidikan nasional dalam kaitannya dengan pengembangan kualitas sumber daya manusia ialah menyangkut peningkatan mutu setiap jenis dan jenjang pendidikan. Dalam rangka peningkatan mutu tersebut ada tiga faktor utama yang menjadi titik perhatian, yaitu: pertama, kecukupan sumber sumber pendidikan untuk menunjang proses pendidikan dalam arti kecukupan penyediaan jumlah dan mutu guru serta tenaga kependidikan lainnya, buku teks bagi murid, perpustakaan, dan sarana prasarana belajar. Kedua, mutu proses pendidikan itu sendiri, dalam arti kurikulum dan pelaksanaan pengajaran untuk mendorong para peserta didik belajar lebih efektif. Ketiga, mutu output dari proses pendidikan, dalam arti ketrampilan dan pengetahuan yang telah di peroleh para peserta didik. 4 Kemudian dalam sistem pendidikan nasional merupakan sarana formal dalam membentuk manusia Indonesia yang bersifat utuh yakni menusia yang 3 UU System Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Media Wacana, 2003), 2 4 Prof. Dr. H. Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Madrasah Dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 205

bertaqwa, cerdas, terampil, berbudi luhur, dan berkepribadian Indonesia. Di samping kegiatan belajar mengajar, yang menjadi tugas utama lembaga pendidikan maka pendidikan seyogyanya berfungsi juga selalu menjadi pusat pengembangan kebudayaan, pusat pengembangan kebudayaan di artikan sebagai tempat penyamaian dan penumbuhan nilai-nilai baru yang sekaligus tercermin dalam sikap dan perbuatan sehari-hari. Penerapan pendekatan ini yang dikaitkan dengan peningkatan kecerdasan bangsa sebagai produk dari upaya pembangunan nasional secara otomatis untuk memperhatikan kemajuan bangsa-bangsa lain yang mempunyai kebersaman dalam skala universal, kriteria yang bersifat universal ini adalah konsepsi modernisasi sebagai penopang pengembangan sistem pendidikan nasional. 5 Dengan melihat kenyataan itu, dapat diketahui bahwa pendidikan di Indonesia mewarisi dua tradisi yaitu dualisme pendidikan islam diwarisi pesantren dan pendidikan umum dibentuk oleh pemerintahan Belanda. Yang kemudian di intitusionalisasikan dengan penyelenggaraan pendidikan oleh dua departemen pendidikan dan kebudayaan (sekarang departemen pendidikan nasional) dan departemen agama. Sekolah-sekolah umum berada di bawah pembinaan departemen pendidikan nasional dan pendidikan Islam di bawah departemen agama. 6 5 Dr. Abdur Rahman Assegaf, Ma, dkk, Pendidikan Islam Di Indonesia, (Yogyakarta: Suka Press, 2007),34 6 Maksum, Madrasah: Sejarah Dan Pengembangannya, (Jakarta: Logos, 999), 98

Perbedaan naungan institusional di pemerintah tersebut melahirkan perbedaan dan dualisme baik menyangkut manajemen, kurikulum, penyediaan tenaga pendidikan khususnya guru dan pembiayaannya 7. Untuk perkembangan selanjutnya dengan berlandaskan pada pelaksanaan ketentuan pasal 0 ayat (2), pasal ayat (4), pasal 3 ayat (2), dan pasal 4 ayat (2), pasal 6 ayat (4), pasal 8 ayat (4), pasal 9 ayat (3), pasal 2 ayat (2), pasal 22 ayat (2), pasal 25 ayat (2), pasal 26 ayat (2), pasal 28 ayat (5), pasal 29 ayat (5), pasal 35 ayat (3), pasal 37 ayat (5), pasal 40 ayat (3) Undang Undang Nomor 4 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, ditetapkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2008. 8 Kedudukan guru terutama guru PAI memiliki peran yang sangat penting dalam turut serta mengatasi terjadinya kenakalan siswanya, sebab guru PAI merupakan pendidik yang bertanggung jawab langsung terhadap pembinaan moral dan penanaman norma hukum tentang baik buruk serta tanggung jawab seseorang atas segala tindakan yang dilakukannya sehingga siswa sadar bahwa perbuatan yang dilakukan akan dimintai pertanggung-jawaban di kemudian hari. Kemudian dari peraturan tersebut penulis mengkaitkan dengan kompetensi pedagogik guru khususnya pendidikan agama islam yang nantinya 7 Maksum, Ali, Pembaharuan System Pendidikan Madrasah (Studi Tentang Kebijakan Departemen Agama Ri Pasca Uuspn 989 Dan Kebijakan Pendidikan Satu Atap )(Laporan Penelitian Individu), 2 8 Himpunan Undang Undang Republik Indonesia, Guru Dan Dosen System Pendidikan Nasional, (Surabaya: Wacana Intelektual, 2009),490

