HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEBERSIHAN DIRI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) DI TK ASIH SEJATI, JANTI, CATUR TUNGGAL,SLEMAN, YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PERSEPSI PASIEN TENTANG EMPATI PERAWAT DENGAN KEPUASAAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD SLEMAN YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

ejournal keperawatan (e-kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

Gede Arioka Dwipayana 1, Atik Badi ah 2, Endang Lestiawati 3 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori dengan desain cross

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional (Sastroasmoro & Ismael, 2006). Desain penelitian ini dipilih

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional yaitu penelitian yang pengukuran variabel bebas (dukungan

Iksirul Anwar 1, Listyana Natalia R. 2, Dian Wardanah 2 ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional dimana peneliti menekankan waktu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

BAB III METODE PENELITIAN. usia, jenis kelamin, masa kerja, pengetahuan, tingkat pendidikan, ketersediaan

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional ini dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSU

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengkaji perbandingan terhadap pengaruh (efek) pada kelompok

BAB III METODE PENELITIAN

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA SEKOLAH YANG DIRAWAT DI RUANG PERAWATAN ANAK DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional, yaitu data variabel bebas (caring perawat) dengan

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP KELAS III DI BANGSAL MARWAH RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Keterangan : = Sampel = Populasi e = Nilai Kritis / batas ketelitian 5 %

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskritif korelasi, yaitu. menggambarkan suatu kejadian pada variabel dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya

SKRIPSI. oleh Dita Dityas Hariyanto NIM

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah penelitian non eksperimental, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

BAB III METODE PENELITIAN. mempengaruhi perilaku dosen FKIK UMY dalam penyediaan first aid kit

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional yaitu variabel pada obyek

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional yang bertujuan

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN. korelasional karena peneliti mencoba menggambarkan dan. indepeden dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2002).

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif korelasional. Desain korelasional dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian analisis regresi, dimana

BAB III METODE PENELITIAN. correlative (hubungan) dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor yang dipelajari adalah kecemasan pada anak, hospitalisasi pada anak,

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Nopia Wahyuliani

TERAPI BERMAIN : GAMES PENGARUHI TINGKAT ADAPTASI PSIKOLOGIS ANAK USIA SEKOLAH

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI. Oleh Raditya Wahyu Hapsari NIM

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keluarga berfungsi tinggi untuk membantu dalam menjaga

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. penelitian quasi eksperimen yaitu dengan pendekatan one group pre test post

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan,

Purwandita Anggarini, Lutfi Nurdian Asnindari STIKES Aisyiyah Yogyakarta

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

BAB III METODE PENELITIAN

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

BAB III METODE PENELITIAN

PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN ANAK PRASEKOLAH DI RUMAH SAKIT ANAK DAN BERSALIN (RSAB) MUHAMMADIYAH KOTA PROBOLINGGO

Siti Nursondang 1, Setiawati 2, Rahma Elliya 2 ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional ialah suatu

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian rancangan Survei Analitik dimana mengetahui hubungan antara

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. desain deskriptif korelatif, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlation yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan desain korelasional, pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010).

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, dengan desain

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat

Performance Hospital Service Against The Level Of Anxiety In Child. Performance Pelayanan Rumah Sakit Terhadap Tingkat Kecemasan Anak

Transkripsi:

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEBERSIHAN DIRI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) DI TK ASIH SEJATI, JANTI, CATUR TUNGGAL,SLEMAN, YOGYAKARTA Suwarsi INTISARI Latar belakang : Kebersihan diri yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit. Prevalensi nasional berperilaku benar dalam cuci tangan adalah 23,2%. Prevalensi nasional masalah gigi-mulut adalah 23,5%. Prevalensi penyakit mata di wilayah Yogyakarta sebanyak 10,28%. Prevalensi nasional berperilaku benar dalam buang air besar adalah 71,1%. Pemenuhan kebersihan diri pada anak usia prasekolah dipengaruhi berbagai faktor seperti budaya, nilai sosial pada individu atau keluarga, pengetahuan terhadap kebersihan diri serta dukungan keluarga dan persepsi terhadap perawatan diri. 40% Keluarga menyatakan bahwa keluarga mendukung anak dengan cara mengajarkan serta memberikan informasi kepada anak tentang cara menjaga kebersihan diri dirinya menyediakan alat-alat mandi kemudian juga memberikan pujian kepada anak ketika anak bisa melakukan upaya menjaga kebersihan dirinya dengan baik, dalam pemeliharaan kebersihan diri anak mulai dari memberi informasi tentang cara menjaga kebersihan diri yang baik, memberikan dukungan dengan mengingatkan anak untuk selalu menjaga kebersihan diri, memberikan instrumen atau alat-alat untuk menjaga kebersihan diri anak. Tujuan penelitian : Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kebersihan diri pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di TK Asih Sejati, Janti, Catur Tunggal,Sleman, Yogyakarta Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional, dengan pendekatan waktu cross sectional. Sampel penelitian ini diambil dengan teknik whole sampling dengan sampel sebanyak 39 orang. Uji statistik spearman rank digunakan untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kebersihan diri anak usia prasekolah. Hasil : Sebanyak 31 (79,5%) anak mendapatkan dukungan keluarga yang tinggi, 28 (71,8%) anak memiliki kebersihan diri yang tinggi dan 27 (87,1%) anak memiliki kebersihan diri yang tinggi dan dukungan keluarga yang tinggi. Hasil statistik spearman rank menunjukkan p-value 0,000. Yang berarti ada hubungan dukungan keluarga dengan kebersihan diri pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di TK Asih Sejati, Janti, Catur Tunggal,Sleman, Yogyakarta. Kesimpulan : Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kebersihan diri anak usia prasekolah di TK Asih Sejati, Janti, Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. xii Kata Kunci: Dukungan Keluarga, Kebersihan Diri, Anak Prasekolah

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KOOPERATIF ANAK USIA PRA SEKOLAH SAAT PEMASANGAN INFUS DI BANGSAL ANGGREK RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Endang Lestiawati INTISARI Latar belakang : Penggunaan komunikasi terapeutik merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian dari perawat karena komunikasi terapeutik akan sangat membantu mengatasi masalah psikologis anak usia prasekolah terhadap tindakan pemasangan infus. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi dengan anak adalah melihat umur, tumbuh kembang anak dan hal ini masih belum mendapat perhatian sehingga kerja sama antara anak dengan perawat belum mencapai hasil yang maksimal. Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kooperatif anak usia pra sekolah saat pelaksanaan pemasangan infus di Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul. Metode : Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien anak usia pra sekolah dan semua perawat di Ruang Rawat Inap Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi, tehnik pengambilan sampel dengan total sampling. Analisis data penelitian menggunakan uji spearman rank Hasil : Menurut tes Spearman Rank, ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kooperatif anak usia pra sekolah di Ruang Rawat Inap Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul karena nilai signifikan 0,014 lebih kecil dari nilai signifikan 0,05 atau (0,014 < 0,05) Kesimpulan : Ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kooperatif anak usia pra sekolah saat pelaksanaan pemasanganinfus di Ruang Rawat Inap Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul Kata Kunci : Komunikasi terapeutik perawat, Tingkat Kooperatif Anak Usia Pra Sekolah, Pemasangan Infus.

