PERUBAHAN SUMBERDAYA HAYATI DAN LINGKUNGAN Kasus Lingkungan Pertanian

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies

KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP. DOSEN: Dr. TIEN AMINATUN, M.Si.

POLA KEARIFAN MASYARAKAT LOKAL DALAM SISTEM SAWAH SURJAN UNTUK KONSERVASI EKOSISTEM PERTANIAN

DEFINISI SUMBERDAYA ALAM (UURI NO. 32 TH 2009 ttg Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup)

Kuliah ke-2. R. Soedradjad Lektor Kepala bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

Pengertian Sistem dan Klasifikasi Sistem (

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam satu komunitas yang sering disebut dengan. banyak spesies tersebut (Anonimus, 2008).

(Pertemuan 5) TANAMAN DAN FAKTOR LINGKUNGAN LINGKUNGAN BIOTIK

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

I. PENDAHULUAN MATAKULIAH BIOLOGI LINGKUNGAN DOSEN: DR. TIEN AMINATUN

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai bahan pangan utama (Purwono dan Hartono, 2011). Selain

PENGELOLAAN HAMA TERPADU (PHT)

Sistem Populasi Hama. Sistem Kehidupan (Life System)

PENGANTAR ILMU PERTANIAN (IPB 107), SKS =2(2-0) Pengantar Ilmu Pertanian 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KONSERVASI TANAH DAN AIR DI LAHAN TAMAN HUTAN RAYA: UPAYA PENCEGAHAN DAN PERBAIKAN KERUSAKAN. Syekhfani

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BIODIVERSITAS 3/31/2014. Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) "Ragam spesies yang berbeda (species diversity),

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

Permasalahan OPT di Agroekosistem

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

I. PENDAHULUAN. tanaman kedelai secara signifikan. Perbaikan sistem budidaya kedelai di Indonesia,

ETIKA LINGKUNGAN. Dosen: Dr. Tien Aminatun

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Prinsip-prinsip ekologi merupakan prinsip-prinsip yang terkandung dalam ekologi. Menjadi pokok dalam menanggulangi masalah lingkungan hidup

POKOK BAHASAN KERUSAKAN AKIBAT HAMA

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Prosedur Pelaksanaan ANDAL

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)

TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid.

KONSERVASI MUSUH ALAMI SEBAGAI PENGENDALI HAYATI HAMA KONSERVASI MUSUH ALAMI SEBAGAI PENGENDALI HAYATI HAMA DENGAN PENGELOLAAN EKOSISTEM SAWAH

ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS

Syekhfani. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN

PIL (Penyajian Informasi Lingkungan)

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

BAB IV EKOLOGI PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP EKOLOGI. Spektrum Biologi. Komponen Biotik. Gene Sel Jaringan Organ Organisme Populasi Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

RUANG LINGKUP EKOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi sekarang, pemanfaatan pestisida, herbisida dan pupuk kimia sangat umum digunakan dalam usaha

EKOLOGI & AZAS-AZAS LINGKUNGAN. Oleh : Amalia, S.T., M.T.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api,

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi.

PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN

3. PENGENDALIAN OPT TANAMAN JAGUNG

PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara)

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Primak et al, tahun 1998 bahwa Indonesia merupakan daerah yang

Diterima: 24 Agustus 2012 Disetujui:3 September Abstrak

Apabila terdapat sepetak padi, 2 ekor ular, 10 ekor katak dan 20 ekor cacing dalam suatu ekosistem sawah. Maka 10 ekor katak disebut...

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman bawang merah merupakan salah satu komoditas rempah-rempah

EKOLOGI SEBAGAI DASAR ILMU LINGKUNGAN. Ina Rosdiana Lesmanawati Jurusan Biologi IAIN Syekh Nurjati Cirebon

PENDAHULUAN BIOLOGI TANAH DOSEN: DR. TIEN AMINATUN

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLATIHAN SOAL BAB 12

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern,

BAB I PENDAHULUAN. Agro Ekologi 1

BAB I PENDAHULUAN. satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga.

