Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II SYARAT DAN KETENTUAN MENDEPORTASI ORANG ASING MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara yang memiliki posisi strategis dalam kehidupan

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

EFEKTIVITAS SANKSI DEPORTASI TERHADAP TINDAK PIDANA OVERSTAY WARGA NEGARA ASING DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. keluar wilayah suatu negara harus tunduk pada hukum negara tersebut

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN BEBAS VISA KUNJUNGAN

KEBIJAKAN KEIMIGRASIAN DALAM RANGKA PEMBERIAN IZIN TINGGAL TERBATAS PERAIRAN. Direktorat Jenderal Imigrasi 2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1994 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) FRAKSI-FRAKSI DPR RI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN

PP 31/1994, PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Prosedur Imigrasi/Emigrasi: Tentang Cekal

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Indeks: ADMINISTRASI. HANKAM. KEHAKIMAN. Imigrasi. Warganegara. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Dampak era globalisiasi telah mempengaruhi sistem perekonomian negara

NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG WARGA NEGARA ASING,VISA KUNJUNGAN, TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN VISA KUNJUNGAN DAN DEPORTASI.

BAB I PENDAHULUAN. Pulau. Kepulauan Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara sampai 11 derajat garis

I. PENDAHULUAN. kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar

PERUNDANG-UNDANGAN UNDANGAN NGR.

PEMBERIAN DAN PENGAWASAN IZIN TINGGAL TERBATAS KANTOR IMIGRASI KELAS I DENPASAR TERHADAP TENAGA KERJA ASING DI DENPASAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hukum keimigrasian di Indonesia telah ada sejak pemerintahan Kolonial Belanda. Ketentuan

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PENYALAHGUNAAN VISA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam hubungan dengan dunia internasional sebagai centre of gravity kawasan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KEIMIGRASIAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lex Administratum, Vol. V/No. 6/Ags/2017

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sebagai

BAB II SISTEM PENGAWASAN WARGA NEGARA ASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DI WILAYAH INDONESIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN [LN 1992/33, TLN 3474]

DAFTAR PUSTAKA. Buku:

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG

BAB IV KEBIJAKAN SEKURITISASI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGANI PERMASALAHAN IMIGRAN ILEGAL

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA. Indonesia dan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan pada awalnya merupakan

I. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan izin tinggal merupakan suatu peristiwa hukum yang sudah sering

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI IMIGRASI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengawasan merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam pencapaian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penegak hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau

PROSEDUR PENGAWASAN KEIMIGRASIAN TERHADAP WARGA NEGARA ASING YANG DIBERIKAN FASILITAS BEBAS VISA KUNJUNGAN WISATA KANTOR IMIGRASI KELAS I PADANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1994 TENTANG SURAT PERJALANAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemba

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemba

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara serta kehidupan trans-nasional, gerak dinamis manusia

BAB II PENGATURAN TERHADAP ORANG ASING YANG MELAKUKAN PELANGGARAN KEIMIGRASIAN DI INDONESIA

Oleh. Roberta Kristine. Anak Agung Ngurah Yusa Darmadhi. Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYALAHGUNAAN VISA KUNJUNGAN OLEH WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1994 TENTANG: SURAT PERJALANAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sedangkan Pengawasaan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 36 TAHUN 1994 TENTANG SURAT PERJALANAN REPUBLIK INDONESIA

PEMROSESAN IZIN TINGGAL BAGI WARGA NEGARA ASING MAHASISWA, PENELITI DAN TENAGA KERJA ASING BIDANG PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh Wawan Anjaryono,SE,MH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEIMIGRASIAN. Belanda. Pada saat itu terdapat badan pemerintah kolonial bernama Immigratie Dients

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

BAB I PENDAHULUAN. antara Negara Penerima dengan United Nations High Commissioner for

MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

PENUNJUK UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011

PERSYARATAN PERMOHONAN IZIN TINGGAL BAGI ORANG ASING DI WILAYAH INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDEPORTASIAN ORANG ASING YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA KEIMIGRASIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1994 TENTANG VISA IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

2017, No ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republ

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Mencermati Peradilan di Indonesia

