BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang anak yang optimal merupakan dambaan setiap orang tua dan orang tua harus lebih memperhatikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menetap selama hidup, tetapi perubahan gejala bisa terjadi sebagai akibat. dalam kelompok CP (Hinchcliffe, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGIA DI YPAC SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cerebral palsy (CP). CP merupakan gangguan kontrol terhadap fungsi motorik

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan oleh Allah subhanahuwata aladalam Al-Qur an sesuai. firmannya pada surat Al-Mu min ayat 67 sebagai berikut:

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK ATETOID HEMIPLEGI DI YPAC SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan

BAB I PENDAHULUAN. mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dikenalkan pada anak. menyikapi fenomena perilaku anak ( Gleen doman, 2005 )

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak adalah kondisi Cerebral Palsy (Rosenbaum, 2007).

PENGARUH MOBILISASI TRUNK TERHADAP PENURUNAN SPASTISITAS PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah cerebral palsy (CP). CP merupakan kelainan atau

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGI DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT (NDT) DI YPAC SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor

BAB I PENDAHULUAN. maupun pada anak dengan hambatan tumbuh kembang. Pembangunan. tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendeteksi secara dini disfungsi tumbuh kembang anak. satunya adalah cerebral palsy. Cerebral palsy menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat. maturasi serebral (Mahdalena, Shella. 2012).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PEMBERIAN HOME PROGRAM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSIONAL DUDUK PADA ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. hari. Pergerakan normal sangat diperlukan dalam menunjang aktivitas seharihari

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

BAB I PENDAHULUAN. membesarkan anak tersebut. Perintah kepada kedua orang tua untuk menjaga dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang pertama ingin dicapai baik dari pasien sendiri maupun dari keluarganya.

BAB I PENDAHULUAN. kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah. keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rosenbaum dkk, palsi serebral adalah gangguan permanen gerakan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIC ATHETOID QUADRIPLEGI DI PNTC KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

Dr. Soeroyo Machfudz, Sp.A(K), MPH Sub.bag Tumbuh Kembang/Ped. Sosial INSKA RS. Hermina / Bag. IKA FK-UII Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak (Needlman, 2000). Perkembangan adalah bertambahnya

PENGARUH NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT TERHADAP KEMAMPUAN GROSS MOTOR BERDIRI ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI

BAB I PENDAHULUAN. yang abnormal, gerakan tak terkendali, dan kegoyangan saat. dengan sifat dari gangguan gerakan yaitu spastic, athetoid,

BAHASAN SEKITARNYA YANG MERUPAKAN DASAR ADANYA GERAK DARI GERAK SISTEM OTOT TULANG TUBUH FUNGSIONAL LOKAL / KESELURUHAN

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus pembunuh nomor tiga di dunia. Stroke menjadi salah satu penyakit

Topografi: Letak gangguan di otak Etiologi: Penyebab dan saat terjadinya gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti

BAB I PENDAHULUAN. Pada konsep paradigma menuju Indonesia sehat 2010, tujuan. pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

MANFAAT METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK ATHETOID HEMIPLEGI DEXTRA DI PNTC KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. hingga orang tua menyukai olahraga ini, cabang olahraga yang berbentuk

Disusun oleh: AYUNINGTYAS SITADESI SETIAWAN J

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan otot-ototnya untuk bergerak. Perubahan pada perilaku motorik

Tumbuh kembang anak. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan suatu anugerah yang Tuhan berikan untuk orangtua.

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM RECOVERY KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. olahraga, dalam upaya mengembangkan prestasi olahraga yang tinggi.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Noviana Martiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lanjut yang dilalui dalam proses kehidupan pada setiap manusia yang. kebanyakan orang awam yang umum bahwa secara fisik dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ulfah Saefatul Mustaqimah,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Pergerakan yang dilakukan baik secara volunter maupun

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. telah diamanahkan Allah SWT untuk menjalani proses kehamilan. Proses

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelainan berupa kecacatan bentuk dan atau fungsi tubuh. Salah

PELAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI ATAKSIA DI PEDIATRIC NEURODEVELOPMENTAL THERAPY CENTRE (PNTC) KARANGANYAR

Karina Eka Ratnasari, Nur Susanti Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semakin banyak kemajuan dan terobosan-terobosan baru di segala

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada keseimbangan gaya berdiri (center of gravitiy) dikarenakan

KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I. Aktivitas fisik setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. dalam menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. penurunan aktivitas fisik seseorang. Penurunan aktivitas fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai

BAB 1 PENDAHULUAN dan sejak itu menjadi olahraga dalam ruangan yang popular diseluruh dunia.

