BAB IV ANALISIS. Adapun pelaku kegiatan di dalam Mesjid di Kebon Jeruk adalah: beribadah lainnya pada mesjid di Kebon Jeruk tersebut.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB III: ANALISA TAPAK DAN PENERAPAN TEMA PADA BANGUNAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA. : Mesjid di Kebon Jeruk : Permulaan xix halaman + Isi 132 halaman ABSTRAK

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Nusantara ini dibagi menjadi beberapa bagian kegiatan, yaitu :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. agama mempunyai rumah ibadah masing-masing.

BAB V PENGEMBANGAN RANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB V KONSEP PERANCANGAN. mencari hiburan diluar apartemen karena semua kebutuhan sudah terpenuhi di dalam

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

Asumsi Pedagang dengan Jumlah Unit. = (90x3) + (230x2) = 730 orang. - 50% asal Jakarta = 50/100 x % asal luar Jakarta = 50/100 x 730

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

BAB V KONSEP PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall dan ruang tiket

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

BAB IV KONSEP. Gambar 4.2 Pemintakatan berdasarkan fungsi hunian dan publik yaitu fungsi hunian berada di lantai atas dan umum di lantai dasar

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB V PROGRAMMING. Luas (m 2 ) (orang) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) KELOMPOK KEGIATAN MASJID

BAB III ANALISA. Lokasi masjid

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS IV.1 Aspek Manusia IV.1.1 Analisis Pelaku Kegiatan Adapun pelaku kegiatan di dalam Mesjid di Kebon Jeruk adalah: A. Jemaah Yaitu orang yang melakukan ibadah seperti shalat, mengaji, atau kegiatan beribadah lainnya pada mesjid di Kebon Jeruk tersebut. B. Pengelola Yaitu pihak yang mengelola kegiatan yang berlangsung di dalam mesjid. C. Pengunjung Yaitu tamu baik tamu di luar kegiatan beribadah maupun tamu pengelola. Yang dimaksud tamu di luar kegiatan ibadah di sini adalah tamu pengunjung yang datang hanya untuk menggunakan fasilitas pada mesjid tanpa melakukan ibadah pada mesjid tersebut seperti perpustakaan, toko buku, internet dan lain sebagainya. IV.1.2 Analisis Pemakai Mesjid Sasaran pemakai mesjid ini yaitu penduduk muslim di sekitar tapak pada khususnya dan penduduk muslim Kotamadya Jakarta Barat pada umumnya ditambah penduduk pendatang muslim yang bekerja di sekitar tapak. Dengan 48

diadakan mesjid pada tapak tersebut diharapkan bisa sedikit mengatasi masalah kekurangan mesjid pada wilayah Kotamadya Jakarta Barat, sehingga pada waktuwaktu tertentu (misalnya pada waktu ibadah shalat Jum at) tidak terjadi luberan jemaah yang biasanya sampai memakai badan jalan untuk melakukan shalat Jum at. Adapun pemakai Mesjid ini terbagi atas jemaah pria dan jemaah wanita, dimana di dalam hukum Islam di dalam melaksanakan ibadah harus dipisahkan shaf/ barisan antara jemaah pria dan wanita. Dengan demikian perlu dibuat pemisahan alur antara sirkulasi jemaah pria dan jemaah wanita. Analisis Aktifitas Pemakai Bangunan dan Kebutuhan Ruang Tabel IV-1 Aktifitas Pemakai Bangunan dan Kebutuhan Ruang Jenis Kegiatan Kegiatan Pelaku Utama Ibadah Edukatif Kebutuhan ruang Datang Jemaah, pengelola, tamu Hall penerima Wudhu Jemaah Ruang wudhu Buang air Jemaah Toilet Adzan Muadzin Minaret Shalat Jemaah Ruang shalat Ceramah Penceramah Mihrab Mengaji Jemaah Ruang mengaji Belajar Jemaah, tamu Perpustakaan Mengaji Jemaah Ruang pendidikan Al-Quran Membeli buku Jemaah, tamu Toko buku Resepsi pernikahan Pengelola, tamu Ruang serbaguna Khitanan Pengelola, tamu Ruang serbaguna Sosial Acara Santunan Pengelola, tamu Ruang serbaguna Pengelola Ruang kepala Mengelola mesjid Kepala pengelola mesjid pengelola mesjid Membantu Ruang Wk. Ka. Wk. Ka. Pengelola mesjid pengelolaan Pengelola mesjid Membantu Sekretaris Ruang sekretaris pengelolaan Sebagai tempat Ruang penitipan Pengelola, jemaah, tamu penitipan barang barang Buang air Karyawan pengelola Toilet 49

Sebagai ruang tempat menyiapkan makanan dan minuman Pengelola Pantry Service Kegiatan administrasi Tata usaha Ruang tata usaha Komersil Pengelola, jemaah, tamu Toko Kebersihan Pengelola Janitor Penyediaan Air Pengelola Reservoir Ruang Pompa Air Pengolahan Air Pengelola Septic Tank, Penampungan Air Listrik Pengelola Ruang Genset Ruang Panel Analisa Pengelompokan Jenis Kegiatan Pengelompokan kegiatan berdasarkan sifat kegiatannya, adalah sebagai berikut : Tabel IV-2 Pengelompokkan Kegiatan Berdasarkan Sifat Kegiatannya Jenis Kegiatan Keterangan Sifat Kegiatan Kegiatan Utama Edukatif Sosial Pengelola Service Kegiatan jemaah beribadah pada bangunan mesjid, seperti shalat Kegiatan jemaah/ tamu untuk menambah ilmu pengetahuan Mengadakan acara yang bersifat sosial biasanya memakai ruang serba guna Kegiatan yang menunjang administrasi, seperti pengelolaan mesjid Kegiatan komersil seperti toko buku. Kegiatan yang memelihara kelangsungan bangunan dan kegiatan mesjid Semi Publik Semi Publik Semi Publik Privat Publik Service Analisis Perhitungan Jumlah Pengunjung Mesjid Karena target mesjid ini diperuntukkan buat penduduk muslim pada wilayah Kotamadya Jakarta Barat dan juga khususnya diperuntukkan buat penduduk muslim 50

pada wilayah tapak tersebut. Berikut data jumlah penduduk wilayah Kotamadya Jakarta Barat Tabel IV-3 Jumlah Penduduk Kotamadya Jakarta Barat Statistik Kepadatan Penduduk Jumlah Penduduk Jakarta Sampai Bulan 8/2006 adalah : 1,561,542 orang Wilayah WNI WNI WNA WNA Pria Wanita Pria Wanita Total LUAS KEPADATAN CENGKARENG 117,693 113,008 25 19 230,745 26 53,872 GROGOL 107,822 109,717 73 48 217,660 11 143,069 PETAMBURAN KALIDERES 86,579 79,532 9 3 166,123 30 29,934 KEBON JERUK 101,859 98,412 32 31 200,334 18 82,200 KEMBANGAN 71,297 67,716 23 29 139,065 23 35,931 PALMERAH 95,562 94,965 52 41 190,620 8 173,660 TAMANSARI 75,704 77,618 226 198 153,746 4 326,723 TAMBORA 133,156 129,924 90 79 263,249 5 521,476 Total 789,672 770,892 530 448 1,561,542 125 1,366,865 Sumber : Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Jakarta Barat Di Kotamadya Jakarta Barat terdapat 536 mesjid dengan kapasitas seluruhnya ± 200.000 orang. Jika dilihat pada tabel, jumlah penduduk Kotamadya Jakarta Barat 1.561.542 orang dengan prosentase penduduk muslim 80 % (menurut dinas kependudukan walikota Jakarta Barat), maka jumlah penduduk muslim di Kotamadya Jakarta Barat terdapat 1.249.235 orang dan bila dikaitkan dengan kapasitas seluruh mesjid Kotamadya Jakarta Barat, maka sangatlah jauh untuk dapat memenuhi kekurangan tersebut. Maka dari itu saya perkecil kekurangannya dengan mengambil kebutuhan mesjid diwaktu shalat Jum at (dikarenakan biasanya hanya kaum pria yang melaksanakan shalat Jum at). Jumlah pria di wilayah Kotamadya Jakarta Barat yaitu 789.672 penduduk, maka dengan prosentase penduduk muslim 80 %, maka jumlah penduduk muslim pria di wilayah Kotamadya Jakarta Barat yaitu 631.737 penduduk 51