BERITA NEGARA. No.1834, 2015 KEMENKUMHAM. TPI. Masuk dan Keluar. Wilayah Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ORANG ASING YANG TINGGAL DI INDONESIA 1 Oleh: Hardiawan Maku 2

KEWENANGAN MELAKUKAN DISKRESI OLEH PENDAHULUAN PENYIDIK MENURUT UU NO. 2 TAHUN 2002 A.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN HAKIM AD HOC PENGADILAN PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

SANKSI PIDANA PELANGGARAN KEWAJIBAN OLEH APARATUR HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DI INDONESIA 1 Oleh: Wailan N. Ransun 2

BERITA NEGARA. No.1331, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Cap Imigrasi. Bentuk. Penggunaan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

Transkripsi:

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Kewenangan Kantor Imigrasi Kelas II dalam Pengawasan Pelaksanaan Izin Tinggal Warga Negara Asing di Wilayah RI Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian Dihubungkan dengan Prinsip Selective Policy Pratama Panji Akbar Prodi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 e-mail: panjipop31@gmail.com Abstrak. Kewenangan Kantor Imigrasi sangat berperan penting untuk melakukan pengawasan terhadap wna, Kantor Imigrasi kelas II kota bogor menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia. Diatur masuknya Orang Asing yang memperoleh Izin Tinggal di Wilayah Indonesia, harus sesuai dengan maksud dan tujuannya berada di Indonesia. Berdasarkan kebijakan, dimaksud serta dalam rangka melindungi kepentingan nasional, hanya Orang Asing yang memberikan manfaat serta tidak membahayakan keamanan dan ketertiban umum untuk diperbolehkan masuk dan berada di Wilayah Indonesia dan menolak nama wna yang berada di daftar penangkalan. Kantor Keimigrasian berhak mendapatkan informasi dari masyarakat sekitar, meriksa bangunan yang dijadikan tempat tinggal dan melakukan operasi inteljen dengan melibatkan Polri untuk penyidikan. Jadi selain utuk menjaga keamanan dan ketertiban umum, pihak keimigrasian berwenang untuk melakukan pengawasan dan menyeleksi wna yang akan memberikan manfaat dan keuntungan untuk Wilayah Indonesia. Walaupun sangat sulit untuk menentukan status wna yang akan berkunjung dan wna yang menjadi pengungsi, pihak keimigrasian akan tetap teliti untuk menyeleksi wna yang akan masuk ke wilayah Indonesia. maka dari itu keimigrasian berkoordinasi dengan UNCHR untuk melakukan pengawasan wna agar prinsip selective policy tetap terlaksana. Pihak Imigrasi melakukan penerapan sangsi administratif apabila ada yang melanggar izin tinggal. Yang mencakup deportasi, pendentensian dan penangkalan atau pengkarantinaan. Penerapan sangsi administratif lebih efektif dan efisien, karena sangsi administratif lebih tepat dan dapat diterima oleh orang asing, orang asing yang akan di deportasi akan dikarantina, apabila tidak dilakukan pengkarantinaan maka dikhawatirkan akan melakukan perbuatan melanggar hukum atau melarikan diri dan membaur dengan masyarakat, sehingga akan sulit untuk melakukan pencarian. Agar Prinsip selective policy tetap berjalan, Undang- Undang No. 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian menjadi landasan untuk memudahkan tugas Pihak Keimigrasian. Kata Kunci : Imigrasi, Undang-Undang, Selective Policy A. Pendahuluan Latar Belakang Masalah Warga negara suatu negara berarti anggota negara itu yang merupakan pendukung dan penanggung jawab terhadap kemajuan dan kemunduran suatu negara. Oleh sebab itu, seseorang yang menjadi anggota atau warga suatu negara haruslah ditentukan oleh undang-undang yang dibuat oleh negara tersebut. Sebelum negara menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara, terlebih dahulu negara harus mengakui bahwa setiap orang berhak memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkanya, serta berhak kembali sebagaimana dinyatakan oleh Pasal 28E ayat (1) UUD 1945. Pernyataan ini mengandung makna bahwa orang-orang yang tinggal dalam wilayah negara dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut. 1. Penduduk, yaitu orang-orang yang memiliki domisili atau tempat tinggal tetap di wilayah negara itu, yang dapat dibedakan warga negara dengan Warga Negara Asing (WNA). 2. Bukan Penduduk, yaitu orang-orang asing yang tinggal dalam negara bersifat sementara sesuai denga visa yang diberikan oleh negara (kantor imigrasi) yang 341

