BAB IV ANALISIS DATA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HASIL PENELITIAN TERDAHULU. a. Pengertian Nilai- Nilai Keagamaan

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR (USB) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JENJANG SEKOLAH DASAR (SD) TAHUN PELAJARAN 2016/

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV ANALISIS TENTANG PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

DAFTAR TERJEMAH No Halaman BAB Terjemah

BAB IV PERANAN MAJELIS TAKLIM AL-HAQ WAL HAŻ DALAM MEMBINA MORAL REMAJA PONCOL

1. lebih menitikberatkan pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaan materi;

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SDLB AUTIS

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

KISI KISI SOAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS UTS GENAP KELAS VII (TUJUH) (untuk memperkaya wawasan WAJIB BACA BUKU PAKET)

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Syarif Hidayatullah (STAIN Jember,

KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH DASAR

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN METODE PEMBIASAAN DALAM MENDIDIK AKHLAK ANAK. Adapun dalam bab ini, penulis akan menganalisis tentang penggunaan

SUMBER AJARAN ISLAM. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Modul ke: Fakultas ILMU KOMPUTER

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET A

BAB IV HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AKHLAK DI MI ISLAMIYAH KLUWIH KEC. BANDAR KAB. BATANG

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Ini adalah kesempatan yang paling penting bagi seorang

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Aktualisasi Nilai-nilai Keagamaan pada Santri TPQ Al-Asyhar

PROGRAM TAHUNAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) KELAS I SEMESTER 1 SEKOLAH DASAR (SD)/MADRASAH IBTIDAIYAH (MI)

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA

Kelompok Azizatul Mar ati ( ) 2. Nur Ihsani Rahmawati ( ) 3. Nurul Fitria Febrianti ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB III PENYAJIAN DATA

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

Lesson Sheet Kelas : Mars

BAB IV ANALISIS MASALAH. dirasakan sebagai suatu gangguan dalam jalan kehidupan sehari-hari. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Masalah. perkembangan zaman yang berdasarkan Undang-undang pendidikan

I. PENDAHULUAN. tingkah laku moral anak, dengan menanamkan nilai agama agar tercipta insan

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SD, MI, DAN SDLB

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. diterima Nabi Muhammad dengan perantaraan malaikat Jibril, sebagai petunjuk

BAB I PENDAHULUAN. 1 Syahruddin El-Fikri, Sejarah Ibadah, (Jakarta: Republika, 2014), hlm

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL NAK, MAAFKAN IBU TAK MAMPU MENYEKOLAHKANMU KARYA WIWID PRASETYO

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

PERAN GURU DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK DI PAUD IT SUNNAH BANDA ACEH. Ayi Teiri Nurtiani 1 dan Romayanti 2. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan menjadi faktor paling penting bagi karakteristik dan

BAB IV ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA PADA Q.S. AT- TAHRIM AYAT 6

KISI KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014

KISI KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

MENGHAYATI PERAN ISTRI

Tauhid untuk Anak. Tingkat 1. Oleh: Dr. Saleh As-Saleh. Alih bahasa: Ummu Abdullah. Muraja ah: Andy AbuThalib Al-Atsary. Desain Sampul: Ummu Zaidaan

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET B

DRAF KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNAGRAHITA

BAB IV ANALISIS PERSEPSI REMAJA TERHADAP URGENSI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA DI DESA PEGUNDAN KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG

BAB V PEMBAHASAN. A. Tentang Pendidikan Karakter di SMP Negeri 19 Surabaya. karakter peserta didik di SMP Negeri 19 Surabaya ialah dengan menggunakan

Bab 3 Peran Sentral Guru PAI Dalam Memberdayakan Sekolah Sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa

Menerapkan hukum bacaan Al Syamsiyah dan Al Qamariyah pada ayat Al Quran. Menerapkan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati pada ayat Al Quran.

31. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMP/MTs

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

UJIAN PRAKTIK. UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL Pendidikan Agama Islam SEKOLAH DASAR (SD) KEMENTERIAN AGAMA RI. Tahun Pelajaran 2011/2012

KISI KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH TERPADU (MIT) NURUL ISLAM RINGINWOK NGALIYAN SEMARANG

AGAMA ISLAM KOMPETENSI YANG DIUJIKAN INDIKATOR

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH DASAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) KURIKULUM 2006

KISI KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan zaman yang semakin maju serta pola pikir. manusia yang semakin berkembang banyak membawa dampak pada

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI. 1. Nama Sekolah : SDIT Baitul Jannah. 2. Alamat : Jln. Pramuka No.43 Kemiling Raya 3. NSS/NPSN : /

BAB IV TEMUAN PENELITIAN

DRAF KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

STANDAR ISI PAI SMP AL-QUR`AN & HADITS. No. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Kelas/Semester

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUN PELAJARAN 2012/2013

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNARUNGU

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TAHUM PELAJARAN 2015/2016 KTSP

1. lebih menitikberatkan pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaan materi;

SEKOLAH DASAR (SD) TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA Tahun 2017

BAB V IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH

Bab 4 Belajar Mendirikan Shalat Berlatih Akhlak Mulia Membangun Kesejahteraan Umat

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMALB AUTIS

BAB II LANDASAN TEORI. diantaranya sebagaimana berikut:

Modul ke: Akhlak Islami. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

BAB IV ANALISIS TENTANG PERAN GURU PAI DALAM PENGEMBANGAN RELIGIUSITAS SISWA DI SMP ISLAM SUBHANAH SUBAH BATANG

BAB I PENDAHULUAN Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : Logos. Wacana Ilmu, 2009), hlm. 140.

A. Analisis Tata Tertib Pondok Pesantren Al Masyhad Mamba ul. Fallah Sampangan Pekalongan. Dalam menyusun tata tertib pondok pesantren, secara asasi

Memahami Akidah Islam

BAB I PENDAHULUAN. Bintang, hlm Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, cet-17; Jakarta, PT Bulan

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. keshalehan akan sangat bergantung kepada pendidikan masa kecilnya

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS DATA A. Proses Penanaman Nilai-nilai Keagamaan pada Anak Usia Sekolah Dasar di Lingkungan Keluarga Penanaman nilai-nilai keagamaan adalah suatu proses edukatif berupa kegiatan atau usaha yang dilakukan dengan sadar, terencana dan dapat dipertanggung jawabkan untuk memelihara, melatih, membimbing, mengarahkan, meningkatkan pengetahuan keagamaan, kecakapan sosial, dan praktik serta sikap keagamaan anak, contohnya adalah akidah (keimanan), akhlak, dan ibadah yang selanjutnya dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari hasil penelitian di lingkungan keluarga desa Tahunan Baru Pacitan, tentang proses penanaman nilai-nilai keagamaan, orang tualah yang bertanggung jawab pertama kali dalam memberikan pendidikan agama sebelum anak-anak memperoleh pendidikan di luar rumah, tentunya tugas orang tua yang lebih dahulu memberikan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan kepada anak. Selain mengikutkan anak pada kegiatan keagamaan (TPA), orang tua sering mengajak anak ke pengajian keagamaan. Setelah waktu magrib anak-anak di desa Tahunan Baru, terlihat melakukan kegiatan belajar hal-hal yang berhubungan dengan nilai-nilai keagamaan. Mereka terlihat belajar didampingi oleh orang tua mereka, ataupun keluarga mereka, dengan memberikan materi-materi tentang nilai-nilai keagamaan seperti keimanan, dan ibadah serta akhlak. 70

