BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Solidaritas merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh manusia karena pada hakekatnya manusia itu sendiri merupakan mahkluk sosial yang membutuhkan aktivitas kehadiran orang lain. Menurut Johnson (1980, h. 181), solidaritas sosial menunjukan pada suatu keadaan antar individu dan atau kelompok yang didasarkan perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama, yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Manusia pada dasarnya tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia memerlukan sesamanya untuk mengembangkan kehidupan dan memenuhi kebutuhan mereka. Oleh karena itu manusia senantiasa berinteraksi dengan orang lain, misalnya dalam hubungan persahabatan. Menurut Craighead dan Nemeroff (2004, h. 381) persahabatan adalah hubungan yang penting dalam semua kebudayaan dan sepanjang rentang kehidupan yang memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) hubungan dyadic; (2) adanya unsur perhatian dan kepedulian (afeksi) yang saling berbalasan (hubungan timbal-balik); (3) bersifat sukarela; (4) bersifat egalitarian; (5) sebagai kawan dalam melakukan kegiatan bersama-sama. Persahabatan memiliki fungsi antara lain: menyediakan sumber dukungan dan kesempatan bagi individu untuk penyingkapan diri dan keakraban.
Dalam hubungan persahabatan, sangat dibutuhkan adanya aspek emosional serta peranan komunikasi yang baik. Percakapan yang baik diantara sahabat akan menimbulkan suatu interaksi yang lebih mendalam dan bersifat lebih pribadi dibandingkan melakukan percakapan dengan orang yang baru dikenal. Dalam persahabatan itu sendiri bisa mencakup anggota secara banyak atau bahkan hanya mencakup dua orang saja, hal tersebut tentu tergantung pada seberapa kuat atau kurang kuat suatu ikatan hubungan yang dimiliki antara sesama sahabat itu sendiri. Interaksi yang dimiliki seorang sahabat tentu akan lebih mendalam dibandingkan interaksi yang terjadi diantara ruang lingkup teman biasa. Suatu interaksi tidak dapat dikatakan sebagai suatu interaksi apabila individu tersebut hanya berkomunikasi sendiri atau dengan benda mati. Interaksi dapat dikatakan sebagai suatu bentuk komunikasi saat individu tersebut memiliki lawan interaksi pada saat berkomunikasi, yaitu dengan berkomunikasi dengan sesama atau manusia lain. Melihat perkembangan sekarang ini sudah banyak realisasi nyata dari nilai-nilai persahabatan yang diwujudkan oleh para pembuat film dan hal tersebut menjadi sangat menarik untuk dihasilkan menjadi sebuah karya film dan luasnya ide tersebut mendorong banyak sutradara terutama di kancah perfilman lokal untuk mengangkat tema mengenai persahabatan.
Beberapa contoh film yang dapat dikategorikan mengandung nilai unsur diatas seperti film 5cm karya sutradara Rizal Mantovani. Film ini menggambarkan kisah persahabatan beberapa remaja yang menjalani kisah hidup dari masa sekolah hingga mereka sebagai sahabat mencapai titik puncak perwujudan arti seorang sahabat pada saat berpetualang mendaki gunung Semeru dengan tujuan untuk menemukan jati diri mereka masing-masing. Contoh hasil karya film lain yang diadaptasi dari kisah persahabatan juga yaitu seperti Laskar Pelangi yang merupakan kisah awal dari terciptanya film Sang Pemimpi karya Andrea Hirata yang dipilih penulis untuk diteliti. Alasan peneliti memilih film Sang Pemimpi untuk diteliti karena film tersebut memiliki banyak nilai-nilai yang ditunjukkan dalam film tersebut. Nilai persahabatan yang sangat terlihat dan ditonjolkan dalam film ini membuat penulis memilih film tersebut. Film Sang Pemimpi ini sangat cocok untuk direpresentasikan sebagai film yang masuk dalam kategori persahabatan, terutama persahabatan diantara remaja. Selain mempunyai potensi untuk mempengaruhi khalayaknya, film juga merupakan sebuah potret kehidupan yang terdapat di masyarat. Film merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat yang kemudian diproyeksikan ke dalam layar (Sobur, 2009:127). Dengan demikian film berhubungan dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, salah satunya nilainilai persahabatan tersebut.
