Indo. J. Chem. Sci. 4 (1) (2015) Indonesian Journal of Chemical Science

dokumen-dokumen yang mirip
2. Metodologi 2.1. Sampling Tanah Gambut 2.2. Studi Adsorpsi Kation Kobal(II) dengan Tanah Gambut (Alimin,2000) Pengaruh Waktu Adsorpsi

Keywords: adsorption, desorption, iron(ii), cellulose, sawdust

KAJIAN KINETIKA DAN TERMODINAMIKA ADSORPSI BESI(II) DAN SENG(II) DENGAN PASIR KUARSA

Risfidian Mohadi*, Adi Saputra, Nurlisa Hidayati, dan Aldes Lesbani

PENGARUH ph DAN WAKTU KONTAK PADA ADSORPSI Cd(II) MENGGGUNAKAN ADSORBEN KITIN TERFOSFORILASI DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) ABSTRAK

Karakterisasi Kitosan dari Cangkang Rajungan dan Tulang Cumi dengan Spektrofotometer FT-IR Serta Penentuan Derajat Deasetilasi Dengan Metode Baseline

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Karakterisasi Kitin dan Kitosan dari Cangkang Kepiting Bakau (Scylla Serrata)

KAJIAN INTERAKSI ION Co 2+ DENGAN SELULOSA DARI SERBUK GERGAJI KAYU

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI ION LOGAM Cu 2+ MENGGUNAKAN KITIN TERIKAT SILANG GLUTARALDEHID ABSTRAK ABSTRACT

UTILIZATION OF Penaus monodon SHRIMP SHELL WASTE AS ADSORBENT OF CADMIUM(II) IN WATER MEDIUM

3. Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium

PENGARUH ph DAN WAKTU KONTAK PADA ADSORPSI Pb(II) MENGGUNAKAN ADSORBEN KITIN TERFOSFORILASI DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

KAJIAN ph DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI Cd(II) DAN Zn(II) PADA HUMIN. Study of ph and EquilibriumTime on Cd(II) and Zn(II) Adsorption by Humin

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

PENGARUH KOMPOSISI BERAT KITOSAN-ZEOLIT TERHADAP STABILITAS FISIKO-KIMIA KOMPOSIT YANG DIHASILKAN

Mita Rilyanti, Buhani dan Fitriyah. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung Jl. S. Brodjonegoro No.1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145

4. Hasil dan Pembahasan

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA

BAB III METODE PENELITIAN

Indonesian Journal of Chemical Science

Ekstraksi Selulosa dari Kayu Gelam (Melaleuca leucadendron Linn) dan Kayu Serbuk Industri Mebel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

PENGARUH ph, DAN WAKTU KONTAK PADA ADSORPSI Co(II) MENGGUNAKAN ADSORBEN KITIN TERFOSFORILASI DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

PENGGUNAAN KITOSAN DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI (LOLIGO PEALLI) UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

Alamat Korespondensi : Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya

BAB III. METODE PENELITIAN

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl

Makalah Pendamping: Kimia Paralel E PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

Jason Mandela's Lab Report

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

JURNAL REKAYASA PROSES. Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa

Kajian Termodinamika Adsorpsi Hibrida Merkapto-Silika dari Abu Sekam Padi Terhadap Ion Co(II)

Deskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR

3 Metodologi Penelitian

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI Ca 2+ MENGGUNAKAN ADSORBEN KITIN TERFOSFORILASI DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) ABSTRAK

Indonesian Journal of Chemical Science

Pembuatan selulosa dari kulit singkong termodifikasi 2-merkaptobenzotiazol untuk pengendalian pencemaran logam kadmium (II)

DAYA SERAP KULIT KACANG TANAH TERAKTIVASI ASAM BASA DALAM MENYERAP ION FOSFAT SECARA BATH DENGAN METODE BATH

ADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM

II. METODOLOGI PENELITIAN

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif dari Kulit Singkong terhadap Ion Logam Timbal

Indonesian Journal of Chemical Science

BAB III METODE PENELITIAN

MODIFIKASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI KATALIS MELALUI PENGEMBANAN LOGAM TEMBAGA

Adsorpsi Pb 2+ dan Cu 2+ Menggunakan Kitosan-Silika dari Abu Sekam Padi

PEMANFAATAN ADSORBEN JERAMI PADI YANG DIAKTIVASI DENGAN HCl UNTUK MENYERAP LOGAM Zn (II) DARI LIMBAH ELEKTROPLATING SKRIPSI WINDY TOBING