71 Hal ini tentunya sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga, bahwa keluarga adalah ladang terbaik dalam penanaman nilai-nilai agama. Orang tua memiliki peranan yang strategis dalam mentradisikan ritual keagamaan, sehingga nilai-nilai agama dapat ditanamkan ke dalam jiwa anak. Kebiasaan orang tua dalam melaksanakan ibadah, misalnya salat, puasa, infaq dan sadaqah menjadi suri teladan bagi anak untuk mengikutinya. Di sini, nilai-nilai agama dapat bersemi dengan subur dalam jiwa anak, kepribadian yang luhur agamis yang membalut jiwa anak menjadikan anak sebagai insan-insan yang penuh iman dan takwa kepada Allah SWT. Di atas dikatakan bahwa keluarga memegang peran paling penting dalam mendidik anak, karena keluarga adalah lingkungan pertama yang dikenal anak, sehingga keluarga harus pandai memilih pendidikan yang terbaik untuk bekal dan pondasi anak di hari esok. Selain itu, anak akan meniru kebiasaan yang dilakukan oleh orang tua dan anggota keluarga yang lain. Hendaknya sebagai orang tua dan anggota keluarga yang lain menjaga sikap dan perilaku di depan anak, dan memberikan contoh yang baik, agar anak mengikuti hal-hal yang baik juga. Selain itu, proses penanaman nilai-nilai keagamaan yang dilaksanakan di desa Tahunan Baru Pacitan, dengan cara mengajarkan dan melatih anak dalam kegiatan sehari-hari yang sesuai dengan ajaran agama, baik yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan

72 manusia lain, manusia dengan alam, serta manusia dengan dirinya sendiri, seperti mengajari mereka sholat, wudhu, adzan, sopan santun, dan sedekah. Proses penanaman nilai-nilai keagamaan seharusnya juga ditanamkan sejak anak berusia dini, agar anak mudah mengingat pelajaran tersebut dan menjadi pondasi yang kuat bagi anak ke depannya. Dalam memberikan bekal kepada anak ke depannya, orang tua tentu akan memilih pendidikan yang terbaik. Hal ini tentunya sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Zakiah Drajat dalam bukunya, Ilmu Jiwa Agama, bahwa anak merupakan amanah dari Allah yang dipercayakan kepada orang tua, sehingga orang tua berkewajiban membekali anak dengan pengetahuan tentang nilai-nilai keagamaan, karena di dalamnya diajarkan tentang pengetahuan manusia seutuhnya. Orang tua tidak hanya membekali anak dengan pengetahuan agama, atau mengembangkan intelek saja, akan tetapi menyangkut seluruh diri pribadi anak. Mulai dari latihan amaliyah sehari-hari yang sesuai dengan ajaran agama, baik yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lain, manusia dengan alam, serta manusia dengan dirinya sendiri. Proses penanaman nilai-nilai keagamaan tentu memerlukan dukungan seluruh anggota keluarga, agar semua bisa berjalan dengan lancar, karena nilai keagamaan nantinya akan menjadi bekal anak dalam menghadapi kehidupan di luar rumah, dan bekal utama kelak di akhirat. Selain memiliki tanggung jawab paling utama dalam menanamkan nilainilai keagamaan, keluarga juga harus selalu memantau anak dalam

73 pergaulan dengan teman di luar rumah, agar anak tidak menjadi salah pergaulan dan terjerumus ke dalam kesesatan. Dalam menanamkan nilainilai keagamaan sebaiknya berawal dari kegiatan amaliyah sehari-hari yang menyangkut hubungan manusia dengan diri sendiri, dengan orang lain, dengan alam, dan dengan Sang Pencipta. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dianalisis, bahwa dalam proses penanaman nilai-nilai keagamaan keluarga/orang tualah yang memiliki tanggung jawab dan peranan paling utama, karena keluarga adalah ladang terbaik dalam penanaman nilai-nilai keagamaan, orang tua memiliki peranan yang strategis dalam mentradisikan ritual keagamaan. Kebiasaan orang tua dalam melaksanakan kegiatan keagamaan akan menjadi suri teladan bagi anak. Cara lain yang digunakan untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan dengan melatih anak dalam kegiatan sehari-hari sesuai dengan ajaran keagamaan, baik yang menyangkut akidah, akhlak, dan ibadah. dimulai dari latihan amaliyah sehari-hari yang sesuai ajaran agama, baik yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lain, manusia dengan alam, serta manusia dengan dirinya sendiri. B. Metode yang Digunakan Dalam Menanamkan Nilai-nilai Keagamaan Pada Anak Usia Sekolah Dasar di Lingkungan Keluarga. Dari hasil penelitian di lingkungan keluarga desa Tahunan Baru Pacitan melalui wawancara diperoleh data mengenai penggunaan metode dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan pada anak usia sekolah dasar di