Menurut Baksin (2003, h. 18) di antara beragam bentuk dan pilihan yang ada di masyarakat, film merupakan salah satu media yang menarik banyak perhatian dari berbagai pihak dan sudut pandang. Cara berkomunikasi kepada khalayak melalui tampilan audio dan visual yang dikemas dalam sebuah film, diyakini sebagai cara yang efektif dan atraktif. Film bahkan disebut-sebut sebagai media yang memiliki karakteristik yang khas dalam merepresentasikan realitas. Dalam perkembangannya, film diakui bukan lagi sekedar upaya untuk menampilkan "citra bergerak" (moving images), namun telah diikuti oleh muatanmuatan kepentingan tertentu, seperti filosofis, politik, kapitalisme, hak asasi manusia ataupun gaya hidup. Menurut Effendy (2011, h. 26) film itu sendiri merupakan salah satu bentuk hasil karya yang ditayangkan kepada khalayak melalui saluran media yang ada. Media massa adalah media yang mampu menimbulkan keserempakan di antara khalayak yang sedang memperhatikan perasaan yang dilancarkan oleh media tersebut, dalam hal ini film. Media massa sebagai alat komunikasi massa memiliki empat fungsi: 1. Menyampaikan informasi (to inform), 2. Mendidik (to educate), 3. Menghibur (to entertain), 4. Mempengaruhi (to influence). Media massa memiliki sifat atau karakteristik yang mampu menjangkau massa dalam jumlah besar dan luas (universality of reach), bersifat publik dan mampu memberikan popularitas kepada siapa saja yang muncul di media massa. Peran media massa tersebut menyebabkan media massa telah menjadi perhatian
penting serta bahan konsumsi bagi masyarakat baik dari lintas gender, usia, serta strata sosial. Menurut Wibowo (2013, h. 125) isi media merupakan suatu bentuk konstruksi realitas sosial. Media melakukan konstruksi terhadap pesan-pesan yang disampaikan berupa tulisan-tulisan, gambar-gambar, suara, atau simbol-simbol lain melalui proses penyeleksian dan manipulasi tertentu sesuai keinginan atau pun ideologi media itu. Sebagai salah satu media massa, film merupakan alat komunikasi yang efektif karena memiliki kemampuan mengantarkan pesan secara unik. Hal ini dimungkinkan karena adanya unsur audio dan visual yang terdapat di dalam film sehingga memudahkan orang memahami pesan yang ingin disampaikan. Selain itu, film dapat menjangkau sekian banyak orang dalam waktu yang cepat, dan kemampuan memanipulasi kenyataan yang tampak dengan pesan fotografis, tanpa kehilangan kredibilitas membuat film lebih mudah mendapatkan perhatian dari masyarakat dibandingkan dengan media komunikasi massa lainnya. Berdasarkan dari ciri serta keunggulan media diatas, film Sang Pemimpi memiliki karakteristik yang dimaksud, seperti halnya pesan yang ingin disampaikan dalam film Sang Pemimpi terhadap nilai-nilai persahabatan sangat kuat melalui adegan para tokoh yang intim satu sama lain. Perhatian khalayak yang didapatkan dari munculnya film Sang Pemimpi juga sangat banyak dibuktikan dengan penonton yang antusias menunggu dan menantikan munculnya film Sang Pemimpi.
Menurut website Film Indonesia, Sang Pemimpi (2009, para. 1) Sang Pemimpi adalah sebuah film Indonesia tahun 2009 yang diadaptasi dari tetralogi novel Laskar Pelangi kedua yaitu Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Film ini disutradarai oleh Riri Riza dengan produser Mira Lesmana. Sebagai contoh film yang diangkat dari kehidupan nyata yang telah dirampungkan lagi, pengambilan gambar sebagian besar diambil di daerah Belitung (Belitong, dalam bahasa setempat) pada 1 Juli 2009 dan dilakukan di beberapa lokasi di Manggar, Tanjung Pandan, Jakarta, dan Bogor. Film ini sudah tayang di bioskop di Indonesia sejak 17 Desember 2009. Sang Pemimpi sudah menjadi film pembuka dalam Jakarta International Film Festival (JiFFest) 2009 pada 4 Desember 2009, dan menjadi film Indonesia pertama yang menjadi pembuka sejak JiFFest pertama pada tahun 1999. Yayasan Konfiden (Organisasi Pendiri Film Indonesia) sebagai lembaga resmi perfilman juga mencatat beberapa penghargaan yang pernah diperoleh oleh film Sang Pemimpi, seperti pada tahun 2011 sebagai pemenang penghargaan Golden Butterfly dalam kategori Special Jury Award of Children's Film World Organization. Beberapa penghargaan yang diraih di tahun pada tahun 2010 sebagai pemenang penghargaan Festival Film Bandung dengan kategori Penata Musik Terbaik & Penata Kamera Terpuji. Pemenang di Castellinaria International Youth Film Festival Bellinzona, Switzerland dalam kategori Kompetisi Film untuk Anak-anak (usia 6-15 tahun). Pemenang di Udine Far East Film Festival, Italia dalam kategori Pilihan Penonton. Pemenang di Singapore International Film Festival, Singapore dalam kategori Asian Feature