RELATION BETWEENNURSE S THERAPEUTIC COMMUNICATION AND COOPERATION LEVEL OF PRE SCHOOL AGED CHILDREN IN THE INTRAVENOUS ATTACHMENT PROCESS AT ANGGREK WARDS PANEMBAHAN SENOPATI LOCAL GENERAL HOSPITAL,BANTUL Endang Lestiawati ABSTRACT Background: The use of therapeutic communication a thing that needs attention of the nurse since it will greatly help cope with pre- school aged children s psychological problems in the intravenous attacment process. One of the things which need attention in communicating with children is to see the age of children s development and this thing has not yet to reach maximum result. Research aim: The aim of this research was to find relation between nurse s therapeutic communication and cooperatif level of pre school aged children in the intravenous attachment process at Anggrek wards Panembahan Senopati Local general hospitaal, Bantul. Research method: This research was analytical survey research with cross sectional design. the samples were all pre school aged patiens and all nurses at Anggrek inpatients ward Panembahan Senopati Local general Hospital, Bantul who met the inclusive and exclusive criteria. sample collection technique used was total sampling technique. data analysis used was spearman rank test. Result : according to the spearment rank test, there was relation between nurse s therapuetic communication and cooperation level of pre-school aged children in the intravenous attacment process at Anggrek wards Panembahan Senopati local general Hospital, Bantul because significant value 0,014 was smaller than significant value 0,05 or (0,014<0,05) Conclusion: There was relation between nurse s therapeutic communication and cooperatin level pre school aged children in the intravenous attachment process at Anggrek wards Panembahan Senopati local general Hospital, Bantul. Keywords: Nurse s Therapeutic Communication, Cooperation Level Of Pre School Aged Children, Intravenous Attachment LATAR BELAKANG Sakit dan di rawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak. Jika seorang anak dirawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan, baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungan dalam kebiasaan sehari hari, dan anak akan mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian kejadian yang bersifat menekan. Di rumah sakit, anak harus menghadapi lingkungan yang asing, pemberi asuhan yang tidak dikenal dan gangguan terhadap gaya hidup mereka. Sering kali mereka harus mengalami prosedur yang

menimbulkan nyeri, kehilangan kemandirian dan berbagai hal yang tidak diketahui. Bila dilakukan pemeriksaan telinga, mulut, suhu pada anus dan tindakan pemasangan infus akan membuat anak menjadi sangat cemas. Reaksi anak terhadap tindakan yang tidak menyakitkan sama seperti reaksi terhadap tindakan yang sangat menyakitkan (1). Peran perawat dalam meminimalkan stres akibat hospitalisasi pada anak sangat penting. Perawat perlu memahami konsep stres hospitalisasi dan prinsip prinsip asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan. Oleh karena itu tenaga keperawatan perlu menerapkan komunikasi terapeutik dalam memberikan asuhan keperawatan untuk dapat meminimalkan kecemasan dan stres yang terjadi pada anak selama hospitalisasi dan membina hubungan saling percaya pada pasien anak dan keluarganya. Komunikasi terapeutik pada anak mempunyai ciri tersendiri dibandingkan dengan komunikasi pada orang dewasa. Tehnik komunikasi terapeutik diharapkan dapat menurunkan kecemasan karena dapat membantu agar anak merasa bahwa interaksinya dengan perawat merupakan kesempatan untuk berbagi perasaan, sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat (2). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSUD Panembahan Senopati Bantul di Ruang Anggrek pada tanggal 23 November 2011, rata rata anak yang di rawat mengalami prosedur invasif dan kebanyakan adalah pemasang infus sebanyak 46 anak usia pra sekolah. Penyakit yang sering ditemui antara lain diare, febris, dan lain lain, yang memerlukan pengobatan melalui infus dan dari hasil observasi yang dilakukan ditemukan 2 dari 9 orang pearawat yang shif pagi belum melakukan komunikasi yang baik pada saat pemasangan infus. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut: Adakah hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kooperatif anak usia pra sekolah saat pelaksanaan pemasangan infus di Bangsal Aggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul? Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kooperatif anak usia prasekolah saat pelaksanaan pemasangan infus di Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui karakteristik perawat di Bangsal Aggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul. b. Mengetahui tahapan tahapan komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat di Bangsal Aggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul. c. Mengetahui tingkat kooperatif yang terjadi pada anak usia prasekolah saat dilakukan pemasangan infus oleh perawat di Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul. d. Mengetahui keeratan hubungan tingkat kooperatif yang terjadi pada anak usia pra sekolah saat dulakukan pemasangan infus oleh perawat di Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul.

Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Rumah Sakit Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan yang digunakan perawat untuk penerapan komunikasi terapeutik pada anak, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang optimal 2. Bagi Institusi pendidikan Universitas Respati YogyakartaDiharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan tingkat kooperatif anak usia prasekolah selama hospitalisasi. 3. Bagi peneliti lain Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnnya. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian non eksperimental yang bersifat kuantitatif dengan metode penelitian survey analytic cross sectional atau potong lintang dimana variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur dan dikumpulkan secara stimuli (dalam waktu yang bersamaan). (3) Lokasi dan Waktu Penelitian Dilaksanakan pada bulan Maret April 2012 bertempat di ruang rawat inap Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah semua perawat yang bekerja di Ruang Rawat Inap Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul dengan jumlah seluruh perawat 21 orang yang merupakan perawat tetap dan pasien anak usia pra sekolah yang menjalani rawat inap di Bangsal Aggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul. 2. Sampel a. Ukuran sampel untuk perawat yang bekerja di Ruang Rawat Inap Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul berjumlah 21 orang, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. (3) Kriteria Inklusi : 1) Berpendidikan minimal D3. 2) Bersedia berpartisipasi menjadi responden dengan bukti inform consent. Kriteria eksklusi : 1) Perawat yang sedang cuti atau sakit. b. Ukuran sampel untuk pasien yang dirawat di Ruang Rawat Inap Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. (3) Kriteria Inklusi : 1) Pasien anak usia pra sekolah 3 6 tahun. 2) Kesadaran compos mentis. 3) Mengalami prosedur tindakan invasif : pemasangan infuse Variabel penelitian 1. Variabel bebas (independent), Variabel bebas (independent) pada penelitian ini adalah komunikasi terapeutik perawat. 2. Variabel terikat (dependent) Variabel terikat (dependent) pada penelitian ini adalah tingkat kooperatif anak usia pra sekolah Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari objek penelitian yaitu perawat dan

pasien. Data ini diperoleh dengan membagikan kuesioner secara langsung kepada responden, yang terdiri dari kuesioner komunikasi terapeutik perawat tentang tahap tahap komunikasi terapeutik perawat 2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian, yaitu berupa data mengenai karakteristik responden yang ada di Ruang Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul seperti jumlah perawat yang bekerja, jumlah pasien yang dirawat. Instrumen Penelitian Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner yang mengacu pada teori tahapan komunikasi terapeutik 1. Kuesioner tentang komunikasi terapeutik yang diberikan kepada perawat, terdiri dari pernyataan favourable yaitu pernyataan yang bersifat positif dan pernyataan unfavourable yaitu pernyataan yang bersifat negative. Favourable jika jawaban Benar diberi skor 2, Salah diberi skor 1 dan pernyataan unfavourable jika jawaban Benar diberi skor 1, salah diberi skor 2. Dengan menggunakan skala pengukuran ordinal dengan kategori skor : Baik : Skor (90%-100%) Cukup : Skor (60%-89%) Buruk : Skor <59%) UJi Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas Menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Pearson, dikenal dengan rumus korelasi product moment. Uji validitas dilakukan di Ruang Rawat Inap RSUD Sleman Yogyakarta pada tanggal 7 Maret 2012 dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada perawat yang terdiri dari 20 orang perawat yang berisikan 24 pernyataan. Hasil analisa menggunakan program SPSS 15.00, dari 24 pernyataan mengenai komunikasi terapeutik perawat diperoleh 8 pernyataan dinyatakan tidak valid, sedangkan 18 lainnya dinyatakan valid. dan 18 pernyataan komunikasi terapeutik perawat dinyatakan valid karena r hitung lebih besar dari r tabel, yang mana nilai r tabel adalah = 0.444. 2. Uji Reliabilitas Untuk mengetahui reliabilitas dilakukan dengan cara melakukan uji Chrombach Alpha, diperoleh hasil untuk kuesioner komunikasi terapeutik perawat sebesar 0,903, yang mana menurut Chrombach Alpha dinyatakan reliable karena nilainya lebih besar dari 0.6. Pengolahan Data dan Analisa Data 1. Pengolahan data Langkah-langkah dalam rencana pengolahan data meliputi : a. Editing Dilakukan dengan memeriksa kembali data-data yang diperoleh, kelengkapan dari data kuesioner yang diberikan kepada responden. Dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul, memeriksa data, menghindari hitungan atau perhitungan atau perhitungan yang salah, memeriksa jawaban, dan pada tahap ini tidak dilakukan pergantian atau penafsiran jawaban. b. Coding Dilakukan dengan pemberian kode-kode pada tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka-angka