74 lingkungan keluarga desa Tahunan Baru Pacitan. Diantara metode tersebut adalah: (1) metode keteladanan/uswah hasanah, (2) metode nasihat, (3) metode pemberian ganjaran/hadiah, (4) metode kisah Qur ani, dan (5) metode pembiasaan. 1) Metode keteladanan (uswah hasanah) Dalam pengembangan nilai-nilai keagamaan hendaknya dipilih penggunakan metode-metode pembelajaran yang sesuai untuk anak usia sekolah dasar, seperti penggunaan metode keteladanan (uswah hasanah). Dengan metode keteladanan orang tua akan memberikan contoh atau teladan terhadap anak, cara berbicara yang baik terhadap sesama, cara beribadah dengan Allah, dan mengetahui kekuasaan Allah. Sesuai usia anak sekolah dasar penggunaan metode keteladanan tentu dengan cara yang mudah, agar anak mampu mengikuti apa yang diajarkan. Hal ini tentunya sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Syahidin dalam bukunya, Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al- Qur an, bahwa metode keteladanan (uswah hasanah) adalah metode yang paling unggul dan paling jitu dibandingkan metode-metode lainnya. Metode ini adalah metode pendidikan yang diterapkan oleh Rasulullah dan dianggap paling banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan menyampaikan misi dakwahnya. Oleh karena itu, apabila seorang pendidik mendasarkan metode pendidikannya pada keteladanan, maka konsekuensinya ia harus dapat memberikan teladan (contoh yang baik) kepada para peserta didiknya dan berusaha mencontoh dan meneladani

75 Rasulullah Muhammad SAW. Dalam sebuah penggunaan metode yang berkaitan dengan anak-anak tentu harus disertai kesabaran yang penuh, karena anak usia sekolah dasar memang masih harus penuh kasih sayang dan kesabaran dalam hal pembelajaran dan pengajaran. 2) Metode Nasihat Proses penanaman nilai keagamaan dalam diri anak itu bukan hal yang mudah, karena zaman sekarang banyak pengaruh-pengaruh luar yang akan menjadikan anak sulit diatur, pada keluarga desa Tahunan Baru Pacitan, sebagai orang tua tentunya harus ajeg/telaten mengajarkan mereka, seperti penggunaan metode nasihat. Proses metode tersebut berjalan, dengan cara selalu memberikan nasehat kepada anak, dari awal/sejak kecil harus ditanamkan nilai tersebut, bahwa hal seperti ini diperbolehkan, hal yang seperti itu tidak di perbolehkan dalam agama Islam. Hal ini tentunya sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Heri Jauhari Muchtar dalam bukunya, Fikih Pendidikan Fikih Pendidikan, bahwa metode nasihat adalah metode yang paling sering digunakan oleh para orangtua, pendidik dan da i terhadap anak/peserta didik dalam proses pendidikannya. Memberi nasihat sebenarnya merupakan kewajiban seorang muslim seperti tertera dalam surat al-ashr ayat 3 yang artinya: agama itu adalah nasihat. Maksudnya adalah agama itu berupa nasihat dari Allah bagi umat manusia melalui para Nabi dan Rasul-NYA agar manusia hidup bahagia, selamat dan sejahtera di dunia serta di akhirat.

