BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kebutuhan masyarakat untuk mengkonsumsi bahan bakar sangat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia sedang menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak. bumi sebagai salah satu tulang punggung produksi energi semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave)

Prarancangan Pabrik Biodiesel dari Biji Tembakau dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Biodiesel Dari Minyak Nabati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : PABRIK BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI (METODE FOOLPROOF)

I. PENDAHULUAN. Bahan bakar minyak adalah sumber energi dengan konsumsi terbesar di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

lebih ramah lingkungan, dapat diperbarui (renewable), dapat terurai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II PUSTAKA PENDUKUNG. Ketersediaan energi fosil yang semakin langka menyebabkan prioritas

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

PEMBUATAN BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI LANGSUNG

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA MELALUI PROSES TRANS-ESTERIFIKASI. Pardi Satriananda ABSTRACT

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi. Rendemen (%) 1. Volume Pelarut n-heksana (ml)

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI NYAMPLUNG DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI DALAM KOLOM PACKED BED. Oleh : Yanatra NRP.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

: Muhibbuddin Abbas Pembimbing I: Ir. Endang Purwanti S., MT

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum mengenal bahan bakar fosil, manusia sudah menggunakan biomassa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Noor Azizah, 2014

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi bahan bakar minyak tahun 2005 (juta liter) (Wahyudi, 2006)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumber energi alternatif saat ini terus digiatkan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan

Bab III Pelaksanaan Penelitian

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

BAB I PENDAHULUAN I- 1. Bab I Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang bersifat tidak dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar balakang

PABRIK BIODIESEL dari RBD (REFINED BLEACHED DEODORIZED) STEARIN DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum)

BAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet,

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Katalis. Gambar 1. Persamaan Reaksi Transesterifikasi

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB II LANDASAN TEORI

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di Indonesia, kebutuhan masyarakat untuk mengkonsumsi bahan bakar sangat tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari analisis kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) yaitu sekitar 215 juta liter per hari. Sedangkan yang diproduksi di dalam negeri hanya 178 juta liter per hari, dan sisanya terpaksa harus diimpor dari negara penghasil minyak bumi lain. Impor BBM tampaknya belum dapat diatasi karena lebih dari 50 persen kebutuhan energi dalam negeri masih bertumpu pada minyak bumi [1]. Sebenarnya Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya energi fosil non-bbm seperti gas alam dan batu bara serta energi terbarukan di antaranya panas bumi, biomassa, dan panas matahari. Pada saat ini kebutuhan BBM cenderung terus meningkat, tetapi hal tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaan BBM yang mencukupi. Bahkan diperkirakan dalam 10 tahun terakhir persediaan minyak bumi dunia akan habis. Oleh karena itu ketergantungan masyarakat terhadap BBM secara perlahan perlu untuk dikurangi. Buruknya pengaruh gas hasil pembakaran BBM atau emisinya terhadap lingkungan juga menjadi faktor pendorong pencarian dan pengembangan energi alternatif non BBM, sehingga timbul gagasan gagasan baru untuk memanfaatkan bahan-bahan yang renewable untuk menciptakan sumber energi baru. Penemuan dan pengembangan sumber energi baru yang renewable dan ramah lingkungan mulai mendapat perhatian yang serius. Sumber-sumber energi baru seperti bioetanol, biodiesel, serta biogas meruapakan sumber energi baru yang menjadi tumpuan untuk masa depan manusia [1].