atau huruf-huruf yang memberikan identitas atau petunjuk pada satu informasi atau data yang akan dianalisis. Macamnya dengan memberikan kode pada masingmasing jawaban. Untuk memudahkan dalam proses pembacaan yang terdiri atas pernyataan favorable dan unfavorable dengan ketentuan, untuk pernyataan favorable bila jawaban Benar dan Ya mendapat skor 2 dan jika jawaban Salah dan Tidak mendapat skor 1, sedangkan untuk pernyataan unfavorable bila jawaban Benar dan Ya mendapat skor 1 dan Salah dan Tidak mendapat skor 2. c. Tabulating Dilakukan dengan memindahkan jawaban dari responden dalam bentuk kode ke dalam master table program SPSS 15.00. d. Transferring Dilakukan dengan mengkoding dan mengelompokkan data sesuai dengan variabel yang diteliti. 2. Teknik analisis data a. Analisis univariat Digunakan untuk melihat distribusi dan frekuensi dari tiap vaiabel yaitu komunikasi terapeutik perawat dan tingkat kooperatif anak usia pra sekolah. b. Analisis bivariat Digunakan untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan terikat, menggunakan uji statistik korelasi Kendall Tau. Analisa data meggunakan program SPSS 15.0. Penelitian ini menggunakan taraf signifikasi (ρ) yaitu 0.05. artinya apabila hasil uji statistic menunjukkan taraf signifikasi (ρ) < 0.05 maka H0 ditolak yang berarti ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kooperatif anak usia pra sekolah Apabila sebaliknya jika taraf signifikasi (ρ) >0.05, maka H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kooperatif anak usia pra sekolah hasil penelitian dan pembahasan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian menurut umur dan jenis Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah perawat pelaksanan di Ruang Rawat Inap Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul yang berjumlah 21 orang. kelamin Perawat di Bangsal No Karakteristik 1 Umur f % 20-29 tahun 10 47,6 30-39 tahun 11 52,4 2 Jenis kelamin f % Laki-laki 2 9,5 Perempuan 19 90,5 Total 21 100

2. Analisis Univariat a. Komunikasi terapeutik perawat Tabel 2. Frekuensi Komunikasi Terapeutik Perawat di Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul Komunikasi N % Terapeutik Perawat Baik 2 9,5 Sedang 19 90,5 Buruk 0 0,0 Jumlah 21 100 b. Tingkat kooperatif anak usia pra sekolah Tabel 4. Frekuensi Tingkat Kooperatif Anak Usia Prasekolah Saat Pelaksanaan Pemasangan Infus di Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul Tingkat kooperatif N % Baik 4 19,0 Cukup 4 19,0 Kurang 13 61,9 Jumlah 21 100 3. Analisis Bivariat Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kooperatif Anak Usia Prasekolah Saat Pelaksanaan Pemasangan Infus. Tabel 5. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kooperatif Anak Usia Prasekolah Saat Pelaksanaan Pemasangan Infus Tingkat Kooperatif P- Komunikasi Kurang Cukup Baik Total Value Terapeutik f % f % f % f % Baik 0 0,0 0 0,0 2 9,5 2 9,5 Sedang 61, 19, 19 90,5 0,526 0,014 13 9 4 0 2 9,5 Buruk 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 61, 19, 21 100,0 Total 13 9 4 0 4 19,0

PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa para perawat di Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul mayoritas komunikasi terapeutiknya masih dalam kategori sedang. Artinya rata rata perawat memiliki pengetahuan yang sedang tentang komunikasi terapeutik yang menyangkut tentang pengertian komunikasi terapeutik, fase fase komunikasi, bentuk bentuk komunikasi, faktor yang mempengaruhi proses komunikasi, fungsi komunikasi terapeutik, tujuan komunikasi terapeutik, tahap tahap komunikasi terapeutik, dan teknik komunikasi terapeutik pada anak usia pra sekolah. Untuk itu, perlunya dukungan dari semua pihak khususnya rumah sakit dalam meningkatkan kemampuan perawat dalam berkomunikasi dengan pasien, diharapkan dengan makin baiknya komunikasi terapeutik perawat juga akan berdampak pada baiknya kerjasama dengan para pasien. Dengan meningkatnya kerjasama ini akan membantu kelancaran kesembuhan pasien, terlebih lagi pada pasien yang masih kecil atau anak-anak usia pra sekolah. Penggunaan komunikasi terapeutik merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian dari perawat karena komunikasi terapeutik akan sangat membantu mengatasi masalah psikologis anak usia prasekolah terhadap tindakan pemasangan infus. Di samping itu, pada usia prasekolah perkembangan anak mulai meningkat yang ditandai dengan rasa ingin tahu, sering bertanya,inisiatif tinggi, kemampuan bahasa mulai meningkat, mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, dan takut terhadap ketidak tahuan. (4) Kemudian pada tingkat kooperatif anak usia prasekolah saat pelaksanaan pemasangan infus, menunjukkan rendahnya tingkat kooperatif dari pasien. Hal ini dapat dikarenakan dari faktor perawat di Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul yang komunikasinya pada anak kurang baik, karena berdasarkan hasil penelitian menyebutkan bahwa mayoritas perawat komunikasi terapeutiknya masih dalam kategori sedang. Bagi perawat untuk membedakan komunikasinya pada anak dan dewasa, komunikasi terapeutik pada anak mempunyai cara tersendiri dibandingkan dengan komunikasi pada orang dewasa, karena pada anak - anak memerlukan persiapan hati hati sebelum tindakan, misalnya persiapan psikologis anak yaitu dengan menjelaskan tentang apa yang akan dilakukan terhadapnya, dan melakukan permainan seperti menggambar, menonton vidio, juga menghadirkan orang tua saat anak dilakukan tindakan dengan persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan prosedur tindakan, diharapkan dapat membuat anak lebih kooperatif selama dilaksanakan prosedur perawatan, sehingga tujuan dapat tercapai. Seperti pendapat dari (Potter menyatakan bahwa tehnik komunikasi terapeutik diharapkan dapat menurunkan kecemasan karena dapat membantu agar anak merasa bahwa interaksinya dengan perawat merupakan kesempatan untuk berbagi perasaan, sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat.. (5) Di samping itu tingkat pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik pada anak usia pra sekolah juga harus ditingkatkan karena mempengaruhi kemampuan skill dalam berkomunikasi terapeutik pada anak usia pra sekolah, karena salah satu faktor yang mempengaruhi proses komunikasi adalah pengetahuan, tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan seseorang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Adi Hanjaya yang menemukan ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik dengan kemampuan perawat dalam komunikasi terapeutik pada anak usia pra sekolah di Rumah Sakit Umum Daerah Kota YogyakartaCaring Perawat (6)

