PERBAIKAN KUALITAS AKUSTIK RUANG MENGGUNAKAN PLAFON VENTILASI BERDASARKAN WAKTU DENGUNG STUDI KASUS RUANG KELUARGA PADA RUMAH TIPE 70

dokumen-dokumen yang mirip
SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh: Candra Budi S : Andi Rahmadiansah, ST. MT Pembimbing II : Dyah Sawitri. ST. MT

PERANCANGAN AKUSTIK RUANG MULTIFUNGSI PADA TEATER A ITS DENGAN DESAIN MODULAR

Perancangan Ulang Akustik pada Auditorium STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto

Perbaikan Kualitas Akustik Lapangan Futsal Indoor Pertamina ITS Menggunakan Panel Akustik Gantung

Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS

KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

Desain Akustik Ruang Kelas Mengacu Pada Konsep Bangunan Hijau

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh

PERANCANGAN AKUSTIK RUANG MULTIFUNGSI PADA TEATER A ITS DENGAN DESAIN MODULAR

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS

PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA

OPTIMASI MATERIAL AKUSTIK UNTUK PENINGKATAN KUALITAS BUNYI PADA RUANG AUDITORIUM MULTI-FUNGSI

RUANGAN 9231 GKU TIMUR ITB

Kondisi Akustik TVST B

TAKE HOME TEST AKUSTIK TF MASJID dan AKUSTIK RUANG

Kata kunci: Transmission Loss

PENGARUH LAY OUT BANGUNAN DAN JENIS MATERIAL SERAP PADA KINERJA AKUSTIK RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA TITI AYU PAWESTRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN ULANG RUANG AULA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO DARI SEGI AKUSTIK

ANALISIS KINERJA AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM MONO-FUNGSI (STUDI KASUS RUANG JELANTIK JURUSAN ARSITEKTUR ITS)

ANALISIS GANGGUAN BISING JALAN GANESHA TERHADAP AKUSTIK RUANGAN UTAMA MASJID SALMAN ITB

Reverberation Time yang baik untuk ruangan yang

Analisis Kebocoran Bunyi pada Ruang Mini Pengukuran Transmission Loss pada Pita 1/3 Oktaf Dengan Menggunakan Sound Mapping

LAPORAN PENELITIAN AKUSTIK RUANG 9311 ditujukan untuk memenuhi nilai UTS mata kuliah TF3204 Akustik. Oleh : Muhammad Andhito Sarianto

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji

MAKALAH UNTUK MEMENUHI NILAI UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH TF-3204 AKUSTIK

STUDI KELAYAKAN AKUSTIK PADA RUANGAN SERBA GUNA YANG TERLETAK DI JALAN ELANG NO 17. Disusun Oleh: Wymmar

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-156

PENGARUH BENTUK PLAFON TERHADAP WAKTU DENGUNG (REVERBERATION TIME)

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM)

Kekerasan (loudness) yang cukup Kekerasan menjadi masalah karena ukuran ruang yang besar Energi yang hilang saat perambatan bunyi karena penyerapan da

NILAI KUALITAS AKUSTIK RUANG PADA MASJID-MASJID DI DAERAH PERMUKIMAN DENGAN BENTUK PLAFON YANG BERBEDA

Evaluasi Kondisi Akustik di Gedung Konferensi Asia Afrika

Keadaan Akustik Ruang TVST 82

Kondisi akustik ruangan 9231 GKU Timur ITB

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-144

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS

Ujian Tengah Semester. Akustik TF Studi Analisis Kualitas Akustik Pada Masjid Salman ITB

STUDI TENTANG PENGARUH PROSENTASE LUBANG TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI

STUDI TENTANG PENGARUH RONGGA TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI

Ujian Tengah Semester - Desain Akustik Ruang AULA BARAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Pengujian Sifat Anechoic untuk Kelayakan Pengukuran Perambatan Bunyi Bawah Air pada Akuarium

DESAIN AKUSTIK RUANG KELAS MENGACU PADA KONSEP BANGUNAN HIJAU

UTS Akustik (TF-3204) Dosen : Joko sarwono. Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB

LAPORAN PENELITIAN AKUSTIK RUANG 9231 GKU TIMUR

EVALUASI KONDISI AKUSTIK BANGUNAN KOST STUDI KASUS KOST DI JALAN CISITU LAMA NO. 95/152C

AKUSTIKA RUANG KULIAH

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga ABSTRACT

BAB II PARAMETER PARAMETER AKUSTIK RUANGAN

ANALISIS PENGARUH PEMASANGAN ABSORBER DAN DIFFUSOR TERHADAP KINERJA AKUSTIK PADA DINDING AUDITORIUM (KU )