342 Pratama Panji Akbar bersangkutan, seperti turis. Indonesia merupakan negara yang memiliki luas wilayah yang terdiri dari banyak pulau-pulau dan dikelilingi oleh negara-negara yang merupakan tujuan dari imigran. Hal ini sudah menjadi hal yang diketahui oleh banyak orang di mana Negara Indonesia merupakan negara transit yang merupakan negara persinggahan. Negara Indonesia menjadi negara persinggahan dikarenakan letaknya yang strategis dan mempunyai banyak akses pintu keluar masuk menuju kedalam maupun keluar dari Indonesia. Sesuai dengan penjelasan umum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian ditegaskan bahwa pelayanan dan pengawasan terhadap orang asing di bidang keimigrasian dilaksanakan berdasarkan prinsip yang bersifat selektif (selective policy). Berdasarkan prinsip ini hanya orang asing yang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat bangsa dan Negara Republik Indonesia serta tidak membahayakan keamanan dan ketertiban, tidak bermusuhan, baik terhadap rakyat maupun Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang dapat diizinkan masuk Wilayah Indonesia. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Imigrasi, kantor-kantor imigrasi serta unit pelaksana teknis imigrasi mempunyai peran penting dalam pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing di wilayah Indonesia. Direktorat Jenderal Imigrasi sebagai salah satu direktorat jenderal yang berada di bawah Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia mempunyai tugas pokok dibidang keimigrasian berdasarkan peraturan perundang-undangan yaitu merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang imigrasi. Fungsi keimigrasian merupakan fungsi penyelenggaraan administrasi negara atau penyelenggaraan administrasi pemerintahan, oleh karena itu sebagai bagian dari penyelenggaraan kekuasaan eksekutif, yaitu fungsi administrasi negara dan pemerintahan, maka hukum keimigrasian dapat dikatakan bagian dari bidang hukum administrasi negara. Terhadap orang asing, pelayanan dan pengawasan di bidang keimigrasian dilaksanakan berdasarkan prinsip selektif (selective policy). Berdasarkan prinsip ini, maka orang asing yang dapat diberikan ijin masuk ke Indonesia ialah : a. Orang asing yang bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan Negara Republik Indonesia. b. Tidak membahayakan keamanan dan ketertiban, serta c. Tidak bermusuhan dengan rakyat maupun Pemerintah Negara Republik Indonesia. Untuk kelancaran dan ketertiban pengawasan, Pemerintah meyelenggarakan pendaftaran orang asing yang berada di wilayah Indonesia berkewajiban untuk : a. Memberikan segala keterangan yang perlu mengenai identitas diri dan/atau keluarganya, perubahan status sipil dan kewarganegaraanya, serta perubahan alamatnya, b. Memperlihatkan Surat Perjalanan atau dokumen keimigrasian yang dimilikinya pada waktu diperlukan dalam rangka pengawasan, c. Mendaftarkan diri jika berada di Indonesia lebih dari sembilan puluh hari. Menurut ketentuan Undang-Undang ini, yang berkewajiban untuk melakukan pengawasan adalah Menteri Kehakiman pejabat imigrasi dengan koordinasi bersama badan atau instasi pemerintah yang terkait. Badan atau instasi tersebut antara lain Volume 2, No.1, Tahun 2016