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi populasi dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik meliputi makanan,

PERTEMUAN XIII: POPULASI DAN KOMUNITAS. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

Memahami Konsep Perkembangan OPT

1. Menipisnya lapisan ozon. 2. Pemanasan global. Permasalahan Bumi, Sebagai Rumah bagi Manusia

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya hutan dalam dasawarsa terakhir dihadapkan pada

Artikel untuk Majalah Ilmiah Populer WUNY September 2012 TEKNIK PENGENDALIAN SERANGGA HAMA TANAMAN PADI DENGAN KONSERVASI MUSUH ALAMI

TANAMAN SEBAGAI UNIT EKOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas ha. Sekitar

Faktor biotik dalam lingkungan. Tim dosen biologi

BAB I PENDAHULUAN. tertentu yang dapat berupa pohon, herba, rumput maupun tumbuhan tingkat

Menurut Borroret al (1992) serangga berperan sebagai detrivor ketika serangga memakan bahan organik yang membusuk dan penghancur sisa tumbuhan.

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

EKOLOGI TANAMAN. Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1) Lanjutan...

Berdasarkan TUJUAN evaluasi, klsifikasi lahan, dibedakan : Klasifikasi kemampuan lahan Klasifikasi kesesuaian lahan Kemampuan : penilaian komponen lah

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

KONSEP-KONSEP DASAR DALAM HUKUM LINGKUNGAN

PENGERTIAN DAN MANFAAT EKOLOGI TANAMAN

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia Animalia yang mencakup serangga, laba-laba, udang,

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

PELESTARIAN EKOSISTEM FLORA DAN FAUNA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Serangga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang harus dijaga kelestariannya dari kepunahan

Ekologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari hubungan timbal balik antara makluk hidup dan lingkungannya. Kata ekologi pertama diusulkan

Kuliah ke-2. R. Soedradjad Lektor Kepala bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam

Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik.

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLatihan Soal pengurai memegang peranan penting dalam proses fotosintesis

RANCANGAN PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

Transkripsi:

PERUBAHAN SUMBERDAYA HAYATI DAN LINGKUNGAN Kasus Lingkungan Pertanian Dr. Tien Aminatun, S.Si., M.Si. Program Studi Biologi, Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta (Disampaikan pada Kuliah Umum di UMS, 22 Maret 2013)

Point-point: 1 PENDAHULUAN: PENGELOMPOKAN SUMBERDAYA, KETERKAITAN ANTARA SUMBERDAYA ALAM, LINGKUNGAN DAN EKOSISTEM 2 PERUBAHAN: PENYEBAB DAN AKIBAT 3 KASUS PADA LINGKUNGAN PERTANIAN 4 KESIMPULAN

PENGELOMPOKAN SUMBERDAYA SUMBERDAYA BUATAN ALAMI MANUSIA HAYATI/BIOTIK NONHAYATI/ABIOTIK TANAH AIR UDARA

KETERKAITAN ANTARA SUMBERDAYA ALAM, LINGKUNGAN HIDUP DAN EKOSISTEM

DEFINISI SUMBERDAYA ALAM (UURI NO. 32 TH 2009 ttg Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup) SUMBERDAYA ALAM adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan membentuk kesatuan ekosistem.

LINGKUNGAN HIDUP adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Ada komponen/unsur abiotik(a), biotik (B) dan Sosial budaya (C/culture); ada unsur alami dan buatan (krn ada unsur manusia dan perilakunya)

EKOSISTEM adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. Sumberdaya alam (hayati dan non hayati) adalah komponen Lingkungan, dan merupakan bagian dari Ekosistem

Perubahan Ekosistem menurut waktu: 1. Perubahan musiman, contoh di wilayah iklim temperate (negara 4 musim) 2. Perubahan jangka panjang (ribuan atau jutaan tahun) => perubahan klimatik dan evolusioner 3. Perubahan yg tjd dlm jangka waktu 1-500 th (suksesi) => isu global climate change 4. Perubahan jangka pendek atau sangat cepat PERUBAHAN EKOSISTEM BERARTI TELAH TERJADI PERUBAHAN LINGKUNGAN, TETAPI PERUBAHAN LINGKUNGAN BELUM TENTU MENYEBABKAN PERUBAHAN/KEPUNAHAN EKOSISTEM

Perubahan musiman di temperate zone: Autumn Perubahan ekosistem pertanian di saat autumn

Penyebab Perubahan Lingkungan: 1. ALAMI/AKTIVITAS ALAM; Erupsi Gunung Merapi, Tsunami, Gempa Bumi, Erosi, dll. 2. AKTIVITAS MANUSIA: - Perusakan dan Pencemaran Lingkungan - Degradasi Habitat makhluk Hidup - Kepunahan Makhluk Hidup (Sumberdaya Hayati) - Ketidakseimbangan dan ketidakstabilan ekosistem - Kepunahan /Perubahan ekosistem

Perubahan lingkungan berpengaruh kepada komponen sumberdaya hayati di dalamnya

KASUS PADA LINGKUNGAN PERTANIAN: Perbedaan pengelolaan ekosistem sawah menyebabkan perbedaan pola interaksi serangga-gulma (sumberdaya hayati) MENGAPA LINGKUNGAN PERTANIAN MENARIK? MENGAPA GULMA DAN SERANGGA MENARIK?