PENGUKURAN ABSORPSI BAHAN ANYAMAN ENCENG GONDOK DAN TEMPAT TELUR DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL

Penilaian Akustika Ruang Kuliah TVST B Institut Teknologi Bandung

OPTIMASI ELEMEN INTERIOR UNTUK PENINGKATAN AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM MONO-FUNGSI Studi Kasus Ruang Jelantik Jurusan Arsitektur ITS

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

LATAR BELAKANG UTS TF AKUSTIK [NARENDRA PRATAKSITA ]

Penilaian Karakteristik Akustik Bangunan. Masjid Salman ITB

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101

STUDI SUBJEKTIF KELAYAKAN GEDUNG KESENIAN DAN KEBUDAYAAN RUMENTANG SIANG BANDUNG DARI SEGI AKUSTIK

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi telah memberikan manfaat yang besar terhadap

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN :

DESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM. Batara Sakti Pembimbing: Andi Rahmadiansah, ST, MT

ANALISIS WAKTU DENGUNG (REVERBERATION TIME) PADA RUANG KULIAH B III.01 A FMIPA UNS SURAKARTA

PERANCANGAN BARRIER UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KEBISINGAN PADA JALUR REL KERETA API DI JALAN AMBENGAN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NOMOGRAPH

DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA

PEMBUATAN ALAT UKUR DAYA ISOLASI BAHAN

TF4041- TOPIK KHUSUS A

Analisis Kualitatif Ruang Kuliah TVST B dan TVST A

Nama : Beni Kusuma Atmaja NIM : Kelas : 02 Topik : Ruang Konser

ANALISIS KINERJA AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI Studi kasus: Auditorium Universitas Kristen Petra, Surabaya

PENGARUH PEMASANGAN ABSORBER DI LANGIT-LANGIT TERHADAP PERFORMANSI AKUSTIK DI RUANG RAPAT P213 GEDUNG P UNIVERSITAS TELKOM

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI BAHAN AMPAS TEBU DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL. Oleh: Arif Widihantoro NIM: TUGAS AKHIR

Perancangan piranti lunak untuk pengukuran TRANSMISSION LOSS dan Koefisien Serap Bahan menggunakan metode fungsi transfer

DENDY D. PUTRA 1, Drs. SUWANDI, M.Si 2, M. SALADIN P, M.T 3. Abstrak

Penilaian Kondisi Akustik Ruangan TVST B pada Gedung TVST ITB Secara Subjektif

UTS TF-3204 AKUSTIK PENILAIAN DAN OBSERVASI RUANG TVST C ITB

PENERAPAN ELEMEN-ELEMEN AKUSTIKA RUANG DALAM PADA PERANCANGAN AUDITORIUM MONO-FUNGSI, SIDOARJO - JAWA TIMUR

REDESAIN INTERIOR GEDUNG SENI PERTUNJUKAN CAK DURASIM SURABAYA BERDASARKAN AKUSTIK RUANGAN

1.1. Latar Belakang Setiap ruangan harus memiliki 3 aspek yang harus diperhatikan, akustik, thermal dan pencahayaan. Aspek-aspek ini memiliki

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

TAKE HOME TEST TF 3204 AKUSTIK EVALUASI KONDISI AKUSTIK RUANG KULIAH 9212 GEDUNG KULIAH UMUM ITB

Evaluasi Subjektif Kondisi Akustik Ruangan Utama Gedung Merdeka

STUDI PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG KULIAH AUDIO VISUAL

MODEL ANALITIK MUFFLER ABSORPTIVE PADA VENTILASI UDARA

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3892

Pengaruh Variasi Jenis Bahan terhadap Pola Hamburan pada Difuser MLS (Maximum Length Sequence) Dua Dimensi

MASJID dan AKUSTIK RUANG

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Penyerapan Bunyi

Take Home Test Akustik TF3204 Laporan Kondisi Ruangan Aula Barat ITB

Optimalisasi Kenyamanan Akustik Ruang pada JX International Surabaya

PENGARUH PENAMPANG ASIMETRIS TERHADAP KINERJA AKUSTIK PADA RUANG AUDIO VISUAL GEDUNG S2 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TELKOM

BAB I PENDAHULUAN. 1 Leslie L.Doelle dan L. Prasetio, Akustik Lingkungan, 1993, hlm. 91

PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Resonator Rongga Individual Resonator rongga individual yang dibuat dari tabung tanah liat kosong dengan ukuran-ukuran berbeda digunakan di gereja- ge

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK SAUNG ANGKLUNG UDJO. Oleh : Firda Awal Gemilang