76 Di atas dikatakan bahwa metode nasihat adalah metode yang sering digunakan oleh para orang tua, karena memang sudah menjadi kewajiban orang tua dalam menasehati anak, agar anak tetap di jalan yang baik, dan tidak terjerumus pada kemaksiatan, karena zaman sekarang ini anak tentu akan lebih mudah terjerumus dalam pergaulan yang terus berubah setiap tahunnya. 3) Metode Pemberian Ganjaran (Hadiah) Setiap anak tentunya akan senang jika diberi hadiah, sehingga di salah satu keluarga desa Tahunan Baru Pacitan dalam menanamkan nilainilai keagamaan dipilih penggunaan metode pemberian hadiah/ganjaran. Untuk proses berjalannya metode tersebut, jika anak semakin giat dalam beribadah, maka orang tua akan dengan ikhlas memberikan hadiah kepada anak. Menggunakan metode pemberian ganjaran bukan untuk melatih anak jelek, beribadah jika ada embel-embelnya saja, tetapi itu dilakukan untuk memberikan motivasi yang lebih kepada anak, agar anak lebih semangat dalam menjalankan ibadah, tetapi tentu saja tanpa mengharap ganjaran/hadiah. Hal ini tentunya sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Abdurrahman Saleh Abdullah dalam bukunya, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur an, bahwa metode pemberian ganjaran (hadiah) merupakan salah satu metode yang ada dalam pembelajaran keagamaan. Istilah ganjaran sendiri sebenarnya jika dilihat dalam Al-Qur an yaitu menunjukkan apa yang diperbuat oleh seseorang dalam kehidupan ini atau

77 di akhirat kelak, karena amal perbuatan yang baik. Tentunya sebagai orang tua harus pandai dalam memilih metode yang akan digunakan dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan pada anak. 4) Metode Kisah Qur ani Dalam kaitannya dengan hal di atas, dalam menanaman nilai-nilai keagamaan pada anak usia sekolah dasar pada keluarga di desa Tahunan Baru ada yang memilih penggunaan metode kisah Qur ani. Proses berjalannya metode tersebut yaitu dengan cara menceritakan kepada mereka tentang kisah-kisah dalam Al-Qur an tentang sahabat, tentang nabi, tentang rosulullah, dan menjelaskan kepada anak hal-hal itulah yang akan menyelamatkan orang nantinya dari siska pedih. Dengan demikian anak dengan sendirinya akan tertarik dan mengikuti kisah-kisah tersebut. Seperti teori yang dikatakan oleh Syahidin dalam buku, Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur an, bahwa metode kisah Qur ani adalah karakteristik kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur an, merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada manusia-manusia terdahulu dan merupakan peristiwa sejarah yang dapat dibuktikan kebenarannya secara filosofis dan secara ilmiah melalui saksi-saksi bisu berupa peninggalanpeninggalan orang-orang terdahulu seperti Ka bah di Makkah, Masjidil Aqsha di Palestina, Piramida, dan Spink di Mesir dan sebagainya. Dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan tentunya dibutuhkan cara yang mudah, agar anak lebih cepat menguasai, seperti cerita/ kisah di atas tentu akan menjadikan motivasi yang hebat pada diri anak.

78 5) Metode Pembiasaan Dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan perlu pembiasan pada anak, seperti pada keluarga desa Tahunan Baru Pacitan memilih penggunaan metode yang sesuai dengan prinsip agama, yaitu penggunaan metode pembiasaan. Untuk metode ini, cara yang digunakan yaitu dengan membiasakan anak dalam hal keagamaan, seperti sholat berjamaah, mengaji, dan mengikuti kegiatan keagamaan. Semua cara bisa dilakukan dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan, tetapi semua itu perlu adanya pembiasaan pada diri anak, agar anak terbiasa melakukan tanpa adanya paksaan. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Heri Jauhari Muchtar dalam bukunya, Fikih Pendidikan Fikih Pendidikan, bahwa metode pembiasaan adalah metode yang dinilai sangat efektif, jika penerapannya dilakukan terhadap anak yang berusia dasar. Untuk melaksanakan tugas atau kewajiban secara benar dan rutin terhadap anak/peserta didik diperlukan pembiasaan. Misalnya, agar anak dapat melaksanakan sholat secara benar dan rutin, maka anak perlu dibiasakan shalat sejak kecil, itulah sebabnya orang tua perlu mendidik anak sejak dini/kecil agar anak terbiasa dan tidak merasa berat untuk melaksanakannya ketika anak sudah dewasa. Penggunaan metode dalam penanaman nilai-nilai keagamaan tentu akan mempengarui keberhasilan atau kegagalan penanaman tersebut, keluarga hendaknya memilih metode yang sesuai dengan kondisi anak,