muslim dan bila dikaitkan dengan jumlah kapasitas seluruh mesjid di Kotamadya Jakarta Barat, maka masih sangat kekurangan akan bangunan ibadah mesjid. Maka dari itu untuk dapat sedikit menjawab permasalahan kekurangan mesjid tersebut, maka pada tapak tersebut harus dibuat mesjid raya yaitu mesjid yang mempunyai skala kota. Mengingat luas tapak yang terbatas, maka mesjid ini akan memiliki daya tampung ± 4000 orang. IV.1.3 Analisis Zoning Berdasarkan kegiatan yang ada dan perbedaan tujuan antara pengguna bangunan, maka bangunan diklasifikasikan ke dalam area privat, semi publik, publik, dan servis. Gambar IV-1 Zoning Vertikal dan Horizontal Keterangan : : Merupakan area publik dimana semua orang dapat mengaksesnya, seperti ruang penerima hall. : Merupakan area semi publik, dimana tidak semua orang dapat masuk ke area ini, seperti ruang shalat, ruang perpustakaan, ruang serbaguna, toko buku. : Merupakan area privat, dimana dimana hanya pengelola yang dapat mengaksesnya, seperti ruang pengelola, ruang mihrab. 52

IV.2 Aspek Bangunan IV.2.1 Analisis Bentuk Dasar dan Gubahan Massa Bangunan Bentuk Dasar Bangunan Bentuk merupakan dimensi yang memiliki volume. Terbentuk melalui bidang yang ditarik secara paralel. Dan garis tersebut merupakan perwujudan dari dua titik yang dihubungkan antara satu dan yang lainnya. Sebuah bentuk memiliki rupa, skala, warna, tekstur, posisi, orientasi, dan kekokohan visual. Keseluruhan properti dari bentuk ini akan memberikan nilai yang kuantitatif dan kualitatif. Apabila nilai kuantitatif merupakan kriteria yang bisa diukur seperti luasan ruang, luasan bidang, panjang, dan skala. Nilai kualitatif berasal dari kesan/ekspresi yang ditimbulkan oleh bentuk seperti warna, tekstur, posisi, orientasi, dan kekokohan visual. Penentuan bentuk bangunan didasarkan pada : Kegiatan yang ditampung Keadaan tapak dan lingkungan sekitar Efisiensi ruang Proses penciptaan bentuk dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : Sensasi Primer Bentuk-bentuk dasar yang dikenal dalam dunia geometri secara mendasar dan sifatnya obyektif. 53

Sensasi Sekunder Bentuk-bentuk dasar yang mengalami pengurangan dan penambahan atau artikulasi lain yang disesuaikan dengan fungsi dan indera perasa secara subyektif. Tabel IV-4 Bentuk Dasar Bangunan Bentuk Keuntungan Kerugian 1. Segitiga Bentuk stabil dan berkarakter kuat Mudah digabungkan menjadi bentuk-bentuk geometris lain (misalnya segienam, segidelapan, dsb.) Orientasi ruang pada tiaptiap sudutnya Pengembangan ruang pada ketiga sisinya. Kurang efisien Fleksibilitas ruang kurang Layout ruang sulit Tidak sesuai dengan tapak yang ada. 2. Segi empat Bentuk statis Mudah dikembangkan Orientasi ruang pada keempat sisi pembatasnya Layout ruang baik Ruang memiliki efisiensi yang tinggi, mudah digabungkan dengan bentuk lain Sesuai dengan tapak yang ada 3. Lingkaran Bentuk halus Orientasi ruang memusat dan statis Indah dilihat dari luar Orientasi ruang cenderung statis Sulit dikembangkan Fleksibilitas ruang rendah Sulit digabungkan dengan bentuk lain Layout ruang sulit Tidak sesuai dengan tapak yang ada Sumber : Ching, F. (1999). Arsitektur : Bentuk Ruang dan Susunannya Dalam pemilihan terhadap bentuk massa bangunan dapat ditinjau dan dipertimbangkan dari : Penyesuaian terhadap bentuk tapak dan lingkungan sekitar. 54

Efisiensi, fleksibilitas dan kesan ruang yang tinggi. Karakter bangunan yang mencerminkan sifat kegiatan bangunan. Dominasi bentuk di lingkungan sekitar. Kegiatan utama di dalam bangunan. Dalam penyusunan komposisi massa bangunan, banyak hal yang harus diperhatikan, yaitu : Syarat-syarat program ruang pada bangunan, seperti letak-letak fungsi, persyaratan ukuran, klasifikasi ruang dan syarat-syarat untuk pencapaian, cahaya atau pandangan. Kondisi-kondisi luar dari tapak yang mungkin akan membatasi bentuk. Pertimbangan estetika dari ekspresi bentuk yang akan diciptakan sesuai dengan Judul, Topik, dan Tema yang diambil. Kesimpulan : Bentuk dasar yang akan digunakan dalam mesjid di Kebon Jeruk ini adalah bentuk segiempat, yang akan dikembangkan lebih lanjut. Bentuk segiempat dipilih berdasarkan atas pertimbangan-pertimbangan berikut: a. Ruang utama dalam mesjid yaitu ruang shalat, memerlukan efisiensi ruang yang sangat tinggi dikarenakan di dalam mesjid sering dilaksanakan shalat secara berjamaah (secara bersama-sama dengan banyak orang yang dipimpin oleh satu orang yang disebut imam) dan memerlukan ruang yang luas. Pemanfaatan ruang secara maksimal sangat diperlukan untuk bangunan tersebut. 55

b. Disesuaikan dengan bentuk tapak yaitu berbentuk segi empat tidak beraturan dan juga disesuaikan dengan bentuk massa bangunan disekitarnya yang kebanyakan berbentuk segi empat. Gambar IV-2 Tapak dan Lingkungan di Sekitarnya c. Bentuk segi empat mudah digabungkan dengan bentuk yang lain. d. Bentuk segiempat merupakan bentuk yang mudah untuk dikembangkan. Gambar IV-3 Gubahan Massa Bangunan 56

Keterangan : : Area Publik : Ruang Hijau : Area Semi Publik : Bangunan : Area Privat : Pedestrian : Area Servis : Jalan Kendaraan Pribadi : Jalan Kendaraan Servis Kesimpulan : Berdasarkan atas analisa terhadap zoning dan tata ruang luar, maka gubahan massa yang didapat adalah seperti gambar berikut. Gambar IV-4 Kesimpulan Analisis Gubahan Massa Bangunan 4 1 2 1 3 1 Keterangan : 1. Merupakan area publik, yaitu sebagai daerah penerima pengunjung mesjid dan berupa plaza atau hall penerima. Pada daerah tersebut terdapat ruang wudhu, toilet dan juga tempat penitipan barang 2. Merupakan area semi publik. Lantai dasar berupa ruang serbaguna sedangkan untuk lantai atasnya digunakan sebagai ruang shalat. 57

3. Pada lantai bawah merupakan area privat yaitu berupa ruang pengelola dan di lantai atasnya merupakan area semi publik yaitu berupa ruang shalat. 4. Merupakan ruang semi publik. Pada daerah tersebut terdapat ruang pendidikan Al-Qur an, perpustakaan dan toko buku. IV.2.2 Analisis Orientasi Massa Bangunan Dasar pertimbangan dari orientasi massa bangunan mesjid ini yaitu arah kiblat, matahari, dan angin. Analisis arah kiblat Arah kiblat menjadi suatu yang utama dalam mempertimbangkan orientasi massa bangunan mesjid, dikarenakan dalam melakukan ibadah shalat umat Islam diwajibkan menghadap arah Ka bah yang terdapat pada Masjidil Haram di Mekah (QS. Al-Baqarah, ayat 144). Arah kiblat untuk daerah-daerah di Indonesia yaitu ke arah Barat Barat Laut. Tepatnya arah kiblat pada daerah Kebon Jeruk yaitu 295,16 N. Gambar IV-5 Ka bah Gambar IV-6 Analisis Arah Kiblat Sumber : www.google image.com Sumber : www.qibla Locator.com 58