Dalam keadaan krisis energi ini, pengembangan teknologi energi non BBM yang ramah lingkungan menjadi penting, terutama ditujukan pada kalangan miskin sebagai golongan yang paling terkena dampak kenaikan BBM. Salah satu teknologi energi yang sesuai dengan persyaratan tersebut adalah teknologi biodiesel. Biodiesel merupakan hasil dari proses transesterifikasi dari trigliserida yang ditambahkan alkohol dengan katalis basa. Bahan baku yang digunakan adalah kopra, yang kemudian akan diambil minyaknya untuk dilakukan proses lebih lanjut menjadi biodiesel. Pengambilan kopra sebagai bahan baku disebabkan karena bahan baku kopra sekarang harganya relatif lebih murah dan terus merosot, Dengan maksud ingin membantu meningkatkan perekonomian rakyat dibidang budidaya kopra di Indonesia khususnya propinsi Sulawesi Utara sebagai penghasil kopra terbesar di Indonesia. Maka prarencana pabrik ini mengambil bahan baku kopra dalam pembuatan biodiesel Biodiesel ini bersifat terbaharui dari tumbuhan, dan ramah lingkungan, karena emisi CO 2 yang dihasilkan dari pembakaran biodiesel akan diserap kembali oleh tanaman melalui mekanisme fotosintesis. Sehingga menekan akumulasi CO 2 di atmosfir atau yang banyak dikenal dengan zero CO 2 emission. Akumulasi CO 2 di atmosfer yang dihasilkan oleh bahan bakar berbasis minyak bumi atau batu bara mengakibatkan perubahan iklim global atau yang disebut dengan efek pemanasan global atau global warming, karena membakar minyak bumi atau batu bara sama dengan mengeluarkan CO 2 dari dalam bumi dan memindahkannya ke atmosfer. Disamping itu kandungan sulfur dalam biodiesel juga kecil sehingga gas hasil pembakaran dari biodiesel menjadi lebih ramah terhadap lingkungan [1]. I.2. Bahan Baku dan Produk I.2.1. Bahan Baku

Sebagai bahan baku dari pabrik Biodiesel ini adalah sebagai berikut: 1. Kopra Kopra adalah daging kelapa yang telah di keringkan, nama kopra berasal dari bahasa Malay. Kopra didapatkan dari Korea, Jepang dan Amerika. Secara tradisional minyak kelapa di produksi dari kopra. Kopra mengandung enam asam amino esensial dari delapan asam amino yang terdapat di dalamnya. Untuk komposisi asam amino dalam kopra dapat dilihat pada Tabel I.1. secara mekanik minyak kelapa didapatkan dari memeras kopra. [2] Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemak digolongkan ke dalam minyak asam laurat, karena kandungan asam lauratnya paling besar jika dibandingkan dengan asam lemak lainnya. Berdasarkan tingkat ketidakjenuhannya yang dinyatakan dengan bilangan Iod (Iodine value), maka minyak kelapa dapat dimasukkan ke dalam golongan non drying oils, karena bilangan iod minyak tersebut berkisar antara 7,5-10,5. [2] Tabel I.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa [2] Asam lemak Rumus kimia Jumlah (%) Asam lemak jenuh: Asam kaproat C 5 H 11 COOH 0-0,85 Asam kaprilat C 7 H 17 COOH 5-9,5

Asam kaprat C 9 H 19 COOH 4,5-9,5 Asam laurat C 11 H 23 COOH 44-52 Asam miristat C 13 H 27 COOH 13-19 Asam palmitat C 15 H 31 COOH 7,5-10,5 Asam stearat C 17 H 35 COOH 1-3 Asam arachinat C 19 H 39 COOH 0-0,4 Asam lemak tidak jenuh: Asam palmitoleat C 15 H 29 COOH 0-1,3 Asam oleat C 17 H 33 COOH 5-8 Asam linoleat C 17 H 31 COOH 1,5-2,5 Komposisi asam lemak minyak kelapa disajikan pada Tabel I.1 dari tabel dimana dapat dilihat bahwa asam lemak jenuh minyak kelapa kurang lebih 90%. Minyak kelapa mengandung 84% trigliserida dengan tiga molekul asam lemak jenuh, 12% trigliserida dengan dua asam lemak jenuh dan 4% trigliserida dengan satu asam lemak jenuh. [2] 2. Alkohol Alkohol yang digunakan dalam proses transesterifikasi pada pembuatan biodiesel umumnya adalah metanol atau etanol. Metanol ini didapatkan di Pulau Bunyu, Kalimantan Timur.Pada proses ini menghasilkan ester alkil asam-asam lemak (atau biodiesel ester alkil) sebagai produk utama dan gliserin sebagai secondary produk. [3] Alkohol yang digunakan dalam proses pembuatan biodiesel harus dapat direcovery dan dikembalikan lagi ke proses agar dapat digunakan kembali untuk meminimalkan biaya produksi. Metanol adalah alkohol yang lebih mudah direcovery daripada etanol. Etanol dapat membentuk titik azeotrope dengan air sehingga diperlukan biaya yang lebih mahal untuk memurnikannya selama proses recovery. Oleh karena itu, alkohol yang digunakan dalam transesterifikasi ini adalah metanol. Metanol digunakan untuk menghasilkan produk utamanya yaitu ester metil asamasam lemak (Fatty Acids Methyl Ester/ FAME) atau biodiesel ester metil (BEM). [3].