Kewenangan Kantor Imigrasi Kelas II dalam Pengawasan Pelaksanaan Izin Tinggal 343 Departemen Luar Negeri, Departemen Dalam Negeri, Departemen Pertahanan dan Keamanan, Departemen Tenaga Kerja, Kejaksaan Agung, Badan dan Koordinasi Inteljen Negara, Kepolisian Negara Republik Indonesia. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui dan memahami tujuan diatas ada hal-hal penelitian sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kewenangan yang dilakukan oleh Kantor Imigrasi Kelas II dalam pengawasan terhadap pelaksanaan izin tinggal WNA berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun 2011 tentang keimigrasian dihubungkan dengan prinsip Selective Policy. 2. Untuk mengetahui penerapan sanksi hukum yang dilakukan oleh pihak keimigrasian terhadap WNA yang melanggar izin tinggal. B. Landasan Teori Negara hukum adalah negara yang susunannya diatur dengan sebaik-baik nya dalam undang-undang sehingga segala kekuasaan dari alat-alat pemerintahannya didasarkan hukum. Rakyat tidak boleh bertindak secara sendiri-sendiri menurut semaunya yang bertentangan dengan hukum. Seorang Warga Negara Asing (WNA) adalah orang yang tidak diakui oleh UU sebagai warga negara Republik Indonesia. Negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan kekusasaannya mengatur serta menyelenggarakan suatu masyarakat. Negara terbagi atas empat wilayah. Yakni wilayah daratan, lautan, udara, dan wilayah ekstrateritorial. Setiap orang asing berada di wilayah Indonesia wajib memiliki Izin Keimigrasian. Izin Keimigrasian ada beberapa macam: 1. Izin Singgah Izin Singgah atau Izin Transit, diberikan kepada orang asing yang memerlukan singgah di wilayah Indonesia untuk meneruskan perjalaanan ke negara lain. 2. Izin Kunjungan Diberikan kepada orang asing yang berkunjung ke wilayah Indonesia untuk waktu yang singkat dalam rangka tugas pemerintahan, pariwisata, kegiatan sosial budaya. 3. Izin Tinggal Terbatas Diberikan kepada orang asing untuk tinggal di wilayah Indonesia dalam jangka waktu yang terbatas. 4. Izin Tinggal Tetap Diberikan kepada orang asing untuk tinggal menetap di wilayah Indonesia. Orang asing yang bersangkutan harus memiliki paspor kebangsaan negara tertentu, telah berada di wilayah Indonesia untuk jangka waktu tertentu secara berturut-turut serta memenuhi persyaratan keimigrasian. Tindakan keimigrasian dilakukan terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia apabila melakukan kegiatan yang berbahaya untuk keamanan dan ketertiban umum, atau tidak menghormati atau menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ilmu Hukum, Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016