Kesimpulan : Orientasi ke arah Barat sudah hal yang mutlak dalam meletakkan mihrab (sebuah ceruk atau ruang relatif kecil yang masuk ke dalam dinding, sebagai tanda arah kiblat). Hal ini dikarenakan, mihrab sebagai patokan arah kiblat di dalam suatu mesjid. Bila mana kita ingin mengetahui arah kiblat pada suatu mesjid, kita hanya tinggal melihat dimana mihrab itu diletakkan. Dengan adanya, Mihrab dapat mempengaruhi dimana arah pintu masuk atau keluar pengunjung dan hal ini berkaitan dengan sirkulasi pengunjung. Analisis shaf/ barisan jemaah Gambar IV-7 Alternatif Bentuk Massa Bangunan 1 Mihrab Bentuk bangunan memanjang ke belakang kurang baik, karena sangat sulit bagi jemaah yang terdapat di daerah belakang untuk melihat ke arah mihrab, karena jarak mereka sangat jauh dari mihrab, sehingga jemaah yang terdapat di bagian belakang 59

akan sangat sulit memperhatikan imam ketika berkhutbah atau memimpin shalat pada mihrab. Gambar IV-8 Alternatif Bentuk Massa Bangunan 2 Mihrab Bentuk bangunan memanjang ke samping juga kurang baik. Hal ini berpengaruh kepada jemaah yang terdapat pada sisi kiri dan kanan bangunan. Jemaah tersebut akan merasa kesulitan dalam memperhatikan imam ketika berkhutbah atau memimpin shalat. Gambar IV-9 Alternatif Bentuk Massa Bangunan 3 Mihrab 60

Bentuk segi empat sama sisi ini merupakan bentuk yang netral dan terbaik, karena jemaah dapat melihat mihrab dari segala sisi dengan jarak yang sama. Analisis arah matahari Gambar IV-10 Alternatif Massa Bangunan 1 Keuntungan : 1. Matahari tidak secara langsung menyinari bukaan mesjid sehingga hanya cahaya matahari saja yang masuk sementara sinarnya tidak. 2. Tidak perlu adanya proteksi terhadap sinar matahari yang panas. 3. Semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata setiap saat. Kerugian : Bangunan tidak memperoleh cahaya matahari pagi. 61

Gambar IV-11 Alternatif Massa Bangunan 2 Keuntungan : Mesjid mendapatkan sinar matahari pagi. Kerugian : 1. Pada pagi hari, sisi bangunan sebelah Timur memperoleh cahaya matahari, sementara pada sisi bagian barat tidak mendapat cahaya matahari dan sebaliknya. 2. Sisi bangunan yang berhadapan langsung dengan Barat dan Timur menjadi panas. 3. Memerlukan proteksi terhadap sinar matahari yang panas. 62

Analisis angin Jakarta terletak di dekat garis khatulistiwa, sehingga arah angin dipengaruhi oleh angin musim. Angin musim Barat bertiup antara November dan April dari Barat Daya ke Timur Laut, sedang angin musim Timur antara Mei dan Oktober dari Timur Laut ke Barat Daya. Gambar IV-12 Alternatif Massa Bangunan 1 Aliran angin yang masuk sangat besar dikarenakan bagian bangunan yang panjang menerima banyak angin yang masuk, sehingga bangunan akan banyak menerima angin dengan kencang. Angin yang besar bisa dapat menyebabkan pengunjung masuk angin. Gambar IV-13 Alternatif Massa Bangunan 2 63

Angin melewati bagian bangunan yang lebih pendek, sehingga angin yang masuk tidak begitu kencang dan udara di dalam banguan akan terasa sejuk. Di sini cross ventilation dapat diterapkan secara optimal. Analisa Bising Gambar IV-14 Alternatif Massa Bangunan 1 B I S I N G Sedikit memperoleh bising karena sisi yang menghadap bising lebih kecil, dan bukaan tidak ke arah sumber bising. B I S I N G 64

Gambar IV-15 Alternatif Massa Bangunan 2 B I S I N G B I S I N G Banyak memperoleh bising karena bukaan menghadap sumber bising. Bukaan besar yang menghadap daerah bising dapat diberi sound bearing seperti pohon. Kesimpulan : Berdasarkan hasil analisis terhadap arah kiblat, shaf/ barisan jemaah, matahari, angin, dan bising, orientasi massa yang bisa menggunakan potensi matahari untuk pencahayaan, angin untuk penghawaan dan menghindari kebisingan sehingga memberikan kenyamanan bagi jemaah adalah sebagai berikut. Gambar IV-16 Kesimpulan Orientasi Massa Bangunan 65

IV.2.3 Analisis Pencapaian pada Tapak Peta IV-1 Analisis Lalu Lintas di Sekitar Tapak 3 BATU SARI 1 KEBON JERUK 2 RAWA BELONG Foto IV-1 Keadaan Lalu Lintas Sekitar Tapak 66

Sumber : Survey Lapangan Tabel IV-5 Alternatif Entrance dan Exit No Keuntungan Kerugian 1 2 3 - Mudah kelihatan bagi orang yang pertama kali mengunjungi tapak - Terletak di jalan utama - Mudah kelihatan bagi orang yang pertama kali mengunjungi tapak - Terletak di jalan utama - Terhindar dari kemacetan di Jalan Raya Kebon Jeruk dan Rawa Belong - Jalan relatif lebar cukup untuk 2 mobil berpapasan - Melewati area padat lalu lintas dan dapat menimbulkan kemacetan lalu lintas - Melewati area padat lalu lintas dan dapat menimbulkan kemacetan lalu lintas - Untuk orang yang pertama kali mengunjungi tapak akan mengalami kebingungan Kesimpulan : 1. Tidak cocok untuk digunakan sebagai jalan masuk dan keluar mobil karena akan menambah kemacetan lalu lintas. Tetapi sesuai untuk digunakan sebagai jalan masuk dan keluar untuk pejalan kaki akses bagi pejalan kaki ke dalam tapak lebih mudah. 2. Tidak cocok untuk digunakan sebagai jalan masuk dan keluar mobil karena akan menambah kemacetan lalu lintas. Tetapi sesuai untuk digunakan sebagai jalan 67

masuk dan keluar untuk pejalan kaki akses bagi pejalan kaki ke dalam tapak lebih mudah. 3. Cocok untuk digunakan sebagai jalan masuk dan keluar mobil karena jalan relatif lebar dan terdapat pembagian jalur jalan. Selain itu juga terhindar dari kepadatan lalu lintas di jalan Raya Rawa Belong dan Kebon Jeruk. Peta IV-2 Pintu Masuk dan Keluar Tapak Sumber : PEMDA Jakarta : Pintu masuk dan keluar untuk pejalan kaki. Ini diletakkan ke arah Jalan Raya Rawa Belong. : Pintu masuk dan keluar untuk mobil. Pintu masuk diletakkan ke arah Jalan Raya Kebon Jeruk dan Rawa Belong, agar dapat terlihat oleh pengunjung, Sementara untuk pintu keluar diletakkan ke arah Jalan Raya Rawa Belong, sehingga tidak terjadi cross antara kendaraan 68

masuk dan keluar dan agar mengurangi kemacetan pada Jalan Raya Rawa Belong dan Kebon Jeruk. : Pintu masuk dan keluar servis sehingga tidak mengganggu aktivitas di dalam tapak. IV.2.4 Analisis Kebutuhan Luas Ruang 1. Ruang Shalat Utama Tabel IV-6 Kapasitas Ruang Shalat Utama Mesjid Raya dan Luasannya At-Tin Dian Al-Mahri Istiqlal Luas Bangunan Dalam 6.000 m² 7.200 m² 10.000 m² Kapasitas Jemaah 9.000 orang 12.000 orang 16.000 orang Ukuran satu 6.000 : 9.000 = 7.200 : 12.000 = 10.000 : 16.000 = orang jemaah 0,67 m² 0,6 m² 0,6 m² Sumber : Survey Lapangan - Berdasarkan hasil studi banding, maka satu orang jemaah dalam melakukan ibadah shalat membutuhkan ruang 0,6 m² (60 cm x 100 cm) - Berdasarkan hasil studi banding, maka luas ruang shalat untuk mesjid raya yaitu antara 4.000 m² - 10.000 m² 69