Komponen Hayati (sbg sumberdaya hayati) pada ekosistem sawah: - Tumbuhan: tanaman yg dibudidayakan, tanaman yg tidak dibudidayakan (dianggap sbg gulma) - Binatang: yang berperan positif bagi manusia (musuh alami, polinator), yg berperan negatif (hama) - Mikroba / dekomposer

Channa, et al. (2004): Binatang (Avertebrata) dominan penghuni ekosistem sawah adalah serangga dan laba-laba. Peran Laba-laba adalah musuh alami berbagai jenis serangga hama (generalist predator) Peran Serangga: - Hama - Musuh Alami hama (predator, parasitoid)

Predator adalah binatang yang hidup bebas dengan memakan atau memangsa binatang lainnya Parasitoid adalah serangga yang pada fase pradewasanya memarasit serangga atau binatang Arthropoda lain, fase dewasanya hidup bebas, biasanya sbg polinator

ADA INTERAKSI ANTAR KOMPONEN PENYUSUN EKOSISTEM: 1. INTERAKSI ABIOTIK-ABIOTIK 2. INTERAKSI ABIOTIK-BIOTIK => PERUBAHAN LINGKUNGAN (HABITAT) MEMPENGARUHI SUMBERDAYA HAYATI 3. INTERAKSI BIOTIK-BIOTIK => SIMBIOSIS

INTERAKSI BIOTIK-BIOTIK PADA EKOSISTEM SAWAH: Interaksi Serangga-Gulma NO Interaksi yang Terjadi Keterangan 1 Serangga polinator membantu penyerbukan bunga gulma 2 Serangga herbivoira memakan (memarasit) gulma atau makan biji gulma 3 Serangga karnivora (musuh alami: predator dan parasitoid) mendapatkan makanan dari serangga herbivora (hama padi) yg tinggal dan makan gulma 4 Serangga menggunakan gulma sbg tempat bersarang atau berlindung Diadaptasi dari Abrahamson, 1989 Serangga dan gulma sama-sama untung (simbiosis mutualisme) Serangga herbivora untung, gulma rugi (parasitasi dan predasi) Interaksi tjd secara tidak langsung, serangga karnivora dan gulma sama-sama untung Serangga untung, gulma tdk mendapatkan manfaat maupun kerugian (simbiosis komensalisme)

=> ADA POTENSI GULMA SBG PENDUKUNG PENGENDALIAN ALAMI SERANGGA HAMA OLEH MUSUH ALAMI PERBEDAAN CARA PENGELOLAAN EKOSISTEM SAWAH OLEH MANUSIA => MENGUBAH KONDISI SUMBERDAYA HAYATI YG MENYUSUNNYA =>PERBEDAAN POLA INTERAKSINYA => KOMPLEKSITAS EKOSISTEM SAWAH SBG AGROEKOSISTEM

Literatur: Pola tanam polikultur => lebih banyak keragaman hayati => ekosistem lebih stabil (Odum, 1998) Pola tanam polikultur memberikan efek positif utk mengurangi populasi hama, penyakit dan gulma. Musuh alami cenderung lebih banyak pada tanaman tumpangsari daripada tanaman tunggal (habitat mikro dan sumber pakan lebih beragam) (Reintjes, et al., 1999) Aplikasi pestisida lebih berdampak negatif pada musuh alami daripada serangga hama (Barbosa, 1998) Banyak jurnal terbaru yg menyatakan bahwa pola interaksi musuh alami-hama pada pertanian organik lebih kompleks