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

PENGARUH DERAJAD KEASAMAN (ph) PADA KESETIMBANGAN KOMPLEKS Zn(II)-EDTA OLEH ADSORBEN KITOSAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

Sains dan Terapan Kimia, Vol.1, No.2 (Juli 2007),

IMPREGNATION OF 2-MERCAPTOBENZOTHIAZOLE ON DIATOMACEOUS EARTH AND ITS APPLICATION AS MERCURY(II) ADSORBEN IN AQUEOUS MEDIUM

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Beaker glass 50 ml pyrex. Beaker glass 100 ml pyrex

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

Metode Penelitian. 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Daftar alat

ADSORPSI Pb(II) OLEH ASAM HUMAT TERIMOBILISASI PADA HIBRIDA MERKAPTO SILIKA DARI ABU SEKAM PADI

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A MODIFIKASI SERAT BATANG PISANG DENGAN FORMALDEHIDE SEBAGAI ADSORBEN LOGAM TIMBAL (II)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012

BAB III METODE PENELITIAN

MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI MAHKOTA BUAH NANAS (Ananas Comocus) SEBAGAI FILTER DALAM TAHAPAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SARUNG TENUN SAMARINDA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISASI BENTONIT TERPILAR Fe 2 O 3 SEBAGAI ADSORBEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ADSORPSI SENG(II) OLEH BIOMASSA Azolla microphylla-sitrat: KAJIAN DESORPSI MENGGUNAKAN LARUTAN ASAM NITRAT ABSTRAK ABSTRACT

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

KAPASITAS ADSORPSI KOMPOSIT BESI OKSIDA KITOSAN TERHADAP Ion Logam Cd(II) DALAM MEDIUM CAIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

KAPASITAS ADSORPSI METILEN BIRU OLEH LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT

Transkripsi:

Indo. J. Chem. Sci. 4 (1) (2015) Indonesian Journal of Chemical Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs STUDI KINETIKA DAN TERMODINAMIKA ADSORPSI TEMBAGA (II) MENGGUNAKAN ADSORBEN KITIN-SELULOSA HASIL IMPREGNASI Aldes Lesbani *), Sherly Agustina, Nurlisa Hidayati dan Risfidian Mohadi Jurusan Kimia FMIPA Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang Prabumulih Km 32 Inderalaya Ogan Ilir 30662 Sumatera Selatan Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Pebruari 2015 Disetujui Maret 2015 Dipublikasikan Mei 2015 Kata kunci: kitin selulosa tembaga(ii) kinetika termodinamika Abstrak Telah dilakukan proses impregnasi kitin dari cangkang bekicot dan selulosa dari jerami padi menggunakan tiourea sebagai impregnan. Hasil impregnasi dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer FT-IR yang dibandingkan dengan spektra FT-IR kitin maupun selulosa sebelum impregnasi. Selanjutnya hasil impregnasi kitin-selulosa digunakan sebagai adsorben pada adsorpsi tembaga(ii). Proses adsorpsi dipelajari melalui parameter kinetika dan termodinamika dan dibandingkan dengan kitin dan selulosa sebelum impregnasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses impregnasi berhasil dilakukan yang ditunjukkan adanya bilangan gelombang baik untuk kitin maupun selulosa pada spektra FT- IR. Hasil penentuan parameter kinetika menunjukkan proses adsorpsi mengikuti order laju reaksi adsorben hasil impregnasi (0,006 menit -1 ) > kitin (0,005 menit -1 ) > selulosa (0,004 menit -1 ). Penentuan parameter termodinamika yang diamati dari kapasitas adsorpsi menunjukkan order kapasitas adsorpsi pada adsorben hasil impregnasi (5x10-4 mol/g) > kitin (2,5x10-4 mol/g) > selulosa (0,63x10-4 mol/g). Abstract Impregnation of chitin from snail shell and cellulose from rice straw using thiourea as impregnnant agent has been carried out. The material from impregnation was characterized using FT-IR spectrophotometer, which compared with FT-IR spectrum of chitin and cellulose before impregnation. The results showed that impregnation process was successfully carried out, which was indicated by wavenumber both for chitin and cellulose in the FT-IR spectrum. Determination of kinetic parameter shows adsorption process followed the rate order reaction in the term adsorbent from impregnation (0.006 minute -1 ) > chitin (0.005 minute -1 ) > celulose (0.004 minute -1 ). Thermodynamic parameter which was determined from adsorption capacity indicated adsorbent from impregnation (5x10-4 mol/g) > chitin (2.5x10-4 mol/g) > cellulose (0.63x10-4 mol/g). 2015 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: E-mail: aldeslesbani@yahoo.com, risf5@yahoo.com ISSN NO 2252-6951