- Berdasarkan hasil studi banding, maka kapasitas jemaah mesjid raya yaitu antara 8.000-16.000 orang dengan luasan ruang dalam shalat 6.000 m² - 10.000 m². 2. Ruang Wudhu Berdasarkan studi banding kebutuhan satu orang untuk berwudhu membutuhkan ruang 60 cm. Dengan asumsi 10 % dari jumlah total kapasitas yaitu 10 % x 4000 = 400 orang. 3. Toilet Berdasarkan hasil studi banding didapatkan luasan toilet 1,5 m² dengan kapasitas 1 orang. 4. Tempat Penitipan Barang Berdasarkan hasil studi banding didapatkan ukuran rak barang 30 cm x 30 cm. Dengan ukuran standar ruang per orang 0,2 m². 5. Minaret/ Menara Tabel IV-7 Tinggi Minaret At-Tin Dian Al-Mahri Istiqlal Tinggi Minaret 42 m 40 m 66,6 m Berdasarkan studi banding didapatkan tinggi menara 40 m 66,6 m dengan garis tengah 5 m. 6. Mihrab Berdasarkan studi banding didapatkan besaran ruang mihrab 9 m². 70

Program Ruang Tabel IV-8 Program Ruang Kegiatan Shalat Ruang Standar Sumber Kapasitas Perhitungan Luas Shalat 0,6 m 2 / org Studi Banding 4.000 orang 0,6 x 4.000 2.400 m 2 Wudhu 0,6 m 2 / org Studi Banding 400 orang 0,6 x 400 240 m 2 Toilet 1,6 m 2 / unit NAD 200 orang 1,6 x 200 300 m 2 Urinoir 0,6 m 2 / org NAD 200 orang 0,6 x 200 120 m 2 R. Mihrab 6 m 2 / ruang Studi Banding 1 orang 6 x 1 6 m 2 Minaret 7 m / diameter Studi Banding 1 unit 7 x 1 7 m 2 Total 3.073 m 2 Sirkulasi 20 % 614,6 m 2 Total + Sirkulasi 20 % 3.687,6 m 2 Tabel IV-9 Program Ruang Kegiatan Penunjang Ruang Standar Sumber Kapasitas Perhitungan Luas R. Hall 0,8 m 2 / org NAD 500 orang 0,8 x 500 400 m 2 R. Perpustakaan 2,7 m 2 / org TSS 100 orang 2,7 x 100 270 m 2 R. Serbaguna 1,2 m 2 / org AS 1.000 orang 1,2 x 1.000 1.200 m 2 R. Pendidikan Al- Quran R. Penitipan Barang 2,5 m 2 / org NAD 48 orang 2,5 x 48 120 m 2 0,2 m 2 / org NAD 270 orang 0,2 x 270 54 m 2 Total 2.044 m 2 Sirkulasi 20 % 408,8 m 2 Total + Sirkulasi 20 % 2.452,8 m 2 71

Tabel IV-10 Program Ruang Kegiatan Pengelola Ruang Standar Sumber Kapasitas Perhitungan Luas Ruang Kepala Pengelola Ruang Wakil Kepala Pengelola Ruang Sekretaris 20 m 2 /orang 16 m 2 /orang 10 m 2 /orang NAD NAD NAD 1 orang 1 orang 1 orang 20 x 1 16 x 1 10 x 1 20 m 2 16 m 2 10 m 2 Ruang Tata Usaha Ruang Arsip 6 m 2 /orang 12 m 2 /ruang NAD NAD 5 orang 1 ruang 6 x 5 12 x 1 30 m 2 12 m 2 Ruang Rapat 2 m 2 /orang NAD 10 orang 2 x 10 20 m 2 Pantry 12 m 2 /ruang AS 1 ruang 12 x 1 12 m 2 Toilet 1,6 m 2 /unit NAD 2 unit 1,6 x 2 3,2 m 2 Toko Buku 20 m 2 /ruang AS 1 ruang 20 x 1 20 m 2 Total 143,2 m 2 Sirkulasi 20 % 28,64 m 2 Total + Sirkulasi 20 % 171,84 m 2 Tabel IV-11 Program Ruang Servis Ruang Standar Sumber Kapasitas Perhitungan Luas Ruang Pompa Air 20 m 2 /ruang UB 1 ruang Ruang Genset 45 m 2 /ruang UB 1 ruang Ruang Panel 20 m 2 /ruang AS 1 ruang Ruang Gardu Listrik 20 m 2 /ruang AS 1 ruang Ruang Sampah 20 m 2 /ruang AS 1 ruang STP Reservoir Air Bersih 70 m 3 /960 orang UB 200.000 liter AS 1 ruang 200.000 liter 20 x 1 45 x 1 20 x 1 20 x 1 20 x 1 70 x 1 20 m 2 45 m 2 20 m 2 20 m 2 20 m 2 70 m 2 27 m 2 72

Penampungan Air Kotor Penampungan Air Olahan 200.000 liter AS 200.000 liter AS 200.000 liter 200.000 liter Total 27 m 2 27 m 2 276 m 2 Sirkulasi 20 % 55,2 m 2 Total + Sirkulasi 20 % 331,2 m 2 Keterangan : Pemakaian air per orang per hari : Wudhu = 5 liter Toilet = 45 liter TOTAL = 50 liter Daya tampung mesjid = 4000 orang Kebutuhan air per hari = 4000 * 50 = 200.000 liter Perhitungan Parkir Diasumsikan tamu yang datang dan membawa kendaraan adalah 200 orang. Dengan asumsi 35% membawa mobil dan 65% membawa motor. Jumlah mobil Jumlah motor = 35% x 200 = 70 mobil = 65% x 200 = 130 motor Diasumsikan untuk servis dapat memuat 1 truk. Total parkir mobil = 70 mobil 73

Total parkir motor = 130 motor Kebutuhan luas parkir : Luas parkir mobil = 70 mobil x 35 m 2 /mobil = 2450 m 2 Luas parkir motor = (2x1) x (20% x 2 x 1) x 130 motor = 104 m 2 IV.2.5 Analisis Sirkulasi dalam Bangunan Gambar IV-17 Skematik Hubungan Ruang Makro Ruang Shalat Utama R. Pengelola Fasilitas Penunjang Hall Komersial Umum Plaza Parkir Service Main Entrance 74

Gambar IV-18 Skematik Hubungan Ruang Mikro Beribadah Tempat Wudhu Toilet Ruang Shalat Utama Hall Gambar IV- 19 Skematik Hubungan Ruang Mikro Kegiatan Pengelola Ruang Kepala Pengelola Ruang Wakil Pengelola Ruang Sekretaris Ruang Tata Usaha Toilet Ruang Penitipan Barang Hall Gambar IV- 20 Skematik Hubungan Ruang Mikro Kegiatan Fasilitas Penunjang 75

Toko Buku Ruang Serba Guna Hall Ruang Perpustakaan Ruang Pendidikan Al-Quran Gambar IV- 21 Skematik Hubungan Ruang Mikro Kegiatan Servis Reservoir STP R. Sampah Hall R. Panel R. Genset R. Pompa Gardu Listrik Kesimpulan : 76

Berdasarkan skematik hubungan antar ruang yang terlihat diatas, sirkulasi di dalam bangunan yang paling sesuai adalah sirkulasi linear bercabang. Hal ini dikarenakan ruangan-ruangan yang ada saling berhubungan satu sama lainnya dan tidak memungkinkan adanya suatu ruangan yang terpusat karena akan memerlukan ruangan yang lebih luas. IV.2.6 Analisis Struktur Bangunan Pemilihan struktur bangunan dipertimbangkan terhadap : Fungsi bangunan sebagai bangunan umum. Nilai ekonomis. Memenuhi persyaratan fleksibilitas bangunan agar ruangan yang ada di dalamnya dapat dimanfaatkan seefektif mungkin. Ketinggian bangunan. Faktor teknis dan persyaratan bangunan Keadaan fisik tanah dan kondisi di sekitar tapak. Analisis Sub-Structure Sub-Structure yang dimaksud disini adalah pondasi yang memikul keseluruhan berat bangunan. Oleh karena itu, dalam menentukan jenis pondasi yang digunakan, hal-hal yang dipertimbangkan adalah : Daya dukung tanah. Beban bangunan. Pertimbangan nilai ekonomi (bahan, waktu, dan tenaga kerja). Jenis pondasi yang biasa digunakan dalam bangunan tinggi adalah: 77