344 Pratama Panji Akbar C. Hasil Penelitian Kewenangan Yang Dilakukan Oleh Kantor Imigrasi Kelas II Terhadap Pelaksanaan Izin Tinggal WNA Berdasarkan Undang-Undang No. 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian Dihubungkan Dengan Prinsip Selective Policy. Berdasarkan kebijakan selektif (selective policy) yang menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia, diatur masuknya Orang Asing yang memperoleh Izin Tinggal di wilayah Indonesia harus sesuai dengan maksud dan tujuannya berada di Indonesia. Berdasarkan kebijakan dimaksud serta dalam rangka melindungi kepentingan nasional, hanya Orang Asing yang memberikan manfaat serta tidak membahayakan keamanan dan ketertiban umum diperbolehkan masuk dan berada di Wilayah Indonesia. Pemerintah Indonesia hanya menyeleksi WNA yang akan memberikan manfaat dan menjaga ketentraman negara Indonesia, maka dari itu pihak Keimigrasian berperan aktif dalam pengawasan WNA yang akan berkunjung ke wilayah Indonesia. Seperti yang dijelaskan oleh Kantor Imigrasi Kelas II Kota Bogor bahwa dalam meningkatkan kebijakan selective policy kantor Imigrasi Bogor menjadikan Undang- Undang Keimigrasian No.6 Tahun 2011 sebagai landasan untuk melaksanakan pengawasan dalam kebijakan selektif. Menurut Undang-Undang Keimigrasian Pejabat Imigrasi menolak Orang Asing masuk Wilayah Indonesia dalam hal orang asing tersebut: Namanya tercantum dalam daftar Penangkalan; 1. Tidak memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan berlaku. 2. Memilki dukumen Keimigrasian yang palsu. 3. Tidak memilki Visa, kecuali yang dibebaskan dari kewajiban memilki visa. 4. Telah memberi keterangan yang tidak benar dalam memperoleh Visa. 5. Menderita penyakit menular yang membahayakan kesehatan umum. 6. Terlibat kejahatan internasional dan tindak pidana transnasional yang terorganisir. 7. Termasuk dalam daftar pencarian orang untuk ditangkap dari suatu negara asing. 8. Terlibat dalam kegiatan makar terhadap Pemerintah Republik Indonesia atau. 9. Termasuk dalam jaringan praktik atau kegiatan prostitusi, perdagangan orang, dan penyelundupan manusia. Penerapan Sangsi Hukum Yang Dilakukan Oleh Pihak Keimigrasian Terhadap WNA Yang Melanggar Izin Tinggal. Dalam rangka penegakan hukum sekaligus menjaga kewibawaan hukum, sebagai tindak lanjut dari pengawasan, khususnya pengawasan orang asing yang berada di Indonesia dan penanganan keimigrasian pada umumnya, penindakan merupakan satu hal yang sangat dan harus dilaksanakan. Pelaksanaan penindakan pelanggaran keimigrasian ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1. Tindakan Keimigrasian dalam bentuk administratif dan 2. Tindakan Keimigrasian dalam bentuk Tindak Pidana Keimigrasian secara legislasi/litigasi atau proses pengadilan. Dalam menajalankan prinsip selective policy, sangsi tindakan yang diterapkan oleh pejabat imigrasi adalah menerapkan 3 sangsi tindakan terhadap wna yang melanggar aturan. 1. Penangkalan, adalah larangan yang bersifat sementara terhadap orang-orang Volume 2, No.1, Tahun 2016

Kewenangan Kantor Imigrasi Kelas II dalam Pengawasan Pelaksanaan Izin Tinggal 345 tertentu untuk masuk ke wilayah Republik Indonesia berdasarkan alasan tertentu. Orang-orang tertentu disini maksudnya adalah WNA yang akan masuk ke wilayah Indonesia. 2. Ruang Detensi/Pendetensian, adalah tempat penampungan sementara bagi orang asing yang dikenai Tindakan Administratif Keimigrasian yang berada di Direktorat Jendral Imigrasi dan Kantor Imigrasi. Alasan-alasan yang meliputi masuknya WNA ke Ruang Detensi diatur dalam Undang-Undang No.6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian Pasal 83. 3. Deportasi adalah tindakan paksa mengeluarkan orang asing dari wilayah Indonesia, hak suatu negara untuk mengusir orang asing yang berada di negaranya dikenal dengan pengusiran atau deportasi. Deportasi merupakan sebuah penerapan sangsi, karena diduga berbahaya atau berbahaya bagi ketentraman, kesusilaan dan kesejahteraan umum. D. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis penelitian mengenai Kewenangan Kantor Imigrasi Kelas II Dalam Pengawasan Pelaksanaan Izin Tinggal WNA Di Wilayah RI Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian Dihubungkan Dengan Prinsip Selective Policy maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Kewenangan Kantor Imigrasi sangat berperan penting untuk melakukan pengawasan terhadap wna, Kantor Imigrasi kelas II kota bogor menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia. Diatur masuknya Orang Asing yang memperoleh Izin Tinggal di Wilayah Indonesia, harus sesuai dengan maksud dan tujuannya berada di Indonesia. Berdasarkan kebijakan, dimaksud serta dalam rangka melindungi kepentingan nasional, hanya Orang Asing yang memberikan manfaat serta tidak membahayakan keamanan dan ketertiban umum untuk diperbolehkan masuk dan berada di Wilayah Indonesia dan menolak nama wna yang berada di daftar penangkalan. Kantor Keimigrasian berhak mendapatkan informasi dari masyarakat sekitar, meriksa bangunan yang dijadikan tempat tinggal dan melakukan operasi inteljen dengan melibatkan Polri untuk penyidikan. Jadi selain utuk menjaga keamanan dan ketertiban umum, pihak keimigrasian berwenang untuk melakukan pengawasan dan menyeleksi wna yang akan memberikan manfaat dan keuntungan untuk Wilayah Indonesia. Walaupun sangat sulit untuk menentukan status wna yang akan berkunjung dan wna yang menjadi pengungsi, pihak keimigrasian akan tetap teliti untuk menyeleksi wna yang akan masuk ke wilayah Indonesia. maka dari itu keimigrasian berkoordinasi dengan UNCHR untuk melakukan pengawasan wna agar prinsip selective policy tetap terlaksana. 2. Pihak Imigrasi melakukan penerapan sangsi administratif apabila ada yang melanggar izin tinggal. Yang mencakup deportasi, pendentensian dan penangkalan atau pengkarantinaan. Penerapan sangsi administratif lebih efektif dan efisien, karena sangsi administratif lebih tepat dan dapat diterima oleh orang asing, orang asing yang akan di deportasi akan dikarantina, apabila tidak dilakukan pengkarantinaan maka dikhawatirkan akan melakukan perbuatan melanggar hukum atau melarikan diri dan membaur dengan masyarakat, sehingga akan sulit untuk melakukan pencarian. Agar Prinsip selective policy tetap berjalan, Undang-Undang No. 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian menjadi landasan untuk memudahkan tugas Pihak Keimigrasian. Ilmu Hukum, Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016