Evaluasi Kenyamanan Akustik Masjid Salman

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 PERBAIKAN KUALITAS AKUSTIK RUANG MENGGUNAKAN PLAFON VENTILASI BERDASARKAN WAKTU DENGUNG STUDI KASUS RUANG KELUARGA PADA RUMAH TIPE 70 Daniel Alfa Rabi, Andi Rahmadiansah, S.T, M.T Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail : andi@ep.its.ac.id Daniel_alfa_rabi@yahoo.co.id, Abstrak Perancangan desain plafon suatu ruangan pada rumah yang berukuran sedang dengan fungsi speech seringkali dibuat tanpa adanya desain akustik berupa celah ventilasi yang menyebabkan ruangan tersebut pada saat kosong terjadi gema dan dengung hingga kurangnya kualitas akustik jika mengacu pada standar nilai ruangan perumahan. Hal ini terjadi pada rumah-rumah yang tidak memiliki tempat sirkulasi udara dan mempunyai koefisien serapan bahan yang kecil. Akan disampaikan pada penelitian ini yang akan membahas pengaruh plafon ventilasi terhadap perbaikan kualitas akustik suatu ruangan. Pada hasil simulasi di dapatkan bahwa ruangan berplafon ventilasi dapat memperbaiki kualitas akustik ruangan pada rumah, dimana waktu dengung pada Ruangan 1 yang menggunakan ventilasi seperti pengukuran ruang sebenarnya 2.22 detik sedangkan yang menggunakan plafon ventilasi dengan menambahkan dimensi lubang waktu dengung turun sebesar 1.57 detik. Sedangkan pada ruang 2 sebesar 1.89 detik jika menggunakan plafon ventilasi dan berkurang hingga 1.46 detik jika ditambahkan dimensi lubang dan bukaan ventilasi. Untuk nilai optimum parameter akustik objektif ruang 1 dan 2 yang menggunakan plafon ventilasi sehingga hasil dari simulasi menunjukan hasil tersebut mendekati fungsi fungsi Speech Intelligibility. Kata Kunci Plafon Ventilasi, Speech Intelligibility, Waktu Dengung I. PENDAHULUAN Plafon adalah bagian konstruksi yang merupakan lapis pembatas antara rangka bangunan dengan rangka atapnya, sehingga bisa sebagai atau dapat dikatakan tinggi bangunan dibawah rangka atapnya. Selain itu Plafon juga juga dapat sebagai acuan nilai akustik yang ada pada suatu bangunan. Dimana desain dan pemasangan Plafon didesain sedemikian mungkin guna mendapat nilai akustik dan kenyamanan manusia yang ada pada ruangan tersebut. Pada perancangan atap plafon juga dapat di gunakan ventilasi sebagai pertukaran udara untuk menjaga suhu ruangan selain itu plafon yang bertingkat-tingkat dalam desain pemasangannya dapat digunakan sebagai perbaikan kualitas kualitas akustik pada suatu ruangan. Model plafon yang terkait dengan kinerja akustik adalah bentuk plafon yang akan mempengaruhi kualitas akustik di ruangan tersebut, oleh karena itu penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menentukan langkah-langkah perbaikan kualitas akustik pada Ruangan Rumah tersebut dan dapat dijadikan acuan untuk arsitektur plafon yang baru. Permasalahan dari tugas akhir ini adalah Seberapa besar kualitas akustik berdasarkan waktu dengung suatu ruangan dengan Plafon ventilasi sebagai perbaikan akustiknya. Serta setidaknya di dapatkan acuan bagaimana membuat desain plafón suatu ruangan agar kualitas akustik ruang tersebut dapat diperbaiki. Dalam penelitian tugas akhir ini, batasan masalahnya adalah penentuan kualitas akustik waktu dengung didalam ruang keluarga rumah tipe 70 dengan Plafon ventilasi. Ukuran Tinggi Plafon pada ruangan harus melebihi 3.5 Meter. Bentuk gypsum daornament Plafon yang dipilih diabaikan. Ruangan yang akan di ukur mempunyai volume lebih dari 50 m³. Daerah penelitian hanya mencakup akusik ruang bangunan yang telah ditentukan yaitu pada ruangan keluarga dengan Model celah ventilasi di langit-langitnya. Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah menganalisa kualitas akustik bentuk plafon suatu ruangan yang menggunakan plafon ventilasi sebagai perbaikan kualitas akustik dengan Metode Waktu Dengung. Sehingga Metode ini dapat digunakan untuk metode pemasangan plafón yang ideal terhadap nilai akustik pada suatu ruangan rumah tipe 70. II. DASAR TEORI Gelombang bunyi dapat merambat langsung melalui udara dari sumbernya ke telinga manusia, gelombang bunyi dapat juga terpantul-pantul terlebih dahulu oleh permukaanpermukaan bangunan, menembus dinding, atau merambat melalui struktur bangunan. Perjalanan bunyi dari sumbernya keteliga akan sangat menentukan karakter (kualitas dan luantitas) bunyi tersebut. Getaran mekanik atau gelombang fisik yang dapt merambat melalui media gas, cair, atau medium padat elstis dengan memindahkan energy dari sumber ke penerima melalui mekanisme gelombang, sehingga suatu benda yang bergetar akan melepas sebagian kecil dari energy yang dikandungnya ke medium sekitarnya sebagai suara. A. Penyerapan Bunyi Penyerapan bunyi adalah perubahan energy bunyi menjadi satu bentul lain, biasanya adalah energy panas. Pengendalian akustik bangunan yang baik membutuhkan penggunaan bahanbahan dengan tingkat penyrapan bunyi yang tinggi. Penyerapan bunyi (Sound-Absorbing) adalah kemampuan suatu bahan meredam bunyi yang datang, dihitung dalam persen, atau pecahan bernilai 0 α 1. Nilai 0 berarti tidak ada peredaman bunyi (seluruh bunyi yang dating dipantulkan sempurna). Sedangkan, nilai 1 berarti bunyi yang datang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 2 diserap seluruhnya (tidak ada yang dipantulkan kembali). Jendela yang terbuka dianggap mempunyai α=1 karena seluruh bunyi tidak dipantulkan. Sarbine (derajat serap) adalah pembanding antara energy yang tidak dipantulkan kembali dan energi bunyi keseluruhan yang dating. 1 m2 sarbine diartikan sebagai nilai serapan bunyi yang setara dengan 1 m 2 jendela terbuka (tidak ada yang terpantul, atau terserap semua), sedangkan 1 ft 2 sarbine setara dengan serapan 1 ft 2 jendela terbuka. B. Penyerapan Bahan Derajat serat bunyi suatu bahan adalah perbandingan antara energy yang tidak dipantulkan kembali dan energi bunyi keseluruhan. Bahan penyerap bunyi yang baik adalah yang memiliki ohm akustik mendekti udara, biasanya berupa bahan yang ringan elastic, mengandung rongga udara yang banyak. Efisiensi penyerapan bunyi suatu bahan pada suatu frekuensi tertentu dinyatakan oleh koefisiensi penyerapan bunyi. Koefisiensi penyerapan bunyi suatu permukaan adalah bagian energi bunyi yang datang yang diserap, atau tidak dipantulkan oleh permukaan. Koefisiensi ini dinyatakan dalam huruf greek á. Nilai á dapat berada antara 0 dan 1 (Doelle, 1972). Dalam penyerapan bahan dikenal dengan pedifusian bahan atau benda yang dapat menjadi penyerapan disebut dengan difusor. Difusor sering digunakan pada bahan-bahan yang berpori dan lunak pada umumnya. Difusi bunyi atau penyebaran bunyi terjadi dalam ruang. Difusi bunyi yang cukup adalah ciri akustik yang diperlukan pada jenis-jenis ruang tertentu, karena ruang-ruang itu membutuhkan distribusi bunyi yang merata dan menghalangi terjadinya cacat akustik yang tidak diinginkan (Doelle, 1972). Refraksi adalah membeloknya gelombang bunyi karena melewati atau memasuki medium perambatan yang memiliki kerapatan molekul berbeda (Mediastika, 2005). C. Waktu Dengung (Reverberation Time) Reverberation Time adalah waktu dimana suara yang ada pada suatu suangan yang berupa Impuls akan luruh dengan rentan waktu yang akan dipengaruhi oleh serapan bahan yang ada pada ruangan atau media. Pemantulan suara pada sebuah bidang yang nantinya akan terus dipantulkan yang akhirnya sampai suara tersebut hilang atau tidak ada pantulan sam sekali. Kejadian tersebut dinamakan waktu dengung (Reverberation time) sebagai contoh dalam kehidupan seharihari adalah gema. Pengukuran tingkat