pembelajaran bisa lebih maksimal. Terkait dengan kompetensi guru, pemerintah dalam hal ini telah memberikan acuan sebagaimana yang termuat dalam Undang Undang No. 4 tahun 2005 tentang guru dan dosen bab IV tentang guru pasal 0 di jelaskan bahwa: kompetensi guru sebagaimana yang di maksud dalam pasal 0 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi professional, yang di peroleh melalui pendidikan profesi. 9 Sungguh ironis ketika melihat banyak guru hanya mementingkan satu sisi saja misalkan materi, keluarga atau yang lain, tanpa mengerjakan tugasnya dengan kompetensi yang dimilikinya sesuai dengan undang - undang di atas. Selain itu sekolah juga berperan penting dalam menerima guru guru yang kompeten dalam mengisi proses pembelajaran. Hal inilah yang harus di hindari, karena dalam mencetak generasi penerus yang kompeten juga tergantung pada pendidik yang ada di sekolah. Melihat kenyataan itu maka penulis terdorong untuk mengadakan suatu penelitian dengan mengkaji dan menganalisis dari berbagai referensi maupun data data yang terkait dengan hal tersebut, dan menyusun skripsi ini dengan judul : Implementasi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru Terhadap Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri Jatirogo Tuban. 9 UU Guru Dan Dosen, (Bandung: Focus Media, 2000), 7

B. Alasan Memilih Judul Alasan penulis memilih judul ini adalah karena adanya berbagai problematika dalam peningkatan kompetensi guru khususnya ilmu pengajarannya atau pedagogiknya. Misalnya dalam dunia pendidikan masih banyak guru-guru yang belum layak menjadi guru akan tetapi sudah melaksanakan program pembelajaran di sekolah. Tidak sedikit mahasiswa yang belum lulus atau masih menjalani proses pembelajaran tetapi sudah menjalankan tugas selayaknya guru yang sebenarnya. Realita mengatakan bahwa menjadi guru tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun sangat sulit untuk mencapainya. Selain melalui proses yang lama, juga harus memenuhi standar kompetensi dari masing-masing individu. Misalkan dengan memenuhi peraturan pemerintah yang telah memberikan acuan bagaimana menjadi guru yang sebenarnya atau layak untuk menyandang nama guru tersebut. Kemudian dari sinilah penulis sangat terinspirasi untuk mengadakan penelitian tentang guru, tentunya sesuai acuan yang telah dikeluarkan pemerintah berupa PP RI Nomor 74 tahun 2008 tentang guru bagaimana menjadi guru pendidikan agama islam yang yang bisa mencetak generasi-generasi penerus yang yang berguna bagi bangsa dan negara.

C. Rumusan Masalah Dari penjelasan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalahnya adalah:. Bagaimana esensi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang guru? 2. Bagaimana kompetensi pedagogik guru pendidikan agama islam di SMA Negeri Jatirogo? 3. Bagaimana implementasi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru terhadap peningkatan kompetensi pedagogik guru pendidikan agama islam di SMA Negeri Jatirogo Tuban? D. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan masalahnya adalah:. Untuk mengetahui esensi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang guru 2. Untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru pendidikan agama islam di SMA Negeri Jatirogo 3. Untuk mengetahui implementasi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru terhadap peningkatan kompetensi pedagogik guru pendidikan agama islam di SMA Negeri Jatirogo Tuban

E. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini secara umum adalah:. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperkaya pamikiran dalam bidang pendidikan. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan bangunan ilmu pengetahuan dan mengembangkan pendidikan 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam peningkatan kompetensi guru. Kegunaan penelitian secara khusus adalah sebagai berikut.. Bagi Peneliti a. Sebagai bahan pelajaran bagi peneliti serta tambahan pengetahuan sekaligus untuk mengembangkan pengetahuan penulis dengan landasan dan kerangka teoritis. b. Untuk memenuhi beban sks dan sebagai bahan penyusunan skripsi serta ujian yang merupakan tugas akhir penulis untuk memperoleh gelar strata satu (S) pada jurusan pendidikan agama islam. 2. Bagi objek penelitian a. Sebagai sumbangan pemikiran ke dalam dunia pendidikan khususnya SMA Negeri Jatirogo Tuban b. Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan kompetensi atau mutu guru khususnya pendidikan agama islam di SMA Negeri Jatirogo Tuban

c. Sebagai bahan evaluasi terhadap kompetensi guru yang di tetapkan dalan PP RI Nomor 74 Tahun 2008 di SMA Negeri Jatirogo Tuban. F. Definisi Operasonal Agar dalam penulisan ini tidak terjadi kerancuan makna atau salah persepsi maka dipandang perlu dalam penulisan ini dicantumkan definisi dari permasalahan yang diangkat:. Implementasi : penerapan. 2. Kompetensi : kemampuan berfikir, bersikap, dan bertindak secara konsisiten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang dimliki peserta didik. 0 3. Pedagogik : ilmu pengajaran / ilmu pendidikan. 4. Guru : orang yang kerjaannya atau profesinya mengajar. Guru adalah jabatan professional yang harus memenuhi kriteria professional, yang meliputi syarat syarat fisik, mental / kepribadian, keilmiahan / pengetahuan, dan ketrampilan. 2 0 Prof. Muhaimin, MA, dkk pengembangan model KTSP pada sekolah dan madrasah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), 49 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) 2 Prof. Dr. Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008 cetakan ke-5), 59