346 Pratama Panji Akbar Daftar Pustaka Ajat Havid Sudrajat, Formalitas Keimigrasian Cet 1, Direktorat Jendral Imigrasi, Jakarta, 2008. Bahder John Nasution, Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia Cet 1, Mandar Maju, Bandung, 2011. D. Mutiaras, Negara Hukum, Pustaka Islam, Jakarta, 1999. Ganjong, Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum, Gahalia Indonesia, Bogor, 2007. Heri Herdiawanto, Cerdas, Kritis, dan Aktif Berwarganegara Indonesia, Erlangga, Jakarta, 2010. H. Muladi, Hak asasi Manusia, Hakekat, Konsep, & impilikasinya dalam Perspektif Hukum & Masyarakat, Refika Aditama, Bandung, 2009. Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata usaha Negara, Buku 1, Beberapa Pengertian Dasar Hukum Tata Usaha Negara, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2004. John Sarodja Saleh, Sekuriti dan Intelijen Keimigrasian, Direktorat Jenderal Imigrasi, Jakarta, 2008. Koerniatmanto Soetoprawiro, Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1994. M. Imam Santoso, Perspektif Imigrasi dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional, UI Press, Jakarta, 2004. Mahfud MD, Dasar & Struktur Ketatanegaraan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2001. Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 1997. Mochtar Kusuma Atmaja, Fungsi dan Perkembangan Hukum Dalam Pembangunan Nasional, Bina Cipta, Bandung, 1975. Pramudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Ghalia, Jakarta, 1981. Rasjidi Lili, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Remadja Rosdakarya, Bandung, 2001. Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002. Raharjo Satjito, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1982. Sadjijono, Memahami Bab Pokok Hukum Administrasi, Laksbang Pressindo, Yogyakarta, 2008. Sihar Sihombing, Hukum Keimigrasian Dalam Hukum Indonesia Cet.1, Nuansa Aulia, Bandung, 2013. Sihar Sihombing, Hukum Imigrasi, Nuansa Aulia, Bandung, 2009. Soerjono Soekanto, Disiplin Hukum dan Disiplin Sosial, Rajawali Pers, Jakarta 1987. Syahriful Abdullah, Memperkenalkan Hukum Keimigrasian, Ghalia Indonesia Jakarta, 1993. Suwoto, Mulyosudano, Peralihan Kekuasaan, kajian Teoritis dan Yuridis terhadap Pidato Nawaskara, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997. Subiharta, Hukum Kewarganegaraan dan HAM (Bagaimana SKBRI menurut UU No.12 Tahun 2006) Cet 1, Pancuran Alam, Jakarta, 2007. Van Hoeven, Negara Hukum, Ensiklopedia Indonesia, Ikhtiar Baru, Jakarta 2002. Volume 2, No.1, Tahun 2016