Sifat fisis dan kimia dari metanol disajikan pada tabel I.2. Tabel I.2. Data Properties Metanol [3] 3. Katalis Wujud Liquid Bau Menyengat Kelarutan Larut dalam air % Volatilitas 100 % volume (27 C) Titik Didih 64,7 C Titik Leleh -98 C Tekanan Uap 97 mmhg (20 C) Berat Molekul 32,04 (gr/mol) Reaksi transesterifikasi membutuhkan adanya suatu katalis untuk mempercepat laju reaksi. Katalis yang digunakan dapat berbagai macam jenisnya. Namun biasanya yang digunakan sebagai katalis dalam pembuatan biodiesel atau metil ester yaitu katalis homogen. Penggunaan katalis homogen dikarenakan katalis ini dapat larut dalam alkohol dan larutan ini kemudian ditambahkan ke dalam minyak atau lemak tanpa pelarut tambahan. Adapun fungsi dari katalis ialah untuk mempercepat suatu reaksi dengan cara ikut bereaksi tetapi tidak ikut terkonversi menjadi produk. Jenis katalis yang dapat digunakan diantaranya yaitu katalis basa (KOH atau NaOH), katalis asam (H 2 SO 4 atau HCl), katalis enzim (enzim lipase), dan katalis padat (H-Zeolite) Proses Katalis Basa Reaksi transesterifikasi dengan katalis basa merupakan jenis katalis yang paling efisien dan tidak korosif jika dibandingkan dengan katalis asam. Inilah sebabnya kebanyakan proses transesterifikasi dalam dunia industri menggunakan katalis basa. Katalis basa yang dapat digunakan dalam proses transesterifikasi diantaranya adalah metal hidroksida seperti kalium atau natrium hidroksida, metal

alkoksida. Peningkatan jumlah katalis akan mempercepat reaksi. Untuk jenis katalis basa, kondisi reaksi harus dijaga anhidrous atau tanpa adanya air atau jumlah air yang terlibat serendah mungkin. Air akan menyebabkan terjadinya hidrolisis ester membentuk sabun. Terbentuknya sabun akan berakibat berkurangnya yield reaksi, dan menyebabkan terbentuknya emulsi yang berakibat pada sulitnya pemisahan gliserol [4]. Produk akhir biodiesel yang menggunakan katalis KOH saat dinetralkan dengan H 3 PO 4 akan menghasilkan K 3 PO 4 yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Mekanisme reaksi yang terjadi saat reaksi dilakukan dengan menggunakan katalis basa [5] : Gambar I.1. Skema reaksi transesterifikasi katalis basa [5] KOH KOH dikenal dengan nama potasium atau kalium hidroksida. Senyawa ini merupakan senyawa basa metalik dan termasuk dalam basa yang sangat kuat yang memiliki kekeuatan basa sama dengan sodium hidroksida, lithium hidroksida, kalsium