reverberation dalam sebuah ruangan dapat dilakukan dengan metode menggunakan Waktu dengung. Waktu dengung adalah waktu yang dibutuhkan oleh sumber bunyi yang dhentikan seketika atau di sebut bunyi impulse untuk turun intensitasnya 60 db dari intensitas awalnya. Waktu dengung sebuahruangan akan bergantung pada volume ruangan, luas permukaan bidangbidang pembentuk ruangan, tingkat penyerapan permukaan bidang, dan frekuensi bunyi yang muncul dalam ruangan. Melalui waktu dengung, kualitas akustik pada suatu ruangan dapat di tentukan. Setiap ruangan dengan fungsi tertentu memiliki waktu dengung ideal, sesuai dengan aktifitas yang di wadahinya. Secara garis besar, aktivitasnya didalam ruangan yang berkaitan dengan akustik alamiah(mediastika 2005). Parameter akustika ruangan yang paling banyak dikenal orang adalah Waktu Dengung (Reverberation Time - RT). RT seringkali dijadikan acuan awal dalam mendesain akustika ruangan sesuai dengan fungsi ruangan tersebut. RT menunjukkan seberapa lama energi suara dapat bertahan di dalam ruangan, yang dihitung dengan cara mengukur waktu peluruhan energi suara dalam ruangan. Waktu peluruhan ini dapat diukur menggunakan konsep energi tunak maupun energi impulse. RT yang didapatkan berdasarkan konsep energi tunak dapat digunakan untuk memberikan gambaran kasar, waktu dengung ruangan tersebut secara global. RT jenis ini dapat dihitung dengan mudah, apabila kita memiliki data Volume dan Luas permukaan serta karakteristik absorpsi setiap permukaan yang ada dalam ruangan. Sedangkan RT yang berbasiskan energi impulse, didapatkan dengan cara merekam response ruangan terhadap sinyal impulse yang dibunyikan didalamnya. Dengan cara ini, RT di setiap titik dalam ruangan dapat diketahui dengan lebih detail bersamaan dengan parameter-parameter akustik yang lainnya. RT pada umumnya dipengaruhi oleh jumlah energi pantulan yang terjadi dalam ruangan. Semakin banyak energi pantulan, semakin panjang RT ruangan, dan sebaliknya. Jumlah energi pantulan dalam ruangan berkaitan dengan karakteristik permukaan yang menyusun ruangan tersebut. Dalam perkembangannya, waktu dengung tidak hanya didasarkan pada peluruhan 60 db saja, tetapi juga pada pengaruh suara langsung dan pantulan awal (EDT) atau peluruhan-peluruhan yang terjadi kurang dari 60 db, seperti 15 db (RT 15 ), 20 db (RT 20 ), dan 30 db (RT 30 ). Waktu dengung (Reverberation Time) sangat menentukan dalam mengukur tingkat kejelasan speech. Auditorium yang memiliki waktu dengung terlalu panjang akan menyebabkan penurunan speech inteligibility, karena suara langsung masih sangat dipengaruhi oleh suara pantulnya. Dalam perkembangannya, waktu dengung tidak hanya didasarkan pada peluruhan 60 db saja, tetapi juga pada pengaruh suara langsung dan pantulan awal (EDT) atau peluruhan-peluruhan yang terjadi kurang dari 60 db, seperti 15 db (RT 15 ), 20 db (RT 20 ), dan 30 db (RT 30 ). Waktu dengung (Reverberation Time) sangat menentukan dalam mengukur tingkat kejelasan speech. Auditorium yang memiliki waktu dengung terlalu panjang akan menyebabkan penurunan speech inteligibility, karena suara langsung masih sangat dipengaruhi oleh suara pantulnya. Bila sumber bunyi telah berhenti, suatu waktu yang cukup lama akan berlalu sebelum bunyi hilang dan tak dapat didengar. Bunyi yang berkepanjangan ini sebagai akibat pemantulan yang berturut-turut dalam ruang tertutup setelah sumber bunyi dihentikan disebut dengung (Doelle, 1972). Pentingnya pengendalian dengung dalam rancangan akustik auditorium telah mengharuskan masuknya besaran standar yang relevan, yaitu waktu dengung (RT). Ini adalah waktu agar Tingkat Tekanan Bunyi dalam ruang berkurang 60 db setelah bunyi dihentikan. Rumus perhitungan RT dalm persamaan sabine adalah RT60 = 0.16 V A +0.16