Tabel IV-12 Jenis Pondasi JENIS PONDASI Pondasi Tiang Pancang PEMBUATAN KEUNTUNGAN KERUGIAN Dibuat secara pracetak (untuk bahan beton). Ditanam dengan cara dipancang dengan menggunakan alat pancang khusus. Pemancangan relatif cepat Kualitas lebih terjamin. Persediaan cukup banyak, kecuali dalam ukuran-ukuran khusus. Dapat digunakan sebagai pondasi air. Pelaksanaan mudah, tidak memerlukan tenaga ahli Pada saat pemancangan menimbulkan getaran, sehingga menganggu lingkungan sekitar. Untuk tiang yang tidak cukup panjang perlu peyambungan, dan hasilnya kurang baik. Memerlukan tempat penampungan di lokasi. Untuk tiang berdiameter besar, perlu alat pemancang yang besar. Pondasi Bored Pile Langkah awal adalah pengeboran pada lokasi di titik-titik pondasi. Setelah dibor pondasi langsung dicor di tempat dengan menggunakan bahan beton dan tulangan besi. Getaran yang ditimbulkan pada saat pelaksanaan cukup kecil, cocok digunakan pada daerah yang padat, dan tidak menganggu lingkungan sekitar Pelaksanaan tidak menyebabkan bising. Tiang cukup panjang, tidak memerlukan sambungan Ukuran diameter biasanya lebih besar dari ukuran pracetak, sehingga daya dukung tiap tiang lebih besar. Karena diameter lebih besar, maka pekerjaan ini memerlukan biaya besar. Waktu pelaksanaan relatif lama. Kesimpulan : Pondasi yang akan digunakan pada Mesjid di Kebon Jeruk adalah pondasi bored pile. Ini didasarkan atas pertimbangan getaran yang ditimbulkan pada saat pelaksanaan cukup kecil sehingga cocok untuk digunakan di daerah padat. Karena getaran yang dihasilkan kecil, maka kerusakan lingkungan yang ditimbulkan juga 78

kecil sehingga lingkungan tetap terjaga ekosistemnya dan tidak menyebabkan kebisingan yang akan merusak kualitas lingkungan. Analisis Upper-Structure Upper-Structure yang dimaksud disini adalah kolom dan plat lantai yang berfungsi sebagai pendukung dan penyalur beban pada bangunan. Dalam menentukan jenis struktur yang digunakan, hal-hal yang dipertimbangkan adalah : Struktur harus sesuai untuk bangunan dengan ketinggian rendah (3-4 lantai). Kemampuan menahan dan menyalurkan beban sesuai dengan kebutuhan. Mudah, cepat, dan murah dalam pembangunan dan perawatan. Fleksibel terhadap kemungkinan perluasan dan pengembangan. Sistem struktur yang dapat digunakan adalah: a. Struktur rangka Sistem struktur ini berupa grid-grid yang terdiri dari balok dan kolom, seperti gambar di bawah ini. Karakteristik struktur rangka : - Cukup fleksibel dalam pembagian ruang karena dindingnya hanya merupakan elemen non-struktural. - Pelaksanaan bangunan tidak terlalu dipengaruhi oleh struktur. 79

Tabel IV-13 Bahan Struktur Rangka Bahan Struktur Keuntungan Kerugian - Tahan terhadap api. - Bebas korosi - Bentuk dapat kaku maupun fleksibel. Beton Bertulang - Bahan struktur mudah didapat. - Kesan penampilannya formil, keras, kaku, dan kokoh. Baja Komposit (Gabungan Baja dan Beton) - Proses pemasangannya singkat. - Bersifat lentur. - Kesan penampilannya keras, kokoh, dan kasar. - Proses pemasangannya singkat. - Kuat terhadap gaya tarik dan tekan. - Tahan terhadap api. - Bebas korosi. - Kesan penampilannya keras, kokoh, dan kaku. - Dikerjakan secara bertahap. - Hanya kuat menahan gaya tekan. - Bila bentangan besar maka dimensinya akan bertambah besar. - Tahan api, tetapi akan melengkung bila terkena api terus-menerus. - Hanya kuat menahan gaya tarik. - Tidak fleksibel. - Korosi. - Berat struktur relarif lebih besar. - Biasanya bahan dan pelaksanaannya mahal. b. Struktur dinding geser Sistem struktur ini terdiri dari dinding-dinding struktural yang menyangga beban bangunan, seperti gambar di bawah ini. Karakteristik struktur dinding geser: - Tidak fleksibel dalam penempatan ruang karena adanya bidang masif. - Biaya pelaksanaan relatif mahal untuk bangunan di bawah sepuluh lantai. 80

Kesimpulan : Untuk struktur dinding dan plat lantai pada bangunan Mesjid di Kebon Jeruk, digunakan sistem struktur rangka berdasarkan atas pertimbangan berikut : a. Cukup fleksibel dalam pembagian ruang karena dinding-dindingnya hanya merupakan elemen non-struktural. Dengan demikian, akan lebih memudahkan untuk menyusun modul ruang-ruang di dalam mesjid. b. Memungkinkan untuk membuat bukaan sebanyak mungkin, tidak seperti dinding geser yang hanya bisa membuat bukaan sebesar 5% saja karena akan mempengaruhi struktur bangunan. Dengan demikian, pencahayaan dan penghawaan alami akan lebih dapat diterapkan. c. Biaya bangunan untuk struktur lebih murah, sehingga menyebabkan harga sewa pada ruang serbaguna juga akan lebih murah. Struktur rangka akan menggunakan bahan beton pra-tegang atau pre-stress dengan pertimbangan sebagai berikut : a. Bahan tersebut tahan terhadap api dan air, sehingga dari segi penggunaan ia memiliki dukungan yang besar terhadap penerapan desain ekologi terhadap bangunan, seperti misalnya penyediaan taman gantung. b. Bahan tersebut bebas korosi. c. Bentuk dapat kaku maupun fleksibel. d. Bahannya mudah didapat. e. Bahan beton pra-tegang tidak mahal dan tidak memerlukan energi yang besar dalam pembuatan dan pengerjaannya. 81

f. Bahan beton pre-stress dapat digunakan kembali setelah masa pakainya habis. g. Bahan beton pre-stress dapat dipakai untuk bentang kolom yang cukup lebar, dan tidak membutuhkan balok dengan ukuran yang besar. IV.2.7 Analisis Bahan Bangunan Bangunan yang ekologis berarti bangunan yang memperhatikan efek bahan bangunan terhadap lingkungan sekitarnya maupun terhadap pengguna bangunan. Adapun penggolongan bahan bangunan adalah sebagai berikut. Tabel IV-14 Penggolongan Bahan Bangunan Golongan Bahan Bangunan Contoh Bahan Anorganik : batu alam, tanah Bau kali, kerikil, pasir, kapur, tras Bahan Bangunan liat, tras, dsb Alam Organik : kayu, bambu, Bermacam-macam kayu, bambu, rumbia, dedaunan, serat, rumput, dsb ijuk, alang-alang Bahan yang dibakar Batu merah, genteng Bahan Bangunan Bahan yang dilebur Kaca Buatan Bahan yang dikempa/diperes Conblock, batako Bahan kimia dan petrokimia Plastik, bitumen, kertas, cat Logam mulia Emas, perak Bahan Bangunan Logam setengah mulia Air raksa, nikel, kobalt Logam Logam besi Besi, baja Logam non-besi Aluminium, kuningan, perunggu Sumber : http://www.lmbunika.com/pdf/standardi.pdf Agar ekosistem lingkungan tidak rusak, bahan bangunan yang digunakan harus sesuai dengan prinsip ekologis. Adapun klasifikasi bahan bangunan adalah sebagai berikut : 82