Modifikasi Habitat Lingkungan Sosekbud: kondisi sosial ekonomi petani dan cara pengelolaan lahan Ekosistem Sawah di Daerah Penelitian Kondisi Lingkungan Biofisik Makro di Daerah Penelitian: kondisi lingkungan hayati, iklim, geomorfologi/ bentuklahan, tanah, hidrologi Tipe Surjan: ada alur dan guludan Tipe lembaran: tanpa alur dan guludan Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian Pengelolaan Organik: tanpa bahan kimia, tidak ada penyiangan gulma Pengelolaan konvensional: ada aplikasi bahan kima, ada penyiangan gulma Pengelolaan Organik: tanpa bahan kimia, tidak ada penyiangan gulma Pengelolaan konvensional: ada aplikasi bahan kima, ada penyiangan gulma Perbedaan Kondisi Lingkungan Biofisik Mikro: Lingkungan Abiotik: Faktor edafik: tekstur, struktur, KPK, Ca, Mg, K, Na, kejenuhan basa, ph, bahan organik, N total, P tersedia, K tersedia, salinitas Faktor mikroklimatik: suhu, kelembaban, intensitas cahaya, kecepatan angin Faktor hidrologik: kondisi kimiawi air sawah (nitrat, nitrit, amonia, posfat, kalium, bahan organik), kedalaman GB. Diagram alir perbedaan cara pengelolaan menyebabkan perbedaan komponen lingkungan hayati dalam ekosistem Lingkungan Biotik: Perbedaan lingkungan Biofisik Mikro: -Lingkungan Abiotik - Lingkungan Biotik: Pola interaksi - Dinamika populasi gulma, - Dinamika populasi serangga herbivora, - Dinamika populasi serangga karnivora - Kerusakan dan performa gulma Sawah surjan Analisis Data: - Analisis richness dan evenness - Uji beda untuk sifat-sifat tanah, dinamika populasi, richness dan evenness - Uji korelasi untuk total populasi, richness dan evenness antara gulma dan serangga - Analisis struktur foodweb serangga-gulma dengan bipartite - Analisis deskriptif kualtitatif pengelolaan pola interaksi seranggagulma untuk upaya petani dalam pengendalian hayati Pemodelan pengendalian hayati yang ramah lingkungan pada ekosistem sawah berbasis interaksi seranggagulma Keterangan Gambar: = input = pengumpulan dan analisis data = proses/perlakuan oleh petani = arah alur penelitian = output Sawah lembaran

Potensi ledakan populasi hama kepinding tanah (Scotinophora) sudah terlihat sejak MT I pada sawah lembaran konvensional Rerata kelimpahan relatif hama-hama dominan di setiap minggu pengamatan pada sawah lembaran organik Herbivora lain 39% S. furcifera 19% N. lugens 10% O. chinensis 10% S. coarctata 16% L.oratorius 6% Rerata kelimpahan relatif hama-hama dominan di setiap minggu pengamatan pada sawah lembaran konvensional L.oratorius 2% Herbivora lain 25% S. furcifera 22% N. lugens 12% O. chinensis 6% S. coarctata 33% Gambar 4.5. Rerata kelimpahan relatif hama-hama dominan di setiap minggu pengamatan pada MT I pada sawah lembaran organik dan konvensional

Sawah surjan organik paling tahan thd ledakan populasi kepinding tanah Rerata kelimpahan relatif hama-hama dominan di setiap minggu pengamatan pada sawah surjan organik S. furcifera 6% Empoasca sp. 3% Empoasca sp. Thrips 3% 2% L.oratorius 1% O. chinensis 10% Thrips 1% Herbivora lain 20% Herbivora lain 37% O. chinensis 16% L.oratorius 1% S. coarctata 36% Rerata kelimpahan relatif hama-hama dominan di setiap minggu pengamatan pada sawah surjan konvensional S. coarctata 50% S. furcifera 12% N. lugens 2% Rerata kelimpahan relatif hama-hama dominan di setiap minggu pengamatan pada sawah lembaran Herbivora lain 10% O. chinensis 15% organik S. furcifera N. lugens 2% 1% S. coarctata 72% Rerata kelimpahan relatif hama-hama dominan di setiap minggu pengamatan pada sawah lembaran konvensional L.oratorius 1% O. chinensis 8% Herbivora lain 12% S. furcifera 5% N. lugens 1% S. coarctata 73% Gambar 4.6. Rerata kelimpahan relatif hama-hama dominan di setiap minggu pengamatan pada MT II pada sawah surjan organik dan konvensional Gambar 4.7. Rerata kelimpahan relatif hama-hama dominan di setiap minggu pengamatan pada MT II pada sawah lembaran organik dan konvensional