79 agar penanaman nilai-nilai keagamaan mampu memperoleh hasil yang sesuai, dan agar semua benar-benar tertanam dalam diri anak. Metode yang digunakan dalam penanaman nilai-nilai keagamaan tentunya bermacam-macam, metode keteladanan adalah metode yang diterapkan oleh Rasulullah dan dianggap paling banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan, metode nasehat adalah metode yang paling sering digunakan, karena member nasehat adalah tugas setiap muslim, metode pemberian ganjaran/hadiah menunjukkan apa yang diperbuat oleh seseorang dalam kehidupan ini atau di akhirat kelak, karena amal perbuatan yang baik, metode kisah Qur ani ini mengajarkan dan memotivasi anak dengan kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur an, metode pembiasaan dinilai sangat efektif digunakan untuk anak usia sekolah dasar. Hasil penelitian ini juga mendukung apa yang dijelaskan oleh Dwi Hastuti tahun 2015 dari Program pascasarjana Magister Pendidikan Islam di UIN Sunan Kalijaga, metode yang digunakan yaitu metode keteladanan, metode pembiasaan, metode nasihat, metode hukuman, metode bercerita, metode karya wisata, dan metode eklektik. Antara hasil penelitian dan telaah tedahulu keduanya sama-sama menggunakan metode yang sesuai dengan ajaran agama, dan metode yang mempermudah pelaksanaan penamanan nilai-nilai keagaman. C. Materi yang Diajarkan Dalam Menanamkan Nilai-nilai Keagamaan Pada Anak Usia Sekolah Dasar di Lingkungan Keluarga

80 Dari hasil penelitian di lingkungan keluarga desa Tahunan Baru Pacitan diperoleh data tentang materi yang diajarkan pada anak usia sekolah dasar dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan. melalui wawancara dikatakan materi nilai-nilai keagamaan itu harus disampaikan secara keseluruhan, baik yang berhubungan dengan Allah, manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan alam sekitar. Dengan kata lain, materi-materi penanaman nilai-nilai keagamaan yang harus disampaikan kepada anak dalam keluarga, secara garis besar berupa hal-hal yang berkaitan dengan dzat Tuhan yang disebut aqidah, bagaimana cara manusia berhubungan dengan Tuhan yang disebut ibadah, dan bagimana tata cara pergaulan yang baik antara sesama manusia dan alam yang disebut akhlak. Pokok-pokok ajaran Islam secara garis besar dapat dikelompokan menjadi tiga bagian. Bagian-bagian itu meliputi akidah, ibadah dan akhlak. Pada dasarnya, ketiga pokok ajaran tersebut sebenarnya telah mencakup keseluruhan dari aspek kehidupan manusia, khususnya bagi umat Islam baik secara rohani maupun jasmani. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Erwin Yudi Prahara dalam bukunya, Materi Pendidikan Agama Islam, bahwa Akidah merupakan dasar utama dalam ajaran Islam. Karena itu, akidah merupakan dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan seseorang yang wajib dimilikinya untuk dijadikan pijakan dalam segala sikap dan tingkah lakunya sehari-hari. Dan sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh

81 Aminuddin, et al Etall. Dalam bukunya, Pendidikan Agama Islam, mengenai Ruang lingkup mengenai pokok bahasan dalam materi akidah itu mencakup rukun iman kepada Allah yang jumlahnya ada 6, yaitu iman kepada Allah, iman kepada para malaikat, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada para rasul, iman kepada hari kiamat (hari akhir) dan iman kepada Qadha dan Qadar. Akidah bisa dikatakan hubungan manusia dengan Sang Pencipta, hal ini bisa diartikan dengan keimanan/kepercayaan, kepercayaan kita terhadap semua kekuasaan Allah, baik yang mampu dilihat manusia dan yang tidak mampu dilihat manusia. Materi yang harus diajarkan dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan pada anak usia sekolah dasar menurut mayoritas keluarga di desa Tahunan Baru Pacitan secara garis besar seperti rukun Islam, ibadah, sopan santun, dan akhlak. Karena dengan demikian, akan menjadikan pondasi keagamaan lebih kuat dalam diri anak, terutama untuk membentengi pengaruh dari pergaulan-pergaulan luar. Hal ini juga sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Rois Mahfud dalam bukunya, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, bahwa Ibadah diartikan secara sederhana sebagai persembahan, yaitu sembahan manusia kepada Allat SWT sebagai wujud penghambaan diri kepada Allah SWT, sehingga ibadah bisa berarti menghambakan diri kepada Allah SWT. Bagi orang yang percaya (iman kepada Allah) SWT, detak nafas dan gerak langkah serta segala aktivitas yang dilakukannya, diniatkan sebagai wujud dedikasinya terhadap Allah SWT. Teori lain diungkapkan oleh Zakiyah

82 Darajat dalam bukunya, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, bahwasanya materi pelajaran ibadah ini seluruhnya dimuat dalam Ilmu Fikih. Karena itu, ada saja orang yang mengidentikkan Fikih dengan ibadah. Akan tetapi dalam pengajaran ibadah, ibadah pokok yang diajarkan merupakan rukun Islam. Ibadah adalah bentuk syukur dan penghambaan kita terhadap Allah SWT, dengan kesadaran diri kita sendiri tanpa paksaan dari orang lain. Tata cara pergaluan yang baik dengan sesama manusia itu disebut akhlak, baik itu berupa sopan santun, akhlak yang terpuji contohnya menghormati yang lebih tua dan menghargai yang lebih muda, serta sebagai orang tua harus memberikan contoh yang sesuai karena anak akan meniru segala perbuatan yang dilakukan oleh orang tua, dan juga member pengertian tentang akhlak tercela, yang tidak boleh dilakukan oleh anak. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Erwin Yudi Prahara dalam bukunya, Materi Pendidikan Agama Islam, bahwa akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angan lagi. Dan sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Moh Haitami Salim dalam bukunya, Pendidikan Agama Dalam Keluarga Materi akhlak, bahwa materi akhlak lebih diutamakan pada praktik berperilaku, bertutur kata yang baik, tidak mengucapkan katakata kotor, sopan, tidak sombong, mau mengucapkan terimakasih jika

83 diberikan atau menerima sesuatu dari orang, tidak ragu untuk meminta maaf jika merasa salah, dan ringan tangan untuk menolong orang lain. Materi yang diajarkan dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan secara garis besar berupa (1) hal-hal yang berkaitan dengan dzat Tuhan yang disebut aqidah, (2) cara manusia berhubungan dengan Tuhan yang disebut ibadah, (3) tata cara pergaulan yang baik antara sesama manusia dan alam yang disebut akhlak. akidah merupakan dasar utama dalam ajaran Islam, ruang lingkup materi akidah yaitu mencakup rukun iman. Ibadah yaitu sembahan manusia kepada Allah SWT, materi pelajaran ibadah seluruhnya dimuat dalam ilmu Fikih. Akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, materi akhlak lebih diutamakan praktik berperilaku, bertutur kata, dan sopan santun. Hasil penelitian ini juga mendukung apa yang dijelaskan oleh Dwi Hastuti tahun 2015 dari Program pascasarjana Magister Pendidikan Islam di UIN Sunan Kalijaga, nilai-nilai yang ditanamkan di RA tahfidz al- Qur an Jamillurah adalah mencakup nilai keimanan, nilai ibadah, dan nilai akhlak. Ketiga nilai tersebut terperinci dalam beberapa materi yaitu Akidah, Fikih, Akhlak, Do a harian, Siroh, dan Bahasa arab. Antara hasil penelitian dan telaah terdahulu, keduanya sama-sama menerpakan materi yang sesuai dengan pokok-pokok keagamaan yaitu, akidah, akhlak, dan ibadah.