Tabel IV-15 Klasifikasi Bahan Bangunan Klasifikasi bahan secara ekologis Contoh bahan Bahan bangunan yang dapat Kayu, bambu, rotan, rumbia, serabut kelapa, ijuk, kulit dibudidayakan kembali kayu, kapas, kapuk, wol Bahan bangunan alam yang dapat digunakan kembali Tanah, tanah liat, lempung, tras, kapur, batu kali, batu alam Bahan bangunan buatan yang dapat Limbah, potongan, sampah, ampas, bahan bungkusan didaur ulang (kaleng, botol), mobil bekas Bahan bangunan yang mengalami Batu merah, conblock, batako, genteng, bis beton, perubahan transformasi sederhana semen, beton tanpa tulangan Bahan bangunan yang mengalami Plastik, damar epoksi, produk petrokimia yang lain beberapa tingkat perubahan transformasi Bahan bangunan komposit Beton bertulang, pelat serat semen, cat kimia, perekat Sumber : http://www.lmbunika.com/pdf/standardi.pdf Untuk menjaga kelestarian lingkungan, sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan harus diolah dan digunakan kembali sehingga kelestarian lingkungan tetap terjaga. (Lihat Lampiran Tabel L-1) IV.2.8 Analisis Utilitas Bangunan Perancangan sistem utilitas bangunan sebisa mungkin berdasarkan pada prinsip arsitektur ekologis baik dalam plumbing, pencahayaan dan pengudaraan. Sistem Plumbing Sistem plumbing pada bangunan mesjid tersebut ada 2, yaitu sistem air bersih dan air kotor. Sistem Air Bersih Digunakan untuk tempat wudhu, kamar mandi, toilet, pantry, menyiram tanaman dan antisipasi kebakaran. Adapun sistem pendistribusian air bersih adalah seperti gambar berikut. 83

Gambar IV-22 Pendistribusian Air Bersih Sistem Air Kotor - Air Kotor Padat Kotoran padat dari kloset dibuang melalui saluran air kotor dan kemudian disalurkan ke STP. - Air Kotor Cair Air kotor yang berasal dari kamar mandi, tempat wudhu, pantry dan air hujan. 84

Gambar IV-23 Pendistribusian Air Kotor Proses pengambilan air dari dalam tanah, bila tidak diiringi dengan pengembalian air ke dalam tanah, maka lama kelamaan akan terjadi erosi, banjir, longsor yang akan berdampak pada konsidi tanah yang kering dan tandus sehingga akan mengganggu ekosistem yang berpengaruh pada daur ulang hidrologi. Adapun skema daur ulang hidrologi dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar IV-24 Skema Daur Ulang Hidrologi Sumber : Panduan Sistem Bangunan Tinggi 85

Untuk mencegah terjadinya hal diatas, sistem air di dalam bangunan Mesjid di Kebon Jeruk akan menggunakan ekosistem arsitektural yang mirip dengan proses alam tersebut, yaitu dengan cara : 1. Menanam tanaman penahan air Dengan menanam tanaman penahan air dan rumput, dapat mengurangi penyiraman tanaman atau pengairan dan biaya pemeliharaan lansekap hingga 85%. Dengan demikian, selain mencegah terjadinya erosi, juga dapat mengurangi debit pemakaian air. 2. Menggunakan kembali air kotor Pemakaian air bersih setiap hari untuk bangunan ibadah adalah sekitar 50 liter/ orang/ hari. Setelah digunakan, air tersebut akan menjadi air kotor. Salah satunya cara untuk mengurangi konsumsi air adalah dengan menggunakan kembali air yang sudah dibuang sebagai air abu-abu yang tidak boleh diminum, untuk toilet ataupun tempat cuci yang airnya tidak digunakan untuk minum. Dalam beberapa kasus, tanaman ataupun organisme lain juga digunakan untuk merubah air kotor menjadi air yang dapat diminum. Dengan demikian, secara teori, semua air kotor yang dihasilkan oleh bangunan dapat didaur ulang. 3. Menampung air hujan Penampungan air hujan dapat mengurangi biaya pengairan untuk rumah maupun bangunan. Selain itu, air hujan juga dapat digunakan untuk menyiram toilet, air pemadam kebakaran. 86

Kesimpulan: Adapun skema ekosistem arsitektural yang menyerupain sistem alam yaitu seperti gambar di bawah ini. Gambar IV-25 Skema Penggunaan Air Sistem Pencahayaan Sistem pencahayaan terdiri dari dua, yaitu sistem pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan. Untuk dapat memaksimalkan penggunaan pencahayaan alami, bangunan diberikan bukaan-bukaan yang cukup. Tabel IV-16 Penggunaan Cahaya pada Ruangan di Siang Hari Jenis Ruangan Cahaya Alami Cahaya Buatan Hall X Ruang Shalat X Ruang Mihrab X Ruang Minaret X Ruang Pengelola X 87

Toilet X Ruang Wudhu X Ruang Perpustakaan X Ruang Serbaguna X Pantry X Ruang Pengajian Al-Quran X Toko X Ruang Penitipan Barang X Ruang servis X Keterangan : = memerlukan X = tidak memerlukan Kesimpulan: Untuk sistem pencahayaan pada Mesjid di Kebon jeruk, semaksimal mungkin menggunakan pencahayaan alami dan menggunakan cahaya buatan hanya pada ruangan yang memerlukan intensitas cahaya yang stabil dan juga menggunakan cahaya buatan pada malam hari. Untuk dapat memaksimalkan penggunaan cahaya alami, bangunan diberikan bukaan-bukaan yang cukup seperti void di tengah bangunan. Sistem Penghawaan Sistem penghawaan terdiri dari 2 jenis yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan. Untuk mendapatkan penghawaan yang baik, ruang di sekitar bangunan sebaiknya dilengkapi dengan pohon peneduh. Dengan adanya pohon ataupun tanaman di sekitar bangunan, dapat menurunkan suhu hingga 4 o C. 88

Gambar IV-26 Penghijauan di Sekitar Bangunan Sumber : http://www.lmbunika.com/pdf/standardi.pdf Selain itu, untuk mendapatkan penghawaan alami secara maksimal, orientasi bangunan harus tepat. Bangunan berorientasi ke arah Utara-Selatan sehingga cahaya matahari tidak langsung masuk ke bangunan melalui bukaan. Untuk bangunan yang berorientasi ke arah Timur-Barat, digunakan kisi-kisi vertikal sehingga cahaya matahari masih tetap bisa masuk ke dalam bangunan sementara radiasi mataharinya terhalangi. Gambar IV-27 Letak Gedung yang Menguntungkan Sumber : http://www.lmbunika.com/pdf/standardi.pdf Atap yang paling bagus menahan panas adalah atap dengan ruang atap yang penghawaannya berfungsi baik, atau atap bertanaman yang dapat meresapkan air hujan maupun mengatur iklim ruang dalam. 89

Kesimpulan: Mesjid di Kebon Jeruk akan menggunakan penghawaan alami dan buatan. Untuk penghawaan buatan, hanya digunakan pada ruangan serba guna dan perpustakaan dan ruangan lainnya memanfaatkan penghawaan alami. Sistem Elektrikal Daya listrik yang diperlukan berasal dari dua sumber, yaitu: PLN Merupakan sumber listrik utama dari pemakaian listrik sehari-hari. Genset Sebagai sumber listrik cadangan sewaktu sumber aliran listrik dari PLN terputus. Sumber daya ini melayani hampir seluruh keperluan bangunan. Gambar IV-28 Skema Arus Listrik PLN Incoming Outgoing Trafo Panel Genset Kesimpulan : Arus listrik di Mesjid Kebon Jeruk berasal dari PLN dan menggunakan genset apabila listrik dari PLN mati. 90