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 3 Di mana: RT : waktu dengung, detik V : volume ruang, meter kubik A : penyerapan ruang total, sabin meter persegi x : koefisien penyerapan udara III. METODOLOGI PENELITIAN A. Penentuan ruangan pengukuran Sebagai obyek pengukuran, dipilih ruangan dengan plafon berventilasi dan bentuk plafon yang berbeda tetapi tetap berventilasi agar dapat di analisa seberapa besar plafon ventilasi dapat memperbaiki kualitas akustik ruangan tersebut. ruangan ini digunakan sebagai ruang tamu dan juga ruang keluarga. Ruang ini memiliki model plafon bertingkat dengan model setengah lingkaran. Adapun deskripsinya dalah sebagai berikut: Panjang ruangan : 650 Cm Tinggi : 580 Cm Lebar : 390 Cm Volume : 131.95 m³ Pengukuran di ruangan sesungguhnya dilakukan pada saat kondisi bangunan masih kosong dan tidak ada barang di B. Pengukuran waktu dengung Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan penelitian waktu dengung ini terbagi menjadi beberapa bagian. Waktu dengung dapat ditentukan secara langsung pada suatu ruangan yang telah ditentukan dengan memakai alat Sound level Meter (SLM). Prinsipnya adalah sumber bunyi dengan intensitasnya melebihi 60 db karena jika kurang maka akan menghasilkan nilai negative,diletakan pada titik tengah ruangan dan sumber suara ada pada sisi-seisi yang bersebrangan di dalam ruangan tersebut. Dalam hal ini ruangan yang akan di control yaitu ruang keluarga tipe 70 dengan volume 60.06 m³, 131.95 m³. C. Data konservasi ruangan pengukuran Deskripsi dari ruangan 1 sebagai pengambilan data waktu dengung agar nantiya dapat di jadikan validasi data sekaligus ukuran yang akan di simulasikan pada Software Simulasi. Adapun deskripsinya dalah sebagai berikut: Panjang ruangan : 440 Cm Tinggi : 350 Cm Lebar : 390 Cm Volume : 60.06 m³ Deskripsi ruangan 2 Gambar. 2. Ruang pengukuran dengan plafon ventilasi setengan lingkaran ruangan tersebut. Di maksudkan demikian supaya keadaan ruangan yang nantinya akan di simulasikan benar-benar memenuhi nilai RT yang sesuai karena ruangan yang ada atau penuh dengan barang akan menjadi penambah koeefisien serap. Pengukuran dilakukan 2 kali pada setiap ruangan dengan posisi bersebrangan pada setiap pengambilan data. 2 letak penerima dibuat demikian bermaksud untuk mewakili setiap pendengar jika ruangan tersebut nantinya digunakan karena ruangan tersebut hanya berukuran ruang keluarga yang sedang. Gambar. 3. Posisi sumber suara dan penerima Gambar. 1. Ruang pengukuran dengan plafon ventilasi Pada deskripsi ruangan 2 adalah menggunakan plafon yang memiliki desain interior plafon setengah lingkaran dikarenakan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 4 D. Tahap penelitian dan simulasi Pada tahap penelitian dan simulasi ini dilakukan beberapa langkah yang dilakukan antara lain: Tahap I : Pengukuran kualitas akustik ( RT 60 ) Tahap II : Pembuatan model simulasi dari ruangan dengan plafon Ventilasi menggunakan Software simulasi. Tahap III : Perbandingan antara hasil Simulasi dengan Perhitungan Manual menggunakan persamaan Regresi Linier. Dan juga Eyring ( persamaan 2.3) yang nantinya akan di gunakan untuk menentukan Koefisisen serapan bahan sebagai penyerap bunyi. Tahapan-tahapan tersebut nantinya akan di jadikan langkah untuk melakukan penelitian dan simulasi dengan membandingkan ruang yang berventilasi dan tidak berventilasi. Sehingga di dapatkan nilai akustik yang mencangkup ruang percakapan. IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Pengukuran Waktu dengung juga dilakukan pada pukul 17.00 dengan cara memberikan sumber Impuls berupa ledakan dari sumber impuls. Penggunaan Alat peledak sebagai sumber respon yang digunakan sebagai hasil pengukuran waktu dengung ruangan yang diukur adalah karena tingginya background noise ruangan sehingga perlu dilakukan pembangkitan suara yang jauh lebih keras di atas background noise sehingga yang dihasilkan dapat mengalami peluruhan hingga 60 db sesuai standard pengukuran waktu dengung ruangan menurut definisi Sabine. Data respon yang dihasilkan oleh suara ledakan tersebut direkam dengan menggunakan FFT Analyzer pada tiap sisi sudut tengah ruangan, sedangkan sumber suara pembangkitnya diletakkan pada titik A0 tengah yaitu di tengah ruangan seperti yang terlihat pada gambar 4.1 dan 4.2 dilakukan sebanyak satu kali. Suber suara hanya satu kali di ledakan karena mengingat ruangan yang hanya berbentuk persegi dan dapat mewakili pemantulan ke sudut semua ruangan. Hasil pengukuran waktu dengung Di ruangan berplafon Ventilasi pada frekuensi 500 Hz ditunjukkan pada tabel 1 dan 2. Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Waktu Dengung pada Frekuensi 500 Hz di ruang 1 Pengukuran Ruangan Waktu Dengung (RT) pada titik ke- 1 1 2.28 2 1 2.3 Rata-rata 2.29 Sedangkan Untuk ruang 2 dengan model plafon yang berbeda dengan ruang 1 maka di dapatkan hasil seperti table 2 berikut ini: Tabel 2. Data Hasil Pengukuran Waktu Dengung pada Frekuensi 500 Hz di ruang 2 Pengukuran pada titik ke- 1 2 1.93 2 2 1.95 Rata-rata 1.94 Pengukuran waktu dengung dilakukan untuk mendapatkan data validasi pengukuran yang nantinya dijadikan acuan nilai ruangan dengan menggunakan simulasi. D. Hasil Simulasi Yang pertama kali dilakukan untuk proses Simulasi adalah mengumpulkan data spesifikasi dan juga ukuran dari setiap ruangan yang akan di desain kembali pada Software Simulasi. Setelah itu data inputan model dan juga bentuk plafon yang nantinya akan digambar detail pada Simulasi. Spesifikasi tersebut berupa ukuran ruang 1 dan ruangan 2 mulai dari gambar denah, ketinggian ruang,, pembukaan pintu, dan yang terpenting adalah penutup atap (plafon) dengan bahan-bahan penutup yang berbeda, kemudian tujuan selanjutnya adalah untuk menentukan material, yaitu bahan yang akan dipakai dalam tiap-tiap pelapis bidang permukaan interior. Hasil simulasi pada T-30 dengan frekuensi 500 merupakan rata-rata antara receiver 1 dan receiver 2 dengan suber suara berupa suara kejut atau impulse Ruang 1 Ruangan Waktu Dengung (RT) Gambar. 4. Simulasi ruang 1 dengan plafon ventilasi Pada gambar hasil simulasi kondisi awal ruang 1 dengan menggunakan plafon ventilasi didapatkan gambar seperti berikut: Pada Simulasi ruang 1 menggunakan plafon yang berventilasi maka didapatkan nilai RT-30 dengan frekuensi 125, 250, 500, 1k, 2k, 4k seperti gambar 5 berikut ini. Data Gambar. 5. Hasil Simulasi ruang 1 dengan plafon ventilasi yang digunakan adalah data pada frekuensi 500, karena hanya pada frekuensi 500 telinga manusia peka terhadap frekuensi tersebut. Didapatkan nilai waktu dengung pada RT-30 sebesar 2.22 detik pada fekuensi 500.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 5 Ruang 2 Pada gambar hasil simulasi kondisi awal ruang 2 dengan menggunakan plafon ventilasi didapatkan gambar seperti berikut Setelah itu melakukan simulasi modifikasi plafon ruang 2 dengan menggunakan penambahan luas bukaan ventilasi dan penambahan lubang ventilasi pada plafon. Maka di dapatkan hasil seperti berikut: Gambar. 6. Simulasi ruang 2 dengan plafon ventilasi Pada Simulasi ruang 2 menggunakan plafon yang berventilasi maka didapatkan nilai RT-30 dengan frekuensi 125, 250, 500, 1k, 2k, 4k seperti gambar 5 berikut ini. Data yang digunakan adalah data pada frekuensi 500, karena hanya pada frekuensi 500 telinga manusia peka terhadap frekuensi tersebut. Gambar. 7. Hasil Simulasi ruang 2 dengan plafon ventilasi Setelah itu melakukan simulasi modifikasi plafon ruang 1 dengan menggunakan penambahan luas bukaan ventilasi dan penambahan lubang ventilasi pada plafon. Maka di dapatkan hasil seperti berikut: Gambar. 9. Simulasi ruang 2 dengan penambahan luas bukaan dan lubang plafon ventilasi Hasil simulasi dengan penambahan luas bukaan dan lubang ventilasi maka di dapatkan nilai waktu dengung seperti berikut. maka Gambar. 10. Hasil Simulasi ruang 2 dengan penambahan luas bukaan dan lubang plafon ventilasi Maka dengan penambahan ventilasi pada setiap sisi plafon dengan luas bukaan di dapatkan hasil waktu dengung sebesar 1.46 detik pada frekuensi 500. Setelah melakukan simulasi dengan ruang menggunakan perabotan maka dibuat simulasi ruangan seperti ruang aslinya yaitu dengan menggunakan perabotan maka di dapatkan hasil seperti gambar 11 dan 12 berikut: Gambar. 7. Simulasi ruang 1 dengan penambahan luas bukaan dan lubang plafon ventilasi Hasil simulasi dengan penambahan luas bukaan dan lubang ventilasi maka di dapatkan nilai waktu dengung seperti berikut. Gambar. 11. Simulasi ruang 1 dengan plafon ventilasi mengguanakan perabotan Gambar. 8. Hasil Simulasi ruang 1 dengan penambahan luas bukaan dan lubang plafon ventilasi Maka dengan penambahan ventilasi pada setiap sisi plafon dengan luas bukaan di dapatkan hasil waktu dengung sebesar 1.57 detik pada frekuensi 500. Gambar. 