Pendahuluan Adsorpsi merupakan salah satu metode dalam penanggulangan cemaran logam-logam khususnya logam berat (Oscik; 1982). Proses adsorpsi menggunakan material adsorben untuk mengikat atau menjebak ion-ion logam yang ada dalam larutan. Metode ini merupakan salah satu metode yang efektif mengingat cara pengerjaan yang mudah, waktu yang dibutuhkan relatif singkat, peralatan yang sederhana, tidak menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia dan lingkungan, serta ekonomis karena tidak memerlukan biaya yang banyak (Adamson; 1990). Beberapa adsorben yang telah digunakan dapat menanggulangi cemaran logam secara efektif seperti kitin, kitosan (Gyliene, et al.; 2002), serbuk kayu, sabut kelapa, selulosa (O Connell, et al.; 2006), karbon aktif (Choy, et al.; 1999), zeolit (Cheng and Reinhard; 2006), material berpori, maupun material golongan lempung. Adsorben-adsorben tersebut dapat digolongkan sebagai adsorben senyawa organik dan adsorben senyawa anorganik (Lesbani; 2001). Adsorben organik maupun anorganik tersebut secara umum diperoleh dari alam yang dipergunakan secara langsung untuk penanggulangan cemaran logam berat. Adapun dasar penggunaannya yakni adanya gugus-gugus aktif maupun pori yang terdapat dalam adsorben yang dapat mengikat atau menjebak ion-ion logam dalam larutan (Santosa, et al.; 2003). Dalam usaha meningkatkan kemampuan adsorpsi adsorben yang berasal dari alam tersebut yang terindikasi dari kapasitas adsorpsi, maka dalam penelitian ini dilaporkan adsorben hasil impregnasi kitin dan selulosa dengan impregnan thiourea sebagai adsorben ion logam tembaga (II). Proses impregnasi merupakan fenomena fisik penggabungan dua material menggunakan suatu zat impregnan yang dalam penelitian ini digunakan thiourea (Zhou, et al.; 2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi yang meliputi paramater kinetika dan termodinamika dibahas secara rinci dan dibandingkan dengan adsorben kitin maupun selulosa tanpa proses impregnasi dalam menyerap ion logam tembaga (II) dari larutan. Metode Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini yakni seperangkat alat gelas kimia standar, hot plate dengan pengaduk magnetic, shaker, oven, serta peralatan karakterisasi yakni spektrofotometer serapan atom type JSM6360 LA, dan spektrofotometer FT-IR Shimadzu 8201 PC. 32 Bahan-bahan kimia yang digunakan berkualitas analytical grade buatan Merck yakni natrium hidroksida, asam klorida, tembaga (II) klorida, asam sulfat, tiourea, ammonium asetat, dan metanol. Kitin diperoleh dari cangkang bekicot (Achatina fulica) serta selulosa dari jerami padi. Ekstraksi kitin dari cangkang bekicot (Achatina fulica) dan karakterisasinya (Majeti & Kumar; 2000). Cangkang bekicot halus 100 mesh sebanyak 150 g di demineralisasi menggunakan asam klorida 0,5 M sebanyak 450 ml. Campuran diaduk dan dipanaskan pada temperatur 60 o C. Proses pengadukan dilakukan selama 30 menit. Kemudian campuran di saring dan residu yang diperoleh dan cuci dengan akuades hingga ph 6-7. Padatan yang diperoleh dikeringkan dalam oven pada temperatur 60 o C selama 2 Jam. Padatan kering sebanyak 100 g yang diperoleh kemudian dideproteinasi menggunakan natrium hidroksida 1 M sebanyak 500 ml. Campuran diaduk dan dipanaskan pada temperatur 65 o C selama 2 jam. Padatan yang diperoleh dicuci hingga ph 6-7 dan dikeringkan dalam oven untuk diperoleh kitin. Senyawa kitin yang diperoleh kemudian dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer FT-IR. Ekstraksi selulosa dari jerami padi dan karakterisasinya (Lenihan, et al.; 2010). Sebanyak 100 g serbuk jerami padi ukuran 100 mesh di rendam dengan metanol sebanyak 200 ml dalam botol dimana serbuk jerami padi terendam dengan metanol. Proses perendaman dilakukan selama 2 hari dan kemudian metanol diganti hingga warna larutan metanol menjadi bening. Dalam penelitian ini larutan metanol diganti sebanyak 4 kali yang kemudian diperoleh larutan metanol yang bening. Kemudian disaring dan padatan yang diperoleh dikeringkan dalam oven pada temperatur 60 o C selama 3 jam. Selanjutnya padatan sebanyak 80 g di rendam dengan asam klorida dengan konsentrasi 5% (v/v) selama 3 jam sambil diaduk dengan pengaduk magnetik pada temperatur ruang. Kemudian campuran disaring, dicuci dengan air dan padatan yang diperoleh dikeringkan dalam oven selama 3 jam. Padatan yang diperoleh kemudian dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer FT-IR. Impregnasi kitin dan selulosa serta karakterisasinya (Zhou, et al.; 2004). Kitin-selulosa diimpregnasi menggunakan tiourea dengan cara mengendapkan campuran selulosa 4 g kedalam 100 ml natrium hidroksida 1,5 M. Campuran kemudian ditambah tiourea 0,65 M sebanyak