Naskah Publikasi. Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi.

BAB I PENDAHULUAN. serebelum sehingga menyebabkan keterbatasan aktivitas. 1, 2

PENGARUH CORE STABILITY EXERCISE DAN ANKLE BALANCE STRATEGY EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN STATIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, dan interaksi dengan lingkungan sehingga mengakibatkan anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak dengan terjadinya peningkatan jumlah anak yang. mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak.

BAB I PENDAHULUAN. Stroke kini telah menjadi perhatian dunia, menurut World Stroke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental murni. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Cerebral Palsy (CP) adalah suatu kelainan gerak dan. kerusakan atau gangguan disel-sel motorik pada susunan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang anak yang optimal merupakan dambaan setiap orang tua dan orang tua harus lebih memperhatikan setiap perkembangan dan pertumbuhan bayi atau anak mereka, terutama pada fase-fase awal pertumbuhan. Dimana jika terdapat gangguan pada proses tumbuh-kembangnya dapat ditangani sedini mungkin, karena jika penanganan ditunda-tunda dapat memperburuk pada prognosis anak kedepannya. Pertumbuhan ( growth) berkaitan dengan masalah perubahan besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tinggi sel, organ maupun indvidu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). sedangkan perkembangan ( development) adalah bertambahnya kemampuan ( skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diperhitungkan, sebagai hasil dari proses pertumbuh kembangan(soetjiningsih, 2005). Pertumbuhan merupakan sesuatu yang dapat diukur dan berhubungan dengan perubahan yang artinya terjadi peningkatan pada jumlah dan ukuran sel tubuh yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian tubuh. perkembangan merupakan perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah hingga paling tinggi dengan melalui proses maturasi dan pembelajaran. Perkembangan berhubungan dengan perubahan secara kualitas, diantaranya terjadi peningkatan kapasitas individu untuk berfungsi yang dicapai melalui proses pertumbuhan, pematangan, dan pembelajaran. Salah satu permasalahan pada tumbuh kembang anak yaitu cerebral palsy. Istilah cerebral ditujukan pada kedua belahan otak atau hemisphere, dan palsy mendeskrispsikan bermacam penyakit yang mengenai pusat pengendalian pergerakan tubuh. Jadi, penyakit tersebut tidak disebabkan oleh masalah pada 1