12. Hasil Simulasi ruang 2 dengan plafon ventilasi menggunakan perabotan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 6 Hasil simulasi pada T-30 frekuensi 500 didapatkan waktu dengung sebesar 1.46 detik. Gambar. 12. Simulasi ruang 2 dengan plafon ventilasi mengguanakan perabotan Gambar. 13. Hasil Simulasi ruang 2 dengan plafon ventilasi menggunakan perabotan E. Pemabahasan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dalam Tugas Akhir ini yaitu ruangan berplafon ventilasi dapat memperbaiki kualitas akustik dari suatu ruangan. Dengan metode waktu dengung di dalam penelitian ini di terapkan langkah-langkah penelitian sampai hasil dan juga hasil Simulasi,adapun hasil dari penelitiaian adalah pada ruangan 1 dengan model Plafon berventilasi dengan volume ruangan 60.06 m³ di dapatkan hasil data perhitungan manual dengan persamaan Regresi linier dan metode sabine sebesar 2.29 Detik dan dengan background noise ruangan yaitu 46.8 dba hasil data background noise ruangan ini masih belum memiliki standart yang diberlakukan yaitu untuk ruangan tinggal 30-40 dba. Data pada perhitungan manual sebagai validasi data yang nantinya akan dijadikan perbandingan data dengan hasil Simulasi. Dari hasil Simulasi di dapatkan data RT dari ruang 1 sebesar 2.22 pada ruang yang berplafon ventilasi sedangkan pada ruang 2 sebesar 1.89. Hasil Simulasi pada software Simulasi mengalami perubahan pada saat setiap kali di jalankan,karena software tersebut mengacu pada bangunan atau obyek sebenarnya. Pada pengukuran ruang 2 dengan bentuk plafon berfentilasi dan model plafon setengah lingkaran didapatkan hasil data manual pengukuran dengan persamaan regresi linier rata-rata sebesar 1.94 detik dan pada background noise rata-rata ruangan tersebut adalah sebesar 46.9 detik, dikarenakan ruang terletak pada pinggir jalan ramai dan padat maka otomatis bising yang ada pada ruangan ini mempunyai nilai yang melebihi standar yaitu pada ruangan perumahan 30-40 dba. Setelah dilakukan simulasi penambahan bukaan dimensi ruang ventilasi maka didapatkan ruang 1 dan 2 sebesar 1.57 detik dan 1.46 detik, penurunan tersebut diakibatkan karena koefisien serapan udara yang ada pada ventilasi. Ruang 2 memiliki koefisien serapan bahan yang yang paling besar pada langit-langitnya. Selain pada ventilasi plafonnya ruang 2 memliki bentuk plafon yang agak turun dengan tempat lampu yang menggantung. Dengan menggunakan papan gypsum dan kerangka besi Hollow berukuran 2x4 alumunium pada rangkanya. V. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. RT Hasil pengukuran awal menunjukan bahwa ruang 1 dan 2 mempunyai nilai 2.29 dan 1.94 sehingga ruangan tersebut belum memenuhi nilai ruang speech untuk ruang keluarga karena tidak memenuhi standar yang ditentukan. 2. Hasil perancangan dengan cara menambahkan bukaan dimensi ventilasi pada setiap ruangan maka di dapatkan waktu dengung untuk ruang 1 dan 2 sebesar 1.57 dan1.46 detik. 3. Hasil Perbandingan antara simulasi ruangan 1 dan 2 menggunakan plafon ventilasi dan tidak berventilasi dengan menggunakan furniture dan perabotan didapatkan 1.45 dan 1.30 sehingga dapt dijadikan acuan bagaimana desain suatu ruangan rumah dengan berdasarkan pada bentuk plafon ruangan apat memperbaiki kualitas akustik.. 4. Hasil simulasi desain plafon ventilasi pada ruang keluarga dapat tercapai karena adanya perbaikan kualitas akustik pada desain ruangan tersebut menggunakan plafon ventilasi, sehingga hasil dari simulasi menunjukan hasil tersebut mendekati fungsi ruang baik untuk speech. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kepada Bapak Abdul Hasan Selaku kepala Megah Gypsum Decorator yang telah memberikan dukungan untuk izin pengambilan data pada ruangan rumah tipe 70. DAFTAR PUSTAKA [1] Suptandar, J. Pamudji. 2004. Faktor Akustik dalam Perancangan Disain Interior, Djambatan, Jakarta [2] Syahadatin, Yuniar, 2011. Perancangan Akustik Ruang Multifungsi Pada Teater A ITS Dengan Sistem Modular,Surabaya. [3] Doelle, L.L. 1972. Environtmental Acoustic. McGraw- Hill Publishing Company, New York. [4] Ribeiro, M.R.S. 2002. Room Acoustic Quality of A Multipurpose Hall: A Case Study, Centro de Estudos do Departamento de Engenharia Civil, Faculdade de Engenharia da Universidade do Porto, Portugal. [5] Long. Marshall 2006. Architectural Acoustics. Elseiver: Academic Press, America [6] Choi, Y.J. and Cabrera, D. 2005. Some Current Issues in Computer Modelling for Room Acoustics Design. Acoustic Australia 2005,Volume 33, pp. 19-24.