hidroksida, barium hidroksida dan strontium hidroksida. Penggunaan KOH ini biasanya pada industri kertas, pembuatan sabun cair, industri tekstil. Tabel I.3. Data Properties KOH Proses Katalis Asam Wujud Solid Warna Putih Bau Tidak berbau ph 13,5 Titik didih 1320 C Titik leleh/beku 360 C Berat molekul 56,1407 Jenis asam yang dapat digunakan dalam proses ini yaitu H 2 SO 4, HCl dan asam kuat lain. Untuk menghasilkan yield yang tinggi dalam proses dengan katalis asam, harus dilakukan pada suhu tinggi untuk mempercepat reaksi [5]. Proses dengan katalis asam juga harus dijaga dengan kondisi tanpa adanya air. Hal ini dilakukan untuk mencegah terbentuknya asam karboksilat, yang berpengaruh terhadap berkurangnya yield reaksi. Perbandingan alkohol terhadap trigliserida yang digunakan juga harus cukup tinggi untuk melakukan proses transesterifikasi yang lengkap dan yield yang tinggi. Secara umum, proses dengan katalis asam lebih lambat dari pada katalis alkali. Tapi jenis katalis asam lebih baik jika bahan baku yang digunakan memiliki karakteristik kandungan asam lemak bebas dan air yang tinggi [5]. HCl Hidrogen klorida merupakan salah satu contoh jenis asam kuat. Penggunaan hidrogen klorida diantaranya yaitu sebagai hidroklorinasi karet, pembuatan vinil atau alkil klorida. Hidrogen klorida terionisasi sempurna dalam air. Penghirupan uap HCl secara berlebihan menyebabkan batuk, gangguan saluran pernapasan, pulmonary edema dan pada akibat fatal akan mengakibatkan kematian. Tabel I.4. Data Properties HCl

Wujud Liquid jernih Bau Berbau menyengat Densitas 1-1,2 Tekanan Uap 5,7 mmhg (0 C) Titik Didih 81,5 110 C (76 mmhg) Titik Leleh - 74 C Berat Molekul 36,46 gr/grmol Berikut ini merupakan mekanisme reaksi transesterifikasi dengan katalis asam : Gambar I.2. Skema reaksi transesterifikasi katalis asam [5] Jenis katalis asam yang digunakan yaitu katalis HCl. Ini didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa HCl dapat menurunkan asam lemak bebas yang tertinggi. Selain itu HCl memiliki kekuatan asam yang lebih tinggi dibandingkan dengan asam sulfat. Proses Katalis Enzim Katalis enzim ini bermacam-macam jenisnya diantaranya yaitu katalis lipase. Halangan utama dalam penggunaan katalis lipase ini adalah harga dari katalis ini yang mahal. Penggunaan katallis ini lebih efisien karena produk yang dihasilkan lebih mudah dipisahkan. Katalis lipase ini dapat digunakan kembali setelah digunakan sebagai katalis dan proses pemisahan yang cukup mudah. Proses Katalis Padat

Agar dapat dimanfaatkan zeolit harus mempunyai spesifikasi tertentu berkaitan dengan hal tersebut kualifikasi zeolit ditentukan oleh daya serap, daya tukar kation (KTK) maupun daya katalis. Zeolite ini didapatkan dari Korea. Oleh sebab itu untuk memperoleh zeolit dengan kemampuan tinggi diperlukan beberapa pengolahan antara lain: 1. Preparasi Tahap ini bertujuan untuk memperoleh ukuran produk yang sesuai dengan tujuan penggunaan. Preparasi terdiri dari tahap peremukan (crushing), sampai penggerusan (grinding). [6] 2. Aktivasi Proses ini bertujuan untuk meningkatkan sifat-sifat khusus zeolit dengan cara menghilangkan unsur-unsur pengotor dan menguapkan air yang terperangkap dalam pori kristal zeolit. Cara yang umum yang sering digunakan dalam proses aktivasi zeolit, yaitu pemanasan pada suhu 200-400ºC selama 2-3 jam, dan kimia dengan menggunakan pereaksi NaOH atau H2SO4. [6] 3. Modifikasi Proses modifikasi dimaksudkan untuk mengubah sifat permukaan zeolit alam dengan cara melapiskan polimer organic (sintetis dan alamiah) pada zeolit tersebut. [6]. Katalis yang digunakan dalam pembuatan pabrik biodiesel ini adalah katalis padat yaitu Zeolit. Zeolit didapatkanmerupakan kelompok senyawa berbagai jenis mineral alumino silikat hidrat dengan logam alkali. Mineral-mineral yang termasuk dalam kelompok zeolit umumnya dijumpai dalam batuan tufa, terbentuk dari hasil sedimentasi abu vulkanik yang teralterasi. [6]