2 otot atau jaringan saraf tepi, melainkan terjadi perkembangan yang salah atau kerusakan pada area motorik otak yang akan mengganggu kemampuan otak untuk mengontrol pergerakan dan postur secara adekuat. Sebagian besar penderita tersebut lahir premature atau mengalami komplikasi saat persalinan dan beberapa menyatakan kondisi tersebut merupakan hasil dari kekurangan oksigen selama kelahiran. Kekurangan oksigen tersebut merusak jaringan otak yang mengendalikan fungsi pergerakan (Saharso, 2006). Angka prevalensi kejadian cerebral palsy sekitar 1-5 per 1.000 anak. Data populasi cerebral palsy di Indonesia sendiri belum dapat dikaji secara pasti. Data laporan jumlah anak dengan kondisi cerebral palsy di YPAC (Yayasan Pendidikan Anak Cacat) Surakarta adalah sebagai berikut: tahun 2001 sebesar 313 anak, tahun 2002 sebesar 242 anak, tahun 2003 sebesar 265 anak, tahun 2004 sebesar 239 anak, sedangkan tahun 2005 berjumlah 118 anak, tahun 2006 sampai dengan bulan desember adalah 112 anak, sedangkan tahun 2007 sampai dengan bulan desember adalah 192 anak (Wahyudi, 2008). Cerebral palsy diklasifikasikan berdasarkan kerusakan yaitu CP spastik (monoplegi, diplegi, triplegi, quadriplegi, dan hemiplegi), CP athetoid, CP ataksia, dan CP campuran. Angka kejadian Cerebral Palsy (CP) tipe spastik dijumpai sebesar 75% dibandingkan dengan tipe CP pada umumnya. Angka ini hanya lebih sedikit dibanding CP tipe spastik quadriplegi, namun tipe spastik diplegi memiliki prognosis yang lebih baik dari pada tipe spastik quadriplegi. Cerebral palsy spastik diplegi pada anak menimbulkan kelainan pada fungsi motorik yang dapat berupa kelemahan, dan gerakan tidak terkontrol atau inkoordinasi. Kelainan ini dapat mengenai bagian otak lain sehingga dapat pula terjadi gangguan dalam fungsi penglihatan, pendengaran, komunikasi, dan kognitif tergantung dari letak lesi di otak (Misdalia, 2012). Jadi, cerebral palsy spastik diplegi merupakan pembagian dari klasifikasi cerebral palsy dimana pada cerebral palsy spastik diplegi ini terdapat gangguan mototrik pada ektremitas bawah yang mengasosiasi ekstremitas atas namun tidak adanya gangguan fungsional pada ektremitas atas.

3 Salah satu permasalahan cerebral palsy spastik diplegi adalah keseimbangan yang menghambat untuk aktivitas ambulasi dan mobilisasi akhibat dari kurangnya reaksi kontrol kepala dan kestabilan trunk atau batang tubuh (Levitt, 2004). Gangguan Fungsional cerebral palsy spastik diplegi menurut Miller (2007 ), yaitu gangguan untuk transfer, kesulitan untuk duduk dengan nyaman (gangguan keseimbangan duduk), kesulitan dalam mengerjakan kegiatan sehari-hari (seperti makan dan minum, berpakaian, dan toileting secara mandiri), gangguan berjalan (berjalan dengan spastic gait pattern). Dari permasalahan cerebral palsy spastik diplegi yang ada, penulis memfokuskan permasalahan pada keseimbangan duduk. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh ketika ditempatkan diberbagai posisi. Selain itu juga dapat diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi ( center of gravity) terhadap bidang tumpu ( base of support) (Irfan, 2010). Sesuai dengan Permenkes nomor 80 tahun 2013, fisioterapi adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, serta memulihkan gerak dan fungsi sepanjang rentan kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan ( fisik, electroterapi dan mekanis ), fungsi dan komunikasi. Pada kasus ini fisioterapi memiliki peran sebagai fasilitasi anak dalam meningkatkan keseimbangan duduk dengan pemberian neuro development treatment dan pilates yang bertujuan untuk meningkatkan keseimbangan duduk. NDT ( neuro development treatment) merupakan treatment yang paling umum digunakan untuk penanganan pada anak-anak cerebral palsy. Konsep NDT (neuro development treatment) berfokus pada kekuatan dan permasalahan pada individu anak. Indikasi pada NDT yaitu adanya pola ganguan postural kontrol dan koordinasi gerakan yang merupakan masalah utama pada anak cerebral palsy. Pilates adalah sistem pengkondisian fisik dan mental yang dapat meningkatkan kekuatan, fleksibilitas, koordinasi, dan meningkatkan fokus mental.