300 ml. Campuran diaduk dengan pengaduk magnetik selama 30 menit. Campuran kemudian disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 0 o C selama 8 jam untuk diperoleh larutan I. Sebanyak 10 g kitin ditambah dengan natrium hidroksida 46% sebanyak 8 ml dalam air es dan diaduk selama 6 jam. Campuran kitin kemudian ditambah dengan air es sebanyak 52 g untuk diperoleh larutan II. Larutan I dan II dicampur dan diaduk dengan pengaduk magnetik selama 30 menit. Campuran kemudian ditambah asam sulfat sebanyak 10 ml dan didiamkan selama 2 jam. Setelah 2 jam terbentuk padatan hasil impregnasi kitin-selulosa. Padatan kemudian dicuci dengan akuades dan dikarakterisasi dengan spektrofotometer FT-IR. Studi kinetika dipelajari dengan melakukan variasi waktu adsorpsi kitin-selulosa dengan tembaga (II). Sebanyak 0,1 g kitin-selulosa diinteraksikan dengan tembaga (II) 100 mg/l sebanyak 10 ml dengan di shaker. Waktu interaksi diamati yakni 10, 30, 60, dan 120 menit. Hasil interaksi yakni filtrat diukur dengan spektrofotometer serapan atom untuk dilihat kandungan tembaga (II) yang tersisa. Studi termodinamika dipelajari dengan melakukan variasi konsentrasi tembaga (II) dengan kitin-selulosa. Sebanyak 0,1 g kitinselulosa di interaksikan dengan tembaga (II) selama 10 menit dengan konsentrasi tembaga (II) yakni 5, 10, 50, dan 100 mg/l sebanyak 10 ml. Hasil interaksi yakni filtrat diukur kandungan tembaga (II) yang tersisa dengan spektrofotometer serapan atom. Hasil dan Pembahasan Kitin yang diperoleh dari cangkang bekicot dan selulosa dari jerami padi hasil ekstraksi dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer FT-IR. Spektra FT-IR yang diperoleh untuk kitin dan selulosa dibandingkan dengan data vibrasi kitin dan selulosa dari literatur (O Connell, et al.; 2006, Gyliene, et al.; 2002). Spektra FT-IR kitin dan selulosa tersaji pada Gambar 1. Gambar 1. Spektra FT-IR kitin dan selulosa Pada Gambar 1. terlihat bahwa adanya puncak-puncak untuk kitin pada bilangan gelombang 344,7 cm -1 yang menunjukkan vibrasi ulur -OH yang terdapat pada kitin. Pita serapan pada bilangan gelombang 2935,5 cm -1 yang diperkuat oleh pita serapan pada 2978,1 cm -1 dan 2924,1 cm -1 menunjukkan rentangan dari metilen (-CH 2 -) (Solomons & Fryhle; 2008). Bilangan gelombang pada 1473,6 cm -1 menunjukkan gugus -C-C- yang terdapat pada kitin hasil ekstraksi. Gugus amida (-NH-) yang spesifik terdapat pada kitin muncul pada bilangan gelombang 1629,7 cm -1. Selanjutnya pada Gambar 1. juga terlihat spektra FT-IR selulosa hasil ekstraksi. Spektra FT-IR selulosa hasil ekstraksi pada Gambar 1. menunjukkan adanya pita serapan pada bilangan gelombang 3425,6 cm -1 yang menunjukkan vibrasi ulur dari gugus -OH sedangkan vibrasi ulur dari gugus -OH murni muncul pada bilangan gelombang 3350,7 cm -1. Bilangan gelombang 1300-1000 cm -1 yang menunjukkan keberadaan -O- yang merupakan penghubung rantai karbon dalam selulosa yang diperkuat oleh bilangan gelombang 1064,7 cm -1. Hal ini membuktikan bahwa gugus-gugus fungsional selulosa hasil ekstraksi mirip dengan selulosa standar yang beredar di pasaran. Selanjutnya dilakukan proses impregnasi kitin hasil ekstraksi dengan selulosa hasil ekstraksi menggunakan tiourea sebagai impregnan. Spektra FT-IR kitin-selulosa hasil impregnasi disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Spektra FT-IR kitin-selulosa hasil impregnasi Spektra FT-IR kitin-selulosa hasil impregnasi seperti yang tersaji pada Gambar 2. menunjukkan adanya serapan pada bilangan gelombang 3387,0 cm -1 yang merupakan vibrasi ulur -OH dari kitin-selulosa hasil impregnasi. Pita serapan pada 2931,8 cm -1 menunjukkan vibrasi ulur dari gugus metilen (-CH 2 -). Vibrasi tekuk dari NH pada kitin yang sama dengan NH dari NH 2 pada thiourea muncul pada bilangan gelombang 1600-1650 cm -1 yang diperkuat pada bilangan gelombang 1620,2 cm -1 sedangkan bilangan gelombang pada 1473,6 cm -1 menunjukkan vibrasi dari -C-C- (Solomons & Fryhle; 2008). Selanjutnya dilakukan proses adsorpsi meng-gunakan adsorben kitin-selulosa hasil 33