I.2.2. Produk Produk yang dihasilkan nanti disebut metil ester tetapi lazim disebut biodiesel. Pemilihan biodiesel sebagai alternatif bahan bakar pengganti solar didasarkan atas beberapa alasan antara lain: [7] 1. Biodiesel 100% dihasilkan dari minyak nabati. 2. Biodiesel dapat pula dihasilkan dari buah kelapa. 3. Tidak mengandung racun, senyawa beracun yang umum terdapat pada BBM adalah aromatik (benzena), timbal dan sulfur. Dengan menghirup senyawa tersebut secara terus menerus, maka akan menimbulkan berbagai penyakit. Senyawa aromatik akan menyebabkan kanker darah, timbal akan menyebabkan kerusakan pada perkembangan otak, kematian janin pada ibu hamil, dan lain lain, sedangkan sulfur akan menyebabkan brankitis, radang paru. 4. Tidak mudah meledak. Parameter yang digunakan untuk menentukan mudah meledak tidaknya suatu bahan adalah flash point. Flash point dari biodiesel adalah 170 o C. 5. Emisi yang dihasilkan rendah. Emisi yang dihasilkan BBM antara lain CO, CO 2, sulfur, partikulat. Emisi yang dihasilkan dari biodiesel mengalami penurunan emisi CO sebesar 50%, CO 2 sebesar 78,45%, partikulat sebesar 65%, dan tidak ada emisi sulfur. 6. Ramah lingkungan. 7. Dapat langsung digunakan tanpa adanya modifikasi pada mesin. 8. Bahan bakunya dapat direnewable

Perbandungan Karakteristik anatra minyak solar terhadap biodiesel disajikan pada tabel I.5. Tabel I.5. Perbandingan Karakteristik Biodiesel dengan Minyak Solar Berdasarkan Penelitian oleh TNI-AL [8] Parameter Minyak Solar Biodiesel Densitas (kg/m 3 ) 0,820-0,870 0,9177-0,9187 Warna 3,0 Jernih-3,5 Flash Point ( o F) 150 175-211 Kadar Karbon (% berat) 0,1 0,4243-1,4671 Kadar Abu (% berat) 0,01 0,06-0,18 Kadar Air (% vol) 0,05 Sangat sedikit Kadar Sedimen (% vol) 0,01 0 1.3 Analisa Pasar [9] Dari data yang diberikan oleh dinas pertanian dan perkebunan Kabupaten Kepulauan Talaud untuk UPH Coconut Biodiesel produksi kelapa pada tahun 2006 sebesar 11.675,6 ton. Dari produksi tersebut bila diolah menjadi kopra, akan didapatkan kopra dengan rendemen 67 %. Maka oleh pihak UPH Coconut Biodiesel dilakukan analisis yang disimpulkan bahwa kapasitas produksi untuk pabrik biodiesel yang akan dibangun oleh pihaknya di Kepulauan Talaud dengan bahan baku khususnya kopra pada tahun 2007 adalah 1100 liter/hari yang membutuhkan kopra sebanyak 850 ton per tahun. Mengingat masih banyak jumlah kopra yang belum dimanfaatkan, maka penulis bermaksud untuk memanfaatkan sisa produksi kopra tersebut untuk diolah menjadi biodiesel. Dari sekitar 6972,65 ton kopra yang sisa tersebut pabrik biodiesel yang direncanakan akan memanfaatkan kopra sebanyak 2310 ton per tahun yang akan setara dengan 990000 liter biodiesel per tahun.