5. Pendidikan : Suatu usaha yang sadar yang teratur dan sistematis dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab dengan cita-cita pendidikan. 3 6. Agama Islam : Ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. 4 Sedangkan yang dimaksudkan pendidikan agama Islam di sini adalah usaha yang sadar, teratur dan sistematis, yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifatsifat tabiat yang sesuai dengan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW. 7. SMA Negeri : Sekolah menengah atas yaitu jenis sekolah yang diselenggarakan pemerintah dengan jenjang waktu tiga tahun. G. METODE PENELITIAN Metode dapat di artikan sebagai suatu cara atau teknis yang akan dilakukan dalam proses penelitian, sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh faktafakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran 5. Oleh karena itu disini di paparkan mengenai:. Jenis Penelitian 3 Anur Daen Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya, Usaha Nasional, 973, hal. 27 4 Anur Daen Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya, Usaha Nasional, 973, hal. 388 5 Mardalis, Metode Penelitian, Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 995), cetakan ke-5, 24

Penelitian ini termasuk jenis penelitian yang menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat dalam buku atau jenis penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian yang di tujukan untuk mendeskripsikan dengan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, dan persepsi. Pemikiran orang secara individu maupun kelompok. 6 2. Pendekatan Penelitian Oleh karena pendekatan ini penelitian pustaka maka penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang tidak menggunakan perhitungan data kuantitatif. Karena permasalahan penelitian bersifat kompleks, holistik, dinamis, dan penuh makna, sehingga dalam penelitian deskriptif kualitatif yang menjadi tujuannya adalah ingin menggambarkan realitas dan empiris yang sebenarnya sesuai dengan fenomena yang ada secara mendalam, rinci, dan tuntas. 7 3. Sumber Data Dalam penelitian ini terdapat dua sumber data: a. Data primer adalah data yang bersumber dari informasi secara langsung berkenaan dengan masalah yang teliti. Seperti dikatakan Moloeng, bahwa kata-kata atau ucapan lisan dan prilaku manusia merupakan data utama 6 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 60 7 Sarfiah Faisal, Pokok Pokok Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif, Makalah Latsar Penelitian, 99, 3

dan data primer dalam suatu penelitian. 8 Adapun data primer dalam peelitian ini adalah kepala sekolah, dan guru yang ada di SMA N Jatirogo Tuban. b. Sumber data sekunder adalah data yang lebih dulu dikumpulkan oleh orang yang ada diluar penelitian. 9 Dalam hal ini buku-buku (literatur) dan dokumen-dokumen yang ada. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulam data yakni membicarakan tentang proses pencarian data yang dilakukan peneliti. Adapun metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah: a. Metode observasi, menurut marsall (995) bahwa trough observation researcher learn about behavior and meaning attached to thos behavior. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. 20 b. Metode kepustakaan, yaitu mengkaji buku yang sesuai tema penelitian peneliti, diantaranya sumber tulisan, karya-karya intelektual berbentuk buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain. 8 Lexy J. Moelong, 2002, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Hal. 2 9 Winarno Surahmad, 99, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metodik Tehnik, Bandung: Tarsito, Hal. 62 20 Sugiyono, Metode Pendekatan Penelitian, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2007),226

c. Metode dokumentasi: yakni mengumpulkan data data tertulis mengenai penelitian di SMA yang diteliti. d. Metode interview, metode ini disebut juga metode wawancara atau kuesioner lisan, yaitu sebuah dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. 2 H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Adapun sistematika pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN : Yang berisi tentang latar belakang masalah, alasan memilih judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan. BAB II KAJIAN TEORI : Yang berisi tentang esensi peraturan pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang guru; tinjauan tentang kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran yang berisi pengertian, fungsi, kriteria, dan kualifikasi guru dalam Peraturan Pemerintah; implementasi peraturan pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang guru terhadap kompetensi pedagogik guru. 2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),07

BAB III METODOLOGI PENELITIAN : Yang berisi lokasi penelitian, data dan sumber data, jenis penelitian, pendekatan penelitian, sampel dan populasi, metode pengumpulan data. BAB IV HASIL PENELITIAN : Yang berisi tentang deskripsi data yaitu gambaran umum objek penelitian yang meliputi sejarah berdirinya objek, visi dan misi, keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa, prestasi yang pernah diraih, keadaan sarana dan prasarana, struktur organisasi, penyajian data, dan analisis data. BAB V PENUTUP : Berisi tentang kesimpulan dan saran