impregnasi terhadap ion tembaga (II) dalam larutan. Proses adsorpsi dipelajari melalui penentuan parameter kinetika dan termodinamika melalui pengamatan pengaruh waktu adsorpsi dan pengaruh konsentrasi tembaga (II) seperti tersaji pada Gambar 3. dan 4. Gambar 3. Pengaruh waktu adsorpsi tembaga (II) Gambar 4. Pengaruh konsentrasi adsorpsi tembaga (II) Dari data Gambar 3. dan 4. terlihat bahwa baik pengaruh waktu adsorpsi tembaga (II) dan pengaruh konsentrasi tembaga (II) terlihat memiliki kecenderungan yang sama baik untuk adsorben kitin, selulosa maupun adsorben hasil impregnasi. Secara umum adsorben selulosa mengadsorp tembaga (II) lebih kecil dari kitin dan adsorben hasil impregnasi. Adsorben hasil impregnasi kitin-selulosa memiliki kemampuan adsorpsi yang lebih besar dari adsorben kitin maupun selulosa. Dari data pada Gambar 3. dapat diperoleh data konstanta laju adsorpsi tembaga (II) dengan menggunakan persamaan Langmuir-Heinselwood yang merupakan parameter kinetika. Parameter termodinamika yakni kapasitas adsorpsi diperoleh dari Gambar 4. dengan menggunakan persamaan Langmuir (Shaw; 1983). Data konstanta laju adsorpsi ion tembaga (II) disajikan pada Tabel 1. dan data kapasitas adsorpsi ion tembaga (II) pada kitin-selulosa hasil impregnasi disajikan pada Tabel 2. Tabel 1. Konstanta laju adsorpsi tembaga (II) Tabel 2. Kapasitas adsorpsi tembaga (II) Data pada Tabel 1. menunjukkan bahwa konstanta laju adsorpsi tembaga (II) pada adsorben hasil impregnasi memiliki reaktivitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan adsorben kitin maupun selulosa. Hal ini disebabkan karena reaktivitas gugus-gugus yang mengikat tembaga (II) lebih banyak pada adsorben kitin-selulosa bila dibandingkan dengan adsorben kitin maupun selulosa. Fenomena serupa terlihat pada pengamatan parameter termodinamika. Pada Tabel 2. terlihat bahwa adsorben kitin-selulosa hasil impregnasi memiliki kapasitas adsorpsi yang lebih besar dibandingkan dengan adsorben kitin maupun selulosa. Kapasitas adsorpsi tembaga (II) mengikuti order pada kitin-selulosa hasil impregnasi > kitin > selulosa. Order ini dapat diperjelas dengan keterlibatan gugus fungsi yang merupakan ligan dengan donor pasangan elektron yang dapat mengikat ion logam tembaga (II). Pada adsorben kitin-selulosa hasil impregnasi terdapat gugus-gugus fungsi -NH, -C=O, dan -OH dengan jumlah yang banyak yang merupakan donor pasangan elektron yang diharapkan tidak ada kompetisi adsorpsi tembaga (II) yang terjadi. Bila hal ini terjadi maka kemungkinan pembentukan khelat dapat teramati. Namun pada penelitian ini tidak diteliti lebih lanjut. Berbeda halnya dengan adsorben kitin yang memiliki gugus -NH, -C=O, dan -OH dengan jumlah yang sedikit maupun selulosa yang hanya memiliki gugus -OH yang dapat bertindak sebagai ligan atau donor pasangan elektron. Pada akhirnya kapasitas adsorpsi tembaga (II) pada kitin-selulosa hasil impregnasi dapat digunakan secara efektif dalam menanggulangi cemaran ion tembaga (II) dalam larutan. Simpulan Spektra FT-IR menunjukkan adsorben kitin-selulosa berhasil di impregnasi. Kinetika adsorpsi yang ditunjukkan dari data laju adsorpsi tembaga (II) pada adsorben hasil impregnasi (0,006 menit -1 ) lebih cepat bila dibandingkan dengan adsorben kitin (0,005 menit -1 ) maupun selulosa (0,004 menit -1 ). Kapasitas adsorpsi yang menunjukkan parameter termodinamika menunjukkan adsorben dari hasil impregnasi 34