Sistem Keamanan Pengamanan terhadap bahaya kebakaran Alat pengaman yang digunakan untuk mencegah bahaya kebakaran adalah: 1. Pencegahan aktif a. Detektor, untuk mendeteksi bila ada asap maupun suhu yang terlalu tinggi di dalam ruangan. b. Hidran dan Selang kebakaran, yang ditempatkan setiap jarak 35 meter. c. Sprinkler, yang berguna sebagai pertolongan pertama terhadap kebakaran dimana sprinkler akan pecah bila terdeteksi suhu di ruangan mencapai titik tertentu. Tabel IV-17 Penggunaan Sprinkler Menurut Jenis Bangunan Klasifikasi Bangunan Tinggi / Jumlah Lantai Penggunaan Sprinkler Tidak Ketinggian sampai dengan 8 bertingkat meter atau 1 lantai Tidak diharuskan Bertingkat Ketinggian sampai dengan 8 rendah meter atau 2 lantai Tidak diharuskan Bertingkat Ketinggian sampai dengan rendah 14 meter atau 4 lantai Tidak diharuskan Bertingkat tinggi Ketinggian sampai dengan 40 meter atau 8 lantai Diharuskan, mulai dari lantai 1 Bertingkat tinggi Ketinggian lebih dari 40 meter atau di atas 8 lantai Diharuskan, mulai dari lantai 1 Sumber : Juwana, J.S. Sistem Bangunan Tinggi d. Fire Extinguisher, merupakan pemadam berisi bahan kimia yang bisa digunakan oleh orang awam sekalipun. 2. Pencegahan Pasif a. Konstruksi tahan api, misalnya dengan menggunakan beton. 91

b. Pintu keluar, yang terbuat dari bahan tahan api sekurang-kurangnya 2 jam sehingga bila terjadi kebakaran, api tidak merambat ke dalam tangga kebakaran. c. Koridor dan jalan keluar yang ditandai tanda Exit atau Keluar. Tabel IV-18 Jarak Tempuh Keluar Fungsi Hunian - Hotel - Apartemen - Asrama - Rumah Tinggal Batasan Lorong Buntu 10 10 0 Tidak Perlu Jarak Tempuh Maksimal Tanpa Sprinkler (m) 30 30 30 Tidak Perlu Dengan Sprinkler (m) 45 45 45 Tidak Perlu Sumber : Juwana, J.S. Sistem Bangunan Tinggi d. Tangga kebakaran, dengan persyaratan sebagai berikut : - Jarak tiap titik terjauh maksimum 25m. - Lebar tangga kebakaran minimal 1.2 m, dengan pintu minimal 90cm, dan tahan api selama minimum 2 jam. - Dilengkapi dengan shaft asap yang dihubungkan dengan intake fan yang berfungsi memberikan tekanan udara dalam ruang yang lebih besar dibanding udara luar agar asap tidak masuk. - Pintu ruang tangga darurat membuka ke dalam ruang tangga. Pengamanan terhadap bahaya kriminal Keamanan terhadap bahaya kriminal yang akan digunakan dalam Mesjid di Kebon Jeruk adalah pengontrolan secara manual melalui penjaga atau satpam di setiap pintu keluar maupun pintu masuk ke dalam tapak. 92

Pengamanan terhadap bahaya petir Sistem penangkal petir yang akan diterapkan pada bangunan Mesjid di Kebon Jeruk adalah sistem tiang penangkap petir (lighting rods) yang menggunakan sistem kurungan Faraday, yaitu tiang berada di daerah bangunan yang paling tinggi, dan dihubungkan dengan kabel yang melewati sisi gedung yang kemudian berakhir ke dalam tanah. IV.3 Aspek Lingkungan IV.3.1 Analisis Lingkungan Tapak terletak pada pertigaan jalan Kebon Jeruk dan Batusari. Lingkungan di sekitar tapak merupakan daerah yang padat penduduk dan padat lalu lintas. Selain sebagai daerah pemukiman, di sekitar tapak juga terdapat yayasan Islam, daerah bisnis/ komersial dan lingkungan sekolah. Foto IV-2 Lingkungan di Sekitar Tapak Sumber : Google Earth 93

Jalan di sebelah utara tapak bernama Jalan Flamboyan dengan lebar jalan 5 m dan berbatasan dengan hunian menengah ke bawah. Jalan di sebelah Timur tapak bernama Jalan Batusari berukuran lebar 8 m dan berbatasan dengan yayasan pandidikan Islam. Jalan di sebelah Selatan bernama Jalan Kebon Jeruk Raya berukuran lebar 8 m dan berbatasan dengan area bisnis/ komersial. Batas di sebelah barat merupakan jalan kecil yang berukuran 2,5 m. Foto IV-3 Jalan Flamboyan Foto IV-4 Jalan Batusari 94

Foto IV-5 Jalan Kebon Jeruk dengan Area Bisnis Foto IV-6 Jalan Kecil di Sebelah Barat Tapak Kondisi dan Ketinggian Bangunan Sekitar Bangunan-bangunan yang berada di sekitar tapak antara lain : Bangunan hunian 1-2 lantai (hunian golongan menengah ke bawah) dan hunianhunian kost, dengan masyarakat heterogen (Betawi dan pendatang) di semua bagian, Utara, Timur, Selatan, dan Barat. 95

Bangunan sekolah 4 lantai di sebelah Utara Bangunan bisnis 1-2 lantai sebagian di sebelah Utara, Timur, dan Selatan Bangunan fasilitas umum (yayasan pendidikan Islam), 2 lantai berlokasi di sebelah Timur tapak. Potensi Lingkungan Beberapa potensi lingkungan di sekitar tapak antara lain : Adanya aktivitas yang sejalan karena berdekatan dengan yayasan pendidikan Islam Darul Ulum Foto IV-7 : Yayasan Pendidikan Islam Darul Ulum Daerah ini merupakan daerah yang strategis, berada di tengah kota sehingga pencapaian dari area di luar lingkungan tidak sulit. Adanya jalur angkutan umum / kota mikrolet yang memberi kemudahan akses ke tapak. Beberapa jalur angkutan kota antara lain Metromini 91, Mikrolet M- 11, dan Mikrolet M-44, yang ketiganya melalui Jalan Raya Kebun Jeruk. 96

Bangunan-bangunan hunian yang cenderung memerlukan ketenangan, cocok dengan beberapa kegiatan di Mesjid yang juga memerlukan ketenangan. Daerah ini merupakan daerah dengan sejarah Betawi Arab yang kental, digunakan sebagai potensi lingkungan yang akan mendukung untuk didirikannya mesjid sebagai sarana beribadah. Ada beberapa fasilitas umum / komersial yang cukup bermanfaat bagi kegiatan sehari-hari di tapak, seperti, klinik, bank, fotokopi, dan lain-lain, sebagai pelengkap kebutuhan sehari-hari pengguna bangunan. Kendala / Permasalahan Lingkungan Kendala / permasalahan lingkungan yang paling utama, menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kecamatan Kebon Jeruk adalah masalah kemacetan pada jamjam tertentu di ruas Jalan Rawa Belong, daerah sekitar kampus Bina Nusantara, serta di Jalan Palmerah dikarenakan tingginya volume kendaraan dan banyaknya pedagang kaki lima terutama di sepanjang Jalan Rawa Belong. Visi 1 : Alternatif pemunduran / set back massa bangunan sehingga ruang publik terasa lebih luas, longgar, dan bisa mengurangi kepadatan jalan di depan tapak yang diperkirakan akan bertambah pada hari tertentu atau pada waktu shalat Jum at dengan diadakannya proyek Mesjid. Visi 2 : Alternatif lainnya yaitu menyediakan area drop-off di dalam tapak sehingga sirkulasi dan jumlah mobil-mobil yang berhenti di depan tapak akan berkurang, dan akan mengurangi kepadatan. 97