4 Pilates bisa untuk siapa saja dan semua orang (Isacowitz, 2011). Pilates merupakan latihan yang difokuskan untuk meningkatkan kekuatan, fleksibilitas, dan kelincahan, yang memiliki tujuan utama yaitu menguatkan core stability yang berpengaruh pada keseimbangan trunk kontrol. Kedua intervensi diatas sama-sama bertujuan untuk memperbaiki keseimbangan duduk terhadap cerebral palsy spastik diplegi. Pada penelitian ini, penulis memberikan neuro development treatment dan pilates pada cerebral palsy spastik diplegi yang bertujuan untuk mengetahui manakah yang lebih tepat untuk peningkatan keseimbangan duduk anak cerebral palsy spastik diplegi. Selain itu pada penelitian tentang pilates terhadap cerebral palsy spastik diplegi masih dikategorikan jarang, maka dari itu penulis melaksanakan penelitian ini. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan pada pertumbuhkembangan anak diantaranya adalah cerebral palsy. Cerebral palsy merupakan gangguan yang merusak otak dan bersifat tidak progresif yang mengakhibatkan adanya gangguan menyerap informasi sensori atau kemampuan otak merespon (motorik), sehingga mengganggu gerak dan postural yang terjadi pada masa perkembangan otak. Permasalahan pada cerebral palsy adalah gangguan gerak dan fungsi yang di sebabkan oleh tonus postural yang abnormal. Perbedaan tonus postural pada cerebral palsy tergantung kepada bagian otak yang memiliki kerusakan. Berdasarkan observasi lapangan, bahwa kasus yang banyak ditangani adalah cerebral palsy spastik diplegi. Cerebral palsy spastik diplegi adalah cerebral palsy dengan permasalahan tonus otot dan terdapat keterbatasan gerak pada keempat ekstremitas, namun ekstremitas bawah lebih berat dari pada ekstremitas atas dan penyebab paling banyak di kaitkan dengan prematuritas. Permasalahan utama yang muncul pada gangguan cerebral palsy spastik diplegi adalah tonus postur dan berpengaruh terhadap keseimbangan duduk pada anak kondisi cerebral palsy spastik diplegi. Berdasarkan permasalahan yang ada, penulis membedakan efektifitas pemberian neuro development treatment pada

5 cerebral palsy spastik diplegi dan pemberian pilates pada cerebral palsy spastik diplegi untuk peningkatan keseimbangan duduk. Pemberian treatment ini dipilih karena masih sedikit penelitian membandingkan pemberian neuro development treatment dan pilates. Dalam hal ini, pengukuran dilakukan dengan gross motor function measure (GMFM) dimensi B dan Functional in Sitting Test (FIST) untuk melihat kemampuan fungsional duduk. C. Perumusan Masalah 1. Apakah neuro development treatment (NDT) dapat meningkatkan keseimbangan duduk anak cerebral palsy spastik diplegi? 2. Apakah pilates dapat meningkatkan keseimbangan duduk anak cerebral palsy spastik diplegi? 3. Apakah ada perbedaan antara pemberian neuro development treatment (NDT) dan pilates terhadap peningkatan keseimbangan duduk pada anak cerebral palsy spastk diplegi? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan pemberian neuro development treatment dan pilates terhadap keseimbangan duduk anak cerebral palsy spastik diplegi 2. Tujuan Khusus a) Mengidentifikasi pemberian neuro development treatment terhadap keseimbangan duduk anak cerebral palsy spastik diplegi b) Mengidentifikasi pemberian pilates terhadap keseimbangan duduk anak cerebral palsy spastik diplegi E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Fisioterapi Manfaat bagi fisioterapi adalah untuk memberikan informasi atau masukan untuk meningkatkan profesionalisme bagi fisioterapis tentang penanganan cerebral palsy spastik diplegi terhadap keseimbangan duduk.

6 2. Bagi penulis Manfaat bagi penulis sebagai wawasan dan pemahaman tentang pengaruh pemberian neuro development treatment dan pilates terhadap keseimbangan duduk anak cerebral palsy spastik diplegi. 3. Bagi Institusi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada institusi mengenai pengaruh pemberian neuro development treatment dan pilates terhadap keseimbangan duduk anak cerebral palsy spastik diplegi. 4. Bagi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi tambahan dalam meningkatkan keseimbangan duduk anak cerebral palsy spastik diplegi. 5. Bagi rumah sakit Manfaat untuk institusi rumah sakit adalah untuk memberikan masukan pada tim kesehatan di rumah sakit dan memberikan penyuluhan fisioterapi pada kondisi cerebral palsy spastik diplegi.