Film Competition. Pemenang di Festival Internacional de Cine para la Infancia y la Juventud, Spanyol dalam kategori Best Film by the Spanish Youth Jury. Pemenang di Ajang Apresiasi KASKUS untuk Film Indonesia (KuFI) dalam kategori Pemeran Pembantu Laki-laki Film Indonesia Terbaik. Kisah tentang kekuatan mimpi, dinamika persahabatan, ambisi, cara memaknai hidup dan lainnya. Sebagai tetralogi, penyambung kisah novel pertama dengan novel kedua ini adalah tokoh Ikal. Jika pada Laskar Pelangi, kisah yang diusung adalah kehidupan kesepuluh anak-anak Laskar Pelangi, maka dalam Sang Pemimpi, Andrea membesut kisah persahabatan antara Ikal dan tokoh sentral lainnya bernama Arai. Mimpi mereka dimulai dari desa kecil di Belitong dan mereka impikan bermuara di Eropa, tepatnya di Perancis. Peneliti memilih unsur persahabatan dengan dengan melihat realitas masyarakat yang sekarang ini. Banyak remaja sekarang ini yang salah mengartikan serta merepresentasikan nilai-nilai persahabatan itu sendiri baik berdasarkan hal tersebut demi kepentingan pribadi maupun kelompok yang sangat tidak jarang berujung pada tindakan anarkis serta perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang ada. Kisah anak-anak Belitong dari penduduk kecil yang masih sangat peduli terhadap pendidikan serta eksistensi keberadaan sosial, mereka berjuang dengan gigih dan giat melalui berbagai realitas sulitnya kehidupan, intimidasi, ancaman serta rasa putus asa. Segala halangan tersebut mereka lewati dengan upaya
bersama serta kuatnya tali persaudaraan dan nilai-nilai persahabatan yang sangat mengikat dari mereka kecil hingga beranjak dewasa. Peneliti mengambil film Sang Pemimpi sebagai objek penelitian karena film tersebut memiliki efek dan dampak yang besar di kalangan masyarakat, terutama bagi kaum remaja yang masih sangat mudah untuk terjangkau dalam ruang lingkup ikatan persahabatan yang baru bersama teman-teman mereka. Disamping hal tersebut, terbukti dengan popularitas serta rating yang ditimbulkan dari tayangnya film Sang Pemimpi. Beberapa penghargaan lokal maupun internasional ; seperti yang dicatat oleh arsip filmindonesia.or.id diberikan kepada film ini, hal tersebut terbukti bahwa film Sang pemimpi tidak hanya menjadi konsumsi penonton lokal tetapi juga kancah internasional. Prestasi tersebut didapatkan oleh karena kualitas serta kandungan nilai dalam film yang sangat baik dan juga dapat menjangkau masyarakat luas. Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, peneliti ingin menunjukkan representasi nilai-nilai persahabatan yang ada dibalik film tersebut dengan melakukan penelitian menggunakan teori yang sesuai dengan objek penelitian. Apa yang ditampilkan oleh film mencerminkan suatu pesan dari setiap adegan bahwa terdapat nilai persahabatan yang ditunjukkan dalam film tersebut. Menariknya karena tanda-tanda yang terkandung dalam film tersebut, maka jalan terbaik untuk mengamati dan mempresentasikan adalah dengan menggunakan analisis semiotik.
1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka penulis merumuskan masalah yaitu Bagaimana representasi nilai-nilai persahabatan dalam film Sang Pemimpi karya Andrea Hirata? 1.3 Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikonsepkan di atas, maka tujuan utama dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana nilai-nilai persahabatan direpresentasikan dalam film Sang Pemimpi? 1.4 Kegunaan penelitian Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi pengembangan penelitian sejenis lainnya yang dapat memberikan konstribusi nyata bagi segenap civitas Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara guna memahami simbol-simbol/semiotik yang ditunjukkan dalam sebuah film. Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan pengalaman bagi penulis dalam memaknai pesan film yang dapat disampaikan melalui kekuatan alur cerita dengan teknik-teknik penggambaran simbol melalui berbagai adegan film. Penelitian ini juga dapat memberikan gambaran bagi pembaca mengenai representasi solidaritas dalam lingkungan sosial.