Berdasarkan pengujian statistik dengan uji Korelasi Spearman Rank, dinyatakan ada hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kooperatif anak usia prasekolah saat pelaksanaan pemasangan infus, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dan tingkat kooperatif anak usia prasekolah saat pelaksanaan pemasangan infus terbukti atau diterima. Untuk itu peran perawat dalam meminimalkan stres akibat hospitalisasi pada anak sangat penting. Perawat perlu memahami konsep stres hospitalisasi dan prinsip prinsip asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan Oleh karena itu tenaga keperawatan perlu menerapkan komunikasi terapeutik dalam memberikan asuhan keperawatan untuk dapat meminimalkan kecemasan dan stres yang terjadi pada anak selama hospitalisasi dan membina hubungan saling percaya pada pasien anak dan keluarganya. Sejauh ini, komunikasi terapeutik pada anak masih kurang mendapat perhatian, mengingat kurangnya penggunaan komunikasi terapeutik secara positif sehingga anak mudah mengalami kecemasan saat dan selama di rumah sakit (7). Dengan demikian, hasil penelitian ini telah sejalan dengan Efrita Herliyanti hasil yang didapat adalah adanya pengaruh dukungan keluarga dengan tingkat kooperatif anak usia pra sekolah saat pelaksanaan pemasangan infus di Inska RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. Dan sejalan dengan penelitian Herliana hasil yang didapat adalah menggambarkan bahwa ada pengaruh yang sangat bermakna dari pemberian terapi bermain terhadap peningkatan perilaku kooperatif pada anak usia prasekolah selama menjalani perawatan di Irna II RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta (8,9). Dikarenakan pentingnya komunikasi ini, maka penggunaan komunikasi terapeutik merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian dari perawat karena komunikasi terapeutik akan sangat membantu mengatasi masalah psikologis anak usia prasekolah terhadap tindakan pemasangan infus. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik perawat di RSUD Panembahan Senopati Bantul menurut umur paling banyak terdapat perawat yang berusia antara 30 39 tahun yaitu sebanyak 52,4%, sedangkan menurut jenis kelamin paling banyak perawat perempuan yaitu sebanyak 90,5 %. 2. Tahapan tahapan komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat di Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul masuk dalam kategori sedang yaitu 90,5 % 3. Tingkat kooperatif yang terjadi pada anak usia pra sekolah saat dilakukan pemasangan infus oleh perawat di Bangsal Anggrek RSUD Panembahan senopati bantul masuk dalam kategori kurang yaitu 61,9 % 4. Ada hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik perawat dengan Tingkat Kooperatif anak usia prasekolah saat pelaksanaan pemasangan infus di Bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul. B. Saran

Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Perawat Rumah Sakit RSUD Panembahan Senopati Bantul Mengingat komunikasi terapuetik perawat masih dalam kategori sedang dan tingkat kooperatif anak masih dalam kategori kurang maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan bahan masukan yang digunakan perawat RSUD Panembahan Senopati Bantul, khususnya perawat di ruang rawat inap Bangsal Anggrek untuk dapat menerapkan tahapan komunikasi terapeutik dengan baik pada anak saat pelaksanaan pemasangan infus sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang optimal. 2. Bagi Mahasiswa Institusi Pendidikan UNRIYO Menambah reverensi bacaan perpustakaan bagi mahasiswa berkaitan dengan komunikasi terapeutik perawat dan tingkat kooperatif anak sehingga dapat dijadikan bahan masukan agar dapat mempelajari tahapan tahapan berkomunikasi dari fase pra interaksi, fase interaksi, fase keraja dan fase terminasi dengan baik, sehingga dapat menjadi bekal untuk memasuki dunia kerja professional yang nyata dan mampu merealisasikan dihadapan pasien, terutama pada anak usia pra sekolah sehingga dapat terjalin hubungan kerja sama yang baik antara perawat dengan pasien. DAFTAR PUSTAKA 1. Wong, D. L. (2004). Pedoman klinis Keperawatan Pediatrik, Jakarta: EGC 2. Mulyana, D. (2001). Ilmu Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya 3. Notoatmojo, S. (2005). Metodologi Penelitian, Rineka Cipta: Jakarta 4. Behrman, R. E. (2002). Ilmu Kesehatan Anak. Bagian I, Jakarta: EGC 5. Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Jakarta: EGC 6. Machfoed, M.(2009). Komunikasi Keperawatan Komunikasi Terapeutik, Yogyakarta: Ganbika 7. Adi, H., (2010) Hubungan Antara Pengetahuan Perawat Tentang Komunikasi Terapeutik Dengan Kemampuan Perawat Dalam Komunikasi Terapeutik Pada Anak Usia Pra Sekolah RSUD Kota, Yogyakarta, Skripsi, FIKES UNRIYO, Yogyakarta 8. Nasir, A. (2011). Komunikasi Dalam Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika 9. Herliyanti, E., (2005) Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kooperatif Anak Usia Pra Sekolah Saat Pelaksanaan Pemasangan Infus di Inska RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta, Skripsi, FK UGM, Yogyakarta 10. Herliana, L., (2001). Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kooperatif Selama Menjalani Perawatan Pada Anak Usia Pra Sekolah di Irna II (Bangsal Anak) RSUP DR. Sardjito, Yogyakarta, Skripsi, FK UGM, Yogyakarta