Lycosa sp mjd predator dominan, kelimpahan terbesar pada sawah surjan organik Rerata kelimpahan relatif predator utama di setiap minggu pengamatan pada sawah surjan organik Libellulidae 4% A.femina 4% Coccinellidae 11% O.nigrofasciata 7% Libellulidae 4% A.femina 4% Karnivora lain 26% Karnivora lain 28% Coccinellidae 17% Lycosa sp. 36% Paederus sp. 10% Lycosa sp. 22% T.maxillosa 2% O.nigrofasciata 12% M.vittaticollis 1% T.maxillosa 1% Rerata kelimpahan relatif predator utama di setiap minggu pengamatan pada sawah surjan konvensional Paederus sp. 11% Gambar 4.9. Rerata kelimpahan relatif predator utama di setiap minggu pengamatan pada MT II pada sawah surjan organik dan konvensional Libellulidae 15% A.femina 5% Coccinellidae 10% Coccinellidae 9% Rerata kelimpahan relatif predator utama di setiap minggu A.femina 8% pengamatan pada sawah lembaran organik Karnivora lain 5% O.nigrofasciata 24% O.nigrofasciata 24% Lycosa sp. 23% Lycosa sp. 20% Paederus sp. 18% Rerata kelimpahan relatif predator utama di setiap minggu pengamatan pada sawah lembaran konvensional Libellulidae Karnivora lain 7% 6% Paederus sp. 26% Gambar 4.10. Rerata kelimpahan relatif predator utama di setiap minggu pengamatan pada MT II pada sawah lembaran organik dan konvensional

Perbedaan POLA INTERAKSI SERANGGA-GULMA 1 Analisis Kekayaan Jenis (Richness) Yang diharapkan adalah richness yg paling tinggi untuk semua level trofik => sawah surjan organik 2 Analisis Kemerataan Jenis (Evenness) Yang diharapkan adalah evenness yg paling tinggi pada semua level trofik => sawah surjan organik

Perbedaan Struktur Food Web Interaksi Serangga Herbivora-Tanaman/Gulma Perbandingan antar musim tanam pd sawah lembaran konvensional a. b. Gambar 4.25. Struktur food web serangga herbivora-tanaman/gulma pada sawah lembaran konvensional (petak NS2B); a. pada MT I; b. pada MT II

Perbandingan antara pengelolaan organik (GB atas) dan konvensional (GB bawah) pd sawah surjan

Perbandingan antara sawah surjan (GB atas) dan lembaran (GB bawah)

Hasil network level (tingkat interaksi ) yg diharapkan: Jumlah jenis trofik atas dan bawah, indeks keragaman, dan kemerataan interaksi yang paling tinggi => Sawah surjan organik

Hasil dari proses modifikasi /perubahan lingkungan (habitat) pada ekosistem sawah Tabel 4.35. Input-proses-output terhadap komponen yang berkontribusi hayati dalam pemodelan pengendaian hayati pada ekosistem sawah berbasis interaksi serangga-gulma Input Proses Output Habitat yang terdiri atas habitat akuatik dan terestrial dalam satu sistem budidaya pertanian - Richness tinggi - Evenness tinggi - Struktur food web lebih kompleks dan stabil - Pola tanam polikultur, terdiri atas tanaman akuatik (padi) pada habitat akuatik dan terestrial (palawija/sayuran) pada habitat terestrial - Pengelolaan lahan secara organik - Total populasi hama rendah dan terkontrol, tahan terhadap ledakan populasi hama

Perubahan dg memodifikasi Lingkungan (Habitat) pada ekosistem pertanian berupa pengelolaan sawah dg sistem surjan organik terbukti mampu memperbesar peran interaksi serangga-gulma dalam konservasi musuh alami dan pengendalian alami seragga hama

KESIMPULAN: PERUBAHAN SUMBERDAYA HAYATI DAN LINGKUNGAN DAPAT BERSIFAT NEGATIF/MERUGIKAN MAUPUN POSITIF/MENGUNTUNGKAN BAGI MANUSIA MANUSIA BERPERAN BESAR DALAM TERJADINYA BERBAGAI PERUBAHAN SUMBERDAYA HAYATI DAN LINGKUNGAN YANG ADA

SEKIAN DAN TERIMA KASIH