Area Hijau Di kawasan tapak tersebut sangat minim akan penghijauan kota. Hal ini dikarenakan daerah tersebut merupakan pemukiman yang padat. Belum lagi, kebutuhan lahan untuk kegiatan ekonomi. Penambahan jumlah kendaraan bermotor akibat bertambah padatnya penduduk pun menuntut penambahan kuantitas jalan. Semua itu akan mengubah fungsi sebagian lahan yang tadinya terbuka dan hijau menjadi hutan beton, perumahan, dan jalan. Maka lahan terbuka yang ditumbuhi berbagai tanaman, besar dan kecil, semakin berkurang. Padahal, ruangan terbuka dengan tetumbuhan menghijau sangat diperlukan bagi kehidupan itu sendiri. Yang termasuk ruang terbuka hijau itu di antaranya taman kota, hutan kota, jalur hijau, halaman rumah, perkantoran, dan pusat bisnis, serta kebun binatang. Ia berfungsi sebagai filter udara dan daerah tangkapan air. Daun-daun pepohonannya bertugas menyerap polutan-polutan di sekitarnya. Sebaliknya, dedaunan itu akan melepaskan oksigen (O 2 ) yang membuat udara di sekitarnya menjadi segar. Ketika hujan turun, tanah dan akar-akar pepohonan itu akan "mengikat" air yang jatuh sehingga menjadi cadangan air. Karakteristik lingkungan yang baik adalah lingkungan yang penghijauan kotanya baik sehingga kualitas kehidupan dalam kota meningkat. Kota yang memiliki keteduhan dengan banyaknya pohon besar yang rindang dapat mengurangi lalu lintas bermotor (karena penduduk lebih bersedia berjalan kaki). Di samping hal tersebut, penghijauan di lingkungan kota meningkatkan produksi oksigen yang mendukung kehidupan sehat bagi manusia, mengurangi pencemaran udara, dan meningkatkan kualitas iklim mikro. 98

Tabel IV-19 Hasil Tumbuhan sebagai Peningkat Kualitas Lingkungan 1 pohon berumur + 100 tahun Tumbuh-tumbuhan* seluas 1 hektar Produksi O 2 1.7 kg/jam 600 kg/hari Penerimaan CO 2 2.35 kg/jam 900 kg/hari Zat arang yang terikat 6 ton - Penyaringan debu - Sampai 85% Penguapan air 500 liter/hari - Penurunan suhu - Sampai 4 o C Sumber : Frick. H. Dan Mulyani, T.H.(2006). Arsitektur Ekologis. * Pohon peneduh, perdu, semak belukar, dan tanaman hias berbunga dengan sedikit sekali rumput. Visi 1 : Ruang Terbuka Hijau akan disediakan pada tapak sebagai kontribusi terhadap lingkungan sekitar yang padat. Visi 2 : Penyediaan Ruang Terbuka Hijau akan dipertimbangkan sesuai dengan zoning tapak dan lokasi Ruang Terbuka Hijau eksisting di lingkungan, sehingga perletakannya tepat dan bisa bermanfaat bagi bangunan dan lingkungan sekitarnya. Gambar IV-29 Penghijauan dapat Mengurangi Suhu Ruangan Sumber : Frick. H. Dan Mulyani, T.H.(2006). Arsitektur Ekologis. 99

Gambar IV-30 Penghijauan dapat Meningkatkan Produksi Oksigen Sumber : Frick. H. Dan Mulyani, T.H.(2006). Arsitektur Ekologis. Gambar IV-31 Penghijauan Mengurangi Kebisingan Sumber : Frick. H. Dan Mulyani, T.H.(2006). Arsitektur Ekologis Kesimpulan : Lingkungan yang akan didesain pada Mesjid di Kebon Jeruk adalah lingkungan yang memiliki penghijauan yang cukup sehingga dapat meningkatkan produksi oksigen yang mendukung kehidupan sehat bagi manusia, mengurangi pencemaran udara, mengurangi polusi suara, dan meningkatkan kualitas iklim mikro. 100

IV.3.2 Analisis Perhitungan Kebutuhan Ruang Luar Ruang luar yang dibutuhkan disini adalah ruang hijau, sirkulasi tapak, serta tempat parkir. Perbandingan antara ruang hijau dan perkerasan adalah 25 % untuk ruang hijau dan 15 % untuk perkerasan. Dengan demikian, perhitungan ruang luar adalah sebagai berikut : Luas Tapak : 10.000 m 2 KDB : 60 % x 10.000 m 2 = 6.000 m 2 Ruang hijau : 25 % x 10.000 m 2 = 2.500 m 2 Perkerasan : 15 % x 10.000 m 2 = 1.500 m 2 IV.3.3 Analisis Tata Ruang Luar Ruang luar adalah ruang yang tidak beratap, tidak berdinding dan berada di luar bangunan. Ruang luar berfungsi sebagai berikut: Sebagai transisi/ruang penghubung dari luar bangunan ke dalam bangunan. Membantu pembentukan ruang luar dan pengarahan pengunjung untuk masuk ke dalam bangunan. Memperindah bangunan dan menyegarkan suasana di sekitar bangunan. Membantu penataan sirkulasi yang baik bagi pemakai bangunan berkendaraan dan pejalan kaki serta pengaturan parkir. Elemen-elemen pembentuk ruang luar juga dapat berperan sebagai peneduh terhadap sinar matahari, sebagai penyaring terhadap udara kotor, dan yang tidak 101

kalah penting bagi bangunan hunian yang memerlukan suasana yang tidak bising adalah sebagai penahan suara dari luar bangunan. Elemen elemen pembentuk ruang luar terdiri dari: 1. Elemen Lunak (Soft Material) Yang dimaksud dalam elemen lunak adalah penghijauan atau vegetasi yang dapat berfungsi : Sebagai penghasil O 2 yang diperlukan makhluk hidup untuk bernapas. Sebagai pengatur tata air, suhu, pencemaran udara atau pelindung lingkungan. Menambah segi estetika karena dengan terdapatnya unsur-unsur penghijauan yang direncanakan secara baik dan menyeluruh akan menembah keindahan lingkungan. Mengurangi kebisingan di dalam gedung. (Untuk jenis tanaman dan manfaatnya, Lihat Lampiran Tabel L-2) 2. Elemen Keras (Hard Material) Elemen keras terdiri dari: Perkerasan, terbagi atas dua yaitu perkerasan untuk jalan dan pedestrian. Bahan untuk perkerasan adalah : - Aspal. Jenis perkerasan ini dapat menutupi permukaan yang lebar dan dapat diselesaikan dalam tekstur yang lembut, kasar. Aspal dapat menghindari perembesan air hujan hingga 90%. 102

- Concrete Pavers. Bentuk beton cetak pada umumnya adalah persegi, bulat, atau persegi panjang, dan warnanya abu-abu, hijau muda, atau merah bata. - Brick. Brick terdapat dalam berbagai variasi warna, tekstur, dan bentuk. - Stone. Perkerasan dengan batu menawarkan kehangatan bahan-bahan alami, dan kebanyakan sangat tahan lama. Kerugian-kerugiannya adalah biayanya yang mahal, beratnya bahan tersebut, dan permukaannya yang akan menjadi licin bila basah. - Tile. Tile untuk eksterior baik terra cotta maupun jenis lainnya, memberikan kesan elegan. - Wood. Kayu anti lapuk seperti cedar, cypress, dan redwood dapat digunakan secara terpisah atau digabungkan dengan bahan-bahan perkerasan lainnya untuk memberikan tampak alami. - Loose pavings. Perkerasan dengan batu kurang cocok untuk area ruang luar. Elemen pengisi buatan Elemen pengisi buatan adalah kolam, bangku taman, lampu taman, sculpture, dll. Bahan-bahan yang digunakan seharusnya memiliki permukaan yang kasar agar tidak memantulkan panas matahari di siang hari. 103

Kesimpulan : Elemen pembentuk ruang luar yang akan digunakan dalam Mesjid di Kebon Jeruk yaitu: 1. Elemen Lunak (Soft Material) a. Penutup tanah menggunakan rumput, dimana rumput dapat melindungi permukaan tanah dari terik matahari sehingga tidak terlalu cepat kering dan berdebu. Selain itu, dengan menggunakan tanaman sebagai penutup tanah, maka 85-95% air hujan akan merembes ke dalam tanah. (Perembesan Air Hujan Lihat Lampiran Tabel L-3) b. Peneduh menggunakan tanaman peneduh seperti pohon flamboyan, ketapang, beringin, dll. Peneduh diberikan di daerah pinggir jalan mobil maupun pedestrian serta di daerah hijau yang akan dibuat di dalam tapak. 2. Elemen Keras (hard material) a. Perkerasan untuk kendaraan, menggunakan beton cetak. Beton cetak yang disusun dengan pola tertentu, menyediakan celah kecil agar air hujan dapat merembes ke dalam tanah sebanyak 15% dibandingkan dengan aspal yang hanya 10%. Gambar IV-32 Beton Cetak Sumber : Sunset Landscaping Illustrated 104