memiliki kapasitas lebih besar (5x10-4 mol/g) dibanding adsorben kitin (2,5x10-4 mol/g) maupun selulosa (0,63x10-4 mol/g). Ucapan Terima kasih Disampaikan kepada Dirjen Dikti Melalui Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya atas pembiayaan penelitian melalui skim Hibah Fundamental-Program Desentralisasi dengan No. Kontrak 120/UN9.3.1/LT/2014 dan Jurusan Kimia FMIPA Universitas Sriwijaya atas penggunaan alat laboratorium. Daftar Pustaka Adamson, A.W. 1990. Physical Chemistry of Surfaces. 4th Ed. John Wiley and Sons. New York Cheng, F., Reinhard, M. 2006. Sorption of Trichloroethylene in Hydrophobic Micropores of Dealuminated Y Zeolites and Natural Minerals. Environ. Sci. Technol. 40. 7694-7701 Choy, K.K.H., McKay, G., Porter, J.F. 1999. Sorption of Acid Dyes from Effluents Using Activated Carbon. Res. Conservation and Recycling. 27. 57-71 Gyliene, O., Rekertas, R., Salkauskas, M. 2002. Removal of Free and Complexed Heavy- Metals Ions by Sorbents Produced From Fly (Musca domestica) Larva Shells, Water Res. 36. 4128-4136 Majeti, N.V., Kumar, R. 2000. A Review of Chitin and Chitosan Applications. Reac & Funct. Polymers. 46. 1-27 Oscik, J. 1982. Adsorption. John Wiley. Chichester O Connell, D.W., Birkinshaw, C., O Dwyer, T.F. 2006. A Chelating Cellulose Adsorbent Fot the Removal of Cu (II) from Aqueous Solutions, J. Appl. Polymer. Sci. 99. 2888-2897 Lenihan, P., Orozco, A., O Neill, E., Ahmad, M.N.M., Rooney, D.W., Walker, G.M. 2010. Dilute Acid Hydrolysis of Lignocellulosic Biomass. Chem. Eng. J. 156. 395-403 Lesbani, A. 2001. Peranan Mekanisme Pertukaran Kation dan Pembentukan Kompleks Dalam Adsorpsi Seng (II) dan Kadmium (II) pada Adsorben Cangkang Kepiting Laut. Tesis Magister Kimia. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Santosa, S.J., Narsito, Lesbani, A. 2003. The Determination of Active site, Capacity, Energy and Rate Constant on the Adsorption of Zn(II) and Cd(II) on Chitin. J. Ion. Exchange. 14. 89-92 Shaw, D.J. 1983. Introducing to Colloid and Surface Chemistry. 3th ed Butterworths. London Solomons, T.W.G, Fryhle, C.B. 2008. Organic Chemistry. 9th Ed. John Wiley & Sons. Inc. USA Zhou, D., Zhang, L., Zhou, J., Guo, S. 2004. Cellulose/Chitin Beads For Adsorption of Heavy Metals in Aqueous Solution. Water Res